Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 90185 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"This study is aimed at describing the lexical of time, during day and night, in Klopoduwur village community. The data are collected through interview technique and then analyzed by using intralingual identity method. The result of analysis shows that javanese has rich number of lexical markers of time which are not found in other languages. The word 'wayah' is only equaled to the words which mean 'circular or repetitive'. Alignment of words either in the form of free morpheme or polimorfemis on the formation of lexical marker of time measurement has a grammatical 'time' and metaphorical meanings"
MBSN 6:2 (2012)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Javanese as one of the Austronesian languages conversseveral dialects. One of the dialects is Surabayan dialect. The speakers of Surabayan dialect exist not only in Surabaya but also in other parts of Indonesian such as in Borneo. Nowadays, Surabayan dialect is consideredas one of the cultural heritages of the past, present and future. In this study, some philosophical sciences such as ontology, epistemology and axiologyare used to describe the cultural heritage-surabayan dialect. To analyzethe surabayan dialect and its cultural heritage, the theory of descriptive linguistic, especially sociolinguistic is applied. The term 'heritage'. In this study refers to cultural aspects. Specifically, language could not be separated from its cultural root. In this study, the epistemological approach is used to study 'ludruk', as a conserved oral tradition of Surabaya. Then, Sociolinguistic approach is used to analyze the Surabayan Surabaya, and at berita suroyoan pojok kampung JTV "
MBSN 6:1 (2012)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta : Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan , 1981
499.25 STR
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1979
499.2 KED
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Ratih Rahayu
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas variasi dan persebaran bahasa Jawa di Kabupaten Kebumen. Bahasa Jawa di Kabupaten Kebumen menarik untuk diteliti karena dipengaruhi oleh dua dialek, yaitu dialek Yogyakarta dan dialek Banyumasan. Pengambilan data dilakukan di 26 kecamatan di Kebumen dengan menggunakan metode pupuan lapangan. Sementara itu, daftar tanyaan yang digunakan adalah kosakata dasar Swadesh dan kosakata budaya dasar bidang kata tugas. Hasil penelitian ini ditampilkan dalam bentuk peta bahasa lambang. Pengolahan selanjutnya dilakukan dengan membuat berkas isoglos dan penghitungan dialektometri. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa di Kabupaten Kebumen tidak ada perbedaan dialek atau perbedaan bahasa. Bahasa Jawa yang digunakan di Kebumen adalah bahasa Jawa dialek Banyumasan atau dialek Ngapak. Hal tersebut sesuai dengan pengakuan masyarakat penutur bahwa mereka menggunakan bahasa Jawa dialek Banyumasan. Selain itu, ditemukan variasi fonologis dan variasi leksikal. Variasi fonologis dipengaruhi oleh dialek Banyumasan dan dialek Yogyakarta, begitu juga dengan variasi leksikal. Ditemukan pula kosakata khas yang bekembang dalam bahasa Jawa di Kebumen.

ABSTRACT
This paper discusses Javanesse language variation and distribution in Kebumen District. Javanesse Language in Kebumen District becomes interesting to be researched because influenced by two dialects, containing Yogyakarta dialect and Banyumasan dialect. Data is collected at 26 districts in Kebumen using questionnaire. Meanwhile, the list of questions used are Swadesh basic vocabulary and basic vocabulary of the function word. The result of this study is shown in map form language of symbols. The further data processing is done by creating isoglos and counting of dialectometri. The result of this study indicates that in Kebumen there is no dialect or language difference. The Javanesse language used in Kebumen is Banyumasan dialect or Ngapak dialect. This is in accordance with the recognition of the speakers community that they use the Banyumasan or Ngapak dialect. In addition, there are phonological variations and lexical variations. Phonological variations and lexical variations are influenced by Banyumasan dialect and Yogyakarta dialect. It is found special vocabularies in Javanesse language in Kebumen."
2017
S69676
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1990
499.221 7 GEO (1)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Khaeroni
"Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kenyataan bahwa strategi pembangunan top down (dari atas ke bawah) sebagaimana diterapkan pada era Orde Baru dinilai tidak banyak memberikan kontribusi pada peningkatan kualitas dan daya kreasi masyarakat. Oleh karena itu, program desa binaan yang menggunakan pendekatan community development dan bertumpu pada religion-based development, perlu dikaji sejauh mana mobilisasi dan kecenderungan partisipasi santri dan abangan dalam pelaksanaan program desa binaan.
Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalalh secara kuantitatif dan dilengkapi metode kualitatif. Sampel yang diambil sebagai responden sebanyak 60 orang dari 2.630 jumlah populasi. Teknik pengambilan sampel dilakukan secara quotum berdasarkan geografis. Adapun teknik pengumpulan datanya adalah melalui kuesioner, wawancara, dan observasi.
Hasil penelitian menunjukan bahwa proporsi partisipasi responden dalam memberikan sumbangan pemikiranlide pada pelaksanaan program desa binaan relatif tinggi (0,70). Dilihat dari sosio-religius, tampak di sini bahwa responden santri lebih aktif (0,79) dibandingkan dengan responden abangan yang hanya sebesar 0,53, dengan rasio kecenderungan (RK) kalangan responden santri 3,06 kali lebih besar dari pada kaum abangan. Besarnya proporsi dan peluang responden dalam memberikan sumbangan pemikiran/ide berhubungan dengan status sosio religiusnya, sekalipun tidak begitu besar atau hanya sebesar 0,54 (sedang).
Proporsi responden dalam memberikan sumbangan materi berada pada kategori sedang atau 0,48. Dilihat dari sosio religius, responden santri lebih aktif memberikan sumbangan materi, dengan jumlah sebesar 0,53 (sedang) dibandingkan dengan abangan yang hanya sebesar 0,35 (rendah), dengan rasio kecenderungan partisipasi responden santri 2,09 kali lebih besar dari pada responden abangan. Namun demikian, derajat hubungan antara variabel sosio religius dan partisipasi relatif rendah atau hanya 0,36. Sedangkan dalam bentuk sumbangan tenaga, proporsi partisipasi responden tergolong sangat tinggi (0,82). Di lihat dari latar belakang sosio-religius, responden santri memberikan sumbangan tenaga lebih tinggi yakni sebesar 0,88 (sangat tinggi) dibandingkan abangan yang hanya sebesar 0,65 (tinggi), dengan rasio kecenderungan responden santri 3,67 kali lebih besar dari pada responden abangan. Adapun derajat hubungan antara variabel sosio-religius dan variabel partisipasi sebesar 0,61 (tinggi). Sementara itu, dalam bentuk pemanfaatan pelayanan pembangunan, proporsi partisipasi responden tergolong sangat tinggi (0,93). Di lihat dari latar belakang sosio-religius, responden santri memberikan sambangan tenaga lebih tinggi yakni sebesar 0,98 (sangat tinggi) dibandingkan abangan yang hanya sebesar 0,82 (sangat tinggi), dengan rasio kecenderungan responden santri 10,75 kali lebih besar dari pada responden abangan. Adapun derajat hubungan antara variabel sosio religius dan variabel partisipasi sebesar 0,80 (sangat tinggi). Tingginya tingkat partisipasi responden pada pelaksanaan program desa binaan adalah karena adanya faktor-faktor: Pertama, adanya aktifitas kehidupan beragama yang relatif baik. Kedua, adanya hubungan intern umat beragama yang baik. Ketiga, adanya jalinan hubungan sosial yang baik, dan keempat, adanya kesamaan visi. Sementara itu, faktor yang menghambat partisipasi responden adalah: Pertama, rendahnya tingkat pendidikan. Kedua, rendahnya Tingkat Kehidupan Ekonomi. Ketiga, longgarnya nilal-nilai keagamaan, dan keempat, terbatasnya anggaran yang dialokasikan untuk program desa binaan.
"
2000
T3513
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dinda Fitria Sabila
"Peta Bahasa-bahasa di Indonesia yang diterbitkan oleh Lembaga Bahasa Nasional pada tahun 1972 memuat persebaran bahasa yang ada di pesisir selatan Jawa Timur yang terdiri dari beberapa macam dialek bahkan bahasa. Kondisi ini menarik untuk ditelusuri karena belum ada penelitian yang terbaru dan mendetail mengenai wilayah ini. Hal tersebut didukung dengan aspek kesejarahan yang begitu kuat berkembang di pesisir selatan Jawa Timur, yaitu sejarah kekuasaan Kesultanan Mataram dan Kerajaan Blambangan yang dimungkinkan berpengaruh kuat terhadap variasi bahasa dan situasi kebahasaan yang ada di pesisir selatan Jawa Timur.
Berdasarkan kondisi tersebut, tulisan ini akan mendeskripsikan dan memaparkan variasi bahasa serta situasi kebahasaan yang ada di pesisir selatan Jawa Timur dengan metode kuantitatif dan kualitatif. Metode kuantitatif digunakan untuk menghitung dialektometri dan kualitatif untuk menganalisis data berdasarkan peta bahasa dan hasil penghitungan dialektometri, serta untuk menginterpretasi data. Interpretasi data dibutuhkan untuk melihat variasi dan situasi kebahasaan yang ada di pesisir selatan Jawa Timur.

Peta Bahasa bahasa di Indonesia issued by an agency Lembaga Bahasa Nasional in 1972 load distribution language that is on the south coast east java consisting of several kinds dialect even language. This condition interesting to traced because there were no newest research and detail pertaining to this region. This is supported by historical aspects so powerful developing on the south coast of East Java, that is history power Mataram Sultanate and Blambangan Empire, that is possible to be strong influential against language varieties and language situation that is on the south coast of East Java.
Based on these conditions, this research will described and elaborated language varieties and language situation that is on the south coast of East Java by quantitative and qualitative methods. Quantitative method used to calculate dialectometrics and qualitative to analyze the data based on a map language and the results of the calculation of dialectometrics, as well as for do a data interpretation. Data interpretation are needed to see varieties and situation of language on the south coast of East Java.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2017
S70022
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Satwiko Budiono
"ABSTRAK
Ada dugaan bahwa bahasa Jawa dialek Banyumas dengan bahasa Jawa dialek Banyuwangi memiliki kemiripan. Kemiripan bahasa Jawa dialek Banyumas dengan bahasa Jawa dialek Banyuwangi didasarkan pada dugaan 1 kemiripan bunyi, 2 kemiripan mengandung kosakata bahasa Jawa Kuno, 3 kemiripan tidak memiliki tingkat tutur, dan 4 kemiripan berstatus sebagai daerah pinggiran. Pada kenyataannya, letak geografis pemakai bahasa Jawa dialek Banyumas dan bahasa Jawa dialek Banyuwangi memiliki jarak yang jauh. Pemakai bahasa Jawa dialek Banyumas berada di Provinsi Jawa Tengah bagian barat, sedangkan pemakai bahasa Jawa dialek Banyuwangi berada di Provinsi Jawa Timur bagian timur. Atas dasar tersebut, penulis tertarik untuk membuktikan dugaan kemiripan antara bahasa Jawa dialek Banyumas dengan bahasa Jawa dialek Banyuwangi berdasarkan pendekatan dialektologi. Hal ini disebabkan belum penah ada penelitian sejenis yang membandingkan secara langsung antara bahasa Jawa dialek Banyumas dengan bahasa Jawa dialek Banyuwangi dan melacak kandungan kosakata Jawa Kunonya. Hasilnya, dugaan kemiripan bahasa Jawa dialek Banyumas dengan bahasa Jawa dialek Banyuwangi yang datanya diambil pada Kecamatan Tambak Banyumas dan Kecamatan Glagah Banyuwangi terbukti secara dialektologi. Selain itu, kandungan kosakata Jawa Kuno pada bahasa Jawa dialek Banyumas lebih banyak dibandingkan bahasa Jawa dialek Banyuwangi sehingga bahasa Jawa dialek Banyumas dapat dikatakan sebagai dialek bahasa Jawa yang lebih tua dibandingkan bahasa Jawa dialek Banyuwangi.

ABSTRACT
Banyumas dialect and Banyuwangi dialect of Javanese language are hypothesized to share similarities in terms of 1 the sound, 2 the presence of Old Javanese vocabulary items, 3 the absence of speech levels, 4 suburban regions. In fact, speakers of Banyumas dialect and those of Banyuwangi dialect live in different geographical regions the former settle in the western part of Central Java province, while the latter in the eastern part of East Java province. Based on the fact, the researcher intended to reveal hypothesis concerning similarities of Banyumas dialect and Banyuwangi dialect of Javanese language using dialectology approach. This is so since there has been no similar research which directly compares Banyumas dialect and Banyuwangi dialect and tracks the contents of the Old Javanese vocabulary items. The research results indicate that 1 the hypothesis concerning similarities of Banyumas dialect and Banyuwangi dialect of which data were taken in Tambak Banyumas subdistrict and Glagah Banyuwangi subdistrict is dialectologically proved, 2 the number of Old Javanese vocabulary items in Banyumas dialect of Javanese language is more than the number of Old Javanese vocabulary items in Banyuwangi dialect of Javanese language, and therefore Banyumas dialect is said to be older than Banyuwangi dialect"
2018
T50856
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hajime Yudistira
"ABSTRAK
Perkataan Nisan berasal dari kata maejan, yang dalam bahasa Arabnya adalah sapid (saksi). Arti umum dari nisan adalah tanda, yang mana di Jawa arti tersebut dikenal dengan kata tetenger dan sering diasosiasikan dengan anti maesan. Bentuk dari nisan beraneka ragam, demikian juga ragam hiasnya. Dari yang paling sederhana sampai dengan yang paling raga. Di Indonesia sudah banyak penelitian tentang nisan, diantaranya dilakukan oleh Muarif Hasan Ambary dan Halina Eiudi Santosa. Permasalahan yang ingin diketahui, adalah untuk mengetahui bentuk-bentuk nisan di Komplek Makam Tirtonatan, selanjutnya adalah, mengetahui nisan seperti apa yang paling dominan, serta bagaimana hubungan nisan yang ada di kompleks makam Tirtonatan dengan penelitian tentang nisan di Indonesia. Penelitian ini berdasarkan anggapan bahwa artefak merupakan refleksi dari ide atau gagasan manusia dalam bentuk materi dan juga merupakan refleksi dari tingkah laku yang berpola yang diterima atau disepakati oleh masyarakat.Hasil penelitiannya diperoleh bentuk-bentuk nisan berbentuk: dasar persegi paniang dan trapesium terbalik. Bentuk-bentuk nisan ini tidak lepas dari unsur-unsur yang terdapat dalam nisan, seperti bagian atas nisan, bagian tengah nisan, bagian bawah nisan, sayap nisan dan ragam hiasnya. Hasil penelitian ini kemudian dibandingkan dengan hasil penelitian nisan yang pernah dilakukan di Indonesia. Kemudian kesimpulannya bahwa nisan kubur di Komplek Makam Tirtonatan ini mempunyai persamaan bentuk dengan tipe Demak dan Tipe Troloyo pada penelitian Hasan Muarif Ambary. Bertolak dari penelitian ini, maka diharapkan ada penelitian selanjutnya mengenai nisan di berbagai tempat di Indonesia.

"
1996
S11863
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>