Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 136857 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nola Triyanda
"Makalah ini membahas mengenai ritual berkabung dalam upacara kematian masyarakat peranakan Tionghoa di Tangerang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan secara lengkap apa yang dimaksud dengan ritual berkabung dalam upacara kematian, apa saja yang harus dilakukan saat berkabung dan menjelaskan berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk berkabung. Melalui penelitian ini diharapkan masyarakat dapat memahami tata cara ritual berkabung dalam upacara kematian masyarakat peranakan Tionghoa di Tangerang.

This paper discusses the mourning ritual of the funeral ceremony practiced by half-breed Chinese community in Tangerang. This research aims to describe the definition of the mourning ritual of the funeral ceremony; things that are supposed to do when practising it; and tries to explain how long the time takes normally in the mourning period. Upon this research, it is expected that people could better comprehend the etiquette of mourning ritual of the funeral ceremony practiced by the half-breed Chinese community in Tangerang.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2016
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Regina Priscylia Siswadie
"Makalah ini akan mengupas upacara makan 'dua-belas mangkok' dalam upacara pernikahan peranakan Tionghoa di Tangerang (Cina Benteng). Dalam penelitian ini akan dipaparkan makna dari makan 'dua-belas mangkok' dalam tata urutan upacara pernikahan masyarakat Cina Benteng dan bagaimana pelaksanaan upacara makan 'dua-belas mangkok' itu sendiri. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk menjelaskan apa sebenarnya makna di balik upacara makan 'dua-belas mangkok', apa saja hidangan dalam 'dua-belas mangkok' tersebut, serta bagaimana tata cara upacaranya. Melalui laporan penelitian ini diharapkan masyarakat akan memahami secara mendalam apa makna dari upacara makan 'dua-belas mangkok' di dalam tata upacara pernikahan peranakan Tionghoa di Tangerang (Cina Benteng).

This paper will discuss the eating ritual 'dua-belas mangkok' in the wedding ceremony of Chinese-Indonesian society in Tangerang (Cina Benteng). This research will explain the meaning of eating 'dua-belas mangkok' in the process of Cina Benteng wedding ceremony and how the ritual 'dua-belas mangkok' is implemented. The purpose of this research is to explain the meaning behind eating ritual 'dua-belas mangkok', what are the dishes in the 'dua-belas mangkok' ritual, and how to do the ritual. People are expected to understand deeply the meaning of eating ritual 'dua-belas mangkok' in the process of wedding ceremony of Chinese-Indonesian society in Tangerang (Cina Benteng) through this paper.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2015
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Dini Rifa`ati Hanifah
"Jurnal ini membahas mengenai akulturasi upacara kematian masyarakat Cina Benteng di Tangerang, Banten. Masyarakat Cina Benteng adalah orang-orang keturunan Tionghoa yang tinggal di wilayah Tangerang, Banten. Nama Cina Benteng berasal dari kata ldquo;Benteng rdquo;, nama lama kota Tangerang. Kata ldquo;Benteng rdquo; dalam istilah Cina Benteng mengacu pada Benteng Makassar, yang terletak disisi timur sungai Cisadane.
Tujuan dari penilitian ini adalah untuk mendeskripsikan secara lengkap bagaimana ritual upacara kematian masyarakat tradisional Tionghoa dan menjelaskan bagaimana ritual upacara kematian masyarakat Cina Benteng yang telah mengalami akulturasi dengan budaya masyarakat setempat di Tangerang, Banten. Selain itu, juga untuk menunjukan bagaimana upacara kematian menjadi salah satu titik temu antara dua budaya yang berbeda dan melihat sejauh mana budaya tradisional masih mempengaruhi budaya yang sudah terakulturasi melalui upacara kematian. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa upacara kematian masyarakat Cina Benteng telah terakulturasi dengan budaya upacara kematian masyarakat Non- Cina Benteng di sekitarnya. Oleh karena itu, dalam upacara kematian Cina Benteng terdapat beberapa bagian yang berbeda dari upacara kematian masyarakat tradisional Tionghoa. Upacara kematian masyarakat Cina Benteng lebih sederhana dalam pelaksanaannya. Selain itu, akulturasi kematian masyarakat Cina Benteng terjadi karena adanya pergeseran zaman dan pergeseran budaya.

This journal talks about the acculturation of the death ceremony of Chinese Benteng community in Tangerang, Banten. Chinese Benteng are people of Chinese descentdant who live in Tangerang, Banten. The name of Chinese Benteng comes from the word ldquo;Benteng rdquo; means ldquo;Fort rdquo; , which is the old name of city of Tangerang. The word Benteng in the term of Chinese Benteng refers to Benteng of Makassar Makassar Fort , which lies on the east side of the Cisadane river.
The purpose of this research is to fully describe the death ceremony ritual of the Chinese Traditional community and the death ceremony ritual of Chinese Benteng people that has been acculturated with the culture of the local community in Tangerang, Banten. In addition, it shows how the death ceremony became the point of intersections between two different cultures and to what extent the traditional cultures still affect the culture that has been acculturated through the death ceremony. The method used in this research is qualitative method.
The result of this research shows that the death ceremony of Chinese Benteng community has been acculturated with the death ceremony of Non-Chinese Benteng community in Tangerang. Therefore, the death ceremony of Chinese Benteng is different in some parts from the death ceremony of traditional Chinese community. The death ceremony of the Chinese Benteng community is more simple in its implementation. In addition, the acculturation of death ceremony of Chinese Benteng community also occurred due to the changing of time and culture.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Fransisca Maria Putrini Himawan
"Makalah ini merupakan hasil penelitian mengenai pergeseran makna dan fungsi ritual salah satu tahapan Shang Tou, upacara pernikahan tradisional masyarakat Cina Benteng di Tangerang, Banten. Tulisan ini khususnya membahas tahap pemujaan terhadap sosok Dewa San Jie Gong dalam sembahyang San Jie. Penelitian ini memaparkan tentang (1) prosesi penghormatan San Jie Gong dalam upacara Shang Tou dan (2) makna dan fungsi penghormatan Tian dan San Jie Gong dalam upacara Shang Tou. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, diketahui bahwa prosesi, makna dan fungsi sembahyang San Jie Gong sudah mengalami perubahan seiring jaman dengan berubahnya aturan-aturan seperti waktu pemujaan, tempat pemujaan dan tahapan lain yang menjadi dipersingkat.

This paper is a result from a research about the meaning and function`s shifting of one from the many steps of Shang Tou, a traditional Benteng Chinese wedding Ceremony in Tangerang, Banten. This paper is focusing on the worship of a deity called San Jie Gong in a San Jie worship ceremony. This research explains about (1) the procession of San Jie Gong`s worship in Shang Tou ceremony and (2) the meaning and function of Tian and San Jie Gong`s worship in Shang Tou ceremony. Based on the research conducted, it is known that as the era progressing, the procession, meaning and function of San Jie Gong worship has shifted with the change of rules such as the time of worship, place of worship and other steps that have been shortened."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2020
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Yesika Elsara Pongpare
"Pasar tradisional merupakan tempat terjadinya aktivitas ekonomi lokal berupa kegiatan jual bei antara pedagang dan pembeli. Di dalam aktivitas jual beli ini, terbentuklah interaksi yang kompleks, baik melalui kegiatan tawar menawar antara pembeli dan pedagang maupun persaingan antarpedagang sebagai wujud unsur sosial budaya. Akibatnya, pasar tradisional tidak pernah lepas dari unsur ekonomi lokal dan sosial budaya yang mengitarinya.
Tulisan ini bertujuan untuk menjelaskan keterkaitan antara pasar tradisional Bolu di Toraja Utara dan ritual kematian orang Toraja. Ritual kematian orang Toraja, Rambu Solo, adalah salah satu ritual terpenting dalam kebudayaan orang Toraja. Rambu Solo dilaksanakan sesuai dengan kelas sosial dan didorong oleh budaya siri. Setiap kelas sosial dibedakan berdasarkan lama pelaksanaan ritual, tingkat kerumitan, dan jumlah hewan kurban yang disembelih, khususnya kerbau. Semakin tinggi kasta sosial orang yang meninggal, ritual Rambu Solo yang dilaksanakan akan semakin rumit, menghabiskan semakin banyak waktu dan kerbau. Kehadiran Pasar Hewan Bolu sangat membantu masyarakat Toraja dalam memperoleh kerbau.
Mengakhiri rangkaian studi literatur, wawancara, dan studi lapangan yang dilakukan selama menyusun tulisan ini, penulis menyimpulkan bahwa Pasar Hewan Bolu dapat dipandang sebagai pasar yang memenuhi kebutuhan orang mati, yakni kebutuhan ritual Rambu Solo. Oleh karena itu, selama orang Toraja bertahan untuk tetep melaksanakan ritual kematian Rambu Solo, maka kehadiran Pasar Hewan Bolu tidak dapat dipisahkan dari kehidupan berbudaya masyarakat Toraja.

A traditional market is where local economy activities, mainly the process of selling and buying, take place. In this activity of selling and buying, a complex interactions are formed, firstly through the bargainnning between the buyers and traders, secondly through the competition among the traders, both as manifests of the local economical and socio-cultural elements. Hence, a traditional market could never be detached from its surrounding local economy and socio-cultural elements.
This thesis aims to explain the relationship between Bolu Animal Market, a traditional market in North Toraja, and Rambu Solo, the funeral ceremony of Toraja people. Rambu Solo is one of the most significant rituals in the culture of Toraja. It is observed based on social class and driven by the siri culture. Each social class is distinguished by the duration and complexity of the ritual, also by the number of sacrificial animals slaugthered, especially bufallo. The higher the social caste of the Toraja people who died, the more complicated the ritual will be carried out, spending more in both time and bufallo. Bufallo has become a key element in this ritual. The existence of Bolu Animal Market is an immense help for the Toraja people to obtain bufallo.
Hence, closing the series of literature study, interview, and field study along with this thesis writing, the author concludes that Bolu Animal Market can be seen as a market that meets the needs of the dead, as it provides the main requirement of Rambu Solo. As long as the people of Toraja keep observing the ritual of Rambu Solo, the presence of Bolu Animal Market can not be separated from their cultural life.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Susayya Nadhira Sonia
"Topik penelitian ini adalah Upacara Perkawinan Cio Tao di lingkungan komunitas Cina Benteng yang berdomisili di wilayah Tanggerang-Banten. Tujuan penelitian ini adalah memberikan gambaran tentang kehidupan komunitas Cina Benteng khususnya yang berkaitan dengan tradisi perkawinan Cio Tao. Penelitian yang dilakukan berlandaskan metode kualitatif, menemukan beberapa fakta menarik, salah satu di antaranya adalah adanya pengaruh budaya lokal dalam upacara perkawinan tersebut. Penemuan itu menunjukkan bahwa telah terjadi akulturasi di antara budaya komunitas Cina Benteng dengan budaya penduduk lokal. Hal itu juga dapat menjadi petunjuk adanya hubungan yang harmonis antara komunitas tersebut dengan penduduk lokal.

This research topic is the Marriage Ceremony Cio Tao in community Cina Benteng whose domiciled in Tangerang, Banten. The purpose of this research is to provide an overview of life of the Cina Benteng community especially that related to the tradition of Cio Tao. The research was based on qualitative methods, found some interesting facts, one of which is the influence of local culture in the marriage ceremony. The finding shows that there has been a cultural acculturation among Cina Benteng community with cultural locals. It can also be indicative of a harmonious relationship between the community and the local population.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2013
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Ananto Widiaji
"Tugas Akhir ini menggambarkan persepsi sebagian kecil masyarakat Tionghoa yang beragama Kristen dan Katolik terhadap ritual Ceng Beng. Para responden yang dijadikan objek penelitian adalah 12 orang responden yang berdomisili di Jakarta. Praktek Ceng Beng merupakan suatu bentuk penghormatan kepada leluhur yang sudah meninggal dunia. Dengan melakukan Ceng Beng itu artinya seseorang telah mengamalkan salah satu nilai ajaran Konfusius mengenai rasa bakti terhadap orang tua. Meskipun demikian, kini upacara ini mulai ditinggalkan oleh etnis Tionghoa di Jakarta karena menurut mereka upacara Ceng Beng tidak sesuai dengan nilai-nilai yang ada dalam ajaran agama resmi yang mereka anut. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa faktor agama dan pemahaman dalam memahami upacara Ceng Beng memainkan peran yang cukup besar dalam membentuk persepsi para responden terhadap ritual Ceng Beng.

This thesis illustrates the perception of a small group of Chinese people who are Christians and Catholics towards the ritual of Ceng Beng. The respondents who were the object of the study were 12 respondents domiciled in Jakarta. The practice of Ceng Beng is a form of respect to the deceased ancestors. By doing Ceng Beng it means that one has practiced one of the values of Confucius that teachings on filial piety to parents. However, now this ceremony began to be abandoned by ethnic Chinese in Jakarta. Because they thought the Ceng Beng ceremony was not in accordance with the values in the institutional religions teachings that they were follow. The results of this study showed that religious factors and understanding of the Ceng Beng ceremony itself played a considerable role in forming respondents perception of Ceng Beng ritual."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Pelawi, Grace Mathilda
"ABSTRAK
Skripsi ini berusaha menunjukkan bagaimana masalah dislokasi timbul sebagai akibat dari ke-half-breed-an tokoh-tokohnya dan bagaimana mitos Indian berfungsi sebagai jalan keluar dalam memecahkan masalah dislokasi tersebut di dalam novel-novel Ceremony dan The Woman Who Owned The Shadows. Di dalam Ceremony, Tayo, tokoh utamanya, digambarkan sebagai half-breed yang amat menderita akibat kuatnya tekanan dari masyarakat Indian maupun masyarakat kulit putih. Kuatnya tekanan ini mengakibatkan is tidak mempunyai `tempat berpijak' dan menderita masalah dislokasi. Masalah dislokasi adalah kondisi pars tokoh Indian yang mengalami kesulitan dalam menempatkan `pikiran' mereka (yang berwujud imajinasi ataupun mimpi) ke dalam konteks waktu dan tempat yang sesuai dengan kehidupannya di dunia nyata akibat adanya perbenturan budaya dengan masyarakat kulit putih/dunia Barat (sebagai konsekuensi dari kondisi mereka yang half-breed). Tokoh Tayo...

"
1996
S14077
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shereen
"ABSTRAK
Ciamsi merupakan sebuah ritual yang dikenal masyarakat Cina untuk melihat peruntungan dan nasib seseorang melalui bilah bambu. Nomor yang tertera pada setiap bilah bambu berisikan syair-syair Cina kuno dipercayai sebagai jawaban dari ?? Shenming Dewa atas berbagai permasalahan yang ditanyakan oleh pengunjung yang melakukan ritual tersebut. Sarana Ciamsi yang disediakan pada setiap kelenteng berupa bilah bambu telah menjadi bagian tradisi yang diikuti oleh pengunjung kelenteng. Makalah ini membahas tentang ritual ramalan Ciamsi di Kelenteng Boen Tek Bio yang terletak di Tangerang beserta kajian budaya atas keyakinan tradisional ini.

ABSTRACT
Ciamsi is a ritual that is known by the Chinese people to discover one rsquo s luck and fortune by using divinatory sticks. Numbers in each divinatory stick that correspond with an ancient Chinese poem believed to be an oracle from the Shenming Deities for any problem that is questioned by the temple visitors. Ciamsi that involves divinatory sticks in every temple has been one of the traditions followed by temple visitiors. This paper discusses Ciamsi ritual and cultural studies about this traditional belief at the Boen Tek Bio temple which is located in Tangerang."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>