Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 18873 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Efek antibakteria ekstrak kulit buah delima (Granati fructus cortex) pada Streptococcus mutans in vitro. Granati fructus cortex mengandung senyawa-senyawa antibakteri seperti alkaloid, flavonoid, dan tannin. Tujuan: Mengevaluasi efek antibakteri Granati fructus cortex dalam menghambat pertumbuhan Streptococcus mutans. Metode: Penelitian ini merupakan eksperimental laboratoris yang menguji daya hambat antibakteri menggunakan metode difusi agar dengan media MHA. Hasil: Ekstrak kulit buah delima dalam berbagai konsentrasi memiliki efek antibakteri, ekstrak kulit buah delima dengan konsentrasi 30% memiliki rata-rata zona hambat paling besar (15,4mm). Semakin tinggi konsentrasi ekstrak kulit buah delima maka semakin besar zona hambat yang terbentuk. Hasil uji ini juga menunjukkan adanya perbedaan rata-rata zona hambat dalam berbagai konsentrasi ekstrak kulit buah delima. Simpulan: Granati fructus cortex memiliki efek antibakteri terhadap pertumbuhan Streptococcus mutans.

The rind of pomegranate fruit (Granati fructus cortex) composed of antibacterial compounds such as alkaloid, flavonoid and tannin. Objective: To evaluate the bacterial effect of Granati fructus cortex extract against Streptococcus mutans. Methods: To study was laboratory experimental. The inhibition test was performed by agar diffusion method on MHA medium. Results: It showed the bacterial property of Granati fructus cortex on various concentration. The highest extract concentration of 30% extract has the largest of inhibition zones (15.4mm). The result showed a difference in the size of inhibition zones related to different extract concentrations. Coclusion: This study confirmed the antibacteria effect of Granati Fructus cortex on the growth of Streptococcus mutants."
Dentistry Study Program, Faculty of Medicine, University of Syiah Kuala, Banda Aceh, 2013
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ajrina Busri
"Latar belakang: Kadar Bunuh Minimal (KBM) ekstrak etanol temulawak (Curcuma xanthorriza Roxb.) terhadap Streptococcus mutans 25% dan 15% terhadap Streptococcus sanguinis single species (in vitro). Streptococcus mutans dan Streptococcus sanguinis saling berkompetisi untuk memperoleh nutrisi.
Tujuan: Menganalisis efek antibakteri ekstrak etanol temulawak terhadap dual species Streptococcus in vitro.
Metode: Uji antibakteri dengan metode perhitungan koloni dan kuantifikasi dengan Real-time PCR. Analisis data menggunakan Kruskal Wallis, Mann-Whitney dan Unpaired T-test.
Hasil: KHM ekstrak etanol temulawak terhadap dual species Streptococcus 0,2% dan KBM 10%. Di dalam biofilm dual species Streptococcus, proporsi S.mutans lebih tinggi daripada S. sanguinis (p<0.05).
Simpulan: Konsentrasi efektif ekstrak etanol temulawak sebagai antibakteri terhadap S.mutans dan S.sanguinis dalam dual species lebih rendah dari pada terhadap kedua bakteri tersebut sebagai single species. Di dalam biofilm dual species, S. sanguinis lebih sensitif terhadap ekstrak temulawak daripada S.mutans.

Background: Minimal Bactericidal Concentration (MBC) of Java turmeric (Curcuma xanthorriza Roxb.) ethanol extract against Streptococcus mutans is 25% and 15% against Streptococcus sanguinis. In dental biofilm S.mutans and S.sanguinis competes each other to obtain nutrients.
Objectives: Analize the antibacterial effect of Java tumeric ethanol extract (MIC and MBC) against dual species Streptococcus in vitro.
Methods: Antibacteria activity of the extract was analyzed by measuring the growth of the bacteria after being exposed to the extract by counting colony formation and by quantifying the existing bacterial cell number using real-time PCR. Statistic analysis using Kruskal Wallis, Mann Whitney test and Unpaired t-test.
Results: The MIC of the extract was 0,2% and the MBC was 10%. After exposure of the extract to the dual species biofilm, the growth of S.mutans was higher than S.sanguinis (p<0,05).
Conclutions: Java tumeric ethanol extract is more effective against S.mutans and S.sanguinis as dual species Streptococcus than as single species. S.sanguinis is more sensitive to Java tumeric ethanol extract than S. mutans.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Timothy Aholiab Dien
"Latar Belakang: Kesehatan gigi dan mulut masih menjadi suatu permasalahan utama di Indonesia. Menurut Riskesdas tahun 2018 sebanyak 57,6% orang Indonesia memiliki permasalahan gigi dan mulut.Dalam risetnya, Prevalensi karies di Indonesia mencapai 88,8%. Faktor utama yang dapat menyebabkan permasalahan ini ialah bakteri patogen dalam rongga mulut, salah satunya yang paling patogenik ialah Streptococcus mutans. Karies terjadi ketika terjadi disbiosis dalam rongga mulut, yaitu ketika jumlah Streptococcus mutans berlebih sehingga menyebabkan kondisi asam pada rongga mulut. Tidak hanya menguntungkan bagi Streptococcus mutans, bakteri non-patogenik seperti Staphylococcus aureus akhirnya dapat memperburuk kondisi karies. Secara kimiawi, obat kumur Klorheksidin telah dimanfaatkan sebagai antibakteri yang secara akut dapat mengurangi jumlah bakteri rongga mulut. Tetapi dalam pemakaiannya ternyata klorheksidin menyebabkan efek samping jika dipakai untuk jangka panjang. Maka saat ini diperlukan pengembangan dari agen menggunakan herbal atau bahan alam. Salah satu bahan alam yang dapat digunakan sebagai agen antibakteri adalah Paku Acel. Kandungan yang terdapat daun paku acel yaitu terdapat flavonoid, terpenoid, tanin, saponin, dan alkanoid yang dapat berperan sebagai antibakteri. Tujuan: Mengetahui dan menganalisis efektivitas ekstrak daun paku acel (Nephrolepis cordifolia) dalam menghambat pertumbuhan dan membunuh koloni bakteri Streptococcus mutans dan Staphylococcus aureus serta membandingkan efektivitas ekstrak daun paku acel dengan chlorhexidine (kontrol positif). Metode: Efektivitas ekstrak daun paku acel terdapat bakteri Streptococcus mutans dan Staphylococcus aureus dilihat dari uji Kadar Hambat Minimum (KHM) mikrodilusi dengan ELISA Reader dan uji Kadar Bunuh Minimum (KBM) dengan konsentrasi ekstrak daun paku acel yang digunakan adalah 50%, 25%,12,5%, 6,25%, 3,25% Selanjutnya hasil tersebut dianalisis dengan uji statistik One Way Anova. Hasil: Ekstrak daun paku acel (Neprolephis cordifolia) dapat menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans dan Staphylococcus aureus dengan nilai KHM 12,5% dan 6,25% secara berurutan. Melalui uji statistik One Way Anova didapatkan hasil bahwa terdapat perbedaan bermakna pada efektivitas ekstrak daun paku acel dengan chlorhexidine (p < 0,05). Kesimpulan: Ekstrak daun paku acel (Nephrolepis cordifolia) dapat menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans dan Staphylococcus aureus sehingga dapat menjadi agen antibakteri yang efektif terhadap karies gigi tetapi kemampuannya masih dibawah klorheksidin

Background: Dental and oral health is still a major problem in Indonesia. According to Riskesdas in 2018 as many as 57.6% of Indonesians had dental and mouth problems In his research, the prevalence of caries in Indonesia reached 88.8%. The main bacterial factors that can cause this problem are pathogens in the oral cavity, one of the most pathogenic is Streptococcus mutans. Caries occur when dysbiosis occurs in the oral cavity, namely when the amount of Streptococcus mutans is excessive, causing an acidic condition in the oral cavity. Not only beneficial for Streptococcus mutans, but non-pathogenic bacteria such as Staphylococcus aureus can also finally oppose caries conditions. Chemically, Clorhexidine mouthwash has been used as an antibacterial which can acutely reduce the number of bacteria in the oral cavity. But in its use it turns out that Clorhexidine causes side effects if used for the long term. So at this time it is necessary to develop agents using herbs or natural ingredients. One of the natural ingredients that can be used as an antibacterial agent is Erect Sword Fern. Erect Sword Fern or Nephrolepis cordifolia has many benefits in the medical field, one of which is as an antibacterial agent. Objectives: To determine and analyze the effectiveness of acel nail extract (Nephrolepis cordifolia) in inhibiting the growth and killing of Streptococcus mutans and Staphylococcus aureus bacteria colonies and to compare the effectiveness of acel nail extract with chlorhexidine (positive control). Method: The effectiveness of acel fern leaf extract contained Streptococcus mutans and Staphylococcus aureus as seen from the microdilution Minimum Inhibitory Concentration (MIC) test with ELISA Reader and Minimum Bactericidal Concentration (MBC) test with the concentration of acel fern leaf extract used was 50%, 25%, 12.5%, 6 .25%, 3.25% Then the results were analyzed with the One Way Anova statistical test. Results: Leaf extract of Erect Sword Fern (Neprholepis cordifolia) only can inhibit growth Streptococcus mutans and Staphylococcus aureus bacteria with MIC values ​​of 12,5% and 6,25%. Through the One Way Anova statistical test, it was found that there was a significant difference in the effectiveness of Erect Sword Fern leaf extract and Clorhexidine (p <0.05). Conclusion: Erect Swordfern leaf extract (Nephrolepis cordifolia) can inhibit bacterial growth Streptococcus mutans and Staphylococcus aureus bacteria so that it can be an effective antibacterial agent against dental caries but its ability is still below Clorhexidine
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Syafi`
"Latar Belakang: Karies gigi merupakan suatu permasalahan utama mengenai kesehatan gigi dan mulut di Indonesia. Menurut Riskesdas tahun 2018 prevalensi karies di Indonesia mencapai 88,8%. Karies gigi dapat terjadi disebabkan oleh bakteri patogen Streptococcus mutans yang menjadi faktor patogen utama terbentuknya karies gigi. Karies dapat terbentuk karena terdapat peran dari bakteri Streptococcus mutans dan Streptococcus sanguinis. Maka saat ini diperlukan pengembangan dari agen antibakteri, salah satu nya terhadap bakteri penyebab karies gigi. Pengembangan agen antibakteri yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan bahan alam sebagai agen antibakteri. Salah satu bahan alam yang dapat digunakan sebagai agen antibakteri adalah kulit semangka. Kulit semangka (Citrullus lanatus) memiliki banyak manfaat di bidang medis, salah satu nya sebagai agen antibakteri. Kulit semangka ternyata mengandung bahan fitokimia seperti: flavonoid, terpenoid, tanin, saponin, dan alkanoid yang dapat berperan sebagai antibakteri. Tujuan: Mengetahui dan menganalisis efektivitas ekstrak kulit semangka (Citrullus lanatus) dalam menghambat pertumbuhan dan membunuh koloni bakteri Streptococcus mutans (ATCC 25175) dan Streptococcus sanguinis (ATCC 10556) serta membandingkan efektivitas ekstrak kulit semangka dengan chlorhexidine (kontrol positif). Metode: Efektivitas ekstrak kulit semangka terdapat bakteri Streptococcus mutans (ATCC 25175) dan Streptococcus sanguinis (ATCC 10556) dilihat dari uji Kadar Hambat Minimum (KHM) dan uji Kadar Bunuh Minimum (KBM) dengan konsentrasi ekstrak kulit semangka yang digunakan adalah 30%, 20%, dan 10%. Selanjutnya hasil tersebut dianalisis dengan uji statistik One Way Anova. Hasil: Ekstrak kulit semangka (Citrullus lanatus) dapat menghambat pertumbuhan dan membunuh koloni bakteri Streptococcus mutans (ATCC 25175) dan Streptococcus sanguinis (ATCC 10556) dengan nilai KHM 10% dan KBM 10%. Melalui uji statistik One Way Anova didapatkan hasil bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna pada efektivitas ekstrak kulit semangka dengan chlorhexidine (p ³ 0,05). Kesimpulan: Ekstrak kulit semangka (Citrullus lanatus) dapat menghambat pertumbuhan bakteri serta membunuh koloni bakteri Streptococcus mutans (ATCC 25175) dan Streptococcus sanguinis (ATCC 10556) sehingga dapat menjadi agen antibakteri terhadap karies gigi.

Background: Dental caries is a major problem regarding dental and oral health in Indonesia. According to Riskesdas in 2018, caries prevalence in Indonesia reached 88.8%. Dental caries can be caused by the pathogenic bacteria Streptococcus mutans which is the main pathogenic factor for the formation of dental caries. Caries can be formed because of the role of the bacteria Streptococcus mutans and Streptococcus sanguinis. So now it is necessary to develop antibacterial agents, one of which is against bacteria that cause dental caries. The development of antibacterial agents can be done is to using natural ingredients as antibacterial agents. One of the natural ingredients that can be used as an antibacterial agent is watermelon peel. Watermelon peel (Citrullus lanatus) has many medical benefits, one of which is as an antibacterial agent. Watermetoln peel turns out to contain phytochemicals such as flavonoids, terpenoids, tannins, saponins, and alkaloids that can act as antibacterial. Objectives: To determine and determine the effectiveness of watermelon peel extract (Citrullus lanatus) in inhibiting the growth and killing bacterial colonies of Streptococcus mutans (ATCC 25175) and Streptococcus sanguinis (ATCC 10556) and to compare the effectiveness of watermelon peel extract with chlorhexidine (positive control). Methods: The effectiveness of watermelon peel extract contained Streptococcus mutans(ATCC 25175) and Streptococcus sanguinis (ATCC 10556) seen from the Minimum Inhibitory Concentration (MIC) test and Minimum Killing Concentration (MBC) test with concentrations of watermelon peel extract used were 30%, 20%, and 10%. Furthermore, these results were analyzed by using One Way Anova statistical test. Results: Watermelon peel extract (Citrullus lanatus) could inhibit the growth and kill the bacterial colonies of Streptococcus mutans (ATCC 25175) and Streptococcus sanguinis (ATCC 10556) with a MIC value of 10% and MBC of 10%. Through the One Way Anova statistical test, the results showed that there was no significant difference in the effectiveness of watermelon peel extract with chlorhexidine (p ³ 0.05). Conclusion: Watermelon peel extract (Citrullus lanatus) can inhibit bacterial growth and kill bacterial colonies of Streptococcus mutans (ATCC 25175) and Streptococcus sanguinis (ATCC 10556) so that it can be an antibacterial agent against dental caries."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Khumairotuz Zahra
"Latar Belakang: Karies gigi merupakan masalah utama kesehatan gigi dan mulut di Indonesia dengan prevalensi 88,8% dan masih menjadi masalah yang serius tidak hanya bagi perawatan kesehatan gigi, tetapi juga kesehatan secara umum. Karies gigi disebabkan oleh bakteri patogen utama dalam rongga mulut yaitu Streptococcus mutans yang memetabolisme karbohidrat menjadi asam. Selain itu, terdapat Streptococcus sanguinis yang tidak hanya merupakan bakteri komensal, tetapi juga bakteri perintis koloni yang turut berkontribusi dalam pembentukan biofilm sehingga memfasiltiasi perlekatan bakteri patogen ke permukaan gigi. Oleh karena itu, agen antibakteri terhadap karies gigi terus dikembangkan, termasuk tanaman obat. Sampai saat ini, 50% masyarakat Indonesia masih memanfaatkan tanaman obat dan 96% di antaranya merasakan manfaatnya. Salah satu tanaman obat yang terus diteliti khasiatnya adalah akar manis. Akar manis atau Glycyrrhiza glabra L. merupakan tanaman obat asli Indonesia yang dibudidayakan dalam skala besar dengan sistem budidaya yang telah dikenal oleh petani. Akar manis memiliki banyak manfaat di bidang medis, khususnya sebagai agen antibakteri. Akar manis mengandung senyawa kimia yaitu glycyrrhizin, flavonoid, tanin, saponin, dan glabridine yang diketahui memiliki efek antibakteri.
Tujuan: Menganalisis efektivitas ekstrak etanol akar manis dalam menghambat pertumbuhan serta membunuh koloni bakteri Streptococcus mutans dan Streptococcus sanguinis, serta membandingkan efektivitas antibakterinya dengan kontrol positif (chlorhexidine).
Metode: Aktivitas antibakteri ekstrak etanol akar manis terhadap Streptococcus mutans dan Streptococcus sanguinis dievaluasi dengan uji kadar hambat minimum (KHM) dan uji kadar bunuh minimum (KBM) dengan konsentrasi 50%, 25%, 12,5%, 6,25%, dan 3,125% (v/v). Selanjutnya, uji statistik komparasi dengan One-way ANOVA dilakukan.
Hasil: Ekstrak etanol akar manis dapat menghambat pertumbuhan dan membunuh koloni bakteri Streptococcus mutans dengan nilai KHM dan KBM yaitu 6,25% dan 50%. Sementara itu, ekstrak juga dapat mengambat pertumbuhan serta membunuh bakteri Streptococcus sanguinis dengan nilai KHM dan KBM yaitu 25% dan 50%. Hasil uji statistik One-way ANOVA tidak menunjukkan adanya perbedaan bermakna dalam kedua kelompok (p>0.05).
Kesimpulan: Ekstrak etanol akar manis mampu menghambat pertumbuhan dan membunuh bakteri Streptococcus mutans dan Streptococcus sanguinis yang dapat berpotensi menjadi agen antibakteri terhadap karies gigi. Selain itu, tidak terdapat perbedaan efektivitas antara ekstrak etanol akar manis dengan kontrol positif (chlorhexidine).

Background: Dental caries is a major problem of oral health in Indonesia faced by 88,8% Indonesian population which poses a serious problem for dental health care as well as general health. Streptococcus mutans is the major causative pathogen of dental caries which metabolize carbohydrates into acids. In the other hand, Streptococcus sanguinis which are not only commensal bacteria, but also early colonizers contribute to the formation of biofilms thereby facilitating the adhesion of pathogenic bacteria to the tooth surface. Therefore, antibacterial agents against dental caries continue to be developed, including medicinal plants. To date, 50% of Indonesian people have been used medicinal plants and 96% of them feel the benefits. One of the medicinal plants which efficacy continues to be studied is licorice. Licorice or Glycyrrhiza glabra L. is a native Indonesian medicinal plant that has been cultivated on a large scale with cultivation system which has been known by farmers. Licorice has many benefits in the medical field, especially as an antibacterial agent. Licorice contains various chemical compounds such as glycyrrhizin, flavonoids, tannins, saponins, glabridine which are known to perform antibacterial effects.
Objective: To analyze the effectiveness of ethanol extract of licorice in inhibiting growth and killing Streptococcus mutans and Streptococcus sanguinis colonies and comparing the effectiveness of its antibacterial properties with the positive control (chlorhexidine).
Methods: The antibacterial activity of ethanol extract of licorice against Streptococcus mutans and Streptococcus sanguinis was evaluated by minimum inhibitory concentration (MIC) test and minimum bactericidal concentration (MBC) with the concentrations of 50%, 25%, 12.5%, 6, 25%, and 3.125% (v/v). Furthermore, One-way ANOVA comparative statistical test was performed.
Results: The ethanol extract of licorice inhibit growth and kill Streptococcus mutans colonies with MIC and MBC values of 6.25% and 50%, respectively. The extract can also inhibit growth and kill Streptococcus sanguinis with MIC and MBC values of 25% and 50%. The One-way ANOVA statistical test results did not show any significant difference within the two groups (p> 0.05).
Conclusions: The ethanol extract of licorice can inhibit growth and kill Streptococcus mutans and Streptococcus sanguinis colonies which may potentially be antibacterial agents against dental caries. In addition, there was no difference in effectiveness between ethanol extract of licorice root and positive control (chlorhexidine).
"
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadiah Amini
"Bintang laut Linckia laevigata adalah biota laut yang diduga memiliki aktifitas antifeedant. Penelitian bertujuan untuk menguji apakah ekstrak metanol yang diperoleh dari bintang laut Linckia laevigata memiliki peranan sebagai antifeedant terhadap ikan karang di perairan Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta. Pengujian dilakukan dengan mengamati pilihan ikan terhadap pakan kontrol dan pakan uji. Konsentrasi ekstrak metanol Linckia laevigata yang digunakan pada pakan uji adalah konsentrasi alaminya, yaitu 15,2 mg/ml. Hasil pengamatan pengujian yang telah dianalisis menggunakan Uji Chi-Kuadrat dan menunjukkan bahwa Linckia laevigata memiliki aktifitas antifeedant terhadap ikan karang.

The sea star Linckia laevigata seems to has active compounds with antifeedant activity. The study aims to investigate the antifeedant activity of methanol extract from the starfish Linckia laevigata against reef fishes at Pramuka Island Waters, Seribu Islands, DKI Jakarta. Treatment and control foods were used to see the reef fishes choice in the feeding assay. The concentration of methanol extract of Linckia laevigata used in this assay was 15,2 mg/ml, equivalent with the natural volumetric concentration of secondary metabolites from Linckia laevigata. Data analysis using Chi-Square Test showed that methanol extract of Linckia laevigata has antifeedant activity against reef fishes."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
S47705
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Emanuel Dani Ramdani
"ABSTRAK
Daun katuk (Sauropus androgynus (L) Merr) dan daun torbangun (Coleus amboinicus (Lour.)) merupakan tanaman yang umum digunakan sebagai laktagoga. Prolaktin memegang peranan utama dalam pembentukan ASI dan peningkatan prolaktin umumnya dilakukan dengan menghambat interaksi antara dopamin dengan reseptor dopamin D2. Oleh karena itu, pada studi ini, dilakukan penelitian untuk mendapatkan kandidat senyawa aktif sebagai laktagoga dari ekstrak air daun katuk dan daun torbangun. Kandungan senyawa ekstrak air daun katuk dan daun torbangun dianalisa dengan studi metabolomik menggunakan HPLC-MS/MS dan proses identifikasi dilakukan dengan menggunakan basis data Metlin. Validasi protokol virtual screening mekanisme inhibitor reseptor D2 dilakukan dengan menggunakan program PLANTS dan protokol terbaik menghasilkan nilai EF1% 7.18 dengan cutoff ChemPLP -121.6. Analisa virtual screening terhadap kandungan senyawa teridentifikasi menunjukkan tidak ada senyawa yang memiliki ChemPLP ≤-121.6. Senyawa yang paling mendekati nilai cutoff ChemPLP adalah cyanin dengan ChemPLP sebesar -104.7280.

ABSTRACT
Katuk leaves (Sauropus androgynus (L) Merr) and torbangun leaves (Coleus amboinicus (Lour.)) are known as galactagogue. Prolactin is the main factor in milk production and prolactin increase can be achieved by inhibiting the interaction between dopamine and dopamine D2 receptor. Therefore, this research focused on finding the compounds which have dopamine galactagogue activity from katuk leaves and torbangun leaves via D2 inhibitor. Compound database were retrieved with metabolomic study by using HPLC-MS/MS and the identification was performed with Metlin database. Virtual screening protocol validation for dopamine D2 receptor inhibitor was performed with PLANTS and the best protocol produced EF1% 7.18 with ChemPLP cutoff -121.6. Virtual screening analysis of identified compounds shows that no compound has ChemPLP≤-121.6. The closest ChemPLP was produced with cyanin with -104.7280."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2018
T50160
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fathiya
"Latar Belakang: Karies merupakan penyakit kronis infeksius yang telah tersebar luas secara global. Streptococcus mutans dianggap sebagai patogen utama yang bertanggung jawab atas perkembangannya. Karena itu, bakteri Streptococcus mutans umumnya menjadi target utama dalam pencegahan karies. Reduksi jumlah S. mutans dengan berbagai tindakan pencegahan seperti kemoprofilaksis dapat menyebabkan penurunan signifikan dari terjadinya karies gigi. Obat kumur merupakan salah satu kemoprofilaksis dengan sarana penghantaran antibakteri yang aman dan efektif. Chlorhexidine telah terbukti menjadi agen kemoprofilaktik yang efektif terhadap S. mutans. Namun, chlorhexidine juga telah dilaporkan menunjukkan banyak kekurangan dan keterbatasan dalam penggunaannya sehingga diperlukan antibakteri alternatif yang lebih aman dan efektif, salah satunya berupa obat kumur herbal. Penggunaan antibakteri berbahan alami mungkin juga dapat membantu mengontrol spesies yang resisten terhadap antibakteri sintetik. Tujuan: Systematic review ini bertujuan untuk mengevaluasi literatur ilmiah yang relevan untuk menganalisis perbandingan efek antibakteri obat kumur herbal dan chlorhexidine terhadap Streptococcus mutans. Metode: Penelusuran literatur dilakukan secara online hingga bulan Desember 2020 melalui tiga electronic database, yaitu PubMed, ScienceDirect, dan Scopus menggunakan pedoman PRISMA (Preferred Reporting Items for Systematic Reviews and Meta-Analyses) sebagai panduan penulisan. Hasil: Penelusuran literatur mengidentifikasi sebanyak tiga studi yang diterbitkan pada tahun 2013-2017. Dari ketiganya, dua studi menunjukkan obat kumur herbal memberikan efek antibakteri yang serupa dengan chlorhexidine, dan satu studi menunjukkan obat kumur herbal memberikan efek antibakteri terhadap Streptococcus mutans yang lebih efektif daripada chlorhexidine. Kesimpulan: Obat kumur herbal dapat menunjukkan efek antibakteri terhadap Streptococcus mutans yang serupa atau lebih unggul dibandingkan dengan chlorhexidine.

Background: Dental caries is a chronic infectious disease that still remains a major oral health problem worldwide. Streptococcus mutans is considered to be a major causative agent of dental caries. Thus, prevention of dental caries generally targets Streptococcus mutans. Reduction of Streptococcus mutans by various preventive measures such as chemoprophylaxis have shown a significant reduction in dental caries. Among the various antibacterial delivery systems, mouthwashes are one of the safest and effective vehicles. Chlorhexidine mouthwash has been shown to be an effective chemoprophylactic agent against Streptococcus mutans. However, it has also been reported to possess certain drawbacks and limitations in its use. This indicates a safer and more effective alternative antibacterial agent is needed, one of which is herbal mouthwash. The use of natural antibacterials may also help control species that are resistant to synthetic antibacterials. Objective: This systematic review mainly aimed to evaluate relevant scientific literature in the interest of analyzing the antibacterial effect of herbal mouthwash against Streptococcus mutans compared to chlorhexidine mouthwash. Methods: Online literature searching was carried out until December 2020 through three electronic databases, namely PubMed, ScienceDirect, and Scopus using the PRISMA (Preferred Reporting Items for Systematic Reviews and Meta-Analyzes) guidelines as a guide. Results: Three eligible studies published in 2013-2017 were identified. Among the three studies, two showed that herbal mouthwash provides an antibacterial effect against Streptococcus mutans similar to chlorhexidine while the other one showed herbal mouthwash provides a more effective antibacterial effect against Streptococcus mutans in comparison to chlorhexidine. Conclusion: Herbal mouthwash may exhibit similar or superior antibacterial effects against Streptococcus mutans compared to chlorhexidine"
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ritfa Sari
"Marasi (Curculigo latifolia) merupakan salah satu tanaman dari famili Hypoxidaceae yang terdapat di Indonesia, Semenanjung Malaya hingga Indo-China. Tanaman ini secara tradisional digunakan untuk mengobati kanker, diabetes melitus, demam, infeksi mata, infeksi bakteri. Curculigo latifolia mengandung senyawa curculigine, norlignane, terpenoid, flavonoid, tannin, glikosida fenol dan turunannya yang bersifat antioksidan dan antimikroba. Penelitian ini bertujuan untuk standardisasi dan mengkaji aktivitas antimikroba dari ekstrak terpilih tanaman Curculigo latifolia terhadap bakteri Propionibacterium acne, Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis. Pada penelitian ini dilakukan ekstraksi, uji zona hambat, uji KHM dan KBM, serta standardisasi ekstrak terpilih. Bagian tanaman yang digunakan antara lain daun, batang dan akar. Masing-masing bagian tanaman diekstraksi secara maserasi bertingkat menggunakan pelarut n-heksana, etil asetat, dan etanol 70%. Ekstraksi menggunakan pelarut etanol 70% v/v memberikan rendemen tertinggi di semua bagian tanaman, dengan nilai berkisar antara 9,3% hingga 12,64%. Uji zona hambat dari semua ekstrak yang dihasilkan, dilakukan dengan metode difusi cakram. Uji KHM dan KBM dilakukan dengan metode dilusi. Berdasarkan hasil uji antibakteri, ekstrak etil asetat dari bagian batang menunjukkan aktivitas antibakteri paling signifikan terhadap S. aureus dan S. epidermidis, sedangkan ekstrak n-heksana dari bagian akar memberikan hasil terbaik terhadap S. epidermidis. Ekstrak terpilih ditunjukkan oleh ekstrak etil asetat dari daun karena memiliki aktivitas antibakteri pada ketiga bakteri serta menjadi ekstrak dengan aktivitas tertinggi terhadap P. acne. Zona hambat ekstrak terpilih terhadap P. acne sebesar 11±1.4mm, nilai KHM sebesar 2.5%, dan KBM sebesar 5%. Analisis kualitatif menggunakan LC-HRMS menunjukkan terdapat 462 senyawa terdeteksi di dalam ekstrak terpilih Curculigo latifolia, termasuk senyawa kimia ursolic acid. Hasil standardisasi mutu menunjukkan bahwa ekstrak terpilih memenuhi standar keamanan dan kualitas, dengan kadar air kurang dari 10%, kadar abu total yang rendah, dan tidak terdeteksi adanya cemaran logam berat maupun mikroba.

Marasi (Curculigo latifolia) is one of the plants from the family Hypoxidaceae, found in Indonesia, the Malay Peninsula, and Indo-China. Traditionally, this plant is used to treat cancer, diabetes mellitus, fever, eye infections, and bacterial infections. Curculigo latifolia contains compounds such as curculigine, norlignane, terpenoids, flavonoids, tannins, phenolic glycosides, and their derivatives, which have antioxidant and antimicrobial properties. This study aims to standardize and evaluate the antimicrobial activity of the most active extract of Curculigo latifolia against Propionibacterium acnes, Staphylococcus aureus, and Staphylococcus epidermidis. The research involved extraction, inhibition zone testing, minimum inhibitory concentration (MIC), minimum bactericidal concentration (MBC), and standardization of the most active extract. The plant parts used include leaves, stems, and roots. Each part of the plant was subjected to multilevel maceration extraction using solvents n-heksanae, ethyl acetate, and 70% ethanol. Extraction with 70% ethanol (v/v) provided the highest yield across all plant parts, with values ranging from 9.3% to 12.64%. The inhibition zone test for all extracts was performed using the disk diffusion method. MIC and MBC tests were conducted using the dilution method. Based on the antibacterial tests, the ethyl acetate extract of the stem showed the most significant antibacterial activity against S. aureus and S. epidermidis, while the n-heksanae extract of the root showed the best results against S. epidermidis. The most active extract was identified as the ethyl acetate extract of the leaves, as it exhibited antibacterial activity against all three bacteria and showed the highest activity against P. acnes. The inhibition zone of the most active extract against P. acnes was 11±1.4mm, with an MIC value of 2.5%, and an MBC value of 5%. Qualitative analysis using LC-HRMS detected 462 compounds in the most active extract of Curculigo latifolia, including the chemical compound ursolic acid. The quality standardization results indicated that the most active extract met safety and quality standards, with a moisture content of less than 10%, low total ash content, and no detectable contamination from heavy metals or microbes."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2025
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ike Dwi Maharti
"Daging buah Avokad mengandung senyawa fenol (flavonoid, tannin), dan alkaloid yang secara teoritis dikatakan memiliki efek antibakteri.
Tujuan: Mengetahui efek antibakteri ekstrak daging buah Avokad terhadap Streptococcus mutans.
Metode: Ekstrak daging buah Avokad diekstraksi dengan metode infundasi, kemudian dibuat menjadi 4 konsentrasi yaitu 80%, 90%, 95%, dan 100%. Ekstrak tersebut lalu diujicobakan kepada Streptococcus mutans yang diisolasi dari saliva 20 mahasiswa FKG UI. Efek antibakteri diuji dengan menggunakan metode difusi dan pengenceran, yang ditujukan untuk menentukan diameter zona hambatan, kadar hambat minimum (KHM) dan kadar bunuh minimum (KBM).
Hasil: Nilai mean diameter zona hambatan yang dihasilkan ekstrak daging buah Avokad, yaitu: konsentrasi 80%: 1,368 mm; 90%: 1,391 mm; 95%: 1,171 mm; 100%: 1,800 mm. Ekstrak daging buah Avokad tidak memberikan nilai KHM dan KBM.
Kesimpulan: Pada penelitian ini, efek antibakteri ekstrak daging buah Avokad belum terbukti efektif terhadap Streptococcus mutans.
Saran: Dilakukan penelitian lebih lanjut tentang efek antibakteri ekstrak daging buah Avokad menggunakan metode ekstraksi berbeda.

Nowadays, traditional plants are becoming more often to be used as an
alternative choice for healing mouth diseases, including tootache. One of them is Persea americana, which is known as Avocado, that is used to heal tootache. Avocado fruit contains phenol, flavonoid, alkaloid, and tannin which are studied having an antibacterial effect.
Objective: To determine the antibacterial effect of Avocado fruit extract on Streptococcus mutans.
Method: The bacteria used in this experiment was identified from 20 dental students in University of Indonesia. The experiment used infundasion method to extract the fruit. The extract concentration tested were 80%, 90%, 95%, 100%. The test method of the antibacterial effect were diffusion and dillution method, which were used to determine the inhibition zone, minimum inhibition concentration (MIC) and minimum bactericidal oncentration (MBC).
Result: The inhibition zone of Avocado fruit extract were 80% concentration: 1,368 mm, 90%: 1,391 mm, 95%: 1,171 mm, 100%: 1,800 mm. Avocado fruit extract did not have MIC and MBC values.
Conclusion: On this research, Avocado fruit extract (infundasion method) had not been proven effective to give an antibacterial effect on Streptococcus mutans.
Suggestion: The next research will be about the antibacterial effect of Avocado fruit extract using a different extraction method.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2007
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>