Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 153380 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Emiliana Sadilah
"Masyarakat di Desa Borobudur dikenal berlahan sempit. Keberadaan obyek wisata Candi Borobudur membuat masyarakat Desa Borobudur memiliki matapencaharian beragam di bidang non pertanian.
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari karakteristik sosial ekonomi masyarakat Desa Borobudur, karakteristik pengunjung di obyek wisata Candi Borobudur, dan melihat berbagai strategi pemanfaatan kesempatan kerja yang dilakukan masyarakat Desa Borobudur dalan meningkatkan pendapatan mereka. Untuk memperoleh data, digunakan metode deskriptif kualitatif dan dianalisis secara kualitatif dalam bentuk uraian.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa obyek wisata Candi Borobudur merupakan alternatif untuk meningkatkan pendapatan rumah tangga. Kesempatan kerja yang tersedia cukup banyak, dan berbagai strategi dilakukan oleh penduduk desa setempat. Berbagai strategi tersebut adalah: 1). diversifikasi pekerjaan, 2). pemanfaatan anggota rumah tangga sebagai tenaga kerja dan 3). pemanfaatan jaringan sosial.
Keadaan karakteristik sosial ekonomi penduduk setempat dan keterbatasan kesempatan kerja akibat penduduk dari luar yang ikut ambil rejeki di kawasan obyek wisata Candi Borobudur merupakan faktor yang mempengaruhi masyarakat Desa Borobudur dalam menentukan tindakan strategis yang mereka lakukan."
Yogyakarta: Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Yogyakarta, 2011
959 PATRA 12:1 (2011)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Dumarcay, Jacques
Kuala Lumpur : Oxford University Press, 1983
726.1 DUM b
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Emiliana Sadilah
Yogyakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1985
309.192 6 EMI p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Larisa
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama , 1998
R 726.143 LAR m
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
R. Soekmono
Jakarta: Pustaka Jaya, 1978
913.926 SOE c
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
"Paseban adalah kota Jawa baru yang merupakan kota jadian dari Seba yang artinya menghadap. Aslinya dari kata Sansekerta Sev yang berati mengabdi, memuja, menghormati, jadi Paseban suatu pertemuan di mana raja dihadap oleh para pejabat kerajaan dan juga oleh para anggota keluarga raja serta para abdi. Tetapi Paseban juga dapat bearti tempat diadakan acara audiensi tersebut. Kata lain untuk Paseban adalahh Pasewakan. Pasewakan berasal dari kata sewaka yang artinya mengabdi, jadi pasewakan adalah pertemuan antara orang yang mengabdi raja dengan rajanya. Dalam bahasa Jawa kuna dikenal kata panangkil yang artinya menghadap raja. Karena istilah yang tepat dalam bahasa Indonesia belum ada, maka dalam penulisan ini acara audiensi itu disebut dengan istilah Paseban. Dalam penulisan ini diteliti adegan-adegan kerajaan, di mana digambarkan raja dan para pejabat yang menghadpnya. Bagaimana suatu Paseban digambarkan dalam adegan-adegan kerajaan itu dan akan kita lihat pula siapa saja yang hadir dalam suatu Paseban.Selain itu, kita harapkan juga akan mengetahui lebih banyak tentang pejabat-pejabat kerajaan baik menenai tugas, susunan maupun jumlahnya."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1976
S11818
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ang, So Tju
"Tesis ini mengkaji bagaimana relief Jatakamala di Candi Borobudur merepresentasikan enam kesempurnaan (sat-paramita) dalam wahana bodhisatwa, kedudukan Jatakamala dalam kaitan dengan ukiran Karmavibhanga dan Lalitavistara, fungsi dan tujuan relief Jatakamala, peran sosial dari tokoh utama dalam Jatakamala, dan nilai-nilai universal yang terkandung dalam cerita. Penelitian ini perlu dilakukan karena belum ada kajian lanjutan mengenai Jatakamala di Candi Borobudur setelah publikasi monograf oleh N.J. Krom hampir 100 tahun silam. Selain itu, terdapat masalah penelitian pada kajian terdahulu bahwa satu cerita hanya merepresentasikan satu kesempurnaan dan tidak adanya analisis yang memadai bagaimana Jatakamala dikaitkan dengan praktik paramita. Penelitian ini menggunakan semiotika pragmatis oleh Charles Sanders Peirce sebagai alat bantu untuk memaknai relief Jatakamala. Triadik Peirce!tanda/representamen, acuan/objek, dan interpretan!digunakan untuk mengidentifikasi kesempurnaan apa yang terkandung pada setiap cerita dan untuk mengetahui jenis tanda yang dihasilkan dari asosiasi antara representamen dan objek apakah berupa ikon karena keserupaan identitas, indeks karena penunjukan/keterkaitan, atau simbol yang didasari kesepakatan. Penerapan triadik Peirce pada 18 cerita/29 panil relief Jatakamala menunjukkan bahwa satu cerita tidak saja merepresentasikan satu kesempurnaan, tetapi multikesempurnaan yang mengindikasikan kesempurnaan harus dipraktikkan dan ditumbuhkan bersama-sama. Pada pemaknaan umum Jatakamala dalam konteks wahana bodhisatwa, relief-relief Jatakamala baik per bagian maupun secara keseluruhan merupakan ikon, indeks, dan simbol yang membentuk sistem tanda yang representatif. Penelitian ini juga mengungkapkan bahwa tema-tema relief di Candi Borobudur tidaklah acak. Dalam konteks pembelajaran bertahap, Jatakamala beserta Jataka lainnya dan Avadana merupakan kelanjutan dari Karmavibhanga di lantai dasar dan preseden dari Lalitavistara di level I dinding deretan atas. Berdasarkan rekonstruksi dari tradisi yang dijalankan hingga kini, relief-relief maupun keseluruhan Candi Borobudur difungsikan untuk aktivitas-aktivitas: berpradaksina, melakukan perenungan, membabarkan Dharma, berjalan penuh perhatian, melakukan semadi, dan doa bakti. Tokoh bodhisatwa dalam cerita Jatakamala berperan aktif secara sosial dan turut memecahkan isu-isu di masyarakat melalui keteladanan dan pengajaran. Jatakamala juga mengandung nilai-nilai universal yang dapat digunakan sebagai sarana didaktis untuk membudayakan masyarakat yang mantap, peduli, dan berintegritas. Kekayaan sumber data pada penelitian ini seperti naskah-naskah dan teks-teks Buddhis memungkinkan narasi Borobudur lebih dipahami, dengan begitu, memberi kontribusi terhadap pengetahuan dan literasi Borobudur serta ilmu arkeologi. Kajian ini juga memungkinkan pesan-pesan Candi Borobudur lebih diketahui sehingga dapat meningkatkan penghargaan dan kecintaan terhadap warisan budaya bangsa Indonesia.

This thesis examines how the Jatakamala reliefs in Candi Borobudur represent the six perfections (sat-paramita) in the bodhisattva vehicle, the standing of the Jatakamala in relation to the Karmavibhanga and Lalitavistara carvings, the function and purpose of the Jatakamala reliefs, the social role of the main character of the Jatakamala, and the universal values conveyed by the stories. This research on the Jatakamala of Borobudur is necessary since no further studies have been conducted after the publication of N.J. Krom’s monograph nearly 100 years ago. Moreover, there were gaps in previous studies, asserting that one story only represented one perfection, and were not substantiated by sufficient analysis on how the Jatakamala stories were associated with the practice of the paramitas. This research employs pragmatic semiotics by Charles Sanders Peirce as a method to interpret the Jatakamala reliefs. Peirce’s triadic relation!sign/representamen, referent/object, and interpretant!is applied to identify what perfections are contained in each story and to determine the type of sign results from the relation between the representamen and the object, whether it is an icon due to similarity, an index due to contiguity or causality, or a symbol due to convention. The application of Peirce’s triadic relation on the 18 stories/29 panels of the Jatakamala shows that each story does not only represent one perfection, but multiple perfections, hence affirming that the perfections must be practiced and cultivated together. On the signification of Jatakamala in the context of the bodhisattva vehicle, the Jatakamala reliefs, both in part and as a whole, are icons, indexes, and symbols that form a representative sign system. This research also shows that the relief themes in Candi Borobudur are not random. In the context of gradual learning, Jatakamala along with other Jatakas and Avadanas are a continuation of the Karmavibhanga on the ground floor and are a precedent of Lalitavistara at level I of the upper row wall. From the reconstruction of the living traditions, the function of the reliefs and the entire Candi Borobudur entail activities such as circumambulation, recollection, teaching the Dharma, walking mindfully, meditating, and performing devotional prayers. The bodhisattva characters in the Jatakamala stories play an active social role and are involved in tackling societal issues through exemplification and teaching. Jatakamala stories also contain universal values that can serve as a didactic means for enhancing a society that is steadfast, caring, and possesses integrity. The richness of the data sources in this study, such as the Buddhist manuscripts and texts, make it possible to better understand the teachings of Candi Borobudur, thereby contributing to Borobudur knowledge and literacy as well as archaeology. This study also allows for a better understanding of the messages of Candi Borobudur, which in turn will increase appreciation and respect towards the cultural heritages of Indonesia."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Epy Ananto Putera Wisana
"Akibat efek dari pandemi COVID-19 yang terjadi di seluruh dunia, industri pariwisata banyak yang mengalami penurunan karena peraturan-peraturan dan upaya yang dilakukan untuk mengurangi penyebaran COVID-19, salah satunya adalah di Indonesia. Namun seiring berjalannya waktu, tempat tujuan pariwisata di Indonesia sudah mulai dibuka sesuai peraturan, misalnya Candi Borobudur. Media sosial dan internet dapat dijadikan sebagai sarana untuk mencari tahu tentang kondisi tujuan pariwisata. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis atribut-atribut destinasi pariwisata Candi Borobudur yang menjadi alasan wisatawan untuk memberikan ulasan di situs TripAdvisor pada periode 1 Januari 2021 hingga 30 Juni 2022. Data yang digunakan pada penelitian ini diambil dari situs TripAdvisor.com dengan metode text mining sebanyak 624 ulasan berbahasa Inggris. Atribut destinasi yang menjadi mayoritas topik pembicaraan dalam ulasan dengan penilaian positif adalah infrastructure serta physiography & climate. Sementara itu, atribut destinasi yang menjadi mayoritas topik pembicaraan dalam ulasan dengan penilaian negatif adalah infrastructure, cost/value, a mix of activity, dan quality of services. Selanjutnya hasil dari ulasan negatif tersebut dianalisis dan dibuat dalam diagram sebab-akibat untuk pemecahan masalah.

Due to the effects of the COVID-19 pandemic that is happening all over the world, lots of tourism industry has experienced a decline due to regulations and efforts made to reduce the spread of COVID-19, one of which is in Indonesia. However, over time, tourism destinations in Indonesia have started to open, the Borobudur Temple for example. Social media and internet can be used as a media to gather informations about the tourism destinations. The purpose of this research is to analyze which destination attributes of Borobudur Temple that lead to tourists making review on TripAdvisor site on January 1st, 2021 to June 30th, 2022. The data were 624 reviews in English, taken from the TripAdvisor site using text mining. The majority of destination attributes being the topic of the positive reviews are infrastructure and physiography & climate. On the other hand, the majority of destination attributes being the topic of the negative reviews are infrastructure, cost/value, a mix of activity, and quality of service. Furthermore, the negative review results are made into the fishbone diagram for troubleshooting."
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Leepel, Ruby Josephine
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1998
S48994
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Metta Widjaja
"Rangkaian relief Karmawibhangga di kaki candi Borobudur yang tertutup oleh batur lambahan terdiri dari 160 panil. Rangkaian relief ini berisi ajaran tentang hukum karma dari kitab suci Mahu-Karmavibhanga. Relief Karmawibhangga ini banyak mengungkapkan tentang keadaan sosial masa lampau sekitar abad ke-9 sampai ke-10 M di Jawa, baik lingkungan alamnya maupun lingkungan masyarakatnya. Pada relief inilah tersimpan berbagai keterangan dari segi kehidupan masa lalu, antara lain perilaku keagamaan, pelapisan sosial, mata pencaharian, tata busana, peralatan hidup, flora dan fauna. Kaum agamawan yang merupakan salah satu golongan pada masyarakat saat itu terlihat pula penggambarannya pada panil-panil relief Karmawibhangga. Terdapat 48 panil yang menggambarkan kaum agamawan. Kaum agamawan yang digambarkan adalah brahmana, bhiksu, pertapa. Perilaku keagamaan yang terdapat pada masa itu sedikit-banyak dapat terlihat pula dari panil-panil relief yang menggambarkan kaum agamawan dengan beragam aktivitasnya"
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1999
S11590
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>