Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 144566 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Noorwati Sutandyo
"ABSTRAK
Pasien kanker payudara usia muda cenderung meningkat di
RS Kanker Darmais. Faktor hormonal (estrogen) diketahui berperan penting
pada karsinogenesis kanker payudara, namun faktor-faktor pertumbuhan,
seperti insulin-like growth factor-1 (IGF-1) dan Her-2 juga berperan. Banyak
Studi mengaitkan kanker payudara usia muda dengan estrogen reseptor (ER)
negatif, sedangkan ER negatif dikaitkan dengan overekspresi Her-2. Alur
pensinyalan proliferatif faktor pertumbuhan sebagian besar memakai sistem
mitogen-activated protein kinase (MAPK). Hasil rangsangan proliferatif Ialu
memicu transkripsi protein siktus set. Protein siklus set yang pertama
terbentuk adalah siklin D1 yang transkripsinya dapat dirangeang baik oleh
estrogen maupun faktor pertumbuhan. Belum diketahui apakah ada
perbedaan komponen alur pensinyalan tersebut antara penderita kanker
payudara usia muda (35 tahun atau kurang) dan yang Iebih dari 35 tahun.
Tujuan: Tujuan penelitian ini adalah untuk mencari perbedaan pola
pensinyalan antara penderita kanker payudara berusia 35 tahun atau kurang
dan pasien yang berusia lebih dari 35 tahun.
Metode: Pasien kanker payudara sporadik wanita direkrut untuk penelitian ini
dan dibagi dalam dua kelompok, yaitu 35 tahun atau kurang dan lebih dari 35
tahun. Spesimen tumor diambil dari biopsi atau pengangkatan tumor yang
dikonfirmasikan secara histopatologik. Ekspresi ER, 1GF-1R, Her-2, MAPK,
dan siklin D1 diperoleh dengan iniunonisfokimia. Spesimen darah diambil untuk pemeriksaan kadar estrogen dan IGF-1 serum serta pemeriksaan
mutaei gen BRCA-1 dan BRCA-2.
Hasil: Sebanyak 93 orang pasien berhasil direkrut sejak September 2004
sampai Desember 2005. Terdapat 43 orang yang berusia 35 tahun atau
kurang. Lebih dari 90% pasien mernpunyai tipe karsinoma duktal invasif dan
Iebih dari separuhnya memiliki grade 2. Pulasan imunohistokimia berhasil
dilakukan pada 90 spesimen. Ekspresi ER negatif pada 33 (78,6%) pasien
berusia 35 tahun atau kurang dan 32 (66.7%) orang yang berusia lebih dari
35 tahun. Ekspresi IGF-1R, Her-2, MAPK, dan siklin D1 positif berturut-turut
pada 17 (40,5%), 11 (26,2%), 26 (66,7%), dan 7 (16,7%) kasus dalam
kelompok usia 35 tahun atau kurang dan 16 (37,5%), 11 (22,9%), 37 (77,?I%),
dan 9 (16.6%) kasus dalam kelompok usia Iebih dari 35 tahun. Tidak ada
perbedaan yang bermakna secara statistik pada kedua kelompok. ER negatif
terdapat pada 72,2% dan MAPK positif terdapat pada 76,7% kasge. Variasi
pola pensinyalan terbanyak adalah ER-/IGF-1R-/Her-2- (26 kasus), ER-/IGF-
1R+/Her-2- (19 kasus), dan ER-/IGF-1R-/Her-2+ (16 kasus).
Kesimpulan: Pasien kanker payudara usia 35 tahun atau kurang
memperlihatkan pole ekepresi ER, IGF-1R, Her-2, MAPK, dan siklin D1 yang
sama dibandingkan pasien berusia Iebih dari 35 tahun. Sebagian besar
subyek menunjukkan ER negatif yang memberi kesan bahwa estrogen tidak
berperan dominan. Tingginya ekspresi MAPK menimbulkan dugaan peran
faktor pertumbuhan yang lebih dominan pada populasi penelitian ini. Terdapat
banyak variasi pola pensinyalan yang membutuhkan penelitian lebih Ianjut

Abstract
Background: Early onset breast cancer patients tend to increase in Dharmais
Cancer Hospital. Hormonal factor (estrogen) has been known to play
important rote in breast cancer carcinogenesis, but growth factors such as
insulin-like growth factor-1 (lGF- 1) and Her-2 also have roles. Many studies
have linked young onset breast cancer with the negativity of estrogen receptor
(ER), white negative ER is associated with Her-2 overexpression. Proliferative
signaling path ways from growth factors mostly use the kinase system of
mitogen-activated protein kinase (MAPK). The proliferative stimuli then
activate the transcription of cell cycte proteins. The first cell cycle protein is
cyclin D1 which could be generated either by estrogens or growth factors?
stimuli. it is not known whether signaling pathways are different between
young onset breast cancer patients (35 years old or less) and the older ones
(more than 35 years old).
Objective: The aim of this study was to find signaling pathway differences
between breast cancer patients aged 35 years old or less and patients aged
more than 35 years old.
Method: Sporadic, female breast cancer patients were consecutively
recruited and divided into two age groups, i.e. 35 years or less and more than
35 years old. Specimens were obtained by biopsy or surgical removal of the
tumors and were confirmed by histopathological examination. The expression
of ER, IGF-1R, Her-2, MAPK, and cyclin D1 were obtained by immunohisto-chemistry method. Blood specimens were taken from patients for estrogen
and serum lGF-1 assay and gene mutation analysis of BRCA1 and BRCA2.
Results: Ninety-three patients were recruited since September 2004 to
December 2005. Forty-three patients were 35 years or below. More than 90%
of the patients within the two groups showed invasive ductal carcinomas and
more than half of them were grade 2. immunohistochemical staining was
successfully done in 90 patients. ER expression was negative in 33 (78.6%)
of patients below 35 years old and 32 (66.7%) of older patients. The
expressions of IGF-1R, Her-2, MAPK and cyclin D1 were positive in 17
(40,5%), 11 (26,2%), 28 (66, 7%), and 7 (16, 7%) cases within the group of 35
years old or less, respectively and 18 (37,5%), 11 (22,9%), 37 (77,1%), and 9
(18, 8%) cases within the group of more than 35 years old. There is no
significant difference statistically between the two groups. ln all subjects, ER
was negative in 72,2% C8868 and MAPK was positive in 76, 7% cases. The
most frequent variations of signaling pathway are ER-/IGF-1R-/Her-2- (26
cases), ER-/IGF-1R+/Her-2- (19 cases), and ER-/IGF-1R-/Her-2+ (16 cases).
Conclusions: Breast cancer patients aged 35 years or less showed similar
ER, IGF-1R, Her-2, MAPK, and cyclin D1 expressions compared to the
patients aged more than 35 years old. ER negativity was predominant in
these series, suggesting that estrogen do not play a dominant role. The high
expression of MAPK raises a possibiiity of the more dominant role of growth
factors in these patients. There are many variations of signaling pathways in
breast cancer patients that need further studies."
2006
D777
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Noorwati Sutandyo
"ABSTRAK
Latar belakang: Pasien kanker payudara usia muda cenderung meningkat di
RS Kanker Darmais. Faktor hormonal (estrogen) diketahui berperan penting
pada karsinogenesis kanker payudara, namun faktor-faktor pertumbuhan,
seperti insulin-like growth factor-1 (IGF-1) dan Her-2 juga berperan. Banyak
Studi mengaitkan kanker payudara usia muda dengan estrogen reseptor (ER)
negatif, sedangkan ER negatif dikaitkan dengan overekspresi Her-2. Alur
pensinyalan proliferatif faktor pertumbuhan sebagian besar memakai sistem
mitogen-activated protein kinase (MAPK). Hasil rangsangan proliferatif Ialu
memicu transkripsi protein siktus set. Protein siklus set yang pertama
terbentuk adalah siklin D1 yang transkripsinya dapat dirangeang baik oleh
estrogen maupun faktor pertumbuhan. Belum diketahui apakah ada
perbedaan komponen alur pensinyalan tersebut antara penderita kanker
payudara usia muda (35 tahun atau kurang) dan yang Iebih dari 35 tahun.
Tujuan: Tujuan penelitian ini adalah untuk mencari perbedaan pola
pensinyalan antara penderita kanker payudara berusia 35 tahun atau kurang
dan pasien yang berusia lebih dari 35 tahun.
Metode: Pasien kanker payudara sporadik wanita direkrut untuk penelitian ini
dan dibagi dalam dua kelompok, yaitu 35 tahun atau kurang dan lebih dari 35
tahun. Spesimen tumor diambil dari biopsi atau pengangkatan tumor yang
dikonfirmasikan secara histopatologik. Ekspresi ER, 1GF-1R, Her-2, MAPK,
dan siklin D1 diperoleh dengan iniunonisfokimia. Spesimen darah diambil untuk pemeriksaan kadar estrogen dan IGF-1 serum serta pemeriksaan
mutaei gen BRCA-1 dan BRCA-2.
Hasil: Sebanyak 93 orang pasien berhasil direkrut sejak September 2004
sampai Desember 2005. Terdapat 43 orang yang berusia 35 tahun atau
kurang. Lebih dari 90% pasien mernpunyai tipe karsinoma duktal invasif dan
Iebih dari separuhnya memiliki grade 2. Pulasan imunohistokimia berhasil
dilakukan pada 90 spesimen. Ekspresi ER negatif pada 33 (78,6%) pasien
berusia 35 tahun atau kurang dan 32 (66.7%) orang yang berusia lebih dari
35 tahun. Ekspresi IGF-1R, Her-2, MAPK, dan siklin D1 positif berturut-turut
pada 17 (40,5%), 11 (26,2%), 26 (66,7%), dan 7 (16,7%) kasus dalam
kelompok usia 35 tahun atau kurang dan 16 (37,5%), 11 (22,9%), 37 (77,?I%),
dan 9 (16.6%) kasus dalam kelompok usia Iebih dari 35 tahun. Tidak ada
perbedaan yang bermakna secara statistik pada kedua kelompok. ER negatif
terdapat pada 72,2% dan MAPK positif terdapat pada 76,7% kasge. Variasi
pola pensinyalan terbanyak adalah ER-/IGF-1R-/Her-2- (26 kasus), ER-/IGF-
1R+/Her-2- (19 kasus), dan ER-/IGF-1R-/Her-2+ (16 kasus).
Kesimpulan: Pasien kanker payudara usia 35 tahun atau kurang
memperlihatkan pole ekepresi ER, IGF-1R, Her-2, MAPK, dan siklin D1 yang
sama dibandingkan pasien berusia Iebih dari 35 tahun. Sebagian besar
subyek menunjukkan ER negatif yang memberi kesan bahwa estrogen tidak
berperan dominan. Tingginya ekspresi MAPK menimbulkan dugaan peran
faktor pertumbuhan yang lebih dominan pada populasi penelitian ini. Terdapat
banyak variasi pola pensinyalan yang membutuhkan penelitian lebih Ianjut

Abstract
Background: Early onset breast cancer patients tend to increase in Dharmais
Cancer Hospital. Hormonal factor (estrogen) has been known to play
important rote in breast cancer carcinogenesis, but growth factors such as
insulin-like growth factor-1 (lGF- 1) and Her-2 also have roles. Many studies
have linked young onset breast cancer with the negativity of estrogen receptor
(ER), white negative ER is associated with Her-2 overexpression. Proliferative
signaling path ways from growth factors mostly use the kinase system of
mitogen-activated protein kinase (MAPK). The proliferative stimuli then
activate the transcription of cell cycte proteins. The first cell cycle protein is
cyclin D1 which could be generated either by estrogens or growth factors?
stimuli. it is not known whether signaling pathways are different between
young onset breast cancer patients (35 years old or less) and the older ones
(more than 35 years old).
Objective: The aim of this study was to find signaling pathway differences
between breast cancer patients aged 35 years old or less and patients aged
more than 35 years old.
Method: Sporadic, female breast cancer patients were consecutively
recruited and divided into two age groups, i.e. 35 years or less and more than
35 years old. Specimens were obtained by biopsy or surgical removal of the
tumors and were confirmed by histopathological examination. The expression
of ER, IGF-1R, Her-2, MAPK, and cyclin D1 were obtained by immunohisto-chemistry method. Blood specimens were taken from patients for estrogen
and serum lGF-1 assay and gene mutation analysis of BRCA1 and BRCA2.
Results: Ninety-three patients were recruited since September 2004 to
December 2005. Forty-three patients were 35 years or below. More than 90%
of the patients within the two groups showed invasive ductal carcinomas and
more than half of them were grade 2. immunohistochemical staining was
successfully done in 90 patients. ER expression was negative in 33 (78.6%)
of patients below 35 years old and 32 (66.7%) of older patients. The
expressions of IGF-1R, Her-2, MAPK and cyclin D1 were positive in 17
(40,5%), 11 (26,2%), 28 (66, 7%), and 7 (16, 7%) cases within the group of 35
years old or less, respectively and 18 (37,5%), 11 (22,9%), 37 (77,1%), and 9
(18, 8%) cases within the group of more than 35 years old. There is no
significant difference statistically between the two groups. ln all subjects, ER
was negative in 72,2% C8868 and MAPK was positive in 76, 7% cases. The
most frequent variations of signaling pathway are ER-/IGF-1R-/Her-2- (26
cases), ER-/IGF-1R+/Her-2- (19 cases), and ER-/IGF-1R-/Her-2+ (16 cases).
Conclusions: Breast cancer patients aged 35 years or less showed similar
ER, IGF-1R, Her-2, MAPK, and cyclin D1 expressions compared to the
patients aged more than 35 years old. ER negativity was predominant in
these series, suggesting that estrogen do not play a dominant role. The high
expression of MAPK raises a possibiiity of the more dominant role of growth
factors in these patients. There are many variations of signaling pathways in
breast cancer patients that need further studies."
2006
D1755
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cahya Candra
"ABSTRAK
Kanker menunjukkan suatu potensi untuk invasi baik in vitro maupun in vivo. Proses ini dimediasi oleh Methaderin (MTDH). Hipoksia-inducible factor-2α (HIF-2α) dapat meningkatkan ekspresi MTDH; Namun, sedikit diketahui tentang korelasi antara HIF-2α dan MTDH ekspresi dalam kanker payudara. Suatu studi telah menyelidiki hubungan antara HIF-2 dan MMP9. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara HIF-2 dan MTDH. Desain penelitian ini adalah analisis berpasangan dengan 48 sampel jarinagn kanker payudara sebelum dan sesudah Kemoterapi dan terapi hormonal yang terdiri dari 20 terapi hormonal dan 28 kemoterapi. Ekspresi mRNA HIF-2 dan MTDH diukur dengan menggunakan QRT-PCR. HIF-1 ekspresi protein dideteksi oleh teknik enzyme linked immunosorbent assay (ELISA). Peningkatan ekspresi relatif mRNA HIF-2 dan MTDH setelah terapi tidak signifikan (p> 0,05, Mann Whitney) dibandingkan sebelum terapi. Peningkatan ekspresi relatif mRNA HIF-2 dan MTDH pada derajat histopatologi III tidak signifikan (p> 0,05, Mann Whitney) dibandingkan dengan histopatologi I dan II. Peningkatan ekspresi relatif mRNA HIF-2 dan MTDH pada usia > 40 tahun tidak signifikan (p> 0,05, Mann Whitney) dibandingkan dengan <40 tahun. Spearman analisis korelasi mengungkapkan bahwa HIF-2α dan ekspresi MTDH secara signifikan berkorelasi (r = 0,632; P = 0.000). Hasil ini menunjukkan bahwa tingginya ekspresi HIF-2α dikaitkan dengan buruk nya prognosis pada pasien dengan kanker payudara dan menjadikan bahwa HIF-2α dan MTDH bisa menjadi penanda dari perkembangan kanker payudara.

ABSTRACT
Malignant cells show increased invasion potency in vitro and in vivo. This process is considered to be mediated by Methaderin (MTDH). Hypoxia-inducible factor-2α (HIF-2α) may upregulate MTDH expression; however, little is known about the correlation between HIF-2α and MTDH expressions in breast cancer. The current study investigated correlation between HIF-2 and MMP9 immunohistochemically according to various clinical and pathological features in 102 paraffin-embedded archival tissue block specimens from patients with breast cancer. Aim of this study is to investigate correlation between HIF-2 and MTDH. Design of this study is couple analysis with 48 breast cancer sample before and after Chemoteraphy and hormonal therapy comprises 20 hormonal therapy and 28 chemotheraphy. Expression of mRNA HIF-2 and MTDH were measured using qRT-PCR. HIF-1 protein expression was detected by enzim linked immunoabsorbant assay (ELISA). mRNA HIF-2 and MTDH expression after theraphy is not significantly higher (p > 0,05, Mann Whitney) compared to before theraphy. mRNA HIF-2 and MTDH expression in Histopathology Grade III is not significantly higher (p > 0,05, Mann Whitney) compared to histopathology grade I and II. mRNA HIF-2 and MTDH expression in >40 years old is not significantly higher (p > 0,05, Mann Whitney) compared to <40 years old. Spearman correlation analysis revealed that HIF-2α and MTDH expression ons were significantly correlated (r = 0.632; P = 0.000). These results suggest that high HIF- 2α expression is associated with poor overall survival in patients with breast cancer, indicating that HIF-2α could be a valuable marker of breast cancer"
2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rebecca N. Angka
"Faktor perturnbuhan cndote1 vaskular atau Vascular Endothelial Growth Factor (selanjutnya disebut VEGF) adalah suatu glikoprotein dimer yang dihasilkan oleh sel tumor dan jaringan yang memerlukan pasokan pembuluh darah baru. Beberapa penelitian membuktikan bahwa terdapat hubungan antara penyebaran ke kelenjar gctah bening ketiak dengan ekspresi VEGF C dan D terutama pada kanker payudara jenis duktal invasif. Ekspresi berlebihan dari VEGF disenai ekspresi berlebihan dari HER2 kanker payudara. Lebih jauh diketahui bahwa ekspresi VEGF berhubungan dengan penyebaran ke kelenjar getah bening ketiak. Pengaruh faktor ini mendorong peneliti untuk mempelajari kanker payudara stadium II dengan HER-2 posltif karena penyebaran ke kelenjar getah benlng ketiak pada sisi yang sama dengan kanker payudara, mulai ditemukan pada stadium II baik pada tumor ukuran di bawah 2 em ataupun pada tumor berukuran lebih dari 2 em. Dalam penelitian ini dinilai poia ekspresi VEGF pada subjek dengan penyebaran ke kelenjar getah bening (N l) dan pada keadaan belum adanya keterlibatan kelenjar getah bening (NO). Ekspresi VEGF dapat diamati dan diukur derajatnya pada jaringan kanker payudara dengan teknik imunohistokimia. Pola ekspresi yang didapatkan dari hasil penelitian ini diharapkan dapat melihat sifat biologik kanker payudara dalam hal penyebarannya ke kele11iar gctah bening ketiak dan dapat digunakan sebagai faktor prediksi dalam hal penyebarannya.

Vascular Endotbelia1 Growth Factor (VEGF) is a chimeric glycoprotein produced by tumor cells and tissues that require ample blood supply. Some studies have suggested that there is an association between metastasis of cancer cells to the axillary lymph nodes and VEGF C and D especially in ductile invasive breast carcinoma. The over expression from VEGF together with HER-2 were found in 77.2 percent of breast cancer patients. Furthermore evidence suggest that VEGF expression is connected with the spread of cancer to the axillary lymph nodes. We examined breast cancer stage II with HER-2 positive, as the spread of cancer cells to the axillary lymph nodes from the same breast cancer side will only be found at stage H for both tumor under 2 em or more than 2 em. We examined VEGFC the its relationship with axillary lymph node. The results from this research is aimed at monitoring the spread of breast cancer to the axillary lymph nodes and to predict its spread and therefore to find the most effective treatment management for this type of cancer. We analyzed VEGF-C expression in 95 sample breast cancer stage ll with HER-2 positive from 1999 2009. There is no significant associated between VEGF-C expression and axillary lymph node (p = 0.089)."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2009
T32374
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Budi Susanto Notosaputro
"ABSTRAK
Neoplasia endometrium dalam klinik muncul sebagai keluhan gangguan haid dalam berbagai bentuk. Keluhan ini merupakan kasus sehari-hari dalam klinik ginekologi. Diagnosis pasti, yang dapat berbentuk hiperplasia kistik, hiperplasia adenomatosa, hiperplasia atipik, atau adanokarsinoma berbagai derajat, hanya mungkin ditegakkan berdasarkan pemeriksaan histopatologik.
Dalam patogenesisnya, rangkaian jejas ini umumnya berkaitan erat dengan hormon estrogen. Kadar hormon estrogen yang tinggi dan berlangsung lama tanpa diimbangi oleh hormon progesteron akan menyebabkan berlangsungnya perangsangan yang terus menerus pada sel epitel kelenjar sehingga terjadi proliferasi yang berlebihan. Untuk dapat bekerja, hormon ini membutuhkan suatu protein spesifik dalam sel sasaran yang dikenal sebagai "reseptor". Pada dasarnya receptor mempunyai 2 fungsi utama yaitu 1) mengenal dan mengikat hormon estrogen, dan 2) mengantar hormon estrogen dari sitoplasma ke inti sel sehingga berlangsung respons sel yang spesifik. Dalam inti sel, kompleks reseptor-estrogen ini berikatan dengan bagian kromatin yang disebut "akseptor". Dengan berlangsungnya rangkaian ikatan ini, inti sel mulai membentuk mRNA yang dikeluarkan ke sitoplasma dan sel mulai membentuk protein spesifik yang pada akhirnya menghasilkan pembelahan sel.
Pengenalan terdapatnya reseptor estrogen ini bermanfaat dalam pengobatan maupun penentuan prognosis penderita. Suatu adenokarsinoma endometrium misalnya, bila memiliki cukup reseptor dapat diberikan pengobatan hormonal yang jauh lebih menguntungkan dari pada sitostatika. Demikian juga tumor demikian menunjukkan prognosis yang lebih baik.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menilai manfaat pulasan imunoperoksidase dalam mengenal reseptor estrogen, sekaligus mempelajari pola distribusi dan intensitasnya dalam sel sasaran serta melihat hubungannya dengan jenis neoplasia. Diharapkan penelitian ini selanjutnya akan bermanfaat bagi ahli patologi anatomik, para ahli klinik yang menangani penderita, saerta bagi para peneliti sebagai dasar penelitian selanjutnya.
Dalam penelitian ini diperiksa sejumlah 36 kasus, 5 (=13,9%) di antaranya terdiri atas adenokarsinoma endometrium berdiferensiasi baik. Jumlah kasus ini lebih kurang sebanding dengan jumlah kasus yang telah didiagnosis sebagai neoplasia endometrium di Bagian Patologi Anatomik FKUI selama 7 tahun {1980--1986) yaitu sebanyak 1240 kasus, di antaranya 186 (=15%) kasus adalah karsinoma.
Diperiksa pula 10 sediaan endometrium normal masa proliferasi den sekresi dan 2 sediaan endometrium dalam gangguan keseimbangan horman. Diagnosis histopatologik ditegakkan berdasarkan hasil pulasan rutin hematoksilineosin. Untuk mengenal reseptor estrogen dipergunakan pulasan imunoperoksidase dengan memakai antibodi anti-estradiol, dikerjakan pada jaringan yang telah difiksasi dan dibuat blok parafin. Hasil pulasan umumnya memuaskan karena 1) antibodi yang digunakan memiliki spesifisitas yang cukup tinggi, 2) kromogen memberikan warna merah-coklat yang kontras terhadap latar belakang yang kebiruan, dan 3) pulasan tending dengan hematoksilin Mayer tidak menghalangi pembacaan warna kromogen. Spesifisitas pulasan dikontrol dengan sediaan yang sama tetapi tidak diberikan antibodi anti-estradiol, melainkan diberikan serum non-imun. Pulasan non-spesifik berlangsung juga pada jaringan ikat kolagen den sel granulosit, namun secara morfologik mudah dibedakan dari sel epitel kelenjar.
Pembacaan dilakukan.dengan pembesaran 450 kali pada 10 lapangan, hanya sel epitel kelenjar yang dinilai serta dirinci atas inti dan sitoplasma. Dilakukan pengukuran semikuantitatif atas distribusi reseptor estrogen maupun intensitas pulasannya.
Peniiaian distribusi reseptor estrogen dinyatakan dalam % positif polpulasi sel kelenjar. Jumlah nilai yang diperoleh dikonversikan dalam bentuk derajat distribusi, dinyatakan dalan derajat 1 {20 - 40% positif) sampai dengan derajat 3 ' (> 60% positif) dan basil yang negatif (< 20% positif).Penilaian intensitas pulasan dirinci atas +, ++, dan +++ berdasarkan kepadatan granula yang terpulas.
Pada endometrium normal, sebaran reseptor estrogen dalam inti sel kelenjar memperlihatkan keterkaitan dengan periode siklus haid. Derajat terendah didapatkan pada masa proliferasi awal, menoapai nilai tertinggi dalam masa proliferasi lanjut, menetap selama masa sekresi awal, kemudian menurun menoapai nilai minimal dalam masa sekresi lanjut.
Guna melihat hubungan antara status reseptor dengan derajat perubahan histopatologik, dilakukan pengujian statistik menurut Kendall dengan 2 variabel kategori berderajat. Bila didapatkan hubungan bermakna, kemaknaan hubungan itu ditentukan dengan menggunakan koefisien kemaknaan dari Kendall pula.
Analisis status reseptor dalam hubungannya dengan perubahan histopatologik dari normal hingga karsinoma tidak menunjukkan hubungan yang bermakna. Sebaran reseptor estrogen dalam inti sel kelenjar yang mencapai derajat III didapatkan pada 40% kasus dari kelompok endometrium normal, namun hanya 11,11% kasus dari kelompok neoplasia. Rendahnya jumlah kasus dalam kelompok yang terakhir ini menunjukkan perbedaan perilaku biologik antara kedua kelompok. Selanjutnya dari kelompok neoplasia dilakukan analisis tersendiri.
Hasil pengujian yang diperoleh menunjukkan bahwa distribusi reseptor dalam inti sel kelenjar mempunyai hubungan yang bermakna dengan jenis neoplasia (0,001 < p < 0,01; r = 0,29). Makin keras neoplasia, makin luas sebaran reseptor 'estrogen dalam inti sel kelenjar. Meskipun demikian, beberapa kasus menunjukkan sebaran yang menyimpang dari pola umum.
Distribusi reseptor estrogen dalam sitoplasma sel kelenjar maupun intensitasnya dalam inti dan sitoplasma tidak menunjukkan hubungan bermakna dengan jenis neoplasia.
"
1987
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bangun, Hendry Ch.
"Keputusan untuk memilih sebuah topik skripsi agaknya memang sukar dihindarkan dari subyektivitas penulisnya. Alasan-alasan yang bersifat pribadi yang tidak selamanya mengesampingkan keilmiahan bentuk karya tulis itu besar sekali peranannya. Apalagi penelitian terhadap cipta sastra, yang tak lepas dari pandangan pandangan atau pengalaman terhadap pengarangnya sebelum kemunculan fiksi tersebut. Pada saat pertama penulis membaca Stasiun, novel karya Putu Wijaya pada suatu hari di tahun 1978, pengarang yang juga dramawan kelahiran Tabanan, Bali, ini, sudah punya nama besar. Telegram yang terbit sebelum Stasiun dianggap sebagai lompatan baru dalam khazanah kesusastraan Indonesia, setelah karya-karya Iwan Simatupang, dengan gaya penulisan arus kesadaran yang utuh. Dan seorang mahasiswa Fakultas Sastra Universitas Indonesia."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1982
S10865
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zainal Muttaqien
"ABSTRAK
Siklus (Pustaka Jaya, 1975) adalah novel satu-satunya yang ditulis oleh Mohammad Diponegoro, padahal ia sudah aktif menulis sejak tahun lima puluhan dan merupa_kan pengarang yang sangat produktif. Tidak kurang dari lima ratus cerita nendek telah dihasilkannya, balk asli, ter jemahan, maupun saduran; belum terhitung karya-karya_nya yang lain, seperti naskah drama, sajak, esai, terje_mahan Al-Quran secara puitis, serta teknik penulisan ce_rita nendek dan artikel.
Dengan satu novel itu saja, ia telah membuktikan kemampuannya sebagai penulis cerita yang berpengalaman. Novel itu berhasil memenangkan Hadiah Penghargaan sayem_bara mengarang roman yang diselenggarakan oleh Panitia Tahun Buku Internasional 1972, DKl Jakarta, tahun 1973. Keberhasilan novel itu, menurut tanggapan bebera_pa penulis melalui resensi dalam surat kabar dan majalah, adalah dari segi teknik penyampaiannya. Akan tetapi _

"
1984
S11284
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Chairunisa Aliya Amani
"ABSTRAK
Latar Belakang: Indeks massa tubuh dapat meningkatkan risiko kanker payudara. Pada penelitian sebelumnya didapatkan bahwa indeks massa tubuh yang memasuki kategori obesitas dapat memperburuk prognosis penyakit kanker payudara. Selain indeks massa tubuh, status reseptor hormonal juga menjadi hal yang penting untuk menentukan terapi kanker payudara. Namun, belum diketahui apakah terdapat hubungan antara perubahan indeks massa tubuh sebelum dan sesudah terapi dan status reseptor hormonal terhadap respon terapi kanker payudara yang dinilai dengan ada atau tidaknya residu.
Tujuan: Mengetahui pengaruh perubahan indeks massa tubuh dan status reseptor hormonal terhadap respon terapi kanker payudara yang dinilai dengan residu pasca terapi.
Metode: Sebanyak 111 data dari rekam medis pasien diambil dengan metode consecutive sampling berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi. Data indeks massa tubuh didapatkan melalui berat badan dan tinggi badan yang diukur sebelum dan sesudah terapi. Pengukuran dilakukan selama rangkaian pemberian kemoterapi. Jika tinggi badan yang didapatkan pada pengukuran sebelum dan sesudah terapi berbeda, maka akan diambil rata-rata. Sedangkan data status reseptor hormonal didapatkan dengan melihat laporan pemeriksaan immunohistokimia. Untuk melihat respon pasien terhadap terapi digunakan laporan hasil pemeriksaan pencitraan.
Hasil: Berdasarkan analisis bivariat yang dilakukan, didapatkan hubungan antara perubahan indeks massa tubuh terhadap residu kanker payudara pasca terapi (p 0,018; p<0,05). Dan tidak didapatkan hubungan antara status reseptor hormonal dengan residu kanker payudara pasca terapi (p 0,803; p>0,05) serta hubungan antara status reseptor hormonal dan perubahan indeks massa tubuh secara bersamaan (p 0,087; p>0,05).
Kesimpulan: Peningkatan indeks massa tubuh dapat meningkatkan risiko residu kanker payudara pasca terapi. Sedangkan, status reseptor hormonal tidak memiliki hubungan dengan residu kanker payudara pasca terapi. "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>