Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 197754 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dewa K.S.
"Perkembangan industri peternakan yang sangat pesat telah meningkatkan kebutuhan pakan pabrikan yang menggunakan jagung sebagai komponen utamanya. Permasalahannya ialah pabrik pakan lebih menyukai jagung impor karena jagung dalam negeri kurang memenuhi standar mutu. Mengandalkan pasokan jagung dari impor mempunyai risiko ketergantungan pada negara lain yang berdampak negatif terhadap stabilitas industri peternakan dalam negeri. Oleh karena itu, selain mening-katkan produksi, kualitas jagung dalam negeri perlu diperbaiki dengan menerapkan penanganan pascapanen yang tepat. Tulisan ini membahas kinerja penerapan pascapanen jagung di tingkat petani dan kebijakan pendukungnya. Sampai saat ini, program pembangunan pertanian masih terkonsentrasi pada upaya peningkatan produksi. Perhatian terhadap pascapanen sangat kecil, yang tercermin dari sangat kecilnya anggaran untuk meningkatkan kinerja pascapanen jagung. Akibatnya, kehilangan hasil masih tinggi dan kualitas produk rendah. Pengetahuan petani tentang pascapanen yang terbatas dan kurangnya dukungan alsintan pascapanen menjadi kendala bagi petani dalam menerapkan teknologi pascapanen. Ironisnya, pemerintah selama periode 2006-2010 cenderung memberi bantuan mesin-mesin besar berteknologi tinggi bernilai miliaran rupiah, seperti silo yang sebenarnya belum dibutuhkan petani. Bantuan alat pemipil jagung yang sangat dibutuhkan petani justru sangat kecil. Ke depan, diperlukan perbaikan kebijakan yang berorientasi pada bantuan yang benar-benar dibutuhkan petani. Selain itu, harus ada perjanjian antara pemberi dan penerima bantuan agar alsintan bantuan dimanfaatkan sesuai perjanjian disertai sanksi yang jelas dan tegas."
Kementerian Kementerian RI, {s.a.}
630 PIP 7:1 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Abigail
"[Target swasembada jagung di tahun 2016 perlu untuk dikaji ulang ketercapaiannya, karena target tersebut diiringi dengan beberapa kebijakan lainnya, seperti : penahanan stok di pelabuhan, pencabutan lisensi impor jagung oleh swasta, pemusatan manajemen stok jagung kepada Bulog. Apabila kebijakan-kebijakan tersebut tetap diimplementasikan di tengah kondisi pasar domestik yang kekurangan suplai, maka target swasembada jagung tahun 2016 akan menjadi malapetaka bagi para produsen pakan ternak yang memerlukan suplai jagung secara teratur. Studi ini ditujukan untuk meramal pencapaian target swasembada jagung di tahun 2016 dengan cara meramal produksi dan konsumsi pada tahun 2016 menggunakan beberapa alternatif metode : OLS, ARIMA, Time Trend Variable dan Recursive Model. Hasilnya, Indonesia akan mencapai swasembada jagung pada tahun 2016 dengan surplus sebesar 189.918 ton jagung pipilan kering dengan kadar air 25%. Namun mengingat kebutuhan industri pakan yang merupakan jagung pipilan kering dengan kadar air 15%, maka volume produksi yang menyusut akan membuat perhitungan di tahun 2016 malah menjadi defisit sebesar 2,51 juta ton. Apabila Indonesia ingin menutup defisit tersebut, diperlukan lahan jagung sebesar 4,3 juta hektar atau produktifitas lahan sebesar 63 kuintal per hektar.

Corn self-sufficiency target in 2016 feasibility needs to be revisited because the program brings along several policies, such as : stock restricting at the ports, private’s import license abolishing and centering stock management to Bulog. Unless the domestic market being surplus, the policies implemented will cause a menace for livestock feed producers—for they need a regular corn supply. This study aims to forecast whether the target is going to be achieved by forecasting corn production and consumption in 2016 using several methods : OLS, ARIMA, Time Trend Variable and Recursive Model. The result shows that Indonesia is forecasted to achieve corn self-sufficiency by 2016; shown by a surplus of 189.918 tonne (with 25% moisture content). However, it is should be considered that feed-mill industry needs corn with 15% moisture content—and drying the corn shrinks its mass; leading to decrease of surplus and even change it into deficit of 2.51 million tonne. If Indonesia aims to self-suffice the deficit, then Indonesia needs 4.3 million hectares of corn land or land productivity of 6.3 tonne per hectare.
;Corn self-sufficiency target in 2016 feasibility needs to be revisited because the program brings along several policies, such as : stock restricting at the ports, private’s import license abolishing and centering stock management to Bulog. Unless the domestic market being surplus, the policies implemented will cause a menace for livestock feed producers—for they need a regular corn supply. This study aims to forecast whether the target is going to be achieved by forecasting corn production and consumption in 2016 using several methods : OLS, ARIMA, Time Trend Variable and Recursive Model. The result shows that Indonesia is forecasted to achieve corn self-sufficiency by 2016; shown by a surplus of 189.918 tonne (with 25% moisture content). However, it is should be considered that feed-mill industry needs corn with 15% moisture content—and drying the corn shrinks its mass; leading to decrease of surplus and even change it into deficit of 2.51 million tonne. If Indonesia aims to self-suffice the deficit, then Indonesia needs 4.3 million hectares of corn land or land productivity of 6.3 tonne per hectare.
;Corn self-sufficiency target in 2016 feasibility needs to be revisited because the program brings along several policies, such as : stock restricting at the ports, private’s import license abolishing and centering stock management to Bulog. Unless the domestic market being surplus, the policies implemented will cause a menace for livestock feed producers—for they need a regular corn supply. This study aims to forecast whether the target is going to be achieved by forecasting corn production and consumption in 2016 using several methods : OLS, ARIMA, Time Trend Variable and Recursive Model. The result shows that Indonesia is forecasted to achieve corn self-sufficiency by 2016; shown by a surplus of 189.918 tonne (with 25% moisture content). However, it is should be considered that feed-mill industry needs corn with 15% moisture content—and drying the corn shrinks its mass; leading to decrease of surplus and even change it into deficit of 2.51 million tonne. If Indonesia aims to self-suffice the deficit, then Indonesia needs 4.3 million hectares of corn land or land productivity of 6.3 tonne per hectare.
;Corn self-sufficiency target in 2016 feasibility needs to be revisited because the program brings along several policies, such as : stock restricting at the ports, private’s import license abolishing and centering stock management to Bulog. Unless the domestic market being surplus, the policies implemented will cause a menace for livestock feed producers—for they need a regular corn supply. This study aims to forecast whether the target is going to be achieved by forecasting corn production and consumption in 2016 using several methods : OLS, ARIMA, Time Trend Variable and Recursive Model. The result shows that Indonesia is forecasted to achieve corn self-sufficiency by 2016; shown by a surplus of 189.918 tonne (with 25% moisture content). However, it is should be considered that feed-mill industry needs corn with 15% moisture content—and drying the corn shrinks its mass; leading to decrease of surplus and even change it into deficit of 2.51 million tonne. If Indonesia aims to self-suffice the deficit, then Indonesia needs 4.3 million hectares of corn land or land productivity of 6.3 tonne per hectare.
, Corn self-sufficiency target in 2016 feasibility needs to be revisited because the program brings along several policies, such as : stock restricting at the ports, private’s import license abolishing and centering stock management to Bulog. Unless the domestic market being surplus, the policies implemented will cause a menace for livestock feed producers—for they need a regular corn supply. This study aims to forecast whether the target is going to be achieved by forecasting corn production and consumption in 2016 using several methods : OLS, ARIMA, Time Trend Variable and Recursive Model. The result shows that Indonesia is forecasted to achieve corn self-sufficiency by 2016; shown by a surplus of 189.918 tonne (with 25% moisture content). However, it is should be considered that feed-mill industry needs corn with 15% moisture content—and drying the corn shrinks its mass; leading to decrease of surplus and even change it into deficit of 2.51 million tonne. If Indonesia aims to self-suffice the deficit, then Indonesia needs 4.3 million hectares of corn land or land productivity of 6.3 tonne per hectare.
]
"
Depok: Fakultas Eknonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2016
S61693
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Achmad Nur Hidayat
"Agrobisnis di Indonesia merupakan sektor yang memiliki peran yang sangat penting dalam perindustrian nasional. Pangsa nilai tambahnya dalam industri nonmigas sebesar 80,70%, kesempatan kerja 74,90% dan efek pengganda nilai tambah sebesar 3.23. (LRPTN, ITB Bandung, 2005). Tongkol jagung merupakan salah satu limbah padat pertanian yang mengandung pentosan sehingga memiliki nilai ekonomis untuk diolah menjadi produk yang lebih bermanfaat. Tongkol jagung akan memberikan nilai ekonomis yang tinggi jika dikonversi menjadi furfural.
Proses pembuatan furfural dengan bahan baku tongkol jagung dilakukan dengan kombinasi proses Batch dan kontinyu dengan reaksi utama adalah hidrolisis yang diikuti dengan reaksi dehidrasi menggunakan katalis asam sulfat. Reaktor yang digunakan adalah reaktor stirred barch (berpengaduk) yang dioperasikan pada tekanan 2 bar dan tcmperatur 128 oC selama 70 menit. Pemurnian furfural menggunakan azeotropik distillation dan dehydration column guna mendapatkan furfural berkemurnian tinggi yaitu 99%.
Stirred Reactor yang digunakan adalah reaktor yang telah digunakan dalam pengolahan furfural dengan menggunakan SupraYield Technology®. Teknologi ini lebih unggul dan lebih ekonomis dibandingkan teknologi konvensional. Pada perancangan awal pendirian pabrik furfural ini akan dipilih di Propinsi Jawa Timur tepatnya di Kawasan Industri Gresik karena alasan ketersediaan bahan baku dan distribusi pasar. Berdasarkan simulasi dengan software SuperPro Designer® diperoleh bahwa untuk mendapatkan produksi furfural 183 kg/batch berdasarkan proyeksi permintaan pasar tahun 2008, maka dibutuhkan bahan baku yaitu tongkol jagung sebesar 900 kg/barch (4.9 kg/Kg furfural) dan asam sulfat 36% sebesar 84 kg/batch (0.45 kg/Kg furfural).
Untuk kapasilas produksi sebesar 362 ton/tahun, total investasi yang dibutuhkan untuk membangun sebuah pabrik furfural di Indonesia adalah US$ 2.855.773,00 dengan dengan biaya manufaktur sebesar US$ 189.86S,00. Parameter kelayakan untuk pabrik furfural dengan kapasitas 362 ton/tahun adalah NPV US$ 2.873.820,29, IRR 15 %, PBP 4 tahun 9 bulan."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
S49534
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta : Departemen Perindustrian, 1982
664 IND j
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
"Corn seed subsidy policy is one of the ministry of agriculture's development programs which was estabilished in 2006 and continued in 2008 . The aim of this policy is to increase area of hybrid corn, increase production and productivity, open job opportunity and improve farmer's income,acclerate the developmentof national corn seed industry, provide feed industry and raw material for food industry and support corn self-sufficiency program...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ni Nyoman Sukranadi
"Penelitian ini bertujuan untuk menghitung kontribusi pertumbuhan tenaga kerja dan kapital UMKM dari sektor Pertanian, Pertambangan dan sektor Industri Pengolahan terhadap pertumbuhan PDB non migas menggunakan Solow Growth Accounting. Data yang digunakan bersumber dari Kementrian Koperasi dan UMKM yang bekerja sama dengan BPS. Dengan menggunakan model pertumbuhan Solow dan regresi model efek tetap, diperoleh hasil bahwa dampak pertumbuhan tenaga kerja dan kapital UMKM berbeda antar sektor. Dampak positif signifikan pertumbuhan tenaga kerja UMKM terjadi pada sektor Industri Pengolahan, sedangkan untuk kapital terjadi pada sektor Pertanian. Sumber pertumbuhan ekonomi masih didominasi oleh pertumbuhan kapital usaha besar.

The objectives of this study are to count the contribution of labor growth and capital growth of Micro, Small and Medium Enterprises (MSMEs) from Agriculture, Mining and Manufacture sector to GNP growth using Solow Growth Accounting. Data in this study are from Cooperative and Micro, Small and Medium Enterprises Department and Central Bureau of Statistic (BPS). Using the Solow growth model and fixed effect model regression, was found that impact of labor growth and capital growth of MSMEs are different on each sector. The significant positif impact of labor growth was found on Manufacture sector, while for capital growth was found on Agriculture sector. The source of economic growth was dominated by capital growth of big firm.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2014
T42211
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2021
338.951 MEN
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Richana
"Tingkat konsumsi beras yang tinggi dan melonjaknya impor terigu dan gula merupakan masalah utama dalam memenuhi kebutuhan pangan di Indonesia. Teknologi bioproses dengan cara enzimatis maupun mikrobiologis untuk beras nonpadi ataupun tepung-tepungan dari bahan lokal mampu meningkatkan mutu produk sehingga sehingga dapat bersaing dengan beras dan terigu. Demikian juga gula cair dapat dibuat dengan cara enzimatis dan mempunyai prospek yang menjanjikan untuk mengurangi impor gula. Pengembangan teknologi bioproses dapat meningkatkan cita rasa, citra, dan daya saing produk pangan dari jagung dan ubi kayu sebagai pengganti beras, terigu, dan gula tebu. Untuk mengurangi kompetisi pemanfaatan produk pertanian untuk pangan dan energi, percarian sumber energi alternatif menjadi sangat penting. Limbah hasil pertanian merupakan sumber bahan bakar yang menjanjikan. Dengan teknologi bioproses, limbah jagung dan ubi kayu dapat diolah menjadi bioetanol sebagai bahan bakar nabati. Pengadaan energi dari limbah pertanian tidak mengganggu pengadaan pangan sehingga mendukung ketahanan pangan"
Kementerian Kementerian RI, 2014
630 PIP 7:1 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Recently, the conversion of corn to etanol (biofuel) in international market is currently exist and has an impact on the availability of corn in Indonesia. This study aims at: (1) the analysis of behavior of domestic and international market of corn, (2) the effect analysis of corn conversion to ethanol at international market on corn availability in Indonesia, and (3) the formulation of policies to increase domestic corn availability. Using time series data of 1983-2006 and econometric model of simultaneous equations estimated by employing the 2SLS procedure, the study found that: (1) there is a linkage between domestic and international market of corn through import price variable, (2) corn conversion to ethanol decrease the domestic availability of corn but increase the production share of corn availability in Indonesia, and (3) fertilizer subsidy and import tariff policy would increase corn production to allow thye increase of corn domestic production share on corn availability."
JAE 27:2 (2009)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Suarni
"Diversifikasi pangan melalui pemanfaatan jagung dapat me-ningkatkan citra jagung sebagai pangan lokal yang selama ini dinilai kurang bergengsi (inferior food). Oleh karena itu diperlukan inovasi teknologi untuk meningkatkan daya saing, kuantitas, kualitas, dan keamanan produk olahan jagung agar dapat disejajarkan dengan produk pangan impor (superior food). Karakterisasi sifat fisik, fisikokimia, dan fungsional jagung dalam bentuk panen muda, pipilan kering, jagung sosoh, tepung, dan pati dari setiap varietas sangat diperlukan sebagai dasar dalam menentukan produk yang akan dihasilkan. Pemahaman terhadap karakteristik tersebut merupakan kunci utama dalam memanfaatkan jagung sebagai bahan diversifikasi pangan. Arah dan strategi pengembangan inovasi teknologi diversifikasi pangan jagung berdasarkan sifat fisikokimia dan komponen fungsional difokuskan pada peningkatan produksi, ragam varietas, dan aneka produk olahan unggulan untuk mendukung industri pangan skala kecil, menengah, dan besar."
Kementerian Kementerian RI, 2014
630 PIP 7:1 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>