Ditemukan 98651 dokumen yang sesuai dengan query
"Telah dibuat catu daya untuk peralatan tiltmeter di goa Jepang Kaliurang. Dari catu daya yang berasal dari 2 buah aki masing-masing 12 V 60 Ah (ampere jam) telah dihasilkan catu daya stabil: (1). Positif dan negatif 8,2 V, 60 mA, (2). Positif 5 V, 50 mA, (3). Negatif 6,9 V, 20 mA, (4). Positif 2,96 V dan positif 2,86 V, 50 mA. Aki yang dipakai diharapkan dapat berfungsi dengan baik secara terus menerus selama dua minggu dan kemudian dapat diisi lagi untuk keperluan berikutnya."
JURFIN 2:5 (1998)
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
"Telah dibuat sebuah tiltmeter untuk mengukur kemiringan tanah yang inyatakan dalam satuan miliradian (mrad) dan selanjutnya diubah menjadi tegangan listrik. Tegangan listrik tersebut diubah dengan suatu ADC (Analog to Digital Converter) menjadi bentuk digital yang kemudian dibaca dan disimpan oleh data logger (pencatat data). Sebagai transduser kemiringan digunakan tiga keping kondensor. Kedua keping yang diluar dibuat selalu tegak lurus permukaan tanah (pondaSi) dan keping ketiga (yang di tengah) dibuat selalu menuju ke titik pusat bumi (arah vertikal). Spesifikasi alat dengan pengatur isyarat, sensitivitas : 1,22 mrad/V linearitas : 4,1 % jangkau : 6,12 mrad ( 0 V sampai 5 V)."
JURFIN 2:6 (1998)
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
Depok : Pusat Studi Jepang UI, 1995,
Majalah, Jurnal, Buletin Universitas Indonesia Library
Zida Wahyuddin
"Bertujuan untuk menjelaskan soushiki (upacara kematian) kontemporer di Jepang dengan menggunakan jasa sōgisha (perusahaan pemakaman) yang berkaitan dengan keyakinan keagamaan masyarakat Jepang tentang konsep adanya kehidupan setelah kematian. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif intepretatif. Sumber data diperoleh dari buku referensi, jurnal penelitian, laporan penelitian, maupun informasi elektronik seperti internet yang berhubungan dengan soushiki kontemporer di Jepang. Metode pengumpulan data digunakan beberapa prosedur yakni data dikumpulkan, dibaca, dipahami, dianalisis, kemudian diinteprestasikan sesuai kerangka teori.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa soushiki kontemporer di Jepang yang dilatarbelakangi oleh modernisasi melahirkan komersialisasi. Adanya dinamika perubahan dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat Jepang dalam konteks modernisasi, menyebabkan munculnya inovasi baru yang bersifat pemenuhan kebutuhan spiritual. Selain karena faktor perubahan gaya hidup terutama orang-orang kota dan semakin berkurangnya seseorang yang ahli dalam menyelenggarakan soushiki, dengan menggunakan jasa sōgisha dapat memberikan solusi dalam menangani prosesi soushiki dengan khidmad yang dipimpin oleh seorang obosan (pendeta Buddha) sesuai permintaan pengguna jasa.
Aiming to explain soushiki (funeral ceremony) in contemporary Japan by using the sōgisha (funeral companies) relating to the religious beliefs of Japanese people about the concept of life after death. This study is a qualitative with descriptive approach intepretatif. Data source obtained from reference books, research journals, research reports, as well as electronic information such as internet-related soushiki in contemporary Japan. Methods of data collection used some procedures that read, understood, analyzed, and then interpreted according to theoretical framework. The results of this study indicate that contemporary soushiki in Japan against the backdrop of the modernization birth to commercialization. The existence of dynamic changes in various aspects of Japanese society in the context of modernization, led to the emergence of new innovation that is the fulfillment of spiritual needs. Apart from changes in lifestyle factors, especially people who live in the city and the reduction in a person who is an expert in organizing soushiki, with using the sōgisha services can provide solutions in dealing with a solemn soushiki procession led by a obosan (Buddhist priest) as requested by service users."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2011
T30523
UI - Tesis Open Universitas Indonesia Library
Siti Hasunah
"Penulisan tentang sejarah pendudukan Jepang di Jawa telah banyak dibahas tetapi yang menjadi fokus penelitian adalah kaum perempuannya. Permasalahan yang akan dibahas adalah pengerahan sumber daya perempuan yang dilakukan oleh pemerintah Jepang setelah tenaga kaum lelaki mulai langka. Kaum lelaki dipergunakan untuk mengerjakan program-program pembelaan tanah air atau program-program perang seperti romusha. Sebelum pendudukan Jepang, kaum perempuan di Jawa sedang memperjuangkan derajatnya sejajar dengan kaum lelaki. Walaupun secara ekonomi mereka sejajar tetapi secara sosial kaum lelaki lebih diutamakan dari pada kaum perempuan. Kondisi masyarakat Jawa terikat dengan tradisi kraton di Jawa yang ajaran-ajarannya dianggap teladan dan sakral sehingga kaum perempuan Jawa didik seperti putri keraton yang terbelenggu dalam tradisi. Pendudukan Jepang atas Jawa memberikan dua keuntungan bagi Jepang dari segi mudahnya mendapatkan sumber daya manusia dan pangan. Tahun 1943 Jepang mulai mengalami kekurangan-kekurangan pangan dan tenaga laki-laki. Tenaga yang potensial dan belum dipergunakan adalah tenaga perempuan. Pemerintah Jepang melakukan usaha-usaha propaganda untuk mengerahan tenaga perempuan. Jepang tidak mungkin melakukan pengerahan langsung karena perlakuan tentara Jepang yang kejam dan tidak sopan terhadap kaum perempuan. Kemudian organisasi-organisasi propaganda Jepang dan pangreh praja dipergunakan untuk mengerahkan tenaga perempuan. Kaum perempuan harus mempertahankan kehidupan keluarga dan harus melaksanakan program-program yang diterapkan pemerintah Jepang. Di akhir masa pendudukannya, Jepang ingin mengisi kekosongan tenaga kaum lelaki dengan kaum perempuan seperti yang dilakukan di negaranya. Organisasi-organisasi perempuan didirikan Jepang untuk tujuan tersebut. Niat Jepang belum sepenuhnya terlaksana karena pengerahan Jepang atas Sekutu tahun 1945 yang mengakhiri masa pendudukan Jepang di Indonesia."
Depok: Universitas Indonesia, 1996
S12674
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Jakarta ICMI 1996,
331.11 Sum
Buku Teks Universitas Indonesia Library
Bandung : Program Studi Sastra Jepang, Fakultas Sastra Universitas Kristen Maranatha
050 JSJ 7:1 (2007)
Majalah, Jurnal, Buletin Universitas Indonesia Library
Anita Sawitri Dradjat
"
ABSTRAKPet Boom merupakan tren memelihara hewan di Jepang yang berkembang sejak tahun 1996. Tren ini berkembang dikarenakan faktor-faktor internal dan eksternal. Salah satu faktor eksternal adalah berubahnya struktur masyarakat yang menambah jumlah lansia yang hidup seorang diri dalam masyarakat Jepang. Skripsi ini membahas mengenai perkembangan pet boom, khususnya kaitannya dengan perubahan struktur keluarga Jepang yang berdampak terhadap kaum lansia di Jepang, berakibat pada renggangnya hubungan antar manusia yang menjadikan memelihara binatang sebagai sesuatu kebutuhan. Hal tersebut memberi peningkatan terhadap perkembangan perboom.
AbstractPet boom is a trend on owning pets in Japan, that has occurred since 1996. This trend is affected by internal and external factors. One of the external factor is the change of family structure which raises number of elder people living alone among the Japanese society. This thesis discusses the development of pet boom, especially its relation to the change of family structure in Japan, in which affected elderly in the society. This thesis uses deductive-analytic method. The analysis of this study concludes that the change of family structure in the Japanese society has cause a bigger gap between human relations, which makes owning pets as a necessity. This gives an improvement in the development of pet boom."
2010
S13473
UI - Skripsi Open Universitas Indonesia Library
Panjaitan, Dahlia
"Dengan sering adanya berita mengenai bunuh diri di kalangan rernaja dan lanjut usia di Jepang serta menurunnya pertumbuhan penduduk, menyebabkan penulis mencari tahu sumber permasalahannya. Keluarga adalah satuan terkecil dari masyarakat dan keanehan suatu masyarakat dapat digambarkan dengan menjelaskan hubungan kekeluargaan yang berlangsung di dalamnya. Keluarga ialah fungsi pengantar pada masyarakat besar. Kehidupan berkeluarga di Jepang mengalami perubahan sebelum dan sesudah perang dunia kedua. Bentuk keluarga di Jepang sebelum perang dunia kedua adalah le. Dimana sekelompok manusia yang tinggal bersama-sama dan hubungan antara anggotanya terjalin erat baik secara ekonomi dan sosial. Semua anggota harus patuh kepada Kachoo, dan segala sesuatunya dilakukan untuk kepentingan le. Setelah perang dunia kedua dengan masuknya pengaruh demokrasi, generasi muda tidak lagi merasa berkewajiban untuk melanjutkan le. Pala hidup berkeluarga berubah dari le menjadi kalau kazoku (keluarga inti). Hal ini juga dipengaruhi perkembangan industri yang pesat sehingga masyarakat menjadi konsumtif dan biaya hidup menjadi mahal. Segala sesuatunya harus diperhitungkan secara ekonomi. Kehidupan modem membuat setiap anggotanya harus berkompetisi. Para orang tua memberi perhatian yang berlebihan demi ambisi mereka untuk masa depan anak-anak yang lebih baik. Hal ini menyebabkan banyak generasi muda merasa tertekan, sementara para lansia merasa kesepian karena mereka merasa tidak berguna sehingga mereka harus tinggal di panti-panti jompo. Demikianlah perubahan kehidupan berkeluarga di Jepang menyebabkan timbulnya masalah-masalah sosial di Jepang saat ini."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1991
S13889
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
"Indonesia memiliki wilayah yang kaya akan sumber daya alam , baik jenis maupun jumlahnya. Menyadari anugerah yang ini , para founding fathers telah menetapkan prinsip dasar pengelolaan sumber daya alam dalam konstitusi negara yang tetap bertahan hingga kini , yaitu bumi, air dan kekayaan yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan di pergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.... "
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library