Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 98120 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nayla Najati
"Negara Kesatuan Republik Indonesia membutuhkan satelit mikro untuk pengawasan wilayah nusantara. Satelit mikro yang memiliki berat 10-100 kg telah menjadi titik awal pengembangan teknologi satelit di Indonesia dengan diluncurkannya satelit mikro generasi pertama, LAPAN-A1 (lebih dikenal sebagai LAPAN-TUBSAT) pada 10 Januari 2007.
Dalam operasinya, satelit mikro LAPAN-A1 membutuhkan antena untuk sistem komunikasi antara satelit dan stasiun bumi. Sistem komunikasi ini berupa pengiriman data satelit/citra satelit dan data telemetry & telecommand. Pada sistem komunikasi telecommand digunakan antena yang bekerja pada pita frekuensi UHF (frekuensi tengah 437,325 MHz) dengan tipe antena wire monopole. Antena monopole tersebut memiliki panjang 1/4λ (sekitar 17 cm), sehingga memerlukan tempat yang relatif luas dalam proses peluncuran. Dalam rangka pengembangan antena UHF berikutnya diharapkan antena yang lebih kompak dapat digunakan pada satelit mikro generasi berikutnya.
Pada tesis ini diusulkan sebuah antena yang dirancang untuk aplikasi telemetry&telecommand satelit mikro pada frekuensi 430 ? 450 MHz yang memiliki dimensi yang lebih kecil dan kompak. Jenis antena yang dipilih adalah antena mikrostrip tipe meander, memiliki polarisasi linier, dan pola radiasi omnidirectional.
Hasil simulasi menunjukkan antena satu elemen yang dirancang memiliki frekuensi kerja pada 461 ? 481 MHz, dengan gain 2,69 dBi, berpolarisasi linier, dan memiliki pola radiasi mendekati omnidirectional pada bidang azimuth. Sedangkan hasil simulasi pada badan satelit, antena yang dirancang memiliki frekuensi kerja pada 428 ? 468 MHz, dengan gain 2,9 dBi. Hasil pengukuran antena satu elemen menunjukkan frekuensi operasi berada pada kisaran 457 - 492 MHz, dengan pola radiasi mendekati omnidirectional pada bidang azimuth. Untuk hasil pengukuran antena terpasang pada badan satelit, memiliki frekuensi kerja pada 403 - 450 MHz dengan besar bandwidth mengalami kenaikan ±30% bila dibandingkan dengan antena satu elemen.

Republic of Indonesia require microsatellite for monitoring the archipelago. Microsatellite that weight about 10-100 kg which was launched on 10, January 2007, was the starting point for the development of satellite technology in Indonesia. The microsatellite LAPAN-A1 requires an antenna for communication systems between satellite and ground stations.This microsatellite can send satellite imagery (payload data) and telemetry & telecommand.
The telecommand system used monopole antenna that works at UHF band with center frequency at 437,325 MHz. This wire monopole antenna has a length of 17 cm, so it requires a relatively large space in the process of launching. In order to develop the next UHF antenna, more compact UHF antenna design is expected and can be used in the next generation of microsatellites.
This thesis proposed an antenna design for telemetry and telecommand applications of microsatellite in the band frequency 430-450 MHz which has smaller dimensions and compact. The type of antenna selected is meander microstrip antenna. This antenna has a linear polarization and omnidirectional radiation pattern. Simulation results shows that antenna design has working frequency at 461 ? 481 MHz with gain of 2.69 dB, linier polarized, and has nearly omnidirectional radiation pattern.
The simulation results, when antenna mounted on the body of the satellite, has working frequency at 428-468 MHz with a gain of 2.9 dBi. The measurement results of the single element antenna shows that the operating frequency is in the range of 457-492 MHz with nearly omnidirectional radiation pattern in azimuth plane. For the measurement antenna mounted on the satellite body, it has working frequency 403-450 MHz with increase of bandwidth ± 30 % when compared to a single element antenna.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
T50155
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rosza Madina
"Semakin berkembangnya aplikasi penggunaan data AIS (Automatic Identification System) baik untuk pelacakan kapal, pemantauan lalu lintas laut, maupun untuk pengawasan maritime; membuat AIS mulai diaplikasikan pada satelit untuk mendapatkan coverage area yang lebih besar sehingga bisa melengkapi data AIS terestrial. Indonesia melalui Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), sudah mempunyai dua buah satelit mikro yang membawa misi AIS yaitu LAPANA2/ ORARI dan LAPAN-A3/IPB. Dan dalam rencana pembangunan satelitnya, LAPAN juga akan membuat satelit mikro lainnya yang juga membawa AIS sehingga pada akhirnya bisa mendapatkan data kapal di seluruh wilayah Indonesia secara near realtime. AIS menggunakan frekuensi VHF (161.975 MHz untuk AIS Class A dan 162.025 MHz untuk AIS Class B), sehingga dimensi antena yang digunakan besar. Hal ini akan menjadi permasalahan ketika satelit yang digunakan berplatform mikro, sehingga diperlukan miniaturisasi terhadap antena penerima AIS pada satelit. Permasalahan lain yang terjadi pada AIS berbasis satelit adalah adanya data collitions pada daerah yang mempunyai traffik padat. Pada tesis ini diusulkan sebuah antena yang dirancang sebagai antena penerima AIS untuk satelit mikro pada frekuensi 161.975 MHZ (AIS Class A) – 162.025 MHz (AIS Class B) yang memiliki dimensi cukup kecil dengan gain yang cukup tinggi. Teknik miniaturisasi yang digunakan adalah dengan mengunakan antena mikrostrip tipe meander dengan menambahkan bentuk metamaterial untuk meningkatkan performasinya. Hasil simulasi menunjukkan antena VHF berukuran 133.00 x 88.00 x 1.52 mm3 dengan gain 1.663dB. Antena yang dirancang memiliki polarisasi linier dan pola radiasi omnidirectional dengan beamwidth pada H-plane 88.5°. Hasil pengukuran menunjukkan frekuensi operasi pada 156.98-163.18 MHz dengan gain 0.18 dB. Dengan demikian antena ini dapat digunakan untuk menerima seluruh data AIS kelas A, data AIS kelas B dengan gain -9dB, serta VDES (VHF Data Exchange System). Miniaturisasi dengan teknik meander-line dan struktur metamaterial ini berhasil mereduksi dimensi sebesar 42%. Antena fabrikasi mempunyai pola radiasi omnidirectional dengan beamwidth pada E-plane 338.6° dan H-plane 88.26° sehingga ketika antena VHF ini diletakkan pada satelit, proyeksi antena pada permukaan bumi berkurang 50% dari sebelumnya sehingga dapat digunakan untuk mengurangi data coalition pada satelit.

The development of AIS (Automatic Identification System) data usage applications, for tracking vessels, monitoring sea traffic, and for maritime surveillance; encourage AIS begin to be applied in satellites to get a larger coverage area so that it can complement terrestrial AIS data. Indonesia, through National Institute of Aeronautics and Space (LAPAN), already has two micro satellites that carry the AIS mission, namely LAPAN-A2/LAPAN-ORARI and LAPAN-A3/LAPAN-IPB. And in its satellite development plan, LAPAN will also create other micro satellites that also carry AIS so that in the end they can get near real-time ship data throughout Indonesia. AIS uses VHF frequencies (161,975 MHz for AIS Class A and 162,025 MHz for AIS Class B), so the dimensions of the antenna used are large. This will be a problem when the satellite is used on a micro platform, so it is necessary to miniaturize the AIS receiver antenna on the satellite. Another problem that occurs in satellite-based AIS is the presence of coaillition data in areas that have dense traffic. In this thesis, we propose an antenna designed as an AIS receiver antenna for micro satellites at a frequency of 161,975 MHz (AIS Class A) - 162,025 MHz (AIS Class B) which has a fairly small dimension with a high enough gain. The miniaturization technique used is to use a meander-type microstrip antenna by adding a metamaterial shape to improve its performance. The simulation results show that the VHF antenna measures 133.00 x 88.00 x 1.52 mm3 with a gain 1.663dB. The antenna is designed to have linear polarization, and an omnidirectional radiation pattern with a beamwidth on the H plane of 88.5 °. The measurement results show the operating frequency at 156.98-163.18 MHz with gain 0.18 dB. Therefore this antenna can be used to receive all AIS class A data, class B AIS data with a gain of -9dB, and VDES (VHF Data Exchange System). Miniaturization using the meander-line technique and the metamaterial structure was successful in reducing dimensions by 42%. Fabricated antenna also has an omnidirectional radiation pattern with a beamwidth in the E-plane 338.6° and the H-plane 88.26°. And when this VHF antenna is placed on a satellite, the antenna projection on the earth's surface is reduced by 50% from the previous one so that it can be used to reduce coalition data on the satellite."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anshari Akbar
"Pengembangan satelit saat ini mengarah pada pengembangan satelit kecil. Jumlah misi luar angkasa yang menggunakan satelit kecil dengan ukuran berbeda terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Saat ini LAPAN mengembangkan satelit mikro LAPAN-A4 dengan misi pengamatan bumi sumber daya alam, pemantauan maritim dan misi riset. Kapasitas data yang besar memerlukan sistem transmisi kecepatan tinggi untuk mengirimkan data hasil observasi ke stasiun bumi. Salah satu cara yg dapat dilakukan yaitu dengan peningkatan bandwidth. Dalam penelitian tesis ini antena didesain pada frekuensi 2220 MHz dengan metode DGS (defected ground structure). Metode ini mampu meningkatkan bandwidth antena dan memiliki efek miniaturisasi sehingga cocok untuk desain untuk aplikasi satelit. Antena dirancang dengan polarisasi melingkar untuk mengatasi loss polarisasi yang besar dalam mentransmisikan data payload satelit ke stasiun bumi.
Untuk meningkatkan bandwidth antena, digunakan metode DGS dengan pola dual slot yang berbentuk huruf X. Dimensi DGS seperti panjang slot (Ls), Lebar slot (Ws), dan jarak antar slot (d) DGS dioptimasi untuk mendapatkan bandwidth yang lebih lebar dengan melakukan simulasi pada software CST. Antena didesain pada dua jenis bahan yang berbeda yaitu bahan Roger 5880 dan Roger 4350 untuk mendapatkan efek miniaturisasi dan peningkatan beamwidth. Antena dipabrikasi menggunakan mesin CNC (computer numeric control).
Dari hasil pengukuran pada bahan Roger 4350 dengan permittifitas (r=3.4) diperoleh bandwidth antena sebesar 97 MHz atau sebesar 4.3% dengan rentang frekuensi antena diperoleh dari 2157 – 2254 MHz. Gain antena sebesar 3.63 dB pada frekuensi 2220 MHz dan beamwidth sebesar 90 derajat. Sementara hasil pengukuran menggunakan radom diperoleh bandwidth 107 MHz dari 2146 – 2253 MHz, dengan gain sebesar 3.28, dan beamwidth sebesar 80 derajat. Hasil pengukuran antena dengan bahan Roger 5880 dengan permitifitas (r=2.2) diperoleh bandwidth sebesar 92 MHz atau sebesar 4.1%. Rentang frekuensi dari 2171-2262 MHz. Gain antena diperoleh sebesar 5.85 dB pada frekuensi 2220 MHz dan beamwidth sebesar 85 derajat. Sedangkan pada antena menggunakan radom diperoleh bandwidth 105 MHz, dari 2160-2265 MHz, gain sebesar 4.94 dB dan beamwidth sebesar 75 derajat. Antena dengan bahan Roger 4350 memiliki efek miniaturisasi 35.3% terhadap bahan Roger 5880. Sedangkan dengan penggunaan DGS pada bahan Roger 4350 efek reduksi yang dihasilkan 4.8% dan bahan Roger 5880 efek reduksi sebesar 1.84%. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa dengan metode DGS dengan pola dual slot berbentuk huruf X mampu meningkatkan bandwidth antena. Sedangkan efek miniaturisasi yang dihasilkan masih relatif kecil.

Currently satellite development has led to the development of small satellites. Number of space missions using small satellites of different sizes continues increase every year. Currently LAPAN is developing the LAPAN-A4 micro satellite with missions of earth observation of natural resources, maritime monitoring and research missions. Large data capacities require high speed transmission systems to transmit observational data to earth stations. One way that can be done is by increasing bandwidth. In this study, the antenna is designed at a frequency of 2220 MHz using the DGS method. This method is able to increase the antenna bandwidth and has a miniaturization effect making it suitable for the design of satellite applications. The antenna is designed with circular polarization to overcome polarization losses in transmitting satellite payload data to earth stations.
To increase the antenna bandwidth, the DGS (defected ground structure) method is used with X shape dual slot. DGS dimensions such as slot length (Ls), slot width (Ws), and distance between slots (d) DGS are optimized to obtain wider bandwidth by simulating in CST software. The antenna is designed on two different types of materials, namely Roger 5880 and Roger 4350 to obtain a miniaturization effect and an increase in beamwidth. The antenna is manufactured using a CNC (computer numeric control) machine.
From the antenna measurement results of Roger 4350 material with permittivity (r = 3.4) obtained 97 MHz bandwidth or 4.3% with frequency range from 2157 - 2254 MHz. The antenna gain is 3.63 dB at 2220 MHz frequency and 90 degrees beamwidth. The results of antenna measurements using radom obtained 107 MHz of bandwidth from 2146 to 2253 MHz, with 3.28 dB of gain, and 80 degrees of beamwidth. The result of antenna fabrication with Roger 5880 material and permitivity (r = 2.2) obtained bandwidth of 92 MHz or 4.1%. frequency range from 2171 to 2262 MHz. The antenna gain is 5.85 dB at2220 MHz frequency and 85 degrees of beamwidth. Meanwhile, when antenna using the radom, 105 MHz of bandwidth is obtained, from 2160 to 2265 MHz, gain 4.94 dB and beamwidth 75 degrees. The antenna with the Roger 4350 material has a miniaturization effect of 35.3% against the Roger 5880 material. Whereas with the use of DGS on the Roger 4350 material reduction effect obtained is 4.8% and the Roger 5880 material has 1.84% reduction effect. The results obtained indicate that the DGS method with a dual slot with X shape pattern is able to increase the antenna bandwidth. Meanwhile, the miniaturization effect obtained is relatively small.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Taufal Hidayat
"Antena merupakan salah satu bagian terpenting dalam teknologi radar udara. Spesifikasi dari antena akan menentukan tinggi-rendahnya teknologi dan kualiatas dari radar secara keseluruhan. Beberapa spesifikasi antena yang mesti dipenuhi untuk aplikasi radar udara, yaitu berupa gain yang tinggi, bandwidth yang lebar, beamwidth yang sempit dan side lobe level yang rendah. Namun, di antara semua spesifikasi yang disebut di atas, beberapa hal yang juga mesti diperhatikan dan menjadi tantangan, yaitu bagaimana merancang antena yang low profile, ringan dengan harga yang serendah mungkin, tapi tetap memiliki spesifikasi yang tinggi.
Salah satu jenis antena yang dapat memenuhi spesifikasi ini, yaitu berupa antena mikrostrip yang disusun pada rancang bangun antena di sini dirancang antena mikrostrip array 4 x 8 elemen, untuk mendapatkan bandwidth yang lebar digunakan teknik parasitic rectangular patch, sedangkan untuk penurunan side lobe level digunakan teknik pencatuan dengan variasi lebar feeding menggunakan perumusan chebychev.
Hasil pengukuran menunjukkan antena 4x8 elemen berkerja pada frekuensi 2.8 GHz ? 3.1 GHz, dengan gain sebesar 16 dB pada frekuensi 2.95 GHz, sedangkan pada bidang azimuth diperoleh lebar beamwidth sebesar 260 dengan niilai side lobe level

Antenna is one of the most important parts in airborne radar technology. Some important specification for the radar antenna application is high gain, wide bandwidth, narrow beamwidth and low sidelobe level, but among these specification we also consider to design low profile, and light weight antenna for radar. One type of antenna which qualifies for this specification is the microstrip array antenna.
In this research a microstrip array antenna that consist of 4x8 element will be proposed, for bandwidth enhancement the side parasitic patch will be used, while for the side lobe level reduction, the unequal power divider with chebychev distribution is designed.
The measurement result for antenna array 4x8 element shows that the antenna works at 2.8 GHz- 3.1 GHz with gain of 16 dB at frequency 2.95 GHz. In the Azimuth plane, the antena beamwidth is 260 with sidelobe level suppression of 21 dB.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
T34963
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmad Taufik
"Komunikasi tanpa kabel (wireless communication) yang ada saat ini adalah WiMAX (Worldwide Interoperability for Microwave Access) . WiMAX merupakan teknologi wireless yang menawarkan jasa telekomunikasi dengan bandwidth yang lebar dan bit rate yang besar sehingga mampu menyediakan berbagai aplikasi meliputi suara, video dan data dengan kecepatan yang tinggi. Kelebihan lain adalah mampu digunakan pada LOS atau NLOS sehingga dapat digunakan pada mobile service. Salah satu perangkat pendukung dari wireless communication adalah antena. Antena dengan dimensi yang kecil, ringan, dan mudah untuk dipbrikasi dengan harga yang murah dengan performansi yang cukup baik sangat diperlukan untuk mendukung teknologi WiMAX. Pada Tugas Akhir ini dirancang bangun antena biquad mikrostrip dengan bahan FR4 (evoksi). Antena mikrostrip biquad tersebut dirancang untuk berkerja pada frekuensi 2.3 ? 2.4 GHz sesuai dengan frekuensi WiMAX. Hasil pengukuran antena biquad mikrostrip yang telah dibuat memiliki lebar pita frekuensi 2.283 GHz ? 2.396 GHz (4.84 % atau 113 MHz) dengan nilai VSWR minimum 1,045 atau return loss minimum -33.314 dB, Impedansi 51.715 + j1.37 Ω. Hasil pengukuran ini menunjukkan antena biquad mikrostrip yang dibuat dapat direalisasikan dan dapat digunakan pada aplikasi WiMAX yang menggunakan frekuensi 2.3 GHz ? 2.4 GHz.

Wireless communication in this time is WiMAX (Worldwide Interoperability for Microwave Access). WiMAX represents the technology of wireless communication with wide bandwidth and high bit rate, so it?s able to provide various application which covers voice, video and high speed data. Another advantage is WiMAX can be used for LOS or NLOS condition so it can be used for mobile service. One important equipment for wireless communication is antenna. Antenna which have small dimension, light, and easy to manufactur with low price and good enough performance is very needed to support WiMAX technology. Therefore this research is to design biquad mikrostrip antenna with FR4 substance. The Biquad Mikrostrip Antenna is designed to work at frequency 2.3 - 2.4 GHZ as according to frequency WiMAX. The result of biquad mikrostrip antenna which have been made show a wide impedance bandwidth of 2.283 GHZ - 2.396 GHz (4.84 % or 113 MHz). with the minimum VSWR value of 1,045, return loss - 33.314 dB, Impedance 51.715 + j1.37 Ω. This Result shows that the biquad mikrostrip antenna can be used for WiMAX application for the frequency 2.3 GHZ - 2.4 GHZ."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S52313
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Okki Wibowo Supendi
"Radio Frequency Identification (RFID) merupakan teknologi identifikasi dan pendataan baru yang memiliki keunggulan dibanding teknologi sebelumnya yaitu barcode. Salah satu bagian dalam sistem RFID adalah antena pembaca. Pada skripsi ini dirancang suatu antena mikrostrip patch segi empat dengan slot U yang memiliki dua frekuensi kerja untuk aplikasi pembaca RFID. Penggunaan slot U dimaksudkan agar antena dapat bekerja pada dual-frekuensi. Antena dirancang dengan menggunakan teknik pencatuan Electromagnetic Coupled. Antena dapat bekerja pada dua frekuensi yang diinginkan yaitu pada rentang frekuensi 919-927 MHz dan 2,43-2,48 GHz dengan return loss C -13,98 dB atau VSWR C 1,5. Antena ini memiliki polarisasi linear pada kedua frekuensi.

Radio Frequency Identification (RFID) is a new identification and data mining technology that has many advantages than previous technology, namely barcode technology. One part of The RFID system is The Antenna Reader. In this research rectangular microstrip antenna with U-shaped slot that resonances at two frequencies is designed for RFID Antenna Reader application. The purpose of using the U-shaped slot is to get dual-frequencies. This antenna design uses electromagnetic couple feeding technique. Measurement results show that this antenna resonances at 919-927 MHz and 2.43-2.48 GHz with return loss C -13.98 dB or VSWR C 1.5. Antenna has linear polarization at both frequencies."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
S51400
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Filda Ayu Afrida
"Dalam sistem komunikasi WLAN, peran antena merupakan elemen penting berfungsi sebagai pengirim dan penerima gelombang elektromagnetik yang berisi informasi-informasi dari media kabel ke udara atau sebaliknya. Teknologi nirkabel dengan standar IEEE 802.11 dan berdasarkan peraturan KOMINFO 2019 menuntut memiliki antena yang dapat menyesuaikan diri terhadap lingkungan yang berubah-ubah. Antena yang digunakan dalam jaringan WLAN disesuaikan dengan lingkup jangkauan yang diharapkan. Antena polarisasi melingkar adalah pilihan paling jelas bagi peneliti dimana dapat mengatasi kelemahan pada polarisasi linier, seperti, kerugian akibat ketidaksesuaian polarisasi, kerentanan terhadap efek multipath dan fading, rotasi Faraday, dan kondisi cuaca buruk. Untuk memenuhi perkembangan teknologi saat ini jenis antena mikrostrip adalah solusi yang baik, karena memiliki beberapa keunggulan seperti bentuk yang sederhana, bobot yang ringan, pembuatan yang mudah dan biaya yang murah.
Pada buku tesis ini diusulkan antena mikrostrip yang dapat rekonfigurasi polarisasi dengan menggunakan U-slot pada frekuensi 2,4 GHz untuk aplikasi WLAN. Teknik U-slot yang disisipkan pada patch antena membuat pengaruh hasil polarisasi menjadi melingkar kiri atau kanan. Diusulkan rekonfigurasi polarisasi antena mikrostrip dengan menggunakan dua (2) buah switching on dan off yang dinyalakan salah satu maupun bersamaan. Simulasi yang dilakukan menunjukkan bahwa antena 1 dan antena 2 memiliki polarisasi linier (LP), antena 1 memiliki bandwidth 75 MHz (2,40 GHz – 2,48 GHz) dan antena 2 memiliki bandwidth 77 MHz (2,40 GHz – 2,48 GHz) dengan batasan nilai S- parameter ≤­9,54 dB. Antena 3 memiliki polarisasi melingkar LHCP (left-hand circular polarized) dengan nilai bandwidth 133 MHz (2,35 GHz – 2,48 GHz) dan antena 4 memiliki polarisasi melingkar RHCP (right-hand circular polarized) dengan nilai bandwidth 133 MHz (2,39 GHz – 2,48 GHz) pada batasan Axial Ratio (AR) ≤3. Hasil pengukuran yang diperoleh pada antena 1 dan antena 2 memiliki polarisasi linier, dimana antena 1 memiliki nilai bandwidth sebesar 85 MHz (2,39 GHz – 2,48 GHz) sedangkan pada antena 2 memiliki bandwidth 68 MHz (2,40 GHz – 2,46 GHz). Antena 3 memiliki polarisasi melingkar LHCP dengan bandwidth sebesar 69 MHz (2,40 GHz – 2,46 GHz). Pada antena 4 memiliki polarisasi melingkar RHCP dengan nilai bandwidth sebesar 75 MHz (2,39 GHz – 2,46 GHz). Seluruh antena pada hasil simulasi dengan hasil pengukuran sesuai memiliki spesifikasi antena WLAN sehingga antena ini dapat beroperasi untuk WLAN.

In WLAN communication systems, the role of the antenna is an important element to function as a sender and receiver of electromagnetic waves containing information from cable media to air or vice versa. Wireless technology with the IEEE 802.11 standard and based on the 2019 KOMINFO regulations demands having an antenna that can adapt to changing environments. The antennas used in WLAN networks are adjusted to the expected coverage scope. Circular polarizing antennas are the most obvious choice for researchers in overcoming weaknesses in linear polarization, such as losses due to polarization mismatch, susceptibility to multipath and fading effects, Faraday rotation, and adverse weather conditions. To meet current technological developments this type of microstrip antenna is a good solution, because it has several advantages such as a simple shape, light weight, easy manufacture and low cost.
In this thesis book proposed a microstrip antenna that can reconfigure polarization using U-slot at a frequency of 2.4 GHz for WLAN applications. The U-slot technique inserted in the antenna patch makes the polarization result affect the left or right circular. It is proposed to reconfigure the polarization of the microstrip antenna by using two (2) switching on and off which are turned on one or simultaneously. The simulation shows that Antenna 1 and Antenna 2 have linear polarization (LP), antenna 1 has a bandwidth of 75 MHz (2.40 GHz – 2.48 GHz) and antenna 2 has a bandwidth of 77 MHz (2.404 GHz – 2.481 GHz) with a limitation of the value of the S-parameter ≤9.54 dB. Antenna 3 has LHCP (left-hand circular polarized) circular polarization with a bandwidth value of 133 MHz (2.35 GHz – 2.48 GHz) and antenna 4 has RHCP (right-hand circular polarized) circular polarization with a bandwidth value of 133 MHz (2.39 GHz – 2.48 GHz) at the Axial Ratio (AR) limit of ≤3. The measurement results on antenna 1 and antenna 2 have linear polarization, where antenna 1 has a bandwidth value of 85 MHz (2.39 GHz – 2.48 GHz) while antenna 2 has a bandwidth of 68 MHz (2.40 GHz – 2.46 GHz). Antenna 3 has LHCP circular polarization with a bandwidth of 69 MHz (2.40 GHz – 2.46 GHz). Antenna 4 has a circular polarization RHCP with a bandwidth value of 75 MHz (2.39 GHz – 2.46 GHz). All antennas in the simulation results with the appropriate measurement results have WLAN antenna specifications so that this antenna can operate for WLAN.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
B. Pratiknyo Adi Mahatmanto
"ABSTRAK
Sistem mitigasi bencana alam sangat diperlukan dalam rangka meminimalisir dampak bencana alam di bumi. Saat ini salah satu cara mengumpulkan data spasial dengan cepat adalah dengan satelit penginderaan jauh. Dengan menggunakan satelit maka fungsi pemantauan bumi semakin mudah karena dari atas bumi satelit dapat dengan mudah menangkap citra bumi. Satelit Himawari-8 menjadi salah satu satelit cuaca yang menyediakan citra resolusi rendah dengan resolusi temporal yang lebih banyak. Adapun data citra yang ditangkap oleh satelit Himawari-8 dapat digunakan untuk banyak aplikasi mencakup rainfall rate, sea surface temperature, cloud top temperature, prediksi cuaca, prediksi arah sebaran abu vulkanik, dan prediksi titik panas atau hotspot.
Keberhasilan pengembangan software pengolahan data Himawari-8 di LAPAN membuat pengembangan peralatan hardware sistem penerima Himawari-8 semakin ditingkatkan. Pengembangan yang sedang dilakukan di peralatan stasiun bumi yaitu ada di sisi antena penerima. Adapun salah satu jenis antena yang sering digunakan sebagai penerima data satelit pada sisi stasiun bumi adalah antena dengan reflektor parabola dengan tipe pencatunya adalah antena horn. Penelitian dan pengembangan jenis antena feed yang dilakukan sebagai salah satu alternatif antena penerima yang dapat digunakan oleh Stasiun Bumi Penginderaan Jauh Pekayon. Desain antena feed yang diharapkan dapat menerima data Himawari-8 dengan karakterisitik antena yang lebih compact, low profile, dan low cost sehingga dapat meningkatkan kehandalan sistem akuisisi dan mendukung kemandirian teknologi.
Sistem penerima data satelit C-Band telah banyak dikembangkan khususnya pada bagian pencatu (feed) antena. Adapun beberapa alternatif antena yang dapat digunakan sebagai penerima data satelit khususnya pada rentang frekuensi C-band antara lain yaitu antena mikrostrip. Adapun beberapa antena feed yang dapat digunakan sebagai antenna penerima data satelit yaitu antena mikrostrip dengan slot, antena mikrostrip dengan teknik Electromagnetic Band Gap, antena mikrostrip dengan teknik inset feed, dan antena mikrostrip dengan teknik E-shaped.
Pada penelitian Tesis ini dilakukan rancang bangun antena pencatu mikrostrip susun dengan bentuk patch segiempat yang nantinya akan digunakan sebagai antena feed pada sistem antena parabola di stasiun bumi. Antena dirancang untuk dapat bekerja pada rentang frekuensi 3,8-4,2 GHz. Guna mengetahui kinerja antena maka perancangan disimulasikan menggunakan perangkat lunak CST Microwave Studio 2020. Antena pencatu mikrostrip susun dirancang dengan menggunakan dua jenis bahan substrat yaitu FR-4 yang memiliki konstanta dielektrik 4,3 dengan ketebalan 1,6 mm dan bahan substrate RT/Duroid-5880 dengan nilai konstanta dielektrik 2,2 yang mempunyai ketebalan 1,575 mm. Jenis metode pencatuan yang digunakan pada desain antena mikrostrip tunggal adalah proximity coupled feed atau electromagnetically-coupled feed dan teknik pencatuan coaxial probe digunakan pada desain antena mikrostrip susun.
Dari hasil simulasi antena pencatu mikrostrip susun 4x4 dengan bahan FR-4 didapatkan gain 12,9 dB pada frekuensi 4,148 GHz, bandwidth 700 MHz dari rentang frekuensi 3,784-4,484 GHz, Half Power Beamwidth (HPBW) untuk arah horizontal 26,3º dan HPBW untuk arah vertikal 27,8º, dan pola radiasi yang dihasilkan adalah direksional. Dari hasil pengukuran antena mikrostrip susun 4x4 dengan bahan FR-4 didapatkan gain 12,484 dBi pada frekuensi 4,148 GHz, bandwidth 760 MHz dari rentang frekuensi 3,752-4,512 GHz, dan pola radiasi yang dihasilkan adalah direksional. Ketika antena mikrostrip susun 4x4 dengan bahan FR-4 dijadikan sebagai antenna feed dan digabungkan dengan reflektor parabola berdiameter 2,4 meter maka menghasilkan gain sebesar 31,72 dB pada frekuensi 4,148 GHz dengan HPBW untuk arah horizontal 2,5º dan HPBW untuk arah vertikal 2,6º.
Dari hasil simulasi antena pencatu mikrostrip susun 2x2 dengan bahan RT/Duroid-5880 didapatkan gain 12,8 dB pada frekuensi 4,148 GHz, bandwidth 702 MHz dari rentang frekuensi 3,76-4,462 GHz, HPBW untuk arah horizontal 30,7º dan HPBW untuk arah vertikal 52,3º, dan pola radiasi yang dihasilkan adalah direksional. Dari hasil pengukuran antena mikrostrip susun 2x2 dengan bahan RT/Duroid-5880 didapatkan gain 12,074 dBi pada frekuensi 4,148 GHz, bandwidth 656 MHz dari rentang frekuensi 3,796-4,452 GHz, dan pola radiasi yang dihasilkan adalah direksional. Ketika antena mikrostrip susun 2x2 dengan bahan RT/Duroid-5880 dijadikan sebagai antena feed dan digabungkan dengan reflektor parabola berdiameter 2,4 meter maka menghasilkan gain sebesar 33,09 dB pada frekuensi 4,148 GHz dengan HPBW untuk arah horizontal 2,7º dan HPBW untuk arah vertikal 1,9º.
Penggunaan jenis antena pencatu mikrostrip susun sebagai antena pencatu yang digabungkan dengan reflektor parabola terbukti mampu menghasilkan gain sesuai spesifikasi sebagai antena penerima data satelit di sisi stasiun bumi.

ABSTRACT
Natural disaster mitigation systems are needed in order to minimize the impact of natural disasters on earth. The way to collect spatial data quickly is by remote sensing satellites. By using satellites, the earth monitoring function is easier because from above the satellite can easily capture the earth's image. The Himawari-8 satellite is one of the weather satellites that provides low-resolution imagery with more temporal resolution. The image data captured by the Himawari-8 satellite can be used for many applications including rainfall rate, sea surface temperature, cloud top temperature, weather prediction, prediction of the direction of volcanic ash distribution, and hot spot prediction.
The successful development of the Himawari-8 data processing software in LAPAN has made the development of the Himawari-8 receiver system hardware equipment increasingly enhanced. Development is being carried out on earth station equipment which is on the receiving antenna side. One type of antenna that is often used as a satellite data receiver on the side of the earth station is an antenna with a parabolic reflector, with the feed antenna being a horn antenna. Research and development of new antenna types are carried out as an alternative receiving antenna that can be used by the Pekayon Remote Sensing Ground Station. The new antenna design is expected to be able to receive Himawari-8 data with more compact, low profile, and low-cost antenna characteristics so that it can improve the reliability of the acquisition system and support technological independence.
C-Band satellite data receiver systems have been developed, especially in the antenna feed section. Some alternative antennas that can be used as satellite data receivers, especially in the C-band frequency range, include microstrip antennas. Some antennas that can be used as satellite data receiver antennas are microstrip antenna with slot, microstrip antenna with Electromagnetic Band Gap technique, microstrip antenna with inset feed technique, and microstrip antenna with E-shaped technique.
In this thesis research, a microstrip array antenna design with a rectangular patch shape will be used as a receiving antenna at the ground station. The antenna is designed to work in the frequency range 3.8-4.2 GHz. To determine the antenna's performance, the design was simulated using CST Microwave Studio 2020 software. Microstrip array antenna was designed using two types of substrate material, FR-4 which has a dielectric constant of 4.3 with a thickness of 1.6 mm and a substrate material RT/Duroid-5880 with a dielectric constant of 2.2 which has a thickness of 1.575 mm. The type of feeding method used in the design of a single microstrip antenna is proximity coupled feed or electromagnetically-coupled feed and the coaxial probe feeding technique used in the microstrip array antenna design.
From the simulation results of a 4x4 microstrip array antenna with FR-4 material, antenna gain is 12.9 dB at a frequency of 4.148 GHz, bandwidth of 700 MHz from the frequency range of 3.784-4.484 GHz, Half Power Beam Width (HPBW) for the horizontal direction of 26.3º and HPBW for vertical direction 27.8º, and the resulting radiation pattern is directional. From the measurement results of the 4x4 microstrip array antenna with FR-4 material, the antenna gain is 12.448 dB at a frequency of 4.148 GHz, the bandwidth of 760 MHz from the frequency range of 3.752-4.512 GHz, and the resulting radiation pattern is directional. When a 4x4 microstrip array antenna with FR-4 material is used as a feed antenna and combined with a 2.4 m diameter parabolic reflector, the antenna gain is 31.72 dB at a frequency of 4.148 GHz with HPBW for the horizontal direction of 2.5º and HPBW for the vertical direction 2.6º.
From the simulation results of a 2x2 array microstrip antenna with RT/Duroid-5880, an antenna gain of 12.8 dB at a frequency of 4.148 GHz, a bandwidth of 702 MHz of the 3.76-4.462 GHz frequency range, HPBW for the horizontal direction of 30.7º and HPBW for the vertical direction 52.3º, and the resulting radiation pattern is directional. From the measurement of 2x2 microstrip array antennas with RT/Duroid-5880 material, the antenna gain is 12.074 dB at a frequency of 4.148 GHz, the bandwidth of 656 MHz from the frequency range of 3.796-4.452 GHz, and the resulting radiation pattern is directional. When a 2x2 array microstrip antenna with RT/Duroid-5880 material is used as a feed antenna and combined with a parabolic reflector of 2.4 m in diameter, the antenna gain is 33.09 dB at a frequency of 4.148 GHz with HPBW for the horizontal direction of 2.7º and HPBW for vertical direction of 1.9º.
The use of a microstrip array antenna as a feed antenna combined with a parabolic reflector is proven to be able to produce a gain according to specifications as a satellite data receiver antenna on the side of the ground station."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Rusdiyanto
"Global Positioning System (GPS) adalah sebuah sistem navigasi yang saat ini fungsinya telah meluas, yang pada awalnya hanya digunakan untuk keperluan militer berkembang meliputi segala aspek kebutuhan manusia, seperti transportasi, kesehatan, pelayaran, dan keperluan sipil. Sistem GPS meliputi satelit, server satelit, dan receiver. Pada bagian receiver terdiri dari antena, low noise amplifier (LNA) dan decoder. Untuk menunjang aktivitas bergerak pada manusia, perangkat receiver GPS diharapkan dapat dengan mudah digenggam dan dibawa kemana-mana. Untuk itu diperlukan desain yang membuat perangkat GPS lebih compact dan ringan, namun tetap memenuhi spesifikasi pada sistem GPS. Salah satu perangkat penerima yang dapat dimodifikasi untuk memenuhi kebutuhan tersebut adalah antena dan LNA.
Penelitian ini bertujuan untuk mendesain antena mikrostrip pasif dan LNA, kemudian menggabungkan keduanya dalam satu bidang yang sama yang disebut sebagai active integrated antenna (AIA) untuk keperluan GPS pada frekuensi 1575,42 MHz (L1). Hasil pengukuran AIA pada frekuensi 1575,42 MHz menunjukan nilai return loss S11 sebesar -23,42 dB, gain 14,77 dB dan mempunyai bandwidth impedansi sebesar 90 MHz. Nilai stabilitas yang dicapai adalah 1,27. Antena ini mempunyai polarisasi melingkar dengan nilai axial ratio mencapai 2,06 dB dengan bandwidth polarisasi melingkar sebesar 25 MHz.

The Global Positioning System (GPS) is a navigation system which is currently expanded in function from only military activity to all aspects of human needs, such as transportation, health, shipping, and civilian activities. The GPS system consists of satellites, satellite servers, and receivers. The receiver consists of an antenna, low noise amplifier (LNA) and decoder. To support human activities, GPS receiver are expected to be easily held and carried everywhere. For this reason, a compact and lightweight design of GPS device is needed but it still meets the GPS system requirements. Receiving devices that can be modified for those reasons are the antenna and LNA.
This study aims to design a microstrip antenna integrated with LNA, integrating them on the same field called the active integrated antenna (AIA) for GPS purposes at a frequency of 1575.42 MHz (L1). The performance of AIA at the frequency of 1575.42 MHz shows -23,42 dB of the return loss S11, 14.77 dB of gain, and 90 MHz of impedance bandwidth. The value of stability factor achieved 1.27. This antenna has circular polarization with an axial ratio of 2.06 dB with a circular polarization bandwidth of 25 MHz.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
T54151
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Desriansyah Yudha Herwanto
"Pesawat udara nir awak atau PUNA merupakan teknologi yang sedang berkembang di beberapa negara termasuk Indonesia. PUNA banyak dimanfaatkan untuk kepentingan eksplorasi, pemetaan, penyelamatan, dan pemantauan lewat udara. Untuk mengirimkan data pengamatan dari udara, dibutuhkan transmitter yang dipasang pada pesawat dan salah satu komponen penting penyusunnya adalah antena. Antena yang dipasang pada pesawat harus mempunyai ukuran kecil dan bobot yang ringan, karena pesawat tanpa awak mempunyai payload yang tidak terlalu besar. Pada skripsi ini akan dilakukan perancangan antena mikrostrip susun dengan pola radiasi omnidirectional dan bekerja pada frekuensi 5.6 GHz. Selain itu, antena juga mempunyai polarisasi melingkar. Sehingga dapat mendukung mobilitas pesawat.
Hasil simulasi menunjukkan bahwa return loss antena single elemen antara 5.5 – 5.7 GHz sudah berada <-10 dB, bandwidth antena 1.13 GHz (<-10 dB) dan gain yang didapatkan sebesar 7.031 dB. Begitu juga pada antena susun 4 elemen, bandwidth antena pada return loss <-10 dB adalah 980 MHz (5.22 – 6.2 GHz) dan gain sebesar 7.142 dB. Kemudian, dilakukan validasi antena dengan pengukuran di ruang anechoic chamber. Hasil pengukuran untuk single elemen menunjukkan bahwa antena bekerja pada frekuensi 5.224 – 6.176 GHz GHz dengan bandwidth sekitar 952 MHz, return loss pada frekuensi 5.6 GHz adalah - 14.25 dB dengan gain 6.88 dBi, dan polarisasi melingkar. Sedangkan untuk antena susun 4 elemen (dipasang pada badan pesawat), bekerja pada frekuensi 5 - 5.77 GHz dengan bandwidth 770 MHz (<-10 dB), return loss pada frekuensi 5.6 GHz adalah -13.94 dB dengan gain 9.271 dBi, pola radiasi mendekati bentuk omnidirectional, dan polarisasi melingkar.

Unmanned Aerial Vahicle or UAV is a technology which is developing in severeal countries, including Indonesia. UAV widely used for eksploring, mapping, rescuing, dan monitoring from air. To transmit the data, UAV need transmitter that mounted on the aircraft and one of the importent constituent component is antenna. Antena must be small and light weight, because UAV has few payload. In this research, a microstrip array antenna with omnidirectional radiation pattern and operating in the 5.6 GHz was design, fabricated and measured. In addition, the antenna also has circular polarization to support mobility of the aircraft.
The simulation result show that return loss of the single elemen between 5.5-5.7 GHz is under -10 dB, bandwidth 1.13 GHz, and the gain 7.031 dBi. Also the four elemen array antenna has 980 MHz bandwidth (5.11 - 6.2 GHz) at return loss <- 10 dB and gain 7.142 dBi. The antennas are validated by the measurement that is conducted in an anechoic chamber. The result show that single elemen works at frequency 5.224 – 6.176 GHz with the bandwidth 952 MHz, return loss at 5.6 GHz is -14.25 dB, the gain 6.88 dBi, and circular polarization. In addition, for four elemen array antenna (put in aircraft body) works at frequency 5 – 5.77 GHz with the bandwidth 770 MHz (<-10 dB), return loss at 5.6 GHz is -13.94 dB, gain 9.271 dBi, the radiation pattern like omnidirectional, and has circular polarization.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S46161
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>