Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 167976 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Tanaman Jintan (Plectranthus amboinicus) dikenal sebagai tanaman bangun-bangun, dikenal sebagai salah satu tanaman berkhasiat obat bagi masyarakat Indonesia. Penelitian ini bertujuan menganalisis aktivitas ekstrak daun jintan dan mengetahui efek toksisitas akut pada tikus putih yang diinduksi arthritis. Ekstrak dari daun jintan segar disarikan dengan metode maserasi ethanol 96%, dan diencerkan dengan larutan CMC-Na. Tikus putih Wistar jantan dan betina, umur 2-3 bulan dibagi 5 kelompok: Kontrol, induksi arthritis (P1), induksi artritis dan ekstrak daun jintan dosis 19 g/kgBB (P2), induksi artritis dan ekstrak daun jintan dosis 38 g/kgBB (P3) dan kelompok obat allopurinol 2,5 mg/kgBB (P4). Seluruh kelompok tikus diinduksi arthritis menggunakan uric acid 2% dan oxonic acid 1,5% per oral selama 15 hari berturut-turut. Setelah terbentuk lesi arthritis, diberikan ekstrak daun jintan secara intra peritoneal selama 7 hari. Sampel serum darah diambil sebelum dan sesudah perlakuan untuk mengukur konsentrasi monosodium urea (MSU). Uji toksisitas akut menggunakan 4 kelompok tikus putih Wistar jantan dan betina yang diberi ekstrak daun jintan mulai dosis 1900 mg/kg BB, 3800 mg/kgBB dan 5000 mg/kgBB. Hasil penelitian menunjukkan ekstrak daun jintan secara kualitatif mempunyai kandungan senyawa Flavonoid, Saponin, Polifenol, Terpen dan Antrakuinon. Uji aktivitas ekstrak daun jintan memperlihatkan penurunan konsentrasi MSU (p<0,05) pada kelompok P2 dan P3, sedangkan pada kelompok P1, P4 dan kontrol tidak ada perbedaan (p>0,05) sebelum dan sesudah perlakuan. Uji toksisitas akut ekstrak daun jintan tidak menimbulkan kematian 50% (LD50) dan tidak menimbulkan gejala toksik, gangguan syarafi dan penurunan aktivitas pada semua kelompok perlakuan sehingga ekstrak daun jintan dapat digolongkan sebagai bahan yang ?praktis tidak toksik.

Anti Inflammation Effects and Acute Toxicity of Jintan Leaves (Plectranthus amboinicus) Extract on Arthritis Induced Rats. Jintan plant (Plectranthus amboinicus) is known as bangun-bangun plant and known as one of medicinal plants for Indonesian people. The purposes of this study were to analyze jintan leaves extract activity and to understand acute toxicity effect on arthritis induced rats. Extract were obtained from fresh jintan leaves by ethanol 96% maceration method, then diluted with CMC-Na. White rats strain wistar aged 2?3 months were divided into 5 groups: Control; treatment arthritis induced (P1), treatment arthritis induced given extract dose of 19 g/kg BW (P2); treatment arthritis induced given extract dose of 38 g/kgBW (P3) and treatment group with allopurinol dose of 2.5 mg/kg BW. Arthritis induced was done by uric acid 2% and oxonic acid 1.5% intraperitoneal for 15 days. After formed a lesion arthritis, jintan extract and allopurinol were given for 7 days. Blood serum sample were collected before and after treatment to measure Monosodium Urea (MSU) concentration. Acute toxicity test using 4 groups of Wistar rats given jintan extract starting dose of 1900 mg/kgBW, 3800 mg/kgBW and 5000 mg/kgBW. The results showed that jintan extract contain relative fraction of flavonoid, saponin, polyphenol, terpen and antraquinon. Activity test of jintan extract showed decrease concentration of MSU (p<0.05) in group P2 and P3, while in group P1, P4, and control no differences (p>0.05) before and after treatment. Acute toxicity test showed no lethal dose 50% and there were no toxic symptoms of neurological disorders and physical activity disturbance in all treatment group, so that jintan leaves extract can be classified as ?practically nontoxic? herbal plant."
Universitas Airlangga. Fakultas Kesehatan Masyarakat, 2013
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"The purpose of this research was to develop anti-cytokine-based treatment using extract of Plectranthus amboinicus
applied to gout arthritis (GA) patients. The research was quasi experimental, with a pretest-posttest randomized control
group design. The samples were GA patients in the Outpatient Installation of Internal Medicine in General Hospital
Haji, Surabaya. The sample was comprised of 30 respondents. The respondents were divided into a treatment group and
a control group. The treatment group was asked to take medicine from the hospital, coupled with P. amboinicus extract
capsules, for 7 days, during which time patients’ joint inflammation was observed. The control group was provided with
only medication from the hospital, and their joint inflammation was likewise observed. Blood samples were taken
before and after treatment, to measure the levels of blood urea nitrogen (BUN) and creatinine, as well as the
concentrations of TNF-α and IL-1β. There was a decrease in BUN and creatinine levels in the control group, but it was
not significant, decreasing by 3% and 8%, respectively. The treatment group also showed elevated levels of BUN and
creatinine, which also was not significant at 3% and 7%, respectively. There was a decrease in the concentration of
TNF-α in the control group by 9% and 22%. The concentration of IL-1β in the control group increased by 18%,
whereas,in the treatment group, it decreased by 3%; however, the decreases in both groups were not significant.
Pengaruh Ekstrak Daun Jintan (Plectranthus amboinicus) terhadap Kadar BUN dan Kreatinin serta Respon
Seluler Faktor Proinflamasi TNF-α dan IL-1β Pasien Gout Artritis. Pengobatan gout artritis (GA) saat ini
dikembangkan berbasis anti sitokin yaitu blokade kemokin, penghambatan pelepasan IL-1β dan TNF-α. Tujuan
penelitian ini adalah mengembangkan pengobatan berbasis anti sitokin dengan menggunakan ekstrak daun jintan yang
diaplikasikan pada penderita GA. Penelitian ini adalah penelitian eksperimental semu dengan desain penelitian
randomized pretest-posttest control group design. Pengambilan sampel pasien GA di Instalasi Rawat Jalan Poli
Penyakit Dalam RSU Haji Surabaya yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Jumlah sampel sebanyak 30
responden terbagi menjadi kelompok perlakuan dan kelompok kontrol masing-masing 15 responden. Pada kelompok
perlakuan diminta untuk minum obat dari Rumah Sakit ditambah dengan kapsul ekstrak daun jintan selama 7 hari,
dengan dilakukan pengamatan keradangan sendi. Pada kelompok kontrol minum obat dari Rumah Sakit dan dilakukan
pengamatan keradangan sendi. Sampel darah diambil sebelum dan sesudah perlakuan untuk mengukur kadar BUN,
kreatinin, konsentrasi TNF-α dan IL-1β. Terdapat penurunan kadar BUN dan kreatinin pada kelompok kontrol namun
tidak signifikan yaitu menurun sebesar 3% dan 8%. Sementara pada kelompok perlakuan terdapat peningkatan kadar
BUN dan Kreatinin namun juga tidak signifikan sebesar 3% dan 7%. Terdapat penurunan konsentrasi TNF-α pada
kelompok kontrol sebesar 9% dan kelompok perlakuan sebesar 22%, keduanya tidak signifikan. Sementara konsentrasi
IL-1β terjadi peningkatan pada kelompok kontrol sebesar 18%, sementara pada kelompok perlakuan terjadi penurunan
sebesar 3%, keduanya tidak signifikan."
Universitas Airlangga. Faculty of Public Health ; Universitas Wijaya Kusuma Surabaya. Faculty of Veterinary Medicine, 2014
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Peningkatan konsentrasi kristal monosodium urea pada sendi dan jaringan menunjukkan adanya keradangan Gout artritis (GA). Angka insiden dan prevalensi GA tersebar di negara berkembang sebesar 2?15%. Di Indonesia, prevalensi GA sekitar 29% dan sering terjadi pada suku Minahasa, Toraja dan Batak. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis aplikasi minyak atsiri kunyit sebagai anti-radang pada penderita GA dengan diet tinggi purin serta mengukur mediator
seluler tumor necrosis factor-α (TNF-α). Desain penelitian adalah randomized pretest-posttest control group design dengan pemberian secara single blind. Tes GCMS dilakukan untuk mengetahui komponen aktif minyak atsiri. Sampel penelitian ini adalah pasien baru GA di RS Haji Surabaya. Selama tujuh hari, kelompok perlakuan diberi minyak atsiri kunyit dengan dosis 25 mg/kg BB, sedangkan kelompok kontrol diberi indometasin dengan dosis 150 mg/kg BB. Sampel darah diambil sebelum dan sesudah perlakuan. Minyak atsiri kunyit mempunyai empat fraksi komponen aktif. Terdapat penurunan kadar urea darah pada kelompok perlakuan (p = 0,001) dan kelompok kontrol (p = 0,007). Terdapat penurunan konsentrasi pelepasan TNF-α, tetapi penurunan ini tidak berbeda secara signifikan pada kelompok kontrol dan perlakuan.
Increased concentrations of crystal monosodium urea at joint and soft tissue represent induced of inflammation at gout arthritis (GA). Incidence and prevalence GA disseminate wide in developed countries in Asian range from 2-15% and In Indonesia, GA prevalence was 29% and mostly found in Minahasa, Toraja, and Batak ethnics. This research was aimed to analyse application of curcuma domestica volatile oil as anti inflammation agent on gout arthritis patient who has high purin diet and to assess specific cellular mediator Tumor Necrosis Factor-α (TNF-α). The design of the study was randomized pretest-posttest control group design with single blind treatment. The GCMS test was performed to identify active component in volatile oil. The sample was the new gout arthritis patient in Haji Public Hospital Surabaya. For a week, treatment group was assigned with volatile oil with dose 25 mg/kg body weight and the control group was given indometasin 150 mg/kg body weight. Blood samples were taken before and after treatment. Volatile oil of curcuma domestica (Curcuma domestica, val) has four fraction of active component. There was
decreasing in blood urea level in treatment group (p = 0.001) and control group (p = 0.007). Both in control and treatment group, there was also decreasing in TNF-α, however it was not statistically significant. "
[Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat UI;Universitas Airlangga. Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Airlangga. Fakultas Kesehatan Masyarakat], 2010
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Devasya Nathania Kamilla
"Latar Belakang : Karies merupakan penyakit dengan prevalensi tertinggi di dunia dan di Indonesia prevalensi karies mencapai 88,8%. Karies disebabkan oleh bakteri Streptococcus mutans, dalam rongga mulut bakteri Streptococcus mutans serotipe C mendominasi dengan jumlah 70-80%. Selain itu, Streptococcus sanguinis yang merupakan bakteri perintis koloni berkaitan erat dengan pembentukan biofilm. Menurut WHO, 80% populasi dunia masih bergantung pada obat berbahan dasar tanaman karena kurangnya biaya, lebih mudahnya akses dan efek samping. Oleh karena itu, penelitian lebih lanjut mengenai berbagai tanaman obat diperlukan. Salah satunya adalah Plectranthus amboinicus (Lour.) Spreng atau Daun Bangun-Bangun yang merupakan tanaman obat yang memiliki berbagai fungsi antara lain antimikroba. Tanaman ini juga mengandung berbagai senyawa bioaktif seperti Fenol, Carvacrol, Thymol, Neophyatidine, dll yang diketahui memiliki efek antibakteri. Tujuan : Mengetahui efektivitas ekstrak Plectranthus amboinicus (Lour.) Spreng dalam menghambat pertumbuhan dan membunuh bakteri Streptococcus mutans serotipe C dan Streptococcus sanguinis. Metode : Dilakukan uji Kadar Hambat Minimum (KHM) dan Kadar Bunuh Minimum (KBM) untuk mengetahui sifat antibakteri dari ekstrak etanol Plectranthus amboinicus (Lour.) Spreng dengan konsentrasi 50%, 25%, 12,5%, 6,25%, dan 3,125% (v/v) untuk mengetahui pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans serotipe C dan Streptococcus sanguinis. Hasil : Ekstrak etanol Plectranthus amboinicus (Lour.) Spreng dengan konsentrasi 3,125% dapat menghambat pertumbuhan dan pada konsentrasi 50% dapat membunuh bakteri Streptococcus mutans serotipe C. Sedangkan pada konsentrasi 6,25% ekstrak dapat menghambat pertumbuhan dan pada konsentrasi 25% dapat membunuh bakteri Streptococcus sanguinis. Hasil uji statistik One Way Anova menunjukkan adanya perbedaan bermakna antara setiap perlakuan (p<0.05). Kesimpulan : Ekstrak etanol Plectranthus amboinicus (Lour.) Spreng dapat menghambat pertumbuhan dan membunuh bakteri Streptococcus mutans serotipe C dan Streptococcus sanguinis

Background : Caries is a disease with the highest prevalence in the world and in Indonesia the prevalence of caries reaches 88.8%. Caries is caused by Streptococcus mutans, in the oral cavity of the bacteria Streptococcus mutant serotype C dominates with an amount of 70-80%. In addition, Streptococcus sanguinis which is a primary colonizer bacteria related to the formation of biofilms. 1According to WHO, 80% of the world's population still depends on plant-based medicines due to lack of costs, easier access and side effects. Therefore, further research on various medicinal plants is needed. One of them is Plectranthus amboinicus (Lour.) Spreng or Daun Bangun-Bangun which is a medicinal plant that has various functions, including antimicrobial. This plant also contains various bioactive compounds such as Phenol, Carvacrol, Thymol, Neophyatidine, etc. which are known to have antibacterial effects. Objective: To determine the effectiveness of Plectranthus amboinicus (Lour.) Spreng extract in inhibiting growth and killing Streptococcus mutans serotype C and Streptococcus sanguinis. Methods: The Minimum Inhibitory Concentration (MIC) and Minimun Bactericidal Concentration (MBC) tests to determine the antibacterial properties of the ethanol extract of Plectranthus amboinicus (Lour.) Spreng with a concentration of 50%, 25%, 12.5%, 6.25 %, and 3.125% (v/v) to determine the growth of Streptococcus mutans serotype C and Streptococcus sanguinis. Results: Plectranthus amboinicus (Lour.) Spreng ethanol extract with a concentration of 3.125% inhibit the growth and at a concentration of 50% kill Streptococcus mutans serotype C. While at a concentration of 6.25% the extract inhibit the growth and at a concentration of 25% can kill Streptococcus sanguinis. The results of the One Way Anova statistical test showed a significant difference between each treatment (p <0.05). Conclusion: Plectranthus amboinicus (Lour.) Spreng ethanol extract can inhibit growth and kill Streptococcus mutans serotype C and Streptococcus sanguinis"
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
cover
Muhammad Rasyid Setyawan
"Telah dibuat ekstrak jamu anti-aterosklerosis (AA) dengan bahan daun tanjung (Mimusops elengi L.), daun belimbing manis (Averrhoa carambola L.), dan temulawak (Curcuma xanthorriza L.) yang merupakan tumbuhan dengan kandungan zat aktif yang bisa menurunkan faktor risiko aterosklerosis. Pembuatan ekstrak meliputi pengeringan bahan segar yang dilakukan menggunakan tray dryer pada suhu 100oC dan waktu 230 menit untuk temulawak, 60 menit untuk daun tanjung, dan 80 menit untuk daun belimbing. Simplisia kering diekstrak menggunakan pelarut air dalam waktu 45 menit yang ditandai nilai TPC dan TFC tertinggi pada variasi waktu ekstraksi, dengan nilai TPC sebesar 3,173 mg GAE/ml, dan nilai TFC terbaik pada 30 menit, dengan nilai TFC sebesar 0,635 mg QE/ml. Ekstrak cair kemudian disaring menggunakan kain saring dan dikeringkan menggunakan pengeringan beku dan dihasilkan kandungan fitokimia yaitu xanthorrhizol, alfa-curcumene, dan alfa-bergamotene tertinggi dengan area berturut-turun 11,5%, 7,66%, dan 6,33%. Hasil uji toksisitas menunjukkan nilai Lethal Dose (LD50) ekstrak jamu AA sebesar 3,321 g/kg BB mencit. Berdasarkan hasil simulasi produksi ekstrak jamu AA berkapasitas 7,024 kg/hari, didapatkan NPV sebesar 3.084.000$, IRR sebesar 38,52%, serta PBP dalam kurun waktu 1,55 tahun dengan harga produk 0,2$ per kapsul.

Anti-atherosclerosis (AA) herbal extracts have been made using tanjung leaves (Mimusops elengi L.), sweet starfruit leaves (Averrhoa carambola L.), and temulawak (Curcuma xanthorriza L.) which are plants with active substances that can reduce atherosclerosis risk factors. The extracts included drying of fresh ingredients using a tray dryer at a temperature of 100oC and a time of 230 minutes for temulawak, 60 minutes for tanjung leaves, and 80 minutes for star fruit leaves. Dried simplicia was extracted using water in 45 minutes which was marked by the highest TPC and TFC values ​​at various extraction times, with a TPC value of 3.173 mg GAE/ml, and the best TFC value at 30 minutes, with a TFC value of 0.635 mg QE/ml. The liquid extract was then filtered using filter cloth and dried using freeze-drying and the highest phytochemical content, namely xanthorrhizol, alpha-curcumene, and alpha-bergamotene, were 11.5%, 7.66%, and 6.33% respectively. The results of the toxicity test showed that the lethal dose (LD50) of the herbal extract AA was 3.321 g/kg body weight of mice. Based on the simulation results of AA herbal extract production with a capacity of 7,024 kg/day, obtained NPV of 3,084,000$, IRR of 38.52%, and PBP for a period of 1.55 years with a product price of 0.2$ per capsule."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amirah Deandra Diba
"ABSTRACT
Di Indonesia, kanker kolorektal termasuk dalam kanker dengan insidensi tinggi yang
memiliki rata-rata kematian sebanyak 10.2% pada pria dan 8.5% pada wanita.
Meskipun kemoterapi adalah terapi standar untuk kanker kolorektal, efek samping yang
disebabkan masih tinggi. Oleh karena itu, dibutuhkan agen antikanker potensial yang
berasal dari herbal sebagai terapi baru atau tambahan. Berdasarkan penelitian
sebelumnya, kulit Garcinia mangostana L. (mangostin) mengandung α- mangostin yang
berpotensi sebagai agen antikanker karena dapat memicu apoptosis dan memiliki
kandungan antioksidan yang tinggi. Untuk meningkatkan efikasinya di area kolon,
fraksinasi ekstrak etil asetat dari G. mangostana L. diformulasikan ke dalam bentuk
mikropartikel dan dienkapsulasi dengan kitosan-alginat yang bersifat targeted-release
pada area kolon. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan LD50 dari fraksinasi etil
asetat ekstrak G. mangostana L. dengan mikroenkapsulasi. Metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah uji toksisitas akut oral dengan menggunakan 20 mencit
BALB/c betina nulipara yang dibagi menjadi 4 kelompok (n=5) yang diberikan dosis
tunggal 2, 3, dan 5 g/kgBB dan satu kelompok kontrol. Administrasi ekstrak pada
mencit BALB/c pada dosis tunggal mangosteen 2, 3, dan 5 g/kgBB tidak menunjukkan
gejala toksisitas selama 14 hari observasi. Hasil dari penelitian ini mengindikasikan
bahwa mikropartikel ekstrak fraksi etil asetat G. mangostana L. tidak menunjukkan
toksisitas pada dosis tunggal 2, 3, dan 5 g/kgBB. Untuk memastikan tingkat keamanan
dari partikel ini, perlu dilakukan pemeriksaan histopatologi dan biokimia serta uji
toksisitas subkronik.

ABSTRACT
In Indonesia, colorectal cancer is included in the list of cancers with high incidence with
estimated death rate of 10.2% in men and 8.5% in women. Although chemotherapy is a
standard therapy for colorectal cancer, it leaves a problem of adverse side effects that
need to be sought from potential anticancer agents from herbs to be used as a new or
additional therapy. Based on previous studies, Garcinia mangostana L. (mangosteen)
pericarp contains α- mangostin that is potential as an anti-cancer agent as it can induce
apoptosis and has a high antioxidant content. To improve its efficacy in the colon area,
fractionation of ethyl acetate extract of G. mangostana L. was then formulated into
microparticles encapsulated by chitosan-alginat material which targeted-release aiming
the colon area. This research aims to identify the LD50 microencapsulated fractionation
of ethyl acetate extract of G. mangostana L. The method used in this experiment was
oral acute toxicity test using 20 nulipara female BALB/c mice that were divided into 4
groups (n=5) that were given intragastric administration of a single dose of 2, 3, and 5
g/kg.BW and one control group. Administration of this extract to BALB/c mice at a
single dose of 2, 3, and 5 g/kg body weight mangosteen produced no toxicity signs
during 14 days of observation. The results of this study indicate that encapsulated of
ethyl acetate fraction microparticles of G. mangostana L. extract cause no toxicity at a
single dose of 2, 3, and 5 g/kg body weight. To ensure the safety level,
histopathological, biochemical examination and subchronic toxicity test are necessary."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Turnip, Idawaty Elisabet
"Timbal, mangan, fenol, merupakan zat-zat kimia yang banyak terdapat
diperairan karena berasal dari limbah buangan industri, maupun sisa-sisa
penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari. Tidak hanya diperairan, terutama
timbal dan mangan juga terdapat di linkungan udara.Kandungan yang berlebihan
akan zat-zat tersebut diperairan dapat menimbulkan kemsakan dalam sistem biota
akuatik, terutama pada ikan, yang akhirnya dapat merugikan manusia pula, karena
hidup manusia tidak bisa lepas dari air dan lingkungan sekitar.Dalam penelitian ini
dilakukan uji toksisitas akut zat-zat tersebut terhadap ikan mas yang berusia
sekitar 1 bulan dengan berat antara 1 - 2 gr.Timbal dan mangan yang
dipergunakan dalam bentuk senyawaan dengan nitrat, dan fenol dalam bentuk fenol mumi. Parameter dalam uji toksisitas akut ini adalah LCso. yaitu konsentrasi
toksikan dimana diperoleh 50% hewan uji mati. Pengujian dllakukan selama 96
jam atau 4 hari. Penelitlan ini juga mengamati apakah ada bioakumulasi zat-zat
tersebut dalam tubuh ikan. Hasii yang diperoleh dari penelitlan ini adalah harga
LCso - 96 jam bagi fenol adalah sebesar 40 ppm, timbal nitrat sebesar 50 ppm,
dan 100 ppm bagi mangan nitrat. Tidak terlihat adanya akumulasi pada ikan mas
untuk semua senyawa tersebut."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2002
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Rahayu Widya Ningrum
"Hingga saat ini di Indonesia belum ada metode uji toksisitas akut limbah yang terakreditasi oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN). Organization for Economic Cooperation & Development (OECD) merupakan salah satu organisasi yang sudah mengeluarkan prosedur standar pengujian toksisitas lingkungan OECD 425 secara internasional.
Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis apakah metode OECD 425 memenuhi persyaratan validasi yaitu akurasi dan presisisi serta dapat digunakan sebagai metode standar pengujian toksisitas akut limbah di Indonesia. Pada penelitian ini digunakan tembaga (II) sulfat pentahidrat sebagai reference toxicant untuk mengetahui nilai LD50 dan pengaruh pemberian larutan tersebut pada hati dan ginjal. Hewan uji berupa mencit betina galur DDY sebanyak 120 ekor. Kelompok perlakuan diberi tembaga (II) sulfat pentahidrat dengan dosis berturut-turut 840 dan 2150 mg/kg bb, sedangkan kelompok kontrol diberi akuades. Nilai LD50 ditentukan dengan software AOT425StatPgm, kemdian dilakkan validasi nilai LD50 tersebut.
Hasil uji toksisitas akut oral OECD 425 menunjukkan nilai LD50 tembaga (II) sulfat pentahidrat 1344 mg/kg bb yang sesuai dengan literatur. Pemeriksaan histologi hati dan ginjal menunjukkan adanya pengaruh pemberian dosis 840 mg/kg bb dan 2150 mg/kg bb. Metode pengujian toksisitas akut oral OECD 425 memenuhi persyaratan akurasi dan presisi serta dapat menjadi metode acuan untuk pengujian toksisitas akut oral limbah di Indonesia.

Up to this time in Indonesia, an acute oral toxicity test of waste hasn?t been accreditated by the National Accrediatation Committee (KAN). Organization for Economic Cooperation & Development (OECD) is one of the organization which published an OECD 425 guideline method for environmental toxicology testing internationally.
This study was intended to find out whether the OECD 425 method can satisfy the accuracy and precision of validation criteria and can be used as the standard acute toxicity test for waste in Indonesia. Copper (II) sulphate pentahydrate was used as a reference toxicant in order to determine the LD50 value and determine the effect of the solution on liver and kidney. One hundred and twenty DDY female mice were used in the trial. Treated groups were given the reference toxicant solution of copper (II) sulphate pentahydrate with dose of 840 and 2150 mg/kg bw, while control group was given the aquadest. LD50 value was determined by AOT425StatPgm software.
The results of the acute oral toxicity OECD 425 test showed that LD50 value of copper (II) sulphate pentahydrate was 1344 mg/kg bw which was in agreement with literature. The histology examinations data showed that administration of the reference toxicant solution dose 840 mg/kg bw and 2150 mg/kg bw affect the liver and kidney of mice. Acute oral toxicity OECD 425 method has proved its accuracy and precision of validation criteria, thus can be used as the reference acute toxicity method for waste in Indonesia.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S42763
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>