Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 63073 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Philipus Febrian Dermawan
"ABSTRAK
Industri budaya membuat berbagai macam objek dalam hidup menjadi sebuah komoditas Hal ini tidak hanya terjadi pada barang atau budaya tetapi juga pada manusia Jurnal ini akan membahas sebuah film yaitu The Truman Show yang mengkritik industri budaya Film sendiri merupakan sebuah produk industri budaya dan hal yang menarik dari film ini yaitu bagaimana film ini mengkritik industri budaya dalam hal komodifikasi manusia yang terjadi dalam industri entertainment Pesan yang terkandung di dalam film tersebut yaitu pesan anti komodifikasi manusia danbagaimana film tidak hanya murni produk industri tetapi dapat menjadi sebuah bahan kajian Analisis dilakukan melalui sudut pandang teori kritis tentang pengaruh kapitalisme dan industri budaya dalam dunia entertainment.

ABSTRACT
Culture industry has made any kind of objects in life to be a commodity It does not only happen to goods or cultures but also to humanity This article is going to discuss a movie The Truman Show that critizes the culture industry The movie itself is a product of culture industry and what makes it unique is that it critizes the culture industry about human commodification in entertainment industry The message contains in the movie is a message of anti human commodification and how movie is not viewed as a mere industrial product but also a resource for media studies Analysis is done using the critical theory paradigm about the effects of capitalism and culture industry in entertainment industry.
"
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2016
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Tribuana Sari
"Pada masa awal pemerintahannya, Harry S. Truman adalah presiden dengan pengakuan yang rendah dari masyarakat. Hal itu disebabkan karena naiknya dia sebagai presiden bukan hasil pemilihan umum sementara masyarakat meragukan kemampuannya untuk membawa Amerika pada masa transisi pasca perang. Hal itu ditambah dengan tentangan dari para politisi partai Republik. Perang Dingin sebagai akibat dari perang dunia kedua memberikan kesempatan sekaligus tantangan bagi Truman untuk menunjukkan kemampuannya. Melalui langkahnya meledakkan bom atom di Jepang dan membendung ekspansi ideologi komunisme di luar negeri dalam bentuk bantuan militer dan ekonomi kepada negara-negara yang terancam oleh kekuatan bersenjata, dan sejalan dengan kepentingan Amerika, telah menjadikan Truman sebagai aktor utama dalam proses perubahan politik Luar Negeri Amerika yang semula menganut universalisme. Dengan langkah itu Truman menyatakan Amerika sebagai pemimpin dunia merdeka melawan dunia totalitarian, dengan Uni Soviet sebagai pemimpinnya.
Keberhasilan di luar negeri tersebut tidak bisa dipisahkan dari dukungan dalam negeri. Oleh karena itu maka Truman melaksanakan kampanye anti-komunisme Dalam Negerinya. Strategi kampanye ini adalah dengan menggunakan kebijakan Federal Employee Loyalty Program serta pidato dan pesan-pesan tertulisnya. Yang pertama merupakan langkah strategisnya, sementara yang kedua adalah sarana penciptaan wacana antikomunisme yang Truman inginkan. Masalah yang menjadi pembahasan dalam tesis ini adalah bagaimana Truman menciptakan wacana anti-komunismenya melalui teks-teks pidato dan pesan tertulisnya dan bagaimana Federal Employee Loyalty Program diterapkan sebagai langkah strategis dalam kampanye anti-komunismenya. Dengan teori Repressive State Apparatuses/RSA dan Ideological State Apparatuses/ISA milik Althuser, ditemukan bahwa Federal Employee Loyalty Program berfungsi sebagai aparatus represi, melalui ancaman, pemecatan, investigasi oleh FBI dan legalitas yang diberikan oleh Truman kepada masyarakat Amerika untuk turut melaporkan siapa saja yang dicurigai terlibat dalam organisasi-organisasi yang dinyatakan terlarang oleh pemerintah. Sementara teks pidato dan pesan tertulis berfungsi sebagai aparatus ideologis, melalui penciptaan representasi-representasi negatif tentang komunisme. Komunisme distereotipkan sebagai pihak yang anti kemakmuran ekonomi dan anti demokrasi. Masyarakat Amerika yang menjadikan nilai kemakmuran ekonomi dan demokrasi sebagai acuan dalam hidupnya akan menempati posisi melawan jika berhadapan dengan komunisme. Dengan cara ini, Truman bermaksud menciptakan subyek/pelaku dari ideologi antikomunismenya."
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2005
T15061
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
McCullough, David
New York: Simon & Schuster, 1992
973.918 Tru t
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Laili Muttamimah
"Penelitian ini menyingkap bagaimana proses komodifikasi konten terjadi terhadap karya sastra Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini yang dialihwahana ke berbagai medium, yakni buku, web series, film, dan podcast. Tujuan penelitian ini adalah membongkar praktik komodifikasi konten dan bagaimana praktik tersebut menjadi kekuatan ekonomi politik bagi pemilik karya serta pemilik modal. Paradigma kritis digunakan dalam penelitian ini dengan pendekatan kualitatif dan metode penelitian analisis wacana kritis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara mikro, pemilik karya dan pemilik modal mengembangkan konten sesuai medium yang menyalurkannya, seperti memasukkan unsur-unsur intrinsik cerita dan meromantisasi isu-isu seragam, untuk mencapai kepentingan bisnis. Adapun secara makro, alih wahana yang dilakukan berhasil menciptakan komoditas baru yang digandrungi khalayak, karena dukungan dari sistem ekonomi dan politik memungkinkan pemilik modal terus mengembangkan karya dengan memanipulasi kesadaran khalayak sebagai hiburan. Kekayaan intelektual turut dimanfaatkan tak hanya untuk menghasilkan nilai ekonomi bagi pemilik karya dan pemilik modal, tetapi juga menguntungkan secara politik dari kontrol penuh atas pengembangan konten yang dimiliki.

This research reveals how the process of commodification of content occurs in the literary works, Nati Kita Cerita Tentang Hari Hari Ini, which is transformed into various mediums, such as books, web series, films, and podcasts. The purpose of this research is to reveal the practice of commodification of content and how this practice becomes a political economic power for the work owner and capital owners. The critical paradigm is used in this study with a qualitative approach and critical discourse analysis research methods. The results of the study show that on a micro basis, the work owner and capital owners develop content according to the medium that distributes it, such as incorporating intrinsic elements of stories and romanticizing uniform issues, to achieve business interests. On a macro level, the transformed of medium has succeeded in creating new commodities, because the support from the economic and political systems that allows the owners of capital to continue to develop works by manipulating audience awareness as entertainment. Intellectual property is also utilized not only to generate economic value for work owner and capital owners, but also to benefit politically as a full control over the development of the content they own."
Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Truman, Harry S.
Garden City, N.Y,: Doubleday, 1956
923.173 TRU m II;923.173 TRU m II (2)
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Truman, Harry S.
New York: The New American Library, 1955
923.173 TRU m I
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Khaulah
"Postmodernisme muncul dilatarbelakangi oleh kesadaran akan tidak ada lagi suatu stabilitas dan sering kali akan tidak mungkinnya ada perbedaan antara suatu realitas dan simulasi. Postmodernisme memiliki tujuan untuk menciptakan ekspresi baru bukan hanya melalui seni namun juga kultur. Akibatnya, kota-kota era Postmodern berhubungan dengan suatu image tertentu akan perkotaan, yang terdiri dari konglomerasi ide dan gambar. Ide akan postmodernisme memiliki keterkaitan dengan ruang-ruang simulasi dan kehidupan hiperrealitas. Dampak negatif dari hiperrealitas terlihat dari sisi media dan literatur yang merupakan ancaman untuk masyarakat kontemporer dalam kaitannya dengan realitas dan representasi. Film mampu menangkap krisis Postmodern baik dalam penggunaan gambarnya secara visual maupun kemampuannya untuk berubah beriringan dengan ruang dan waktu. Skripsi ini bertujuan untuk melihat ide tentang hiperrealitas dan simulasi dari teori Postmodern bisa membantu kita memahami realitas dalam pengalaman kehidupan di ruang urban dan bagaimana media berperan membentuk image hiperrealitas ruang urban. Skripsi ini juga bertujuan untuk melihat analisis hiperrealitas dari media film The Truman Show dengan ide tentang kehidupan di era Postmodern yang direfleksikan terhadap ruang urban nyata

Postmodernism emerged as a result of the awareness that there is no longer stability and often an impossible difference between reality and simulation. The idea of postmodernism is related to the theory of simulation and images of hyperreality. The negative impact of hyperreality can be seen from media and literature, which pose a threat to contemporary society in terms of reality and representation. Film has an ability to capture the Postmodern crisis, with its visual use of images, with its ability to change continuously. The purpose of this study is to see how the characteristics of postmodernism can affect reality inside of an urban system, to see how the image of hyperreality can be understood through films, and to see where the role of media becomes significant in delivering information related to reality. This study also aims to see the effect of hyperreality, through the reflection from the The Truman Show film’s analysis, on today’s real urban spaces."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Budi Prakarsa Rukhiyana
"ABSTRAK
Dalam ajaran Shinto dan Buddha, dewa-dewa dipercaya menjadi kekuatan besar pada kehidupan penganutnya. Manifestasi dari wujud dewa-dewa banyak tertuang dalam simbol, benda dan perayaan. Salah satu benda yang mempunyai manifestasi dari dewa-dewa dalam kepercayaan tersebut adalah Omamori. Pada awal kemunculannya, omamori diberikan kepada peziarah kuno di Jepang yang melakukan perjalanan spiritual ke kuil-kuil di luar daerahnya. Omamori diberikan kepada para peziarah oleh pihak kuil, dengan tujuan agar menjadi keselamatan pada para peziarah ketika kembali ke daerah asal. Seiring berkembangnya zaman, dan globalisasi mulai merambah Jepang, hal tersebut juga memberikan dampak kepada omamori. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan dampak komodifikasi pada budaya yang datang bersamaan dengan globalisasi pada omamori, salah satu aspek budaya kuno Jepang. Penelitian ini dilakukan dengan metode kualitatif yaitu studi pustaka. Teori yang digunakan antara lain, Teori Globalisasi Appadurai untuk menjelaskan fenomena penjualan massal terhadap omamori, kemudian Teori Komodifikasi yang bertujuan untuk menjelaskan dampak yang diterima, perubahan atau pergesaran pada aspek budaya yaitu omamori, Teori Mass Culture dari Hannah Arendt untuk menjelaskan mengapa aspek-aspek tersebut bisa berubah, lalu teori Culture Industry dari Theodor Adorno untuk menjelaskan bagaimana sistem yang mengatur suatu produksi komoditas budaya.

ABSTRACT
In Shinto and Buddhism, it is believed that God has a great power in the followers life. The manifest of God are shown in the symbols, objects and ceremonies. One of those object that has the God manifest is called omamori. At the starts of its appearance, omamori was given by the temple to ancient pilgrims on their pilgrimage to temples outside their region. Omamori was given by the temple with purpose to blessing the pilgrim when they are going back to their origin. As the time goes by, together with the spread of globalization to entire Japan, it gives impact to omamori as well. This study is purposed to explain the impact of commodification to japan culture together with globalization to omamori, one of the aspect of Japanese ancient culture. This study use qualitative method, literature review. Theory that used in this study is commodification theory, with purpose to explain impact, change or shift on cultural aspect of omamori, mass culture theory from Hannah Arendt to explain how those aspects can change, and Theodor Adorno Theory of Culture Industry to explain the system that arrange the production of cultural commodity."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2016
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Nurhasna Muthiah
"ABSTRAK<>br>
Penggunaan media sosial Instagram yang semakin masif mendorong interaktivitas yang tinggi antarpenggunanya. Interaktivitas ini dilihat sebagai kesempatan oleh pemasar untuk memasarkan produknya melalui sistem endorsement. Namun ternyata, penggunaan Instagram sebagai media pemasaran tidak selamanya berdampak positif. Tulisan ini berfokus pada anak yang dikomodifikasi sebagai model endorse di Instagram orangtuanya yang merupakan selebritis. Komodifikasi terjadi di bawah pengawasan orang tua dan didukung oleh pemberitaan media serta anggapan wajar mengenai anak yang bekerja. Selain itu, budaya konsumerisme terhadap produk anak juga mendorong terjadinya komodifikasi terhadap anak. Isu lain atas unggahan konten Instagram orangtua yang menampilkan foto anak adalah pelanggaran privasi anak. Orangtua membagikan konten yang menampilkan anaknya tanpa persetujuan dari sang anak ke ranah publik.

ABSTRACT<>br>
The massive use of Instagram stimulates high interactivity between its users. The interactivity is seen as big opportunity by marketers to promote their product by endorsement system. However, the use of Instagram to be one of the marketing tools does not always have positive impact. This paper focus on commodification that happened to children endorser on Instagram whose parents is a celebrity. The commodification happened in the right of the parents and supported by the media publication about reasonable presumption on working children. Moreover, consumerism culture on children rsquo s product also supporting the commodification of these children. Another issue that can happen because of the children content on parent rsquo s social media is invasion of the child privacy. Parents, however share the content about their children to the public without the children rsquo s consent."
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2017
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Benedictus Gemilang Adinda
"ABSTRAK
Perkembangan teknologi dan informasi terkini memicu tumbuhnya industri dan profesi baru yang belum pernah ada sebelumnya, yakni industri dan pekerja kreatif berbasis digital. Akan tetapi, perkembangan industri kreatif berbasis digital ini tidak disertai dengan perancangan rencana kerja yang layak bagi para pekerjanya. Tesis ini berusaha mengekspos terjadinya eksploitasi kepada tenaga kerja di dalam industri kreatif, khususnya pekerja social media specialist di agensi digital. Eksploitasi tersebut dilakukan bersamaan dengan proses naturalisasi sehingga para pekerja tersebut tidak menyadari eksploitasi yang menimpa mereka. Tesis ini berangkat dari analisis ekonomi politik serta komodifikasi ketenagakerjaan Vincent Mosco. Tesis ini menggunakan
pendekatan kualitatif dengan metode analisis studi kasus tunggal terhadap pekerja social media specialist di agensi digital XYZ (bukan nama sebenarnya). Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah wawancara mendalam sebagai data primer dan studi dokumen sebagai data sekunder. Penelitian ini mewawancara para pekerja social media specialist dengan tingkat jabatan yang berbeda, mulai dari tingkatan officer hingga manajerial. Selain itu, pengumpulan data juga dilakukan dengan mewawancarai perwakilan dari serikat pekerja kreatif untuk memberikan gambaran yang lebih besar mengenai industri kreatif saat ini. Temuan penelitian menunjukkan bahwa pekerja social media specialist di agensi digital XYZ mengalami komodifikasi ketenagakerjaan dalam bentuk eksploitasi tenaga, eksploitasi waktu, serta sejumlah pelanggaran regulasi. Selanjutnya, proses komodifikasi ini terkaburkan dengan adanya tahapan alienasi, reifikasi, mistifikasi, hingga naturalisasi sehingga praktik komodifikasi kepada pekerja kreatif di industri kreatif, khususnya pekerja social media specialist di agensi digital seringkali dianggap sebagai bentuk kewajaran.

ABSTRACT
The latest developments in technology and information have sparked an unprecedented growth of new industries and professions, that is digital-based industry and creative workers. Then, it makes this new industry and profession as the new big thing in the job market. However, the development of this digital-based creative industry is not accompanied by the design of a decent work plan for its workers. This thesis attempts to expose the exploitation of labor in the creative industries, especially social media specialist workers in digital agencies. The exploitation is carried out simultaneously with the naturalization process so that the workers are not aware of the exploitation that befell them. This thesis departs from the analysis of political economy as well as the commodification of labor by Vincent Mosco. This thesis uses a qualitative approach with single case study analysis method to social media specialist workers in the XYZ digital agency (not the actual name/name withheld). Data collection techniques in this study are in-depth interviews as primary data and document studies as secondary data. This study interviewed social media workers with different job titles ranging from officer/staff to managerial level. In addition, data collection is also conducted by interviewing a representative of a creative union to provide a larger picture of the creative industry today. Field research findings indicate that social media specialist
workers in the XYZ digital agency experience labor commodification in the form of labor exploitation, exploitation of time, and a number of regulatory violations. Furthermore, this commodification process is obscured by the stage of alienation, reification, mystification, to naturalization so that the practice of commodification in the creative industry, especially in a digital agency is often regarded as a taken for granted."
2018
T50073
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>