Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 138201 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"After the launching of tourism in 1986 by President Suharto jathilan become more varied both in terms of presentation and story themes resources are taken. The development of the presentation is able to shift the initial function jathilan as part of the ritual as Merti village, rasullan, sedhekah sea, and the like are held regularly every year. Jathilan that there transformed into a commodity that is used as a tourist attraction. The presentation function jathilan now able to adapt to the needs of the community aestetic supporters, so that there are currently several categories jathilan; First jathilan ritual that we can only meet once a year for certain ceremonial events. Both jathilan entertainment, which can be encountered at any time when no one had a lavatory. And third jathilan for the festival. Jathilan festival is formatted with choreography and certain rules by the organizers"
JKSUGM 1:1 (2014) (2)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Sarah Monica
"Subjek penelitian di dalam penulisan ilmiah ini merupakan seorang perupa Yogyakarta bernama Nasirun. Fokus permasalahan yang diangkat dari beliau, yakni bagaimana dunia tradisi dari pengalaman masa lampau Nasirun, tidak hanya berperan sebagai sumber inspirasi bagi penciptaan anak karyanya, melainkan juga memengaruhi pembentukan karakter dan praktik di kehidupannya dalam rentang waktu yang terus berjalan. Artinya, bagi Nasirun tradisi bukanlah sebagai warisan masa silam yang beku di dalam zamannya, namun selalu dibawa dalam dimensi waktu yang berbeda, melalui aktualisasi dalam wujud lukisan dan praktik kesehariannya. Proses kontinuitas tradisi yang berjalan dari periode lampau sampai realitas kekinian tersebut, pada akhirnya mampu memosisikan Nasirun di dalam dinamika seni rupa Indonesia.

The research subject in this thesis is Nasirun, a painting artist from Yogyakarta. The focus of the issues originated from him is how the world of tradition from Nasirun’s past experiences, not only serves as the source of inspiration for his creations, but also influences his character building and everyday life practices in the span of his lifetime. It means, for Nasirun, tradition is not a past legacy frozen in its era, but always brought in different dimension of time, through the actualization in the forms of his paintings and his daily practices. The process continuity of tradition from the past to present realities finally positions Nasirun in the dynamics of Indonesian art."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2013
S44458
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Himawan Sutanto
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1999
S48976
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jessica Patria Pirngadie
"Seni di mata masyarakat masih saja dianggap sebagai suatu elemen yang hanya bersifat dekoratif saja. Mereka tidak menyadari peran asli seni dalam kehidupannya sehari-hari karena disebabkan oleh latar belakang dan pendidikan yang didapat oleh masyarakat tentang arti dan peran seni sesungguhnya. Oleh karena itu. apresiasi dan penghargaan masyarakat mengenai seni pada suatu ruang kota sangatlah minim. Mereka menganggap bahwa seni hanya merupakan suatu pemborosan dan suatu elemen yang tidak berguna.
Dengan mengacu pada prinsip-prinsip lersebut, skripsi ini fnencoba untuk menelaah leih lanjul aplikasi dan peran seni dalam ruang kota. Bagaimana kaitan seni dengan kualilas ruang kola secara Visual, teknis, dan fungsi seni sebenarnya? Seberapa besarkah peran seni dalam mempengaruhi kehidupan masyarakatnya? Apakah seni patut dan penting untuk dijadikan sebagai sebuah elemen dalam perancangan kota?
Skripsi ini bertujuan untuk mengkaji kaitlan antara seni dengan ruang kota melalui kualitas visual, kualitas fungsi, pengaruh dan eksistensi seni terhadap ruang kota, sejauh manakah peran seni dalam meningkatkan kualitas-kualitas tersebut dan bagaimana prinsip-prinsip teknis penempatan seni agar dapal memenuhi fungsinya."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
S48578
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lusi Indah Wijayanti
"Ruang publik merupakan ruang yang dapat digunakan oleh siapa saja dengan berbagai aktivitas. Namun meskipun demikian, ruang publik tetap memiliki batasan bagi penggunanya, yaitu berupa batasan akan hak dan kewajiban bagi tiap individu dalam beraktivitas di dalamnya. Ruang publik pada suatu ruang kota dibentuk oleh berbagai elemen, salah satunya yang sering ditemukan adalah signage. Sign yang sering ditemukan di ruang publik kota adalah berupa papan reklame ataupun billboard, yang merupakan bagian dari komunikasi massa. Ada berbagai jenis sign yang ditemui di ruang publik kota, salah satunya adalah yang bersifat non komersil dengan disajikan dalam bentuk tulisan tekstual. Namun bagaimanapun penyajiannya, Sign sebagai suatu elemen visual ruang kota tetap merupakan sesuatu yang dapat menarik pandangan manusia yang beraktivitas di ruang publik kota. Hal tersebut akan mempengaruhi pengalaman ruang masyarakat kota, yang disebabkan oleh sensasi, persepsi, dan pemaknaan atas apa yang mereka lihat dan melekat pada pikiran serta perasaan mereka.
Dalam karya tulis ini dibahas dan dikaji mengenai keterkaitan antara sensasi, persepsi, makna dan pengalaman ruang masyarakat dengan pendekatan semantik dan ruang. Pertanyaan tentang bagaimana saling keterkaitan tersebut terjadi, dan unsur-unsur
apa saja yang mempengaruhi terbentuknya sensasi, persepsi, makna dan pengalaman ruang yang berbeda pada masyarakat, menjadi pertanyaan-pertanyaan yang melatarbelakangi penyusunan karya tulis ini. Pengkajian kasus akan mengamati dan menganalisis suatu objek fisik yang ada di sekitar lokasi penempatan media komunikasi tekstual ruang luar, sebagai suatu bentuk perwujudan pemaknaan seseorang akan proses persepsi yang dialaminya, dari suatu stimuli berupa pesan tekstual ruang luar.

Public space is a space used by everyone through their activities. Public spaces;however, have a boundary of right and obligation for its users. In urban space, public space is formed by various elements such as signage that is the easiest element to find. Billboard and other public advertisements are the two signs that are usually founded in public space. Those signs belong to an outdoor mass communication that consists of various types such as non-commercial sign in a form of textual writing. Moreover, sign as a visual element of urban space can still attract the inhabitant?s attention and may influence their experience about space due to sensation, perception, and meaning. This experience; then, will set up in their mind and heart.
This thesis will explain the connection of sensation, perception and meaning that may influence the experience of the inhabitant about space, with semantic and space approach. The questions on how the connection of those three things happen, and what the elements that may influence the sense, perception, meaning, and acquaintance of the inhabitants are going to be the background of this thesis. The writer will observe the physical objects that put around the location of the textual publicity?s media as form of inhabitant?s meaning in the process of perception, from the textual publicity?s stimulation.
"
2008
S48451
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
"Pembagian ruang dalam rumah memiliki tujuan dan berdasarkan pada adat istiadat tertentu. Konsep rumah
bahkan mencerminkan status penghuninya. Konsep ruang rumah adat Bugis kaitannya dengan tingkatan
status dan penggunaan ruang dan waktu yang digunakan oleh mereka dalam prosesi perkawinan adat Bugis,
khususnya tradisi ”mappacci”.Tujuannya untuk mengetahui seni ruang dan waktu dalam “mapacci” pada
upacara perkawinan adat Bugis. Untuk tujuan tersebut metode yang digunakan adalah metode penelitian
etnografi. Etnografi adalah penelitian untuk mendeskripsikan kebudayaan sebagaimana adanya. Penelitian
ini berupaya mempelajari peristiwa kultural, yang menyajikan pandangan hidup subyek sebagai obyek studi.
Hasilnya adalah upacara “mappaci” perkawinan adat bugis tentang proksemik dengan pembagian ruang dalam
rumah dapat memberikan gambaran bahwa semakin dekat jarak sosial seseorang dengan pemangku hajat
menentukan ruang mana dia ditempatkan dan menentukan juga lama waktu yang dibutuhkan untuk mengikuti
prosesi perkawinan adat tersebut. Semakin dekat jarak sosial semakin lama waktu yang dibutuhkan untuk
mengikuti prosesi tersebut."
384 JKKOM 1:1 (2013)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Harma Adi Santri
"Perdebatan ruang-waktu dalam Arsitektur akan memakan waktu yang belum dapat diperkirakan. Arsitektur sendiri, belum secara tegas melakukan penelahaan akan makna ruang dan waktu itu sebelum terjadinya revolusi Perands. yakni pada sekitar akhir abad kesembilan-belas. Pada masa sebelum 'rtu, pemikiran tentang ruang-waktu hanya banyak menjadi bahan permasalahan ilmu-ilmu filsafat dan ilmu pengetahuan alam saja. Baru setelah terjadinya revolusi Perands, kalangan arsitektur mulai membuka pemahaman akan pe-makna-an penting dari definisi ruang dan waktu itu sendiri. Hal ini sangatlah disadari sebagai sesuatu yang ironis, karena pemahaman yang kemudian timbul adalah bahwasanya arsitektur itu sendiri adalah tentang 'pengolahan ruang*.
Pemahaman tentang 'waktu’ di dalam arsitektur sendiri, sepertinya akan lebih sedikit dibandingkan pemahaman-pemahaman mengenai ruang. Hal ini mengingat bahwa penyadaran tenteng pentingnya waktu sebagai salah satu dimensi dari ruang baru diberikan oleh Einstein dalam teori relativitasnya. Sebelumnya, dalam teori Newton, waktu hanyalah dianggap sebagai suatu elemen saja dari ruang, karena pada dasamya ruang itu sendiri adalah absolut. Pada perkembangannya, pemikiran Einstein ini sedikit banyak membuka cara baru dalam Arsitektur untuk menelaah definisi dari ruang, dimana 'waktu’ dipandang sebagai sesuatu yang “tidak terpisahkan' ketika kita berbicara soal 'ruang* di dalam arsitektur. Banyak pendekatan yang dapat dilakukan guna memahami persoalan ruang-waktu tersebut. Salah satunya adalah dengan melihat bagaimana persoalan ruang-waktu ini dipahami dalam bidang kajian-kajian diluar arsitektur ftu sendiri, dengan maksud menghadirkan suatu sudut pandang (perspektif), sebagai penyajian dari cara melihaVberpikir dari kajian tersebut, yang pada akhirnya hal ini dapat dijadikan pelajaran, terutama bagi dunia arsitektur"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2003
S48355
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Celerina Dewi Hartati
"Disertasi ini merupakan kritikan terhadap teori Emile Durkheim mengenai konsep sakral dan profan. Emile Durkheim melihat religi sebagai suatu bentuk dikotomi antara sakral dan profan dalam dimensi ruang dan waktu. Diskusi sakral dan profan selama ini senantiasa memperlakukan ruang dan waktu dalam analisis yang coextensive atau menyatu. Padahal dalam beberapa kebudayaan, pemisahan kedua hal tersebut yaitu antara ruang dan waktu sangat dibutuhkan dalam memahami konsepsi sakral, dan profan itu sendiri. Dalam kebudayaan Cina perlu adanya pemisahan ruang dan waktu dalam memperlihatkan yang sakral. Disertasi ini menunjukkan ruang sakral menjadi tidak sakral ketika tidak ada upacara dan dimensi waktu menentukan konsepsi sakral. Melalui dimensi waktulah, proses transformasi terjadi dengan mengubah yang profan menjadi sakral demikian juga sebaliknya.
Penelitian ini merupakan penelitian metode etnografi yang dilakukan di kelenteng Hok Lay Kiong, Bekasi. Teknik utama yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah pengamatan terlibat, dan pengamatan terhadap upacara-upacara seperti sembahyang ceit capgo, rangkaian upacara Imlek mulai dari upacara mengantar dewa dapur, upacara memandikan patung dewa, sampai dengan upacara Imlek, upacara Capgomeh, dan upacara ulang tahun dewa Hian Thian Siang Tee, yang merupakan dewa utama kelenteng. Wawancara mendalam juga dilakukan terhadap orang-orang kelenteng yang eliputi pengurus yayasan, pengurus kelenteng, medium, penjaga kelenteng, dan umat kelenteng. Dengan menganalisis upacara-upacara tersebut terlihat bagaimana konsepsi sakral terwujud dalam sebuah upacara dan dimensi waktu yang mengubah profan menjadi sakral.

This dissertation is a form of criticism of Emile Durkheim’s theory of the concepts of the sacred and profane. Emile Durkheim perceives religion as dichotomy between the sacred and profane in the dimensions of space and time. The discussion related to the sacred and profane has always treated space and time in coextensive or unified analysis. Whereas in some cultures, the separation between space and time is needed to understand the concepts of the sacred and profane. In Chinese culture, it is necessary to separate space and time in showing
the sacred. This dissertation presents that the sacred space is not sacred when there is no ceremony, and the time dimension determines the conception of the sacred. Through the time dimension, the process of transformation occurs by changing the profane into the sacred, and vice versa. This study uses ethnographic method conducted at Hok Lay Kiong Temple, Bekasi. The main data collection techniques used are involved-observation, and ceremonies
observation such as the Ceit Capgo, Chinese New Year ceremonies ranging from accompanying the Kitchen God, bathing ceremony to god statues, to Chinese New Year ceremonies, Capgomeh ceremony, and the celebration of Hian Thian Siang Tee birthday. Indepth interviews were also conducted with the temple’s people including the foundation’s
management, the temple administrator, the medium, the temple guards, and the temple community. By analyzing the ceremonies, it can be seen how the conception of the sacred occured, and the time dimension changes the profane into a sacred.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Karhi Nisjar Sardjudin
"ABSTRAK
Indonesia adalah salah satu negara berkembang yang sejak
Pelita I sedang giat-giatnya melaksanakan pembangunan di
segala bidang. Sampai menjelang Pelita V, dana pembangunan
yang berasal dari sektor minyak dan gas bumi masih
menunjukkan sumber penerimaan negara yang terpenting dalam
pembangunan.
Pada saat ini Industri Minyak ditandai oleh lingkungan usaha
yang penuh ketidak-pastian _ dan perkembangan usaha yang
bergejolak naik-turun dengan perubahan yang cepat.
Perubahan tersebut terutama disebabkan oleh perkembangan
ekonomi, politik, sosial dan teknologi di dunia yang
datangnya bertubi-tubi akhir-akhir ini.
Pemerintah selama ini telah mempercayakan Lemigas untuk
menangani bidang penelitian dan pengembangan teknologi minyak
dan gas bumi Indonesia. Dalam melaksanakan kegiatannya,
Lemigas semula dibiayai oleh negara untuk sebagian besar
kebutuhan anggarannya. Namun karena keterbatasan anggaran
negara pada saat ini Lemigas terpaksa harus mampu membiayai
kebutuhan sendiri secara swadaya. Dalam situasi yang
mengharuskan badan ini untuk beroperasi secara mandiri
tersebut, timbullah berbagai masalah yang menjadi kendala
dalam proses pelaksanaannya. Masalah tersebut terletak pada
keterkaitan Lemigas pada prosedur penganggaran yang tidak
menunjang perkembangan kebutuhan yang harus mengikuti
dinamika industri perminyakan dewasa ini.
Pembahasan masalah ini dilakukan dengan menggunakan
pendekatan komparatif, yaitu dengan cara membandingkan teori
dengan pelaksanaan berdasarkan pengalaman nyata yang terjadi
pada Lemigas. Fokus pembahasan diletakkan pada bidang
penganggaran , khususnya yang menyangkut segi-segi hambatan
dan beban biaya yang diakibatkan.
Sebagai hasil dari analisa komparatif tersebut di atas,
diperoleh temuan-temuan sebagai berikut:
1. Penanganan penelitian dan pengembangan teknologi, minyak
dan gas bumi di Indonesia yang menjadi tanggung jawab
Pemerintah, industri dan lembaga pendidikan, masih belum
terlaksana s.ecara ef.ektif dan terpadu.
2. Cara pembiayaan Lemigas yang harus dijalankan atas dasar
swadaya dengan dana dari hasil kegiatan sendiri,
bertentangan dengan ketentuan peraturan negara (ICW dan
Keppres 29/1984).
3. Dalam rangkaian program kegiatan yang telah direncanakan
untuk Lemigas, belum ada kriteria yang jelas untuk
menentukan tingkat prioritas kegiatan pokok badan ini
untuk mengalokasikan dananya.
4. Pola penganggaran yang sekarang ternyata tidak sesuai
dengan kebutuhan dan sifat-sifat kegiatan Lemigas.
Dari temuan tersebut di atas dapat dibuktikan bahwa prosedur
anggaran tahunan Lemigas, yang sangat terikat pada birokrasi
pemerintah tidak memperhitungkan dimensi waktu dan biaya,
sehingga mengakibatkan sejumlah kerugian. Kerugian-kerugian
tersebut berupa:
1. Kerugian yang dapat dihitung dengan pasti, yaitu:
a. Biaya dana (Cost of Money)
b. Denda keterlambatan.
c. Turunnya daya-beli uang atau inflasi.
d. Hilangnya peluang penerimaan dari proyek.
e. Kerugian beban biaya tetap.
2. Kerugian yang tidak dapat dihitung dengan pasti, yaitu:
a. Kehilangan pasar, karena pelanggan pindah ke pesaing.
b. Rusaknya citra, sehingga kepercayaan hilang.
Berdasarkan temuan-temuan tersebut di atas, diusulkan
beberapa saran perbaikan:
1. Agar industri perminyakan dan gas bumi ditempatkan di
barisan paling depan sebagai sumber dana untuk bidang
penelitiGn dan pengembangan teknologi. Peran pemerintah
lebih diutamakan untuk fungsi yang bersifat koordinasi,
sedangkan lembaga penelitian dan pendidikan diarahkan
untuk mengembangkan bidang penelitiannya.
2. Pemerintah agar memikirkan tentang sumber pembiayaan
Lemigas yang dapat lebih menjamin kelancaran tugas
operasionalnya. Untuk itu diusulkan agar anggarannya
dibebankan kepada hasil produksi industri perminyakan dan
gas bumi.
3. Dalam penyusunan program program kriteria urutan prioritas
kegiatan harus ditentukan secara jelas dalam bentuk yang
dapat dimengerti oleh semua pihak yang berkepentingan
melaksanakannya.
4. Agar pola penyusunan anggaran setidak-tidaknya disusun
memenuhi kepentingan dua pihak: a. Kepentingan Pemerintah,
yaitu agar anggaran memenuhi peraturan keuangan negara.
b. Kepentingan Lemigas, yaitu agar anggaran sifatnya luwes
dan tidak menjeratkan kedalam jalur-jalur birokrasi, demi
kelancaran operasi Lemigas.
"
1990
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>