Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 173383 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Inas Amalia Putri
"Korea membagi sastra modernnya menjadi lima periode, yakni: periode masa pencerahan, periode kolonialisasi Jepang, periode kemerdekaan, periode perang dan periode pasca perang. Cerpen Dua Generasi Teraniaya yang dikarang oleh Ha Geun Chan termasuk ke dalam cerpen periode perang. Tematema yang diangkat oleh penulis pada periode ini mengenai kemiskinan, rasa kehilangan, kemanusiaan, trauma perang, ideologi dan unifikasi. Penelitian dalam karya ilmiah ini bertujuan untuk melihat kondisi sosial budaya masyarakat Korea Selatan pada masa setelah Penjajahan Jepang dan Perang Korea yang ditunjukkan pengarang pada cerpen Dua Generasi Teraniaya melalui pendekatan sosiologi sastra. Hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui pengalamannya, Ha Geun Chan dapat memberikan penggambaran nyata tentang kondisi masyarakat Korea pada periode tersebut.
Korean modern literature divides into five periods, namely: the period of the Enlightenment, the period of Japanese colonization, the period of independence, the period of the war and post-war period. The Suffering of Two Generations short stories is written by Ha Keun Chan belong to the period of war stories. The themes raised by the author in this period are poverty, a sense of loss, humanity, the trauma of war, ideology and unification. The research in this paper aims to look at the social and cultural conditions of South Korea in the aftermath of the Japanese colonization and Korean War demonstrated by the author of the short story The Suffering of Two Generations through a sociological literature approach. The result showed through his experience Ha Geun Chan can provide real depiction of Korean society experienced during this period."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2016
MK-PDF
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Clarissa Ayu Daunty
"Penelitian ini membahas tentang penggambaran tokoh dan penokohan dalam suasana Perang Korea, serta bagaimana hal tersebut mendukung analisis tema yang dimasukkan oleh pengarang, Ha Geun-chan, ke dalam cerita pendeknya yang berjudul Sunan Idae. Metode penelitian yang dilakukan dalam skripsi ini adalah analisis close reading sebagai metode penelitian. Hasil penelitian menjelaskan tentang tokoh, penokohan, dan tema yang digambarkan dalam cerita sebagai refleksi pengarang terhadap Perang Korea yang menekankan sikap optimis walaupun perang telah memberi banyak kesengsaraan.

This research discusses about the characterization in Sunan Idae short story related to Korean War situation and how the characterization supports the theme that author delivered through his work. The method applied is close reading method. Research result explains the description of characterization and theme that portrayed in the story as the the reflection of author towards Korean War which emphasizes optimistic character eventhough war had given so much pain and sufferings."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2014
S55345
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratna Jaya Suciningrum
"Penelitian ini membahas berbagai kritik sosial yang terdapat dalam cerpen Giawa Saryuk karya Choe Seohae beserta cara pengungkapan kritik tersebut. Tujuan penelitian ini adalah mengungkapkan berbagai kritik sosial dan cara penyampaian kritik yang terdapat dalam cerpen Giawa Saryuk. Penelitian ini menggunakan pendekatan sosiologi sastra. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif dengan analisis secara deskriptif dan close reading dengan seluruh analisis yang merujuk pada teks. Dalam hal ini, latar belakang sejarah pun dipertimbangkan sebagai dasar analisis. Dalam cerpen Giawa Saryuk, terdapat tiga kritik yang ditujukan kepada pemerintah Jepang, masyarakat Korea dan Manchuria, dan keadaan sekitar. Selain itu, Choe Seohae menggunakan tiga cara yang khas untuk mengungkapkan kritik dalam cerpennya tersebut.

This research discusses the social critics and the writer?s method of telling his critics in the short story, Giawa Saryuk by Choe Seohae. The aim of this research is to point out all of the social critics, and to show how the writer presents it in the short story. This research is using sociology literature approache. The research method used in this study is qualitative method with descriptive analysis and close reading method with all its analysis refers to the text. Historical background is considered as a basis a well. There are three critics for the government of Japan, Korean and Manchuria society, and the surrounding environment within the short story. From this research, we also know that writer uses three distinctive style to present his critics."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2015
S60730
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jung In June
"ABSTRAK
Penelitian ini membahas perbandingan karya sastra zaman Penjajahan Jepang di Indonesia dan Korea. Indonesia dijajah Jepang selama 3 tahun, tepatnya pada 1 Maret 1942. Berbeda dari Indonesia yang terbilang singkat, Korea dijajah Jepang selama 35 tahun, di era Joseon (1910--1945). Dalam rentang waktu tersebut, sebagian pengarang mengangkat tema kemerdekaan meskipun berada dalam tekanan Jepang. Pengarang dua negara tidak menyerah ataupun mundur, mereka tetap mengobarkan semangat kemerdekaan. Tujuan penelitian ini adalah membandingkan dua novel, Kadarwati Wanita dengan Lima Nama karya Pandir Kelana dan Mister Sunshine karya Kim Eun Seuk. Aspek yang akan dibandingkan, antara lain latar, penokohan, alur, dan pesan yang terdapat dalam kedua karya.

ABSTRACT
This study discusses the comparison of literary works of Japanese occupation in Indonesia and Korea. Indonesia was colonized by Japan for 3 years, precisely on March 1, 1942. Different from Indonesia which was relatively short, Korea was colonized by Japan for 35 years, in the Joseon era (1910--1945). In this period, some authors raised the theme of independence despite being under Japanese pressure. Authors of two countries did not surrender or retreat, they still ignited the spirit of independence. The purpose of this study is to compare two novels, the Female Kadarwati with Five Names by Pandir Kelana and Mister Sunshine by Kim Eun Seuk. Aspects that will be compared include background, characterization, plot, and message contained in the two works."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2019
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Mandalyca Marcella Puteri
"Karya ilmiah ini membahas masalah sosial yang terjadi di Korea pada pasca Perang Korea melalui karya ceritapendek Dua Generasi yang Teraniaya Sunan Idae karya Ha Geun Chan ??? . Konflik ideologi yangterjadi di Semenanjung Korea memuncak dengan pecahnya perang antara Korea Selatan dan Korea Utara yangterjadi pada tahun 1950. Kejadian tersebut juga membawa luka dan kepedihan mendalam di hati masyarakatKorea. Selain itu, perang yang terjadi menimbulkan masalah-masalah sosial di Korea. Penggambaran darikeadaan Korea tergambar jelas melalui hasil karya sastra Korea pada era selepas perang, salah satunya adalahcerpen Dua Generasi yang Teraniaya Sunan Idae karya Ha Geun Chan ??? . Konflik cerita yangmenggambarkan permasalahan sosial yang muncul pada masyarakat Korea, menjadi pembahasan utama dalamkarya ilmiah ini. Perang Korea yang terjadi pada tahun 1950 membawa masalah-masalah sosial, khususnyaterhadap keluarga Korea yang menjadi tentara sukarelawan pada masa perang. Berdasarkan hasil analisis daridata yang diperoleh terdapat tiga masalah sosial yang terjadi yaitu, terpisahnya anggota keluarga yang menjaditentara sukarelawan Korea akibat peperangan yang terjadi, penderitaan batin dan fisik, serta pandangan suramdari korban Perang Korea terhadap masa depan.

This paper discusses the social problems that occur in Korea after the Korean War through the work of shortstories The Suffering of Two Generations Sunan Idae by Ha Geun Chan. Ideological conflict in the Korean Peninsula culminated with the outbreak of war between South Korea and North Korea, which occurred in 1950.These events also bring wounds and deep pain in the hearts of Korean society. Moreover, wars cause socialproblems in Korea. The portrayal of the Korean state clearly illustrated by the work of Korean literature in theera after the war, one of which is a short story The Suffering of Two Generations Sunan Idae by Ha GeunChan . Conflict stories that illustrate the social problems that arise in Korean society, becoming a majorissue in this paper. Korean war in 1950 brought social problems, especially for families Korean army. Based onthe obtained data there are three social issues that occur ie, separation of families who become Korean volunteerarmy that happened as a result of war, mental and physical suffering, and the bleak outlook of the Korean Warcasualties on the future."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2017
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Beta Golda Nisa
"Penerjemahan bukan hanyak mengenai proses pemindahan suatu teks dari satu bahasa ke bahasa lainnya, tapi ia "menerjemahkan suatu teks ke dalam bahasa lain dengan cara sebagaimana yang dimaksudkan oleh penulis dalam teks." (Newmark dalam Haque, 2012). Maka, dalam memenuhi tujuan penerjamahan, bukanlah hal yang gampang, khususnya dalam bidang sastra. Sebuah badan penerbit yang telah menerjemahkan sastra klasik ke dalam Bahasa Indonesia adalah Fiksi Lotus, dengan salah satu cerpennya Charles oleh Shirley Jakcson. Mirip dengan karyanya yang sebelumnya, Charles adalah sebuah prosa yang menawarkan akhiran cerita yang tak terduga, dan hal ini dicapai melalui foreshadowing dalam tokoh utama, yaitu Laurie. Namun, dalam terjemahannya, ada beberapa perbedaan, baik yang berupa dalam deep atau surface meaning. Oleh karena itu, sebuah kajian mengenai terjemahan cerpen Charles diperlukan, khususnya mengenai penokohan Laurie melalui ucapannya, tindakannya dan deskripsi langsung, dengan memahami arti proposisi dan ekspresif yang terkandung di dalamnya.

Translation is not only a process of transferring one text to a different language, but it is "rendering the meaning of a text into another language in the way that the author intended the text" (Newmark in Haque, 2012). In fulfilling the function of translation, then, is a difficult one, especially in the field of literary. One publisher who has translated classic literary into Indonesian is Fiksi Lotus with one of its prose "Charles" by Shirley Jackson. Similar to her other works, "Charles" is a prose which offers a twist at the end, and this is achieved with the help of foreshadowing through the main character Laurie. However, along the translation, there seems to be a difference with the source text, whether it is the deep or surface meaning. Thus, an analysis of the translation of the short story, specifically of the characterization of Laurie depicted through his speech, action, and direct description in the Indonesian version of the story Charles by understanding both the propositional and expressive meaning, is needed in order to see whether it has fulfilled the intended message which is being conveyed by the source text.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2014
S54593
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Astri Setyarini
"Pada abad ke-19, perdagangan candu marak terjadi di Nusantara. Konsumen candu sendiri berasal dari berbagai golongan, mulai dari kaum/clan Tionghoa hingga kaum pribumi. Dalam mengatur perdagangan candu di masyarakat, Pemerintah Kolonial Belanda yang berkuasa di Nusantara pada masa tersebut menerapkan sistem pacht. Sistem pacht memberikan keuntungan bagi orang-orang yang terlibat di dalamnya, terutama kaum Tionghoa. Dalam lelang pacht, kaum Tionghoa banyak yang memenangkan lelang tersebut dan mendapatkan hak sebagai pachter/ penyewa tanah usaha dalam sistem pacht. Potret kehidupan kaum Tionghoa sebagai pachter telah dituangkan dalam berbagai literatur, salah satunya dalam novel karya Gouw Peng Liang yang berjudul Lo Fen Koei. Novel yang ditulis pada tahun 1903 tersebut menyoroti sisi lain kehidupan pachter bernama Lo Fen Koei yang menyalahgunakan kekuasaannya demi memuaskan segala keinginannya. Selain menyajikan kisah tentang karakter Lo Fen Koei, novel ini juga menyajikan interaksi antara tokoh-tokoh Tionghoa dan tokoh-tokoh pribumi. Dengan penggambaran yang dibuat semirip mungkin dengan peristiwa di kehidupan nyata (baik penggambaran karakter pachter dalam tokoh Lo Fen Koei dan penggambaran interaksi sosial antara kaum Tionghoa dan pribumi dalam novel ini), pembaca dapat memperoleh informasi mengenai gambaran sosial dan interaksi antar-golongan masyarakat yang terjadi di Nusantara pada masa tersebut.

On nineteenth century, opium business became widely promised business in Nusantara. Opium consumers came from any social class, from aristocrate to poor, from Chinese people to local people called pribumi. To managed opium trade in Nusantara, Colonial Dutch Government that ruled Nusantara (on that time) applied opium-pacht system. This system promised big profit for everyone who took a part on it, especially for Chinese people. On opium-pacht auction, Chinese people often became the winner and have a right to be an opium-pachter/ land renter on opiumpacht system. The life of Chinese opium-pachter has been illustrated on any works and written, for example the novel Lo Fen Koei. This novel written by Tionghoa’s author named Gouw Peng Liang. Written on 1903, this novel potrayed the life of Lo Fen Koei, a fictitious Chinese opium-pachter that manipulated his power to get anything he wants. This novel not only tells about Lo Fen Koei’s character, but also described about the interaction of people from any social class in Nusantara, especially interaction between Chinese people and pribumi. With the resemblances between Lo Fen Koei’s story and real events (such as the portrayal of opium-pachter that illustrated on Lo Fen Koei’s character and interaction between the Chinese and the pribumi), the readers could get a lot of information about social interaction and any events that happened in Nusantara on that time.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2014
S56445
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
RIZKY KHAIRUNNISA
"Sastra adalah sebuah teks yang memiliki arti atau keindahan tertentu, digunakan oleh manusia untuk menyampaikan gagasannya. Sosiologi sastra adalah sebuah pendekatan yang digunakan untuk memahami karya sastra tersebut. Melalui pendekatan ini, dihasilkan sebuah pemikiran bahwa karya sastra adalah ekspresi dan bagian dari masyarakat. Adanya hubungan antara pengarang dengan kelas sosialnya, status sosial dengan ideologinya, model pembaca yang dituju, dan lain sebagainya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana dua buah karya sastra di dua masa yang berbeda, Aufkl?rung dan Klassik, memberikan pengaruhnya terhadap masyarakat dan masa itu sendiri. Hal ini bertujuan agar pembaca lebih memahami bahwa meskipun Klassik merupakan masa lanjutan dari Aufkl?rung, karya sastra di kedua masa kental akan rasio, tetapi pada masa Klassik sisi kedewasaan juga sangat ditonjolkan.

Literature is a text that has a particular meaning or sense of "beauty", is used by humans to convey her ideas. Sociology of literature is an approach used to understand the literature. Through this approach, produced an idea that literature is an expression and part of the community. The existence of the relationship between the author by his social class, social status with ideology, the intended reader model, and so on. This research aims to determine how two literary works in two different periods, Aufkl?rung and Klassik, provide its influence on society and the period itself. It is intended that the reader better understand that although Klassik is an advanced period of Aufkl?rung, literature in these two periods focus on ratio, but at Klassik time the maturity sides also highlighted."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, 2014
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Harahap, Sri Indah Suryani
"Sastra merupakan institusi sosial yang tidak terlepas dari politik dan ideologi. Politik dan ideologi tersebut dapat menjadikan sastra sebagai media propaganda. Der Giftpilz merupakan salah satu hasil karya sastra yang menjadi media propaganda. Buku anak itu memiliki ideologi dan tujuan politik Nazi. Dalam upaya mengetahui bentuk propaganda yang terdapat dalam buku ini, teknik-teknik yang digunakan dapat membantu menggambarkan bentuk propaganda yang digunakan pengarang pada buku ini. Propaganda dalam sastra memperlihatkan bahwa sastra adalah media komunuikasi massa yang dapat membentuk opini masyarakat luas.

Literature is a social institution that can not be separated from politics and ideology. Politics and ideology can make literature as a medium of propaganda. Der Giftpilz is one of literature works which became a medium of propaganda. This children's book has Nazi ideology and political goals. In an effort to determine the form of propaganda in this book, the techniques that are used bye author can help to describe the form of propaganda. Propaganda in the literature shows that literature is the mass communication media whom can shape the public opinion."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2014
S53606
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Novinka Praramadona Putri
"Sebagai cerminan kehidupan, karya sastra mampu memberikan penggambaran berbagai ?dunia? kepada para pembacanya. Salah satunya adalah dunia religi Kejawen yang erat kaitannya dengan masyarakat Jawa golongan abangan. Novel Perjanjian dengan Maut (PDM) karya Harijadi S. Hartowardojo merupakan karya sastra yang mengisahkan dunia religi Kejawen. Sebagai suatu religi, dalam Kejawen terdapat berbagai konsep dan keyakinan. Melalui tulisan ini, penulis bermaksud mendeskripsikan dan menjelaskan konsep dan keyakinan religi Kejawen yang tergambarkan dalam novel PDM. Pada akhirnya, diketahui bahwa konsep dan keyakinan religi Kejawen didominasi oleh hal-hal bersifat mistik.

As a reflection of reality, literature shows the "worlds" to the readers. One of them is Kejawen, a religion that relates to Javanese people called abangan. Perjanjian dengan Maut (PDM) by Harijadi S. Hartowardojo is such a novel. As a religion, Kejawen consists of many concepts and beliefs. This study describes and explains those concepts and beliefs through PDM. The result shows that concepts and beliefs are dominated by mystical things."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2015
S60093
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>