Hasil Pencarian

Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 8819 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Magnesium and magnesium alloys offer a wealth of valuable properties, making them of great interest for use across a wide range of fields. This has led to extensive research focused on understanding the properties of magnesium and how these can be controlled during processing. Fundamentals of magnesium alloy metallurgy presents an authoritative overview of all aspects of magnesium alloy metallurgy, including physical metallurgy, deformation, corrosion and applications.
Beginning with an introduction to the primary production of magnesium, the book goes on to discuss physical metallurgy of magnesium and thermodynamic properties of magnesium alloys. Further chapters focus on understanding precipitation processes of magnesium alloys, alloying behaviour of magnesium, and alloy design. The formation, corrosion and surface finishing of magnesium and its alloys are reviewed, before Fundamentals of magnesium alloy metallurgy concludes by exploring applications across a range of fields. Aerospace, automotive and other structural applications of magnesium are considered, followed by magnesium-based metal matrix composites and the use of magnesium in medical applications.
With its distinguished editors and international team of expert contributors, Fundamentals of magnesium alloy metallurgy is a comprehensive tool for all those involved in the production and application of magnesium and its alloys, including manufacturers, welders, heat-treatment and coating companies, engineers, metallurgists, researchers, designers and scientists working with these important materials."
Lengkap +
Cambridge, UK: Woodhead , 2013
e20427131
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Amin Budiharto
"Usaha pembuatan magnesium oksida dari pembakaran magnesium hidrosida dengan bahan dasar dolomit merupakan suatu alternatif yang cukup menarik untuk meningkatkan nilai tambah dari dolomit itu sendiri yaitu dari Rp 30,00 /kg menjadi Rp 400,00 /kg untuk 26,5% MgO dan Rp 3.750.000,00 /kg untuk 96% MgO. Dimana ketersedian bijih dolomit di Indonesia dalam jumlah banyak memungkinkan untuk diolah skala industri.
Dolomit yang memiliki CaMg (CO3)2 atau dalam bentuk CaCO3 dan MgCO3 dikalsinasi pada temperatur 900℃ selama 1 jam terdekomposisi menjadi CaO dan MgO, dan dilanjutkan proses slarking guna membentuk Ca(OH)2 dan Mg(OH)2 yang merupakan proses tambahan untuk memudahkan pemisahan magnesiun dan kalsium. Magnesium dipisahkan melalui pengendapan dalam bentuk magnesium hidroksida dari larutan kalsium klorida melalui proses leaching dengan laruutan HCL teknis. Tahap akhir dari proses ektraksi ini adalah proses pembakara magnesium hiroksida atau kalsinasi akhir pada temperatur 400℃ selama 0,5 jam dengan hasil akhir adalah magnesium oksida.
Dalam penelitian ini telah dicoba untuk sejauh mana pengaruh proses slaking dalam menyediakan Ca(OH)2 dan Mg(OH)2 terhadap optimalisasi proses leaching sehingga dapat dihasilkan endapan Mg(OH)2 yang lebih banyak. Variabel proses slaking yang diperhatikan dalam penelitian ini adalah variabel waktu slaking, volume air slaking dan temperatur slaking.
Dari hasil penelitian memperlihatkan bahwa adanya kenaikan waktu slaking akan meningkatkan perolehan persen berat magnesium hingga 90% untuk kenaikan waktu slaking dari 5 sampai dengan 20 menit, dan adanya kenaikan volume air slaking tidak berpengaruh terhadap besar perolehan persen magnesium, dimana dihasilkan rata-rata persen berat 71% sedangkan pengaruh temperatur slaking akan meningkatkan perolehan persen berat magnesium sampai dengan 80% untuk kondisi slaking tanpa pemanasan hingga pemanasan 100℃."
Lengkap +
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
S41406
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arman
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
T41226
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dea Anggraheni Pusparasmi
"Paduan titanium Ti6Al4V merupakan material yang memiliki kombinasi sifat mekanik yang diperlukan untuk implan seperti keuletan yang baik, ketahanan korosi yang tinggi dan biokompatibilitas yang baik, sehingga banyak digunakan sebagai material untuk aplikasi implan biomedis. Salah satu metode yang saat ini banyak digunakan untuk memproduksi implant Ti6Al4V dengan menggunakan proses metal injection molding (MIM). Proses MIM banyak digunakan karena dapat memproduksi part dengan lebih efektif, dan biaya produksi yang lebih murah. Salah satu faktor penting dalam proses MIM adalah preparasi feedstock yang baik serta menentukan parameter proses yang optimum untuk mencegah terjadinya pembentukan lapisan oksida TiO2 pada hasil MIM karena akan mempengaruhi sifat mekanis paduan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh proses parameter pada setiap tahapan MIM terhadap hasil akhir produk injeksi. Feedstock Ti6Al4V diinjeksi pada suhu 200°C dan tekanan ±2100 psi kemudian dilakukan penghilangan binder dengan solvent debinding menggunakan n-heksana pada suhu 50°C selama 1, 2, dan 3 jam, dan dilanjut dengan thermal debinding pada 2 variasi atmosfer berbeda yaitu vakum dan argon dengan suhu 500°C selama 1 jam dan laju pemanasan 1°C/menit. Hasil brown part kemudian disintering dengan atmosfer argon pada suhu 1150°C, 1250°C, dan 1350°C selama 2 jam. Karakterisasi SEM-EDS, TGA, OM, densitas serta kekerasan dilakukan untuk menganalisis hasil sinter yang diperoleh. Fasa yang diperoleh dari hasil argon sintering adalah α dan β titanium. Densitas relatif yang diperoleh pada proses sintering sebesar 98.50%, 94.33%, dan 96.37% dengan nilai kekerasan berturut-turut 320, 315, dan 335 HV.

Titanium alloy Ti6Al4V is a material that has a good combination of mechanical properties for implants such as good ductility, high corrosion resistance and good biocompatibility, so it is widely used as a material for biomedical implant applications. One method that is currently widely used to produce Ti6Al4V implants is by using the metal injection molding (MIM) process. The MIM process is widely used because it can produce parts more effectively, and production costs are cheaper. One of the important factors in the MIM process is good feedstock preparation and determining the optimum process parameters to prevent the formation of a TiO2 oxide layer on the MIM product because it will affect the mechanical properties of the alloy. This study aims to determine the effect of the process parameters at each stage of the MIM on the final product injection. The Ti6Al4V feedstock was injected at a temperature of 200°C and a pressure of ±2100 psi then removed the binder with solvent debinding using n-hexane at a temperature of 50°C for 1, 2, and 3 hours, and continued with thermal debinding at 2 different atmosphere variations, namely vacuum and argon at a temperature of 500°C for 1 hour and a heating rate of 1°C/minute. The resulting brown part was then sintered in an argon atmosphere at temperatures of 1150°C, 1250°C, and 1350°C for 2 hours. Characterization of SEM-EDS, TGA, OM, density and hardness was carried out to analyze the sintered results obtained. The phases obtained from argon sintering are and titanium. The relative densities obtained in the sintering process were 98.50%, 94.33%, and 96.37% with hardness values of 320, 315, and 335 HV, respectively."
Lengkap +
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Aini
"Magnesium merupakan pilihan material yang dapat digunakan sebagai material implan tulang dengan karakteristik yang mirip dengan tulang, merupakan elektrolit normal dalam tubuh, memiliki harga yang ekonomis, dan bersifat dapat terdegradasi. Namun magnesium memiliki keterbatasan yaitu memiliki tingkat korosi yang tinggi. Untuk meningkatkan resistensi korosi dan memperbaiki sifat mekanis dikembangkan berbagai metode, salah satunya adalah proses Equal Channel Angular Pressing (ECAP). Persyaratan utama sebagai material implan tulang adalah bersifat biokompatibel. Tujuan: Mengevaluasi karakteristik biokompatibilitas magnesium yang telah melalui proses ECAP secara in vitro. Metode: Karakteristik biokompatibilitas magnesium ECAP dievaluasi melalui uji toksisitas terhadap sel osteoblas menggunakan MTT Assay, analisis logam berat yang terkandung di dalamnya dengan perhitungan paparan akumulatif logam berat berdasarkan provisional tolerable daily intake (PTDI),
serta uji sterilitas setelah melalui proses sterilisasi menggunakan autoclave. Hasil:
Tingkat proliferasi sel osteoblas dengan pemberian ekstrak magnesium ECAP lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol. Logam berat yang dihitung paparan akumulatifnya adalah aluminium, arsen, timbal, kadmium, dan merkuri. Paparan akumulatif logam berat 100% pada penggunaan magnesium ECAP 11,8297 g. Pada uji steriitas tidak ditemukan adanya pertumbuhan bakteri pada tiap tahapan pengujian. Kesimpulan: Magnesium ECAP bersifat tidak toksik, dan dapat merangsang pertumbuhan sel osteoblas dengan batas penggunaan maksimum
11,8297 g, serta steril.

Magnesium is the choice of material for bone implant with characteristic similiar to the bone, one of the normal elctrolytes in the body, have economical price, and degradable. However magnesium has limitation which is
high corosity rate. To improve corosion resistance and mechanical properties, many methods proposed, one of them is the Equal Channel Angular Pressing (ECAP). The important requirement for bone implant material is biocompatible. Purpose: To evaluate the biocompatibility of magnesium through Equal Channel Angular Pressing (ECAP) process in vitro. Method: Biocompatibility characteristics of magnesium ECAP was evaluated by toxicity test using MTT assay, analysis of heavy metals in magnesium ECAP by accumulative heavy metal exposure based on provisional tolerable daily intake (PTDI), also sterility test after sterilized using autoclave. Results: Cell proliferation rate in magnesium extract treatment group was higher than the control group. The heavy metals count for accumulative exposure were aluminium, arsenic, lead, cadmium, and mercury. Hundred percent of accumulative exposure was on the use of 11.8297 g magnesium ECAP. In sterility test there was no evidence of bacterial growth in every part of the test. Conclusion: Magnesium ECAP is not toxic and able to induce proliferation of osteoblast with maximum dose is 11.8297 g, and also proved sterile after sterilization using autoclave.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2012
T33058
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
G.N. Anastasia Sahari
"Teknologi modem sering mempersyaratkan bahwa material untuk konstruksi harus mempunyai kekuatan dan ketangguhan yang tinggi serta sifat lainnya yang maksimum. Pengembangan komposit matrik keramik (CMCs) karena kemampuannya memberikan serangkaian sifat yang dapat disesuaikan dengan aplikasi tertentu seperti kekuatan, ketangguhan, kekerasan dan tahan panas yang tinggi. Karateristik CMCs dipengaruhi oleh waktu tahan, temperatur proses, persentase magnesium dan volume fraksi penguat. Penelitian ini menekankan pengaruh waktu tahan dan PERSENTASE magnesium terhadap karateristik CMCs A12031A1 hasil proses Directed metal Oxidation (DIMOX). Material yang digunakan adalah serbuk A1203, aluminium ingot dan serbuk magnesium sebagai dopan. Dalam penelitian ini metode pembuatan CMCs, waktu tahan yang digunakan 10 jam, 15 jam , 24 jam, temperatur proses 1300°C dan PERSENTASE magnesium yang digunakan adalah 5%, 8%, 10% dan 14%. Pengamatan meliputi pengaruh waktu tahan dan persentase magnesium terhadap densitas, porositas, ekspansi termal, kekerasan dan laju keausan. hasil penelitian menunjukan terjadinya penurunan densitas dan kekerasan pada waktu tahan dan persentase magnesium yang semakin meningkat. Sebaliknya terjadi peningkatan laju keausan, porositas dan ekspansi termal pada waktu tahan dan persentase magnesium yang semakin meningkat."
Lengkap +
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
T15018
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maya Putri Agustianingrum
" ABSTRAK
Paduan aluminum telah dikenal sebagai material utama untuk berbagai aplikasi yang membutuhkan kombinasi antara kekuatan dan massa jenis yang rendah. Paduan aluminium yang sering diaplikasikan yaitu paduan seri 7xxx. Kebanyakan paduan ini digunakan untuk aplikasi pesawat terbang yang membutuhkan kekuatan yang tinggi dan keuletan. Dalam industri penerbangan, paduan Al-Zn-Mg mengalami proses pembentukan untuk menghasilkan produk struktural. Salah satu masalah yang sering muncul dari produk hasil pembentukan adalah peripheral coarse grain PCG dan hot tearing yang dapat mengurangi sifat mekanik dan ketahanan korosi paduan. Penambahan paduan mikro dapat digunakan untuk mengatasi masalah ini. Penambahan kromium Cr pada paduan Al-Zn-Mg dapat menekan pertumbuhan butir dan mengontrol ukuran butir dengan mencegah rekristalisasi lanjutan. Tujuan dari studi ini yaitu untuk mengetahui pengaruh deformasi melalui proses canai dingin pada paduan Al-4.5Zn-1.5Mg-0.9Cr berat dan untuk mengetahui pengaruh kromium terhadap struktur mikro dan sifat mekanik selama rekristalisasi melalui proses anil.Dalam studi ini, paduan dihasilkan melalui squeeze casting. Kemudian, paduan dilakukan homogenisasi selama 4 jam dengan temperatur 400 C. Paduan kemudian dicanai dingin dengan persen deformasi 5, 10 dan 20 . Proses anil dilakukan pada sampel deformasi 20 dengan variasi temperatur 300, 400 dan 500 C selama 2 jam. Karakterisasi yang dilakukan terdiri dari analisis struktur mikro oleh mikroskop optik dan Scanning Electron Microscope SEM - Energy Dispersive Spectroscopy EDS dan pengujian sifat mekanik dengan uji keras Microvickers. Hasilnya, terjadi pemipihan struktur diikuti dengan peningkatan reduksi ketebalan 5, 10 dan 20 dengan nilai rasio butir terdeformasi berturut-turut yaitu, 1.6, 2.84 dan 2.99. Struktur yang semakin pipih ini efektif untuk meningkatkan kekerasan. Selain itu, proses anil hasil canai dingin 20 pada temperatur 300 C dan 400 C belum menunjukkan adanya proses rekristalisasi. Proses rekristalisasi baru terjadi pada proses anil dengan temperatur 500 C. Sementara, pada paduan tanpa Cr, rekristalisasi baru terjadi pada temperatur 400 C. Hal ini dikarenakan adanya dispersoid Cr dalam bentuk Al, Zn 7Cr dengan ukuran kurang dari 1 m menghambat pergerakan dislokasi dan proses rekristalisasi. Hal ini ditandai dengan pembentukan butir baru berawal dari intermetalik Al, Zn 7Cr dengan ukuran lebih dari 1 m yang telah terdeformasi melalui mekanisme particle stimulated nucleation PSN .
ABSTRACT Aluminum alloys have been known as the main material for various application which requires the combination of strength and low density. One of the alloys that widely used is 7xxx series aluminum alloy. Most of the alloys are commonly used in aircraft industries for their high strength and ductility. In aircraft industries, Al Zn Mg alloys undergo many kinds of forming processes to create structural product. Problems that are usually found in the forming process include peripheral coarse grain PCG and hot tearing which decrease mechanical properties and corrosion resistance of the alloys. Microalloying element can be used to overcome these problems. The addition of chromium Cr in Al Zn Mg alloys can supress the grain growth and control the grain size by preventing excess recrystallization. The aim of this study is to understand the effect of deformation by cold rolling and Cr addition on the microstructure and mechanical properties of Al 4.5Zn 1.5Mg 0.9Cr wt. during recrystallization by annealing process.The Al 4Zn 1.5Mg 1Cr wt. alloy was fabricated by squeeze casting process and was subsequently homogenized at 400 oC for 4 hours. The samples were cold rolled for 5, 10 and 20 . The 20 deformed samples were then annealed at 300, 400 and 500 oC for 2 hours. The material characterization consisted of microstructure analysis by optical microscope and Scanning Electron Microscope SEM Energy Dispersive Spectroscopy EDS and also mechanical testing by Microvickers hardness test. The results showed that the deformed grain ratio was found to be 1.6, 2.84 dan 2.99 in the 5, 10 and 20 deformed samples, rexspectively. The elongated dendrites were effective to increase the hardness of the alloy. No recrystallization was detected during annealing at 300 oC and 400 oC. Recrystallization was observed in the annealing process at 500 oC. Whereas, for the samples without Cr addition, recrystallization occurred at 400 oC. It means the addition of Cr was found to increase the recrystallization temperature of the alloy. It occurred because Cr dispersoid in Al, Zn 7Cr with size less than 1 m impedes the dislocation motion. However, the presence of Al, Zn 7Cr intermetalics with size more than 1 m promote the formation of new grains around them by particle stimulated nucleation PSN mechanism. "
Lengkap +
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S63574
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sofiyah
"

Fase intermetalik beta yang terbentuk dalam paduan aluminium-silikon memiliki efek merusak pada sifat mekaniknya. Untuk meningkatkan sifat mekaniknya, teknik penyempurnaan dan modifikasi β-Al5FeSi dan Si eutektik digunakan. Studi ini meneliti efek penambahan gadolinium (Gd) dengan penambahan 0%, 0,3%, 0,6%, dan 1,0% pada karakteristik mikrostruktur paduan AlFe7Si. Penelitian ini menggunakan optical emission spectrocopy, optical microscopy, scanning electron microscopy, energy diffraction spectrum, dan simultaneous thermal analysis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan Gd dapat mengurangi ukuran fasa β-Al5FeSi serta fasa silikon eutektik dan meningkatkan morfologinya. Penambahan 0,6% berat Gd menunjukkan efek terbaik pada pengurangan fase β-Al5FeSi dan fasa silikon eutektik. Secondary dendrite arm spacing (SDAS) juga tereduksi dengan penambahan Gd.


Beta intermetallic phases formed in the aluminium-silicon alloys has a detrimental effect on their mechanical properties. To improve its mechanical properties, the refinement and modification techniques of β-Al5FeSi and Si eutectic were used. The current study investigated the effects of gadolinium (Gd) addition (0, 0.3, 0.6, and 1.0 wt%) on microstructural characteristics of AlFe7Si alloy. It was studied by means of optical emission spectrocopy, optical microscopy, scanning electron microscopy, energy diffraction spectrum and simultaneous thermal analysis. The results showed that the addition of Gd obviously reduced the sizes of the β-Al5FeSi phase as well as eutectic silicon phase and improved their morphologies. The addition of 0,6 wt% Gd shows the best effect on reducing the β-Al5FeSi phase and eutectic silicon phase. The secondary dendrite arm spacing is also reduced by the addition of Gd.

"
Lengkap +
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nathania Hillary Stephina Putri
"Perawatan permukaan pada paduan Mg biodegradable sering lebih berkonsentrasi pada penghambatan degradasi untuk mempertahankan integritas sifat mekanik bahan dan menjamin biokompatibilitas yang baik pada saat yang sama. Tujuan dari Perlakuan Termomekanis adalah untuk menyediakan, dengan kontrol selektif suhu dan kondisi pembentukan, produk akhir dengan sifat material yang bahan tertentu ini tidak akan pernah dapat dicapai di bawah metode produksi konvensional. Dalam penelitian ini, material ZK61 digunakan dengan perlakuan termomekanik canai panas. Canai panas adalah proses pengerjaan logam di mana logam dipanaskan di atas suhu rekristalisasi untuk mengubah bentuknya secara plastis dalam operasi kerja atau penggulungan. Temperatur yang digunakan adalah 350oC dan 450oC, dengan penurunan 20% dan 50%. Pengujian pada setiap sampel dilakukan dengan mikroskop optik, SEM-EDS, ICP-MS, Uji Kekerasan Vickers, Uji Tarik, Uji Polarisasi, dan Uji Evolusi Hidrogen. Hasil pengujian menunjukkan bahwa semakin tinggi suhu dan semakin besar reduksi selama perlakuan canai panas, semakin kecil ukuran butir. Uji Keras, Tarik, dan Perendaman menunjukkan sampel dengan suhu dan reduksi yang lebih tinggi memiliki kekerasan dan kekuatan yang lebih tinggi serta laju korosi yang lebih lambat.

Surface treatments on biodegradable Mg alloys often concentrate more on the retardation of degradation to sustain the mechanical property integrity of the materials and guarantee good biocompatibility at the same time. The purpose of Thermomechanical Treatment is to provide, by selective control of temperature and forming conditions, a final product with material properties which this particular material would never be able to reach under conventional production methods. In this study, ZK61 material was used with hot rolling thermomechanical treatment. Hot rolling is a metalworking process in which metal is heated above the recrystallization temperature to change its shape plastically in a working operation or rolling. The temperatures used were 350oC and 450oC, with a reduction of 20% and 50%. Tests on each sample were carried out with an optical microscope, SEM-EDS, ICP-MS, Vickers Hardness Test, Tensile Test, Polarization Test and Hydrogen Evolution Test. The test results show that the higher the temperature and the greater the reduction during hot rolling treatment, the smaller the grain size. Hard, Tensile, and Immersion Tests showed samples with higher temperature and reduction had higher hardness and strength and slower corrosion rate."
Lengkap +
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Asweda Luluk Saptaningrum
"Magnesium dan paduannya telah digunakan di berbagai industri karena memiliki rasio kekuatan terhadap berat yang tinggi, modulus elastisitas dan densitas yang rendah, serta sifat mampu bentuk dan manufaktur yang baik. Namun, magnesium memiliki ketahanan korosi dan aus yang rendah. Untuk mengatasi hal tersebut, diperlukan rekayasa permukaan pada paduan magnesium. Plasma Electrolytic Oxidation (PEO) menghasilkan lapisan keramik oksida yang dapat meningkatkan ketahanan korosi dan aus paduan magnesium. Jenis elektrolit yang digunakan karakteristik dan waktu hidup plasma. Dalam penelitian ini, proses PEO dilakukan pada paduan AZ91 dalam elektrolit berbasis campuran silikat, fosfat, dan hidroksida yaitu Na3PO4, Na2SiO3, dan KOH. Proses PEO dilakukan dengan menggunakan rapat arus konstan sebesar 533 A/m2 selama 10 menit. Parameter proses tersebut dipilih untuk memperlama waktu hidup plasma. Pada penelitian sebelumnya, plasma hanya dapat hidup selama 2 menit. Hasil analisis SEM-EDS menunjukkan bahwa lapisan PEO yang dihasilkan memiliki dua tipe warna, yaitu abu-abu dan putih dengan morfologi dan komposisi berbeda. Bagian putih memiliki morfologi yang tidak seragam dan banyak retakan, dibandingkan dengan bagian abu-abu yang memiliki sedikit pori dan retakan. Ketebalan lapisan yang terbentuk sebesar 53 ± 3 μm. Berdasarkan hasil analisis fasa XRD, terdapat fasa kristal dan amorf Mg2SiO4, Mg3(PO4)2, dan MgO pada lapisan PEO. Hasil tersebut dikonfirmasi oleh hasil analisis EDS dengan terdeteksinya unsur-unsur terkait. Bagian putih memiliki konsentrasi Si yang lebih tinggi dibandingkan bagian abu-abu. Bagian abu-abu memiliki daya tahan abrasi yang lebih tinggi dibandingkan lapisan putih yang ditunjukkan dari nilai spesifikasi abrasinya, yaitu 0,684 × 10-5 mm3/mm dibanding 1,48 × 10-5 mm3/mm. Hasil karakterisasi dan uji mekanik menunjukkan lapisan PEO yang terbentuk tebal dan memiliki ketahanan aus yang baik karena plasma dapat hidup sampai 10 menit.

Magnesium and its alloys have been used in various industries due to their high strength-to-weight ratio, low modulus of elasticity and density, as well as good formability and manufacturability. However, magnesium has low corrosion resistance and wear resistance. To overcome these challenges, surface engineering is required for magnesium alloys. Plasma Electrolytic Oxidation (PEO) produces a ceramic oxide layer that can enhance the corrosion resistance and wear resistance of magnesium alloys. The type of electrolyte used determines the characteristics and lifetime of the plasma. In this study, the PEO process was performed on the AZ91 alloy using an electrolyte based on a mixture of silicate, phosphate, and hydroxide, namely Na3PO4, Na2SiO3, and KOH. The PEO process was carried out using a constant current density of 533 A/m2 for 10 minutes. These process parameters were chosen to prolong the plasma lifetime. In previous studies, the plasma could only last for 2 minutes. The results of SEM-EDS analysis showed that the produced PEO layer had two different colors, namely gray and white, with different morphologies and compositions. The white part exhibited non-uniform morphology and numerous cracks compared to the gray part, which had fewer pores and cracks. The thickness of the formed layer was measured to be 53 ± 3 μm. Based on XRD phase analysis, crystal and amorphous phases of amorf Mg2SiO4, Mg3(PO4)2, and MgO were detected in the PEO layer. These findings were confirmed by EDS analysis, which detected related elements. The white part had a higher concentration of Si compared to the gray part. The gray part exhibited higher abrasion resistance compared to the white layer, as indicated by the abrasion specification values, which were 0,684 × 10-5 mm3/mm and 1,48 × 10-5 mm3/mm, respectively. The characterization and mechanical testing results indicated that the formed PEO layer was thick and had good wear resistance due to the plasma lifetime reaching 10 minutes."
Lengkap +
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>