Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 207025 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ade Dzikri Anindita
"Komunikasi tentang identitas merupakan penghubung utama antara individu dan masyarakat dimana komunikasi merupakan mata rantai yang memperbolehkan hubungan ini terjadi. Identitas adalah ?kode? yang mendefinisikan keanggotaan dalam komunitas yang beragam.
Penelitian ini mencoba melihat proses kontruksi makna Nasionalisme di Indonesia. Proses konstruksi ini dilihat sebagai hasil dari interaksi - interaksi dalam komunikasi Identitas. Komunikasi merupakan alat untuk membentuk identitas dan juga mengubah mekanisme identitas seseorang. Dimana identitas seseorang terdiri dari makna ? makna yang dia pelajari lalu diproyeksikan kepada orang lain ketika berkomunikasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi penyesuaian makna nasionalisme yang dimiliki invidu dari dari personal layer - enactmen layer - relational penyesuaian tersebut merupakan penyesuaian makna dalam diri informan terhadap penilaian, dan fungsi serta hubungannya dengan individu lain.

Communication about identity are the primary interface between the individual and society where communication is a chain of relationships that allow this to happen. Identity is a "code" that defines membership in a diverse community.
This study tried to look at the process of construction of meaning Nationalism in Indonesia. The construction process is seen as a result of interaction - interaction in communication Identity. Communication is a tool to establish the identity and also to change one's identity mechanism. Where a person's identity consists of meaning - meaning that he learned was projected to others when communicating.
The results showed that there was a shift in the meaning of nationalism possessed of personal invidu of layer - the layer enactmen - relational shift is an adjustment within the meaning of the informant to the assessment, and the function and its relationship with other individuals.
"
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adhelia Anjani
"Salah satu permasalahan yang tengah dihadapi negara ini adalah memudarnya semangat nasionalisme dikalangan anak muda. Hal ini ditandai dengan kurang menghayatinya anak muda terhadap simbol-simbol kebangsaan seperti lagu kebangsaan, upacara nasional, dan menganggap budaya luar negeri lebih menarik. Berdasarkan studi-studi sebelumnya bahwa memudarnya rasa nasionalisme anak muda disebabkan oleh faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal yang dimaksud adalah arus globalisasi, paham liberal, dan maraknya produk luar negeri. Sedangkan faktor internalnya adalah desentralisasi sistem pemerintahan, keluarga yang tidak mengajarkan nasionalisme, dan sentiment primordial atau etnis. Peneliti berargumen bahwa memudarnya rasa nasionalisme anak muda disebabkan oleh adanya pergeseran makna nasionalisme pada pemuda sekarang dimana mereka tidak lagi mengandalkan sloganistik/simbolistik tetapi lebih ke tindakan substantif. Melalui wawancara mendalam serta studi dokumen dan visual, peneliti menyimpulkan bahwa memudarnya rasa nasionalisme dikarenakan pergeseran makna dari makna nasionalisme sebelumnya. Melalui konstruksi sosial yang diberikan oleh institusi pendidikan, media masaa, dan pemikiran mahasiswa itu sendiri munculah interpretasi makna sehingga menghasilkan tindakan rasional. Tindakan rasional ini dibagi menjadi dua tipe yaitu Tindakan Rasional Nilai dan Tindakan Rasional Instrumental pada arena kegiatan organisasi, volunteer, dan komunitas sebagai pemahamannya terhadap makna nasionalisme di era sekarang. Sehingga membentuk identitas nasional baru melalui nilai-nilai yang anut berdasarkan historis sejarah, pemikiran anak muda yang kritis, dan kegiatan mahasiswa yang bersifat nasionalis, sukarelawan, atau base on profit.

One of the problems facing this country is the waning spirit of nationalism among young people. This is marked by the lack of respect for young people against national symbols such as national anthems, national ceremonies, and consider foreign culture more interesting. Based on previous studies that the waning sense of nationalism of young people is caused by external factors and internal factors. The external factors in question are the current of globalization, liberalism, and the rise of foreign products. Whereas internal factors are decentralized government systems, families that dont teach nationalism, and primordial or ethnic sentiments. Researchers argue that the waning sense of nationalism of young people is caused by a shift in the meaning of nationalism in today's youth where they no longer rely on sloganistic / symbolistic but rather on substantive actions. Through in-depth interviews and document and visual studies, the researcher concluded that the fading sense of nationalism was due to a shift in meaning from the meaning of previous nationalism. Through social construction given by educational institutions, mass media, and students thinking it self, interpretations of meaning emerge to produce rational actions. These rational actions are divided into two types namely Rational Value Actions and Instrumental Rational Actions in the arena of organizational, volunteer and community activities as their understanding of the meaning of nationalism in the current era. Thus forming a new national identity through profound values based on historical history, critical thinking of young people, and student activities that are nationalist, volunteering, or base on profit."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Kartikawati
"Fokus penelitian ini adalah bagaimanakah konstruksi makna dan identitas hijabers di komunitas hijab Jakarta, Depok dan Bekasi yang dilakukan melalui aktivitas komunikasi kelompoknya. Penelitian ini menggunakan paradigma konstruktivisme dengan metode kualitatif, menghasilkan lima macam makna yaitu: (1) Hijab adalah untuk hijrah. (2) Hijab adalah kontrol tingkah laku. (3) Hijab adalah alat dakwah (4) Hijab adalah motivator diri sendiri (5) Hijab adalah pelindung muslimah. Pada proses pembentukan identitas hijabers melahirkan ciri hijabers: (1) Hijabers berkegiatan positif.(2) Hijabers kreatif, mandiri, berjiwa entrepreneur. (3) Hijabers berkesadaran mengaji.(4) Hijabers yang bermanfaat (5) Hijabers berkesadaran moral, berjiwa keibuan. Aktivitas komunikasi kelompok untuk menjaga rasa solidaritas anggota.

The focus of this is “How is the Construction of Meaning and Hijabers’ Identities in Hijab Community in Jakarta, Depok, and Bekasi Conducted through Their Group Communication Activities”. By using constructivism paradigm with qualitative method, the research result showed five kinds of meaning, namely: (1) Hijab is for moving. (2) Hijab is behavior control. (3) Hijab is a propaganda tool. (4) Hijab is a self motivator. (5) Hijab is Muslim women’s protector. In the hijabers’ identity formation process reveals special characteristics as hijabers, namely: (1) Hijabers have positive activities. (2) Hijabers are creative, independent, and entrepreneurial. (3) Hijabers are aware of reading and reciting Al-Qur’an. (4) Hijabers are helpful for others. (5) Hijabers are mature and have moral. Overall activities conducted by group communication activities as an effort to keep solidarity among the members
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
D1960
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Liem Satya Limanta
"

Disertasi ini membahas bagaimana perempuan dikonstruksi dalam representasi nasionalisme pada tiga film daerah perbatasan Indonesia. Ketiga film yang dikaji, Tanah Air Beta, Batas, dan Tanah Surga Katanya...dianalisis dengan menggunakan metode penelitian kualitatif dengan konsep utama tentang bangsa, nasionalisme dan identitas nasional, konsep unsur-unsur formal dan naratif film, dan konsep pendukung Jakarta gaze dan tourist gaze. Permasalahan yang dikaji adalah bagaimana konstruksi perempuan dalam menyoal nasionalisme dalam film perbatasan dilakukan, bagaimana konstruksi perempuan dalam menghadirkan nasionalisme melalui simbol-simbol dalam ketiga film, dan bagaimana konstruksi perempuan dalam menyikapi oposisi biner terkait nasionalisme dalam ketiga film daerah perbatasan Indonesia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengungkapkan sejauh mana konstruksi perempuan dalam representasi nasionalisme dalam ketiga film daerah perbatasan menunjukkan peran perempuan terkait isu nasionalisme. Penelitian ini menemukan bahwa konstruksi perempuan dalam representasi nasionalisme di dalam film-film daerah perbatasan Indonesia dilakukan melalui agensi perempuan sebagai single mother dan guru, agensi perempuan terkait simbol-simbol nasionalisme, dan agensi perempuan dalam menyikapi oposisi biner antara pusat dan pinggiran serta antara Indonesia dan non-Indonesia. Dalam konstruksi tersebut ditemukan bahwa perempuan berperan sangat penting dalam menumbuhkan rasa bangga dan meningkatkan nasionalisme dalam kehidupan sehari-hari.


This dissertation discusses how women are constructed in the representation of nationalism in three Indonesian border films. The three films, namely Tanah Air Beta, Batas, and Tanah Surga Katanya...were analyzed with a qualitative method applying the main concepts of nation, nationalism, national identity, formal and narrative elements of film, and supporting concepts of Jakarta and tourist gaze. The problems to be discussed cover the questions on the construction of women in nationalism issues in border films, on the construction of women in representing nationalism through certain symbols, and on the construction of women in giving response toward the binary oppositions related to nationalism in the three Indonesian border films. The purpose of this research is to show the expansion of womens roles in relation to nationalism issues. This research finds that the construction of women in representing nationalism in Indonesian border films is carried out through womens agency as single mothers and teachers, through their agency in relation to symbols of nationalism, and through their agency in giving response toward the binary opoosition between the centre (Jakarta) and periphery and also between Indonesia and non-Indonesia. The construction shows that women play a very important role in instilling the pride of being Indonesians and sharpening the sense of nationalism in daily life.

"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2019
D2751
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Nasih
"Dinamika antara Islam dan nasionalisme di Turki dan Indonesia terjadi karena adanya perspektif yang mendikotomikan antara Islam dengan nasionalisme. Islam dianggap sebagai nilai-nilai yang bersumber dari Tuhan yang bersifat sakral. Sedangkan nasionalisme dianggap sebagai konsensus dan karena itu bersifat profan/sekuler, terlebih kelahirannya dipicu oleh perlawanan terhadap praktik sistem religio-politik integralisme Katholik di abad pertengahan. Pertentangan tersebut kemudian juga diberlakulam kepada seluruh agama, termasuk Islam.
Penelitian ini menggunakan pijakan teori hubungan entara agama (Islam) dengan negara yang teruraikan dalam konsepsi negara-Islam, nasionalisme-sekuler, dan nasionalisme-religius. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan teknik analisis deskriptifanalitis. Pengumpulan data dilakukan dengan mengambil data dari sumber pustaka dan wawancara dengan bebrapa tokoh politik. Data- data tersebut kemudian dideskripsikan, sehingga menunjukkan dinamika antara Islam dan nasionalisme.
Penelitian ini menemukan bahwa dinamika antara Islam dan nasionalisme di Turki dan Indonesia terjadi dalam organisasi-organisasi masyarakat sipil, partai- partai politik, dan lembaga-lembaga negara/pemerintahan. Dinamika di dalam salah satu institusi berpengaruh Inepada yang lain. Karakter nasionalisme Turki awalnya terbangun berdasarkan prinsip sekularisme laicisme. Dinamika antara Islam dan nasionalisme menyebabkan konvergensi antara keduanya tanpa mengubah konstitusi negara dan melahirkan paradigma baru nasionalisme dengan karakter sekularisme non-laicisme dalam praktik. Bentuk konvergensi antara Islam dan nasionalisme di Turki belum stabil karena sikap politik kalangan Islam belum didasarkan pada landasan teologis (theological statement), melainkan karena penimbangan-penimbangan politik (political statement) untuk menghindari tekanan kekuatan pro-sekularisme.
Sedangkan karakter nasionalisme di Indonesia adalah nasionalisme-religius, karena konstitusi dan dasar negara (Pancasila) secara tegas memberikan ruang yang cukup kepada agama. Hanya saja, praktik politik represif rezim Orde Baru dalam periode politik dekade 1980-an terhadap kalangan Islam menghidupkan paradigma politik yang mendikotomikan antara Islam dengan nasionalisme. Umat Islam dicurigai memiliki cita-cita untuk mengembalikan Islam sebagai dasar formal dalam praktik politik-keagamaan. Tekanan rezim menyebabkan sebagian kalangan Islam mengkonstruksi pandangan teologis baru tentang konvergensi antara Islam dan nasionalisme yang berpengaruh kepada penerimaan mayoritas kalangan politik Islam di Indonesia kepada Pancasila berdasarkan pada pandangan teologis (theological statement), bukan sekedar politis (political statement).
Implikasi teoritis penelitian ini adalah hubungan antara Islam dengan negara terjadi, negara-Islam dan nasionaIisme-sekuIer tidak berlaku, dan nasionalisme religius semakin menguat. Konsepsi nasionalisme-religius menempatkan agama (Islam) sebagai landasan moral dan etika dalam kehidupan politik kenegaraan.

The dynamics between Islam and nationalism in Turkey and Indonesia is due to a dispute between the Islamic view with nationalism. Islam is considered as the values that stem lion: God that is sacred. While nationalism is considered as a consensus and because it is profane / secular, first birth was triggered by the opposition to the practice of integralisrn religio-political system in the medieval Catholic. Conflicts are then also applied to all religions, including Islam.
This research uses theoretical framework of the relation between religion (Islam) with the state described in the conception of state-Islam, nationalism, secular, and nationalist-religious. This study uses qualitative methode with analytical descriptive analysis techniques. Data collection was conducted by collecting data from literature sources and interviews with some political figures. These data are then described, thus showing the dynamics between Islam and Nationalism.
This study found that the dynamic between Islam and nationalism in turkey and Indonesia occurred in in the civil society organizations, political parties, and the institutions of stare / government. Dynamics in one institution inlluent to another. Turkish nationalism awoke Erst character based on the principle of laicisme secularism. The dynamics between Islam and nationalism lcd to convergence between the two withoutchanging the state constitution andgave birth to anew paradigm of nationalism with the character of non-laicisrn secularism in practice. Form of convergence between Islam and nationalism in Turkey is not stable because of political attitudes among muslims are not based on theological foundation (theological statement), but because of political considerations (political statement) to avoid the pressureoftlre pro-secular forces.
While the character of nationalism in Indonesia is a religious nationalism, because the constitution and the basic state (Pancasila) expressly provides enough space for religion. Only, a repressive political practices ofthe New Order regime in the period of the 1980s politics of Islamic political paradigm that contradict switch between Islam and nationalism. Muslims suspected of having to mtore the ideals of lslam as a formal basis in-state political practices. Pressure caused some of the Islamic regime to construct a new theological view about the convergence between Islam and nationalism, which had affected the acceptance among the majority of political Islam in Indonesia to Pancasila are based on theological view (theological statement), not merely political (political statement).
Theoretical implications of this research is the relationship between Islam and the state occurs, the state-Islamic and secular-nationalism does not apply, and religious nationalism intensified. The conception of religious nationalism puts religion (Islam) as the foundation of morals and ethics in the political life of state.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2010
D915
UI - Disertasi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Esha Tegar Putra
"ABSTRAK
Tesis ini membahas konstruksi identitas pendukung Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia PRRI dan Angkatan Perang Republik Indonesia APRI dalam cerpen dan roman Soewardi Idris dengan konteks peristiwa PRRI di Sumatera Barat 1958-1961 . Korpus tesis ini adalah kumpulan cerpen Diluar Dugaan 1963 , Isteri Seorang Sahabat 1963 , Antologi Cerpen Pergolakan Daerah 2008 , dan roman Dari Puntjak Bukit Talang 1964 . Dari hasil identifikasi terhadap teks ditemukan bahwa bangunan oposisi biner antara pendukung PRRI dan APRI yang membuat pemaknaan terhadap teks menjadi tunggal dan normatif. PRRI selalu hadir sebagai ldquo;pemberontak rdquo; terhadap negara sementara APRI selalu menjadi ldquo;penyelamat rdquo; negara. Oposisi biner tersebut kemudian didekonstruksi untuk menemukan perkembangan makna teks. Analisis akhir tesis ini memperlihatkan terdapat tindak represi yang dilakukan pihak APRI terhadap pendukung PRRI, keluarga pendukung PRRI, dan masyarakat. Selain itu, terkait dengan nasionalisme sebagai pusat teks, terlihat kekhasan masyarakat Minangkabau di Sumatera Barat yang menjadi konteks peristiwa, dalam memaknai nasionalisme.

ABSTRACT
This thesis explores the identity construction of Revolutionary Government of the Republic of Indonesia PRRI and Armed Forces of the Republic of Indonesia APRI in Soewardi Idris 39 short stories and romance, which take place within the context of PRRI in West Sumatra 1958 1961 . the Corpus of this thesis are Diluar Dugaan 1963 , Isteri Seorang Sahabat 1963 , Antologi Cerpen Pergolakan Daerah 2008 , dan Dari Puntjak Bukit Talang 1964 . After investigating the texts, it is found that there appears to be binary oppositions between PRRI and APRI, leading to a single and normative interpretation on the text itself. PRRI is always depicted as rebels while APRI is portrayed as the country 39 s savior . Such binary opposition is then deconstructed in order to find the development of the texts 39 meaning. The final analysis of this thesis aims to reveal that there were repressions committed by APRI towards PRRI supporters, their families, and the society as a whole. In addition, while the text mainly revolves around the theme of nationalism, Minangkabau society becomes a unique context that contributes to the texts 39 meaning of nationalism. "
2018
T49591
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sitti Syahar Inayah
"Fokus penelitian ini adalah konstruksi nasionalisme masyarakat perbatasan dalam konteks komunikasi sosial. Penelitian ini menggunakan kerangka berpikir interaksionime simbolik yang dikembangkan oleh Mead 1967 mengenai konsep diri dan konstruksi realitas sosial dari Berger-Luckmann 1966 . Paradigma dalam penelitian ini adalah konstruktivis dan merupakan penelitian kualitatif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam terhadap masyarakat perbatasan yang tinggal di Desa Aji Kuning Kecamatan Sebatik Tengah Kabupaten Nunukan Kalimantan Utara. Penelitian ini menghasilkan identifikasi konsep diri terkait nasionalisme masyarakat perbatasan dalam proses konstruksi nasionalisme pada konteks komunikasi sosial berupa kompromi. Konsep diri kompromi ini terbagi dalam dua 2 kategori yaitu kompromi pada hal-hal tertentu limited compromise dan kompromi pada semua hal unlimited compromise . Konsep diri tersebut cenderung ditunjukkan dalam pengambilan peran sebagai seorang bangsa Indonesia. Konsep diri tersebut juga menuntun mereka dalam berkomunikasi dan mewariskan realitas subjektifnya kepada lingkungannya.

The focus of this research is the construction of nationalism of border community in the context of social communication. This research using symbolic interactionism theoretical framework developed by Mead 1967 regarding self concept and construction of social reality by Berger Luckmann 1966 . The paradigm of this research is constructivist and it is qualitative research. The data were collected by conducting in depth interviews with border community in Aji Kuning Village, Sebatik Tengah District, Nunukan Regency, North Kalimantan. This research yielded identification of self concept in relation to the nationalism of border community in the process of nationalism construction in the context of social communication in the forms of compromise. This self concept in the forms of compromise is devided into two 2 categories, namely compromise in certain things or limited compromise and compromise in all things or unlimited compromise. The concept of self tends to show up in the assumption of a role as a member of Indonesian nation. This self concept also leads them in communicating and passing down the subjective reality to their environment."
Depok: Universitas Indonesia, 2017
D2279
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kohn, Hans
Jakarta: Pembangunan, 1958
320.540 9 KOH n
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Karman
"Internet adalah ruang virtual yang memberikan penggunanya kebebasan untuk mengekspresikan identitas budaya. HTI sebagai -lempok revivalisme Islam bebas mengartikulasikan identitas politik mereka yang bersumber dari keyakinan. Tulisan ingin [1] .ngeksplorasi konstruksi identitas politik mereka dalam diskursus nasionalisme dan mendeskripsikan cara mereka merepresentasikan tnrdan aksi so sial dalam diskursus nasionalisme. Penelitian ini mengadopsi teknik analisis wacana yang diperkenalkan oleh Leeuwen .l08). Corpus yang dikaji dalam penelitian ini adalah halaman (homepages) dari situs HTI. Penelitian ini menemukan bahwa HTI engonstruksi nasionalisme sebagai ide yang batil dan instrumen imperialisme. Ia menciptakan kerusakan yang didalangi oleh negara rat dan misionaris/rnissi Zending. Nasionalisme direpresentasikan dengan teknik overdeterminasi dengan simbolisasi dengan kata aun, paham batil, penghancur, Islam/muslim diinklusi sebagai korban, objek kebencian Barat/rnisionaris. Penelitian ini menolak rgumen yang mengatakan bahwa perkembangan kapitalisme rasionalitas akan menghilangkan peran agama kehidupan manusia. Peneliti .rargumen bahwa di Indonesia, seiring proses demokratisasi substansial dan penetrasi/Iiterasi internet, agama menjadi sumber identitas .itik (dan juga budaya) yang berpotensi lahirnya aksi kolektif-dan-konektif."
Balitbang SDM Kementerian Komunikasi dan Informatika, 2016
384 JPPKI 7:1 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>