Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 150479 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Heru S.P. Saputra
"Artikel ini bertujuan untuk mendiskusikan respons orang Using terhadap sakralitas dan fungsi sosial ritual Seblang
dalam konteks struktur sosial masyarakat Using, Banyuwangi, Jawa Timur. Metode penelitian yang digunakan adalah
kajian pustaka, observasi partisipasi, dan wawancara mendalam, dengan metode analisis fungsional-struktural. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa pranata ritual Seblang merupakan institusi sosial yang difungsikan oleh orang Using
sebagai bagian integral dari struktur sosial mereka. Sakralitas Seblang juga menjadi ajang bertemunya alam alus dan
alam kasar; manusia dan dhanyang; mikrokosmos dan makrokosmos. Eksistensi pranata ritual Seblang yang mampu
melintas-batas tetap diuri-uri oleh orang Using hingga kini lantaran didukung oleh kondisi budaya dan kondisi sosial.
Kondisi budaya terkait dengan sistem religi dan sistem pengetahuan, sedangkan kondisi sosial terkait dengan struktur
sosial dan lingkungan geografis pedesaan. Kondisi budaya dan kondisi sosial tersebut menjadi keyakinan orang Using
atas fungsi sosial-kultural Seblang bagi kesuburan pertanian dan kesejahteraan hidup mereka. Ritual Seblang tidak
dapat diintervensi oleh kekuatan luar, baik kekuasaan maupun politik. Memori implisit dan metakognisi yang telah
terkonstruksi dalam benak masyarakat berkontribusi atas kepercayaan mereka terhadap sakralitas ritual Seblang.
Pengingkaran atas wasiat leluhur tersebut diyakini akan menimbulkan disharmoni, baik secara sosial maupun
psikologis, yang sekaligus akan menimbulkan disharmoni pada struktur sosial masyarakat Using.
This article discusses the response of Using people to sacred values and social function of Seblang ritual in the context
of Using society’s social structure in Banyuwangi, East Java. Library study, participatory observation, and in-depth
interview are methods used in this research, while the analysis uses functional-structural method. The result of this
study shows that the Seblang ritual is a social institution functioned by Using people as an integral part of their social
structure. The sacredness of Seblang also become a meeting point between “alam alus” and “alam kasar”; between the
spirits of village’s ancestors (dhanyang) and human beings; between macro cosmos and micro cosmos. The existence of
the Seblang ritual’s institution crosses over the temporal boundaries, so until now Using people still maintain the
practice as their social and cultural condition support its preservation. The cultural condition relates to religious and
knowledge system, while the social condition relates to social structure and geographical environment of village. Such
cultural and social conditions become the belief of Using people toward socio-cultural function of Seblang, particularly
for fertility in agriculture and their welfare. “The outer power”, both state’s authority and political parties, cannot
intervene the Seblang ritual. Implicit memory and meta-cognition constructed in the minds of the public have
contributed to their belief in the value of sacred Seblang ritual. They believe the negation of ancestor’s legacy will cause
disharmony, both socially and psychologically, which will also lead to disharmony in the social structure of Using society."
Universitas Jember. Fakultas Sastra, 2014
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Heru S.P. Saputra
"Artikel ini bertujuan untuk mendiskusikan respons orang Using terhadap sakralitas dan fungsi sosial ritual Seblang dalam konteks struktur sosial masyarakat Using, Banyuwangi, Jawa Timur. Metode penelitian yang digunakan adalah kajian pustaka, observasi partisipasi, dan wawancara mendalam, dengan metode analisis fungsional-struktural. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pranata ritual Seblang merupakan institusi sosial yang difungsikan oleh orang Using sebagai bagian integral dari struktur sosial mereka. Sakralitas Seblang juga menjadi ajang bertemunya alam alus dan alam kasar; manusia dan dhanyang; mikrokosmos dan makrokosmos. Eksistensi pranata ritual Seblang yang mampu melintas-batas tetap diuri-uri oleh orang Using hingga kini lantaran didukung oleh kondisi budaya dan kondisi sosial. Kondisi budaya terkait dengan sistem religi dan sistem pengetahuan, sedangkan kondisi sosial terkait dengan struktur sosial dan lingkungan geografis pedesaan. Kondisi budaya dan kondisi sosial tersebut menjadi keyakinan orang Using atas fungsi sosial-kultural Seblang bagi kesuburan pertanian dan kesejahteraan hidup mereka. Ritual Seblang tidak dapat diintervensi oleh kekuatan luar, baik kekuasaan maupun politik. Memori implisit dan metakognisi yang telah terkonstruksi dalam benak masyarakat berkontribusi atas kepercayaan mereka terhadap sakralitas ritual Seblang. Pengingkaran atas wasiat leluhur tersebut diyakini akan menimbulkan disharmoni, baik secara sosial maupun psikologis, yang sekaligus akan menimbulkan disharmoni pada struktur sosial masyarakat Using.

This article discusses the response of Using people to sacred values and social function of Seblang ritual in the context of Using society?s social structure in Banyuwangi, East Java. Library study, participatory observation, and in-depth interview are methods used in this research, while the analysis uses functional-structural method. The result of this study shows that the Seblang ritual is a social institution functioned by Using people as an integral part of their social structure. The sacredness of Seblang also become a meeting point between ?alam alus? and ?alam kasar?; between the spirits of village?s ancestors (dhanyang) and human beings; between macro cosmos and micro cosmos. The existence of the Seblang ritual?s institution crosses over the temporal boundaries, so until now Using people still maintain the practice as their social and cultural condition support its preservation. The cultural condition relates to religious and knowledge system, while the social condition relates to social structure and geographical environment of village. Such cultural and social conditions become the belief of Using people toward socio-cultural function of Seblang, particularly for fertility in agriculture and their welfare. ?The outer power?, both state?s authority and political parties, cannot intervene the Seblang ritual. Implicit memory and meta-cognition constructed in the minds of the public have contributed to their belief in the value of sacred Seblang ritual. They believe the negation of ancestor?s legacy will cause disharmony, both socially and psychologically, which will also lead to disharmony in the social structure of Using society."
Universitas Jember. Fakultas Sastra, 2014
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Heru S.P. Saputra
"Artikel ini bertujuan untuk mendiskusikan respons orang Using terhadap sakralitas dan fungsi sosial ritual Seblang dalam konteks struktur sosial masyarakat Using, Banyuwangi, Jawa Timur. Metode penelitian yang digunakan adalah kajian pustaka, observasi partisipasi, dan wawancara mendalam, dengan metode analisis fungsional-struktural. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pranata ritual Seblang merupakan institusi sosial yang difungsikan oleh orang Using sebagai bagian integral dari struktur sosial mereka. Sakralitas Seblang juga menjadi ajang bertemunya alam alus dan alam kasar; manusia dan dhanyang; mikrokosmos dan makrokosmos. Eksistensi pranata ritual Seblang yang mampu melintas-batas tetap diuri-uri oleh orang Using hingga kini lantaran didukung oleh kondisi budaya dan kondisi sosial. Kondisi budaya terkait dengan sistem religi dan sistem pengetahuan, sedangkan kondisi sosial terkait dengan struktur sosial dan lingkungan geografis pedesaan. Kondisi budaya dan kondisi sosial tersebut menjadi keyakinan orang Using atas fungsi sosial-kultural Seblang bagi kesuburan pertanian dan kesejahteraan hidup mereka. Ritual Seblang tidak dapat diintervensi oleh kekuatan luar, baik kekuasaan maupun politik. Memori implisit dan metakognisi yang telah terkonstruksi dalam benak masyarakat berkontribusi atas kepercayaan mereka terhadap sakralitas ritual Seblang. Pengingkaran atas wasiat leluhur tersebut diyakini akan menimbulkan disharmoni, baik secara sosial maupun psikologis, yang sekaligus akan menimbulkan disharmoni pada struktur sosial masyarakat Using.

This article discusses the response of Using people to sacred values and social function of Seblang ritual in the context of Using society?s social structure in Banyuwangi, East Java. Library study, participatory observation, and in-depth interview are methods used in this research, while the analysis uses functional-structural method. The result of this study shows that the Seblang ritual is a social institution functioned by Using people as an integral part of their social structure. The sacredness of Seblang also become a meeting point between ?alam alus? and ?alam kasar?; between the spirits of village?s ancestors (dhanyang) and human beings; between macro cosmos and micro cosmos. The existence of the Seblang ritual?s institution crosses over the temporal boundaries, so until now Using people still maintain the practice as their social and cultural condition support its preservation. The cultural condition relates to religious and knowledge system, while the social condition relates to social structure and geographical environment of village. Such cultural and social conditions become the belief of Using people toward socio-cultural function of Seblang, particularly for fertility in agriculture and their welfare. ?The outer power?, both state?s authority and political parties, cannot intervene the Seblang ritual. Implicit memory and meta-cognition constructed in the minds of the public have contributed to their belief in the value of sacred Seblang ritual. They believe the negation of ancestor?s legacy will cause disharmony, both socially and psychologically, which will also lead to disharmony in the social structure of Using society."
Universitas Jember. Fakultas Sastra, 2014
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Zeffry
"Ritual adalah suatu kegiatan yang berkaitan dengan dan bertujuan mensakralkan diri yang dilakukan secara rutin, tetap, berkala, dan dapat dilakukan oleh perseorangan maupun kolektif, menurut waktu, serta berdasarkan konvensi setempat Dalam analisis fungional, ritual dapat dilihat sebagal salah satu sarana kebutuhan yang mempunyai hubungan dengan aspek lain dalam kehidupan suatu masyarakat, dan kebudayaan. Masyarakat Amerika merupakan masyarakat mejemuk yang memiliki sejumlah ritual, baik yang berskala nasional maupun lokal. Salah satunya adalah Thanksgiving.
Penulisan tesis iIni bertujuan untuk menunjukkan dan memperlihatkan berbagai fungsi dan makna simbolik dari ritual Thanksgiving bagi masyarakat Amerika. Selain itu, juga bertujuan untuk menunjukkan dan memperlihatkan tranformasi fungsi dan makna dari ritual tersebut dalam mengikuti perkembangan masyarakat dan kebudayaan Amerika. Sekaligus memperlihatkan pentingnya fungsi dan makna dari beberapa aspek lain yang menyertainya.
Makna sebuah ritual dapat dilihat dari etimologi ritual itu sendiri, termasuk dalam hal ini adalah Thanksgiving. Nilai normatif yang terdapat dalam Thanksgiving adalah nllai normatif bersyukur atau berterima kasih yang dilandasl oleh konsep pemberian. Thanksgiving berfungsi sebagai sarana untuk mengingatkan, memantapkan, dan melestarikan nllai normatif tersebut, sekaligus sebagal ajang mekanisme komunikasi di antara mereka. Dengan kata lain, Thanksgiving memberikan kesadaran bagi warga Amerika untuk terus memahami dan mengoperasionalkan sistem simbol yang di dalamnya terdapat fungsi dan makna bagi kehildupannya. Oleh sebab itu, ritual tersebut dianggap penting oleh mereka dan dianggap sebagal ritual nasional. Sampai sekarang ritual itu terus dilakukan.
Tesis ini menggunakan penelitian dari sumber kepustakaan dan menggunakan pendekatan kualitatif dalam pengkajiannya. Selain itu, untuk membantu memahami keterkaitan daribeberapa aspek yang terdapat dalam ritual itu, maka penulisan tesis ini melibatkan dan menggunakan bidang kajian ilmu sosial dan budaya."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1997
T10508
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Alam Saleh
"Doangang atau mantra merupakan suatu adat istidat yang masih dipercayai oleh masyarakat penghayatnya sebagai kebutuhan penunjang setelah kehidupan agamanya dijalani secara sungguh-sungguh. Adanya kebutuhan terhadap mantra sebagai warna yang menghiasi kehidupan sehari-hari. Kegiatan tersebut tidak terlepas dari keadaan alam dan mata pencaharian, sehingga dalam doangang Makassar menghasilkan tiga kelompok yang berhubungan dengan penggunaan doangang atau mantra untuk perlindungan, kekuatan dan pengobatan.

The study explained about doangang or spell which is the local wisdom and a part of culture of Makassar people. Spell is a type of spoken literature in the form of poetry which has structure. The existence of medicinal spell was influenced by community’s belief. The objectives of this study were to find out the form and function of doangang in Makassar’s social and cultural life and community’s point of view, as well as to examine several values of the spell, either main spell or utterance (supporting) referring to the users. The study was conducted in one of regions in Tombolo village of Sombaopu subdistrict, Gowa district. The study employed qualitative research using descriptive type. The techniques of data collection were field observation, documentation and interview. Furthermore, techniques of data analysis were data reduction, data presentation, and conclusion."
Kalimantan Barat : Balai Pelestarian Nilai Budaya , 2019
900 HAN 2:2 (2019)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Mansur Afifi
"Abstract
Destructive behavior to coral reef ecosystem should not exist if community realize the importance value of the existence of coral reefs, have adequate source for livelihood and an obedience to God Almighty. The purpose of this study is to analyze the influence of religious ritual performing (religiousness), social and economic conditions of society on destructive manner of community to coral reefs. The data collected are analyzed quantitatively using structural equation model (SEM) using the method of Partial Least Square (PLS). The result findings show that the destructive behavior of the community to coral reef is not influenced by the piety of the people in performing ritual worship. The more devout people in performing ritual worship behavior does not necessarily make them more friendly to the environment, particularly coral reef ecosystems. The destructive behavior of the community to coral reef is also not influenced by their social conditions. The higher level of community's education does not necessarily make them more concerned about the environment. The destructive behavior of community to coral reef is significantly influenced by the economic conditions of society. Communities with lower income levels tend to perform acts that damage the coral reefs such as coral mining and destructive fishing techniques in an effort to satisfy their economic needs."
2011
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Noerid Haloei R
"ABSTRAK
Kebudayaan terbentuk dan berkembang sebagai perwujudan tanggapan manusia terhadap tantangan yang timbul dalam proses adaptasi dengan lingkungannya. Tanggapan tersebut didasari oleh berbagai kebutuhan dasar yang terkelompokkan ke dalam kebutuhan biologis, sosial dan spiritual. Secara terinci kebutuhan dasar itu meliputi makan dan minum, keturunan, kenyamanan jasmaniah, rasa aman, rasa senang dan santai, bergerak dan berhubungan dengan orang lain, dan perkembangan yang lebih meningkat. Dalam menanggapi tantangan tersebut, manusia atau sekelompok orang mengembangkan sistem mata pencaharian dan sosial, dan yang bersama-sama dengan pengembangan aspek lainnya seperti bahasa, seni, religi, peralatan dan perlengkapan hidup, serta pengetahuan, terbentuklah kebudayaan manusia yang menyeluruh.
Sebagai perwujudan tanggapan aktif manusia terhadap lingkungan, kebudayaan oleh Leslie A.White dirinci dalam sistem teknologi , sistem sosial dan sistem ideologi. Sistem teknologi terdiri dari sejumlah peralatan material, mekanis, fisik dan peralatan kimia yang termanifestasikan dalam rupa alat-alat untuk memproduksi, mendirikan bangunan dan tempat tinggal, dan alat-alat untuk mempertahankan diri maupun untukmenyerang. Sistem sosial meliputi sekalian hubungan antarpribadi yang termanifestasikan ke dalam pola-pola tingkah laku tertentu baik yang coraknya individual maupun kolektif. Dalam hal ini disebutkan antara lain organisasi kemasyarakatan, ekoncmi, politik, etika, pertahanan (military), jabatan dan rekreasi. Sistem ideologi terdiri dari sekalian cita, keyakinan, pengetahuan yang termanifestasikan ke dalam bahasa dan tindakan bolis lainnya. Mitologi, theologi, dongeng, filsafat, ilmu pengetahuan (science) dan kebijakan tradisional (folkwisdom) termasuk ke dalam kategori ini. Ketiga sistem teknologi, sosial dan iedologi itu pada dasarnya berkedudukan sama dan saling menunjang. Hanya pada arena-arena tertentu dan pada waktu-waktu tertentu pula kelihatan salah satu sistem lebih menonjol peranannya daripada yang lain. Pada suatu ketika, seperti dikedap perkembangan sistem lainnya. Akan tetapi hal tersebut tidak menghalangi kemungkinan sistem ideologi khususnya religi mempengaruhi sistem sosial dan perkembangan teknologi secara
amat dominan pula."
1987
D24
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Noerid Haloei R
"ABSTRAK
Kebudayaan terbentuk dan berkembang sebagai perwujudan tanggapan manusia terhadap tantangan yang timbul dalam proses adaptasi dengan lingkungannya. Tanggapan tersebut didasari oleh berbagai kebutuhan dasar yang terkelompokkan ke dalam kebutuhan biologis, sosial dan spiritual. Secara terinci kebutuhan dasar itu meliputi makan dan minum, keturunan, kenyamanan jasmaniah, rasa aman, rasa senang dan santai, bergerak dan berhubungan dengan orang lain, dan perkembangan yang lebih meningkat. Dalam menanggapi tantangan tersebut, manusia atau sekelompok orang mengembangkan sistem mata pencaharian dan sosial, dan yang bersama-sama dengan pengembangan aspek lainnya seperti bahasa, seni, religi, peralatan dan perlengkapan hidup, serta pengetahuan, terbentuklah kebudayaan manusia yang menyeluruh.
Sebagai perwujudan tanggapan aktif manusia terhadap lingkungan, kebudayaan oleh Leslie A.White dirinci dalam sistem teknologi , sistem sosial dan sistem ideologi. Sistem teknologi terdiri dari sejumlah peralatan material, mekanis, fisik dan peralatan kimia yang termanifestasikan dalam rupa alat-alat untuk memproduksi, mendirikan bangunan dan tempat tinggal, dan alat-alat untuk mempertahankan diri maupun untukmenyerang. Sistem sosial meliputi sekalian hubungan antarpribadi yang termanifestasikan ke dalam pola-pola tingkah laku tertentu baik yang coraknya individual maupun kolektif. Dalam hal ini disebutkan antara lain organisasi kemasyarakatan, ekoncmi, politik, etika, pertahanan (military), jabatan dan rekreasi. Sistem ideologi terdiri dari sekalian cita, keyakinan, pengetahuan yang termanifestasikan ke dalam bahasa dan tindakan bolis lainnya. Mitologi, theologi, dongeng, filsafat, ilmu pengetahuan (science) dan kebijakan tradisional (folkwisdom) termasuk ke dalam kategori ini. Ketiga sistem teknologi, sosial dan iedologi itu pada dasarnya berkedudukan sama dan saling menunjang. Hanya pada arena-arena tertentu dan pada waktu-waktu tertentu pula kelihatan salah satu sistem lebih menonjol peranannya daripada yang lain. Pada suatu ketika, seperti dikedap perkembangan sistem lainnya. Akan tetapi hal tersebut tidak menghalangi kemungkinan sistem ideologi khususnya religi mempengaruhi sistem sosial dan perkembangan teknologi secara amat dominan pula."
1987
D274
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Soerjono Soekanto
Bandung: Citra Aditya Bakti, 1989
340.115 SOE f
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Soerjono Soekanto
Bandung: Alumni, 1981
340.115 SOE f
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>