Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 94561 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Lutesha
"Mooi Indië merupakan salah satu gaya lukisan di Hindia-Belanda yang terkenal di zaman penjajahan Belanda.
Istilah Mooi Indiëdipakai S. Sudjojono untuk mengejek pelukis Hindia-Belanda, karena mereka melukiskan
pemandangan yang indah disaat Hinda-Belanda sedang sulit karena dijajah. Mooi Indië memiliki objek
keindahan dan kekayaan alam.Muncul kritik-kritik yang menentang gaya Mooi Indië, karena gaya ini tidak
sesuai dengan realita. Terbentuknya PERSAGI, Persatuan Ahli-Ahli Gambar Indonesia, adalah awal dari
kontradiksi terhadap gaya ini. Sudjojono menginginkan seni rupa kembali ke realisme, karya seni yang sesuai
dengan realita kehidupan. Terdapat bukti dari beberapa seniman yang memproduksi lukisan Mooi
Indiëbersamaan dengan perang ataupun peristiwa bersejarah yang penting, seakan-akan mereka tidak peduli
dengan penjajahan Belanda yang kejam. Namun, Sudjojono yang melihat secara langsung deritanya masyarakat
pribumi melontarkan kritik terhadap Mooi Indië. Dapat disimpulkan bahwakritik untuk lukisan Mooi
Indiëmemang betul adanya jika dilakukan penyesuaian tahun pembuatan lukisan dengan peristiwa yang terjadi
di Hindia-Belanda.

Mooi Indië was one of the most popular painting styles in the Dutch East Indies era. The term "Mooi Indië" was
XVHGE\66XGMRMRQRWRPRFN'XWFK(DVW,QGLHV¶SDLQWHUVEHFDXVHWKH\SDLQWHGEHDXWLIXOODQdscape while being
colonized by the Dutch. The characteristics of the paintings were the beauty and diversity of natural resources
of Dutch East Indies. There were a lot of criticism against Mooi Indië because the works were contradictory to
the reality. TKHHPHUJHQFHRI3(56$*,ZDVWKHEHJLQQLQJRIWKLVVW\OH¶VFRQWUDGLFWLRQ6XGMRMRQRZDQWHGDUWWR
return to realism, artwork that represents reality. There are evidence of several artists who produced Mooi
Indië along with war or other significant historical events, as if they were not concerned with the Dutch
colonial. However, Sudjojono who saw firsthand the misery of indigenous people, immediately criticized Mooi
Indië. It can be concluded that the criticism truly existed based on the year of the paintings production with
several events that took place in the Dutch East Indies.�����������������������������
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2016
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Fianda Firdausi Permatasari
"Penelitian ini membahas lukisan tiga dimensi karya Leon Keer yang mengangkat lukisan Het Straatje karya Vermeer ke ruang publik, yaitu di alun-alun kota Delft. Penulis ingin menyoroti perubahan apa saja yang terjadi dalam karya Leon Keer. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif deskriptif. Dari penelitian ini terlihat bahwa perubahan yang terjadi menyangkut pengurangan, pengembangan objek-objek dalam lukisan Het Straatje , dan munculnya aspek lain sebagai pengaruh dari teknik tiga dimensi.

This research gives an elaboration about a 3D painting by Leon Keer which brings Het Straatje by Vermeer to a public space, that is located in the plaza of Delft City. The writer wants to highlight the changes that occur in Leon Keer's work. The method which is used in this research is descriptive qualitative. From this research, it can be seen that the changes which include the decreasing, the development of objects in Het Straatje painting, and the appearance of another aspects as the influence from 3D technique.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2017
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Aprillia Ramadhina
"ABSTRAK
Penulisan ini berupaya menjelaskan hasrat perempuan dalam lukisan IGAK Murniasih
melalui perspektif Luce Irigaray. Bagi Irigaray, perempuan seharusnya mempunyai bahasa
mereka sendiri dan menggunakannya. Bahasa dalam artian di sini dimaknai sebagai sesuatu
yang plural, yakni bahasa yang terkandung dalam lukisan. Lukisan dapat menjadi sebuah ajang
pengeluaran ide mengenai realitas, sarana bagi seniman perempuan, untuk ?berbicara? dan
membahasakan bahasanya sendiri, di samping hasil dari sebuah proses kreatif. Terdapat kaitan
antara pembahasaan terhadap tubuh perempuan dengan wacana berbicara ?sebagai? perempuan
dalam konteks pelukis perempuan. Lukisan sebagai pelepasan hasrat mampu merepresentasikan
realitas ketertekanan perempuan dan memotret relasi seksualitas antara laki-laki dan perempuan.
Rezim bahasa patriarki telah mereduksi kapasitas perempuan untuk mampu berbicara. Di sinilah
diperlukan usaha yang lebih dari perempuan untuk mampu membahasakan bahasanya sendiri,
salah satunya dengan melukis.

Abstract
This writing tries to explain about woman?s desire in IGAK Murniasih?s painting trough the
Luce Irigaray?s perspective. According to Irigaray, woman should have their own language and
use it. Language in this term is interpreted as something plural, which is the language that in
painting. Painting could become an instrument to improve the idea of the reality, medium for
woman artist, to ?speaking?, create and invent their own language, beside product from creative
process. There is a relation between language that come from women body with discourse of
speaking ?as? woman. Painting as redemption of desire represent the repression woman reality
and show the sexual relation between man and woman. Language rezime of patriarchy has been
reduce woman?s capacity for speaking. Then it needs the more effort from woman to create and
invent her own language, and one of this way is to painting.
"
2011
S42432
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Jager, Hans den Hartog
Amsterdam: Athenaeum-Polak & Van Gennep, 2008
BLD 667.649 2 JAG d
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
New York : Watson-Guptill, 2000
750 UND
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Allysa Rismaya Dwi Putrie
"ABSTRAK
Penelitian ini membahas tentang citra sensualitas wanita yang terdapat dalam empat lukisan karya Kees Van Dongen. Kees Van Dongen adalah seorang pelukis dari Belanda yang menganut aliran Fauvisme dan sering kali menjadikan wanita sebagai objek lukisannya. Wanita-wanita pada lukisan Van Dongen kerap kali diwarnai oleh nuansa erotis dan sensual, namun tidak semua lukisan sensualnya adalah wanita yang bertelanjang. Tidak semua makna sensualitas selalu berhubungan dengan seksualitas, telanjang, ataupun erotisme. Sensualitas juga dapat dilihat dari bentuk wajah, tubuh, pandangan mata, harum tubuh, bahkan cara berbicara. Penelitian ini bermaksud menganalisis simbol-simbol yang mencitrakan sensualitas wanita dalam empat lukisan yang berbeda melalui teori semiotika oleh C.S. Peirce. Hasil penelitian menunjukkan bahwa citra sensualitas wanita pada setiap lukisan berbeda satu sama lain.

ABSTRACT
This study discusses about images of woman's sensuality which are contained in four paintings by Kees Van Dongen. Kees Van Dongen was a Fauves Dutch painter who constantly used women as his painting's object. Most of those paintings that contained women were erotic and sensual, although not all of them were naked or doing any sexual activity. Not all the sensuality meaning is always connected to sexuality, nudity, or eroticism. Sensuality could be seen from the shape of face, the body, the eye sight, even the way of speaking. This research purpose is to analyze the symbols that image woman's."
2016
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Wu, Jing
Beijing Shi: Wu zhou chuan bo chu ban she, 2008
SIN 759.994 51 WUJ c (1)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Zheng, Gong
Beijing: New Star Press, 2009
SIN 759.994 51 ZHE c (1);SIN 759.994 51 ZHE c (2)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>