Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 135366 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nadia Purnama Dewi
"ABSTRAK
BDNF merupakan neurotrophin yang berperan dalam fungsi memori dan pembelajaran. Hippocampus banyak mengekspresikan BDNF, yang penting dalam mengatur fungsi memori. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh latihan aerobik ringan terhadap ekspresi BDNF, jumlah total sel piramidal di area CA3 hippocampus, fungsi memori dan rasio luas area CA3 terhadap total area CA1, CA2 dan CA3 hippocampus.
Penelitian eksperimental ini menggunakan 12 ekor tikus jantan wistar (berusia 8-10 minggu, berat badan 200- 250 gram), dibagi menjadi kelompok aerobik ringan dan kontrol. Latihan aerobik menggunakan animal treadmill (kecepatan 12m/mnt, 2x/minggu, 11 minggu) dan diuji dengan water E-maze (jumlah kesalahan dan waktu tempuh) untuk fungsi memorinya. Ekspresi BDNF diarea CA3 dinilai dengan pewarnaan immunohistokimia, jumlah total sel piramidal area CA3 hippocampus dan rasio luas area CA3 terhadap total area CA1, CA2, CA3 area hippocampus dinilai dengan pewarnaan Hematoksilin Eosin.
Hasil pengamatan ini menunjukkan ada kecenderungan peningkatan ekspresi BDNF dan jumlah total sel piramidal area CA3 hippocampus, walaupun secara statistik tidak bermakna. Rasio luas area CA3 terhadap total area CA1, CA2, CA3 antara kelompok aerobik ringan dan kontrol, tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna. Terdapat penurunan jumlah kesalahan dan waktu tempuh pada kelompok aerobik ringan. Perbaikan fungsi memori ini berkorelasi kuat dengan peningkatan ekspresi BDNF pada kelompok aerobik ringan. Disimpulkan, terdapat pengaruh positif latihan aerobik ringan terhadap fungsi memori melalui peningkatan ekspresi BDNF.

ABSTRACT
BDNF is a neurotrophin that plays a role in memory and learning functions. The hippocampus shows the expression of BDNF which is important in regulating memory functions. This study aims to determine the effect of mild aerobic exercise on the expression of BDNF, the number of total cells CA3 area of the hippocampus, and memory functions.
This is analytic experimental using 12 male Wistar rats (8-10 weeks old, weight 200-250 mg), divided into mild aerobics and control group. The aerobic exercise using an animal treadmill (10 min twice a week, for 11 weeks). Memory test was done using water E-maze test. Used Immunohistochemistry staining to assessed the expression of BDNF and Hematoxylin Eosin staining to assessed the number of total cells CA3 area of hippocampus and CA3 area ratio to the total area CA1, CA2, CA3 hippocampal area.
The results showed the tendency in the expression of BDNF, the total number of cells and memory function between mild aerobic and control group. CA3 area ratio to the total area CA1, CA2, CA3 hippocampal area, there were no differences between mild aerobic and control groups. There was a decreased in the number of errors and time in group aerobics. Improvement of memory function is strongly correlated with increased expression of BDNF in group aerobics. Conclusion, the mild aerobic exercise has a positive influence on memory function through increased expression of BDNF.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wa Ode Heni Satriani
"ABSTRAK
Latihan fisik aerobik kompleks diduga lebih baik dari latihan fisik aerobik sederhana dalam meningkatkan fungsi kognisi dan neuroplastisitas pada usia pertumbuhan Tesis ini membahas efek latihan fisik aerobik kompleks yang dimulai sejak usia remaja dibandingkan dengan yang baru dimulai pada usia dewasa muda terhadap kadar PSD 95 dan fungsi kognisi mencit Penelitian ini menggunakan desain studi eksperimental in vivo Hasil penelitian menunjukkan tidak ada perbedaan bermakna hasil uji kognisi dan kadar PSD 95 pada mencit yang diberi latihan fisik aerobik kompleks sejak remaja dibandingkan dengan yang dimulai sejak usia dewasa muda Selain itu tidak ada perbedaan bermakna kadar PSD 95 dan fungsi kognisi antara mencit yang diberi latihan fisik aerobik kompleks dan yang sederhana Diduga latihan fisik aerobik kompleks yang tidak bervariasi dan dilakukan secara berkepanjangan dapat menimbulkan kebosanan Oleh karenanya penerapan latihan fisik aerobik kompleks yang bervariasi mungkin dapat meningkatkan fungsi kognisi karena subyek lebih termotivasi untuk melakukan latihan.

ABSTRACT
Complex aerobic exercise was expected having better effect on cognitive function and neuroplasticity compared to simple aerobic exercise in developmental age The aim of this study was to identify the effect of complex aerobic exercise on PSD 95 and cognitive function in mice applied in adolescence age and early adult age This research was an in vivo experimental study There was no significant difference between cognitive function and PSD 95 levels in adolescence age compared to early adult age mice In addition there was no significant difference cognitive function and PSD 95 levels in mice trained with complex aerobic exercise and simple aerobic exercise It was suspected that invariability of complex aerobic exercise could induce boredom Consequently variation of complex aerobic exercise is important in order to increase motivation of the subjects in doing the exercise that could increase their cognitive function.
"
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kesit Ivanali
"Memori merupakan fungsi kognisi yang sangat penting pada manusia.Latihan fisik dan paparan environmental enrichment EE memiliki pengaruh positifterhadap fungsi memori melalui peningkatan neurogenesis dan LTP. Penelitian iniingin mengetahui perbedaan pengaruh latihan fisik aerobik, paparan EE, dankombinasi latihan fisik aerobik dengan EE, terhadap fungsi memori tikus. Dua puluhempat tikus Wistar jantan usia 7 bulan diberikan perlakuan selama 8 minggu. Fungsimemori diuji menggunakan perangkat forced alternation Y-maze dengan parameterpersentase perbandingan waktu di novel arm dan forced alternation. Fungsi memorijuga ditinjau berdasarkan ekspresi protein BDNF dan NGF hipokampus tikus. Hasilpenelitian menunjukkan bahwa kadar BDNF dan NGF hipokampus paling tinggi p.

Memory is an important cognitive function in humans. Exercise and environmentalenrichment EE exposure have positive effects on memory function via improvedneurogenesis and LTP. This study aimed to analyze the effect of aerobic exercise,EE exposure, and combination of aerobic exercise and EE on memory function. Thisstudy used twenty four 7 month old male Wistar rats that were given treatment for 8weeks. Memory function was tested using forced alternation Y maze, with themeasure parameters are percentage of time in novel arm and forced alternation.Memory function was also correlated with the expression of BDNF and NGFproteins in hippocampus. The results showed the highest level of hippocampalBDNF and NGF p.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suharti
"Latar belakang: EE dan/atau latihan fisik dapat meningkatkan memori spasial dan menginduksi peningkatan ekspresi Brain-derived neurotrophic factor (BDNF) pada hipokampus tikus Wistar jantan usia 7 bulan. BDNF berikatan dengan reseptor tropomyosin receptor kinase B (TrkB) menyebabkan TrKB terfosforilasi, menghasilkan perekrutan protein yang mengaktifkan tiga kaskade transduksi sinyal. BDNF dapat meningkatkan kadar dan aktivitas reseptor NMDA sehingga terjadi perubahan jangka panjang pada aktivitas sinaps. Belum diketahui bagaimana pengaruh pemberian kombinasi EE dan latihan aerobik terhadap ekspresi pTrkB dan pNMDAR.
Tujuan: Menganalisis ekspresi reseptor pTrkB dan ekspresi pNMDAR yang dipicu oleh persinyalan BDNF pada hipokampus tikus yang diberikan model EE dan/atau latihan fisik aerobik.
Metode: Penelitian eksperimental menggunakan 24 tikus Wistar jantan usia 7 bulan, berat badan 250–350 gr, dibagi menjadi 4 kelompok: Kontrol (K), Aerobik (A) diberi latihan fisik 5x/mimggu treadmill kecepatan 20 m/menit 30 menit/hari, EE, dan kombinasi latihan fisik EE (AEE). Perlakuan diberikan selama 8 minggu dan dilakukan pengukuran ekpresi pTrkB dan pNMDAR dengan western blot, memori spasial diukur dengan forced alteration Y-maze.
Hasil: Fosforilasi TrkB pada situs Tyr705 dan fosforilasi NMDA pada situs Tyr 1336 kelompok kombinasi lebih baik dari kontrol namun peningkatan tidak bermakna secara statistik. Fungsi memori spasial jangka pendek kelompok EE lebih baik daripada kelompok kontrol.
Kesimpulan: EE kontinu dapat meningkatkan fungsi memori spasial jangka pendek tikus, kombinasi EE dan latihan aerobik cenderung meningkatkan pTrkB dan pNMDAR namun tidak bermakna secara statistik.

Background: EE and/or aerobic exercise can improve spatial memory and induce increased expression of Brain-derived neurotrophic factor (BDNF) in the hippocampus of male Wistar rats aged 7 months. BDNF binds to the tropomyosin receptor kinase B (TrkB) induce phosphorilating of TrKB, resulting the recruitment of a protein that activates three signal transduction cascades. BDNF can increase the levels and activity of the NMDA receptors, resulting in long-term changes in synaptic activity. The effect of combination of continuous EE and aerobic exercise on hippocampus pTrkB and pNMDAR expression is not yet known.
Objective: To analyze pTrkB receptor expression and pNMDAR expression induced by BDNF signaling in the hippocampus of mice given EE models and / or aerobic exercise.
Methods: Experimental study using 24 male Wistar rats aged 7 months, weight 250–350 gr, divided into 4 groups: Control (K), Aerobics (A) given 5x physical exercise/week with treadmill speed 20 m/min 30 minutes/day, EE, combination of physical exercise and EE (AEE). Treatment was administered for 8 weeks and the phosphorylation of TrkB and NMDA receptors measured with Western blot, spatial memory measured by forced alteration of Y-maze.
Result:The combination group of TrkB phosphorylation at Tyr705 site and NMDA phosphorylation at the Tyr 1336 site were better than the control group but the increase was not statistically significant. The EE group's short-term spatial memory function was better than the control group.
Conclusion: Continuous EE can improve mouse short-term spatial memory function, combination of EE and aerobic exercise tends to increase pTrkB and pNMDAR but not statistically significant.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tahyatul Bariroh
"Latihan Fisik merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan kemampuan belajar dan memori melalui peningkatan neuroplastisitas. Intensitas dan durasi latihan fisik yang tepat dapat meningkatkan kemampuan belajar dan memori melalui peningkatan ekspresi protein Neuroligin dan Reseptor NMDA. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh intensitas dan durasi latihan fisik terhadap fungsi memori spasial serta ekspresi protein Neuroligin dan Reseptor NMDA pada hipokampus tikus Wistar jantan. Penelitian ini merupakan studi eksperimental in vivo selama 6 minggu, menggunakan 25 ekor tikus Wistar jantan usia 6 bulan yang dibagi secara acak menjadi 5 kelompok yaitu: 1 kelompok sedenter S , 2 kelompok intensitas ringan durasi singkat R15 , 3 intensitas ringan durasi lama R30 , 4 intensitas berat durasi singkat B15 , 5 intensitas berat durasi lama B30.
Latihan fisik aerobik dilakukan dengan berlari pada animal treadmill 5 hari/minggu selama 6 minggu. Kecepatan yang digunakan adalah 20 m/min untuk intensitas ringan dan 30 m/min untuk intensitas berat, serta 15 menit untuk durasi singkat dan 30 menit untuk durasi lama. Pengukuran fungsi memori menggunakan water E maze sebanyak 4 kali pada minggu 0, 2, 4, dan 6. Pengukuran ekspresi protein Neuroligin dan Reseptor NMDA menggunakan teknik imunohistokimia. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa intensitas ringan durasi lama merupakan yang terbaik dalam meningkatkan kemampuan belajar dan memori spasial melalui ekspresi protein Neuroligin dan Reseptor NMDA tikus Wistar jantan.

Physical exercise is one of factors that can improve learning and memory associated with increasing neuroplasticity. The appropriate intensity and duration of physical exercise can improve learning and memory that mediated by expression of Neuroligin and NMDA Receptor. This study aimed to investigate the effect of intensity and duration of aerobic exercise on spatial memory and expression of Neuroligin and NMDAR in male Wistar rats hippocampus. The research was an experimental in vivo for 6 weeks, using 25 male Wistar rats age 6 months old randomly divided into 5 groups 1 sedenter group S , 2 low intensity and short duration group R15 , 3 low intensity and long duration group R30 , 4 high intensity and short duration group B15 , 5 high intensity and long duration group B30.
The aerobic exercise was performed by running on animal treadmill 5 day week for 6 weeks. Low intensity was 20 m min while high intensity was 30 m min. Short duration was 15 minutes while long duration was 30 minutes. The measurement of memory function used water E maze for 4 times, on week 0, 2, 4, and 6. Protein expression of Neuroligin and NMDA Receptor was examined with immunohistochemistry technique. This research showed that the aerobic exercise with low intensity and long duration group has best memory performance and expression of neuroligin and NMDA Receptor of male wistar rats.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Faizah Abdullah
"Penurunan memori dikaitkan dengan penurunan kemampuan neuroplastisitas. Penurunan tersebut terjadi seiring penuaan dan dimulai sejak usia dewasa muda. Fungsi memori yang terkait dengan plastisitas sinaps dipengaruhi oleh pengalaman dan proses belajar. Oleh karena itu, diperlukan upaya pencegahan gangguan memori sejak dini. Riset pada hewan coba menunjukkan sistem saraf pusat SSP memberikan respons terhadap stimulus eksternal yang bertanggung jawab terhadap plastisitas fungsional. Bukti pertama yang menunjukan faktor ekstrinsik dapat memodulasi plastisitas struktur hipokampus pada mamalia didapat dari berbagai studi yang memaparkan mencit pada Enviromental Enrichment EE. Peningkatan pemelajaran dan memori juga diinduksi oleh latihan fisik yang berhubungan langsung dengan plastisitas sinaps. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan perngaruh latihan aerobik, penerapan EE dan kombinasi keduanya terhadap fungsi memori. Merupakan studi ekperimental in vivo selama 6 minggu, menggunakan 20 ekor tikus wistar jantan usia 6 bulan yang dibagi secara acak menjadi 4 kelompok yaitu: 1 kelompok kontrol K , 2 kelompok aerobik, 3 kelompok EE, 4 kelompok kombinasi. Pengukuran fungsi memori menggunakan Water E-Maze. Pengukuran ekspresi protein neuroligin-1 dan PSD-95 menggunakan teknik imunohistokimia. Kombinasi latihan aerobik dan EE meningkatkan eskpresi protein neuroligin-1, PSD-95 dan fungsi memori tikus Wistar jantan.

The memory declining is associated with the decreasing of neuroplasticity. The declining occurs with aging and started since early adulthood. Therefore, it is necessary to prevent memory and neuroplasticity disorders since early stage. Research shows the central nervous system CNS responds to external stimuli responsible for functional plasticity. The first evidence showing that extrinsic factors can modulate hippocampal structural plasticity in rodents arose from studies exposing mice to an enriched environment. Enhance in learning and memory also occurs by activity dependent by physical exercise induction. This study aim to determine the influence of physical exercise, environmental enrichment and the combination of both stimuli on spatial memory function. The research was an experimental in vivo for 6 weeks, using 20 male Wistar rats age 6 months old randomly divided into 4 groups 1 control group C, 2 aerobic group A, 3 EE group EE and 4 combination group AE EE. Water E Maze apparatus were used to assess the spatial memory function of male Wistar rats measured at week 0,2 ,4 and 6. Protein expression was examined with immunohistochemistry technique. The research showed that combination of physical exercise and Environmental Enrichment EE increase the expression of neuroligin 1 and PSD 95 followed by improvement on memory function of male Wistar rats.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ni Made Ridla Nilasanti Parwata
"Overtraining syndrome adalah menurunnya kapasitas fisik, emosi dan imunitas akibat pelatihan yang terlalu sering tanpa periode istrahat yang cukup. Overtraining berdampak pada penurunan kadar BDNF dan memori pada atlet. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh latihan fisik aerobik overtraining terhadap kadar brain derived neurotrophic factor (BDNF) dan memori pada tikus. Metode penelitian eksperimental dengan subjek penelitian tikus (Rattus norvegicus) galur Wistar jantan dewasa, 8-10 minggu, berat badan 200-250 gr. Terbagi atas kelompok kontrol, aerobik dan overtraining. Hasil pengukuran ditemukan kadar BDNF pada kelompok overtraining lebih rendah daripada kelompok aerobik dan kontrol. Terdapat perbedaan kadar BDNF pada kelompok Aerobik dan overtraining (p = 0,002). Hasil uji memori dengan water-E maze menunjukkan peningkatan durasi waktu dan jumlah kesalahan yang dilakukan oleh kelompok overtraining (p = 0.03). Dari penelitian ini disimpulkan latihan fisik aerobik overtraining dapat menurunkan kadar BDNF dan memori pada tikus.

Overtraining syndrome is the reduced capacity of the aspects of the physical work, emotions and immunity as a result of the type, intensity, duration and frequency of training too often without sufficient resting period. Overtraining impact on BDNF levels and memory decline in athletes. This study aimed to examine the effect of aerobic physical exercise overtraining on BDNF levels and memory in the rat brain. Experimental research methods to study. Subjects were rats (Rattus norvegicus) adult male Wistar strain, aged 8-10 weeks, initial body weight between 200-250g. Divided into 3 groups: control, aerobic and overtraining. The test results mean BDNF levels are the lowest seen in the group of overtraining. The results of statistical tests are the most significant differences in the mean levels of BDNF Aerobic and overtraining group with p = 0.002. The results of the memory test with a water-maze E showed increased duration and the number of errors made by the overtraining group (p = 0:03). This study suggests that overtraining can affect the decrease in BDNF levels and memory in mice.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Herliani Dwi Putri Halim
"Stroke merupakan manifestasi klinis gangguan sirkulasi darah di otak yang menyebabkan defisit neurologis. Delapan puluh persen stroke merupakan stroke non-hemoragik akibat oklusi pembuluh darah otak sehingga terjadi kerusakan sel saraf yang diinduksi oleh hipoksia. Kerusakan tersebut dapat dicegah oleh tanaman akar kucing (Acalypha indica Linn) yang mengandung antioksidan. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan efek neuroprotektif ekstrak akar Aindica L. terhadap hipokampus Sprague dawley pascahipoksia. Terdapat tiga kelompok yaitu (1) kontrol negatif dengan akuades, (2) kontrol positif dengan vitamin B1 dosis 30 mg/kgBB, dan (3) kelompok perlakuan dengan ekstrak akarA indica L.dosis 500 mg/kgBB. Setelah tujuh hari perlakuan, dilakukan ligasi arteri karotis komunis Sprague dawley selama satu jam untuk menciptakan kondisi hipoksia. Selanjutnya, dibuat sediaan hipokampus untuk menghitung jumlah sel normal.Penelitian ini menggunakan desain eksperimental dengan uji One Way Anova. Hasil uji One Way Anova menunjukkan rerata persentase jumlah sel normal tidak berbeda bermakna terhadap CA1 (p=0,343), CA3 (p=0,174), lapisan dalam girus dentatus (p=0,270), dan lapisan luar girus dentatus (p=0,422)pada ketiga kelompok. Namun secara kuantitatif, rerata persentase jumlah sel normal paling banyak ditemukan pada kelompok yang mendapatkan ekstrak akar A indica L.

Stroke is a clinical manifestation of brain circulatory disorders causing neurological deficits. Eighty percents are non-hemorrhagic stroke resulting from vascular occlusion thus advancing the damage-induced hypoxia of hippocampal neuron. This damage can be prevented by Acalypha indica Linn which contents antioxidant. The purpose of this study is to prove the neuroprotective effect of A indica L root extract to hippocampus of Sprague dawley post-hypoxia. There are three groups: (1) negative control with aquades, (2) positive control with vitamin B1 dose 30 mg/kgBW, and (3) treatment group with Aindica L root extract dose 500 mg/kgBW. After treatment for seven days, we administered the ligation of common carotids for an hour to expose hypoxia. Then, the brain was made into hippocampal slices in order to count the number of normal cells. This study usedan experimentaldesignwithOne WayAnovatest. The results of One Way Anova test analysis showed that there are no significant differences between the mean of normal cells percentage in CA1 (p=0,343), CA3 (p=0,174), inner (p=0,270) and outer(p=0,422) layer of dentate gyrus among three groups. However quantitavely, the highest mean of normal cells percentage is found in the group receiving A indica L root extract."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fransisca Chondro
"Latar Belakang : Komunikasi antar sel otot jantung terjadi dengan bantuan protein connexin, terutama connexin43, yang merupakan protein utama penyusun gap junction pada sel otot jantung. Pada penyakit jantung yang disertai dengan hipertrofi, adanya perubahan ukuran pada jantung ini akan mempengaruhi produksi dan distribusi protein connexin43 pada sel otot jantung. Semakin besar ukuran sel, maka ekspresi connexin akan meningkat disertai dengan peningkatan distribusi connexin ke lateral. Lateralisasi connexin ini dapat mengganggu hantaran impuls listrik antar sel otot jantung. Latihan fisik erobik juga dapat mengakibatkan timbulnya adaptasi organ jantung berupa peningkatan ukuran dan kerja ventrikel kiri dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan metabolisme tubuh yang meningkat. Penelitian ini dilakukan untuk melihat bagaimana pengaruh keadaan hipertrofi fisiologis yang terjadi akibat latihan fisik, dalam hal ini latihan fisik erobik, terhadap produksi dan distribusi protein connexin43.
Tujuan : Melihat bagaimana pengaruh latihan fisik erobik dan detraining terhadap ekspresi dan distribusi protein connexin43.
Desain : Penelitian ini menggunakan studi eksperimental in vivo pada tikus.
Metode : Pada jaringan jantung tikus dilakukan pemeriksaan imunohistokimia untuk melihat bagaimana jumlah dan distribusi dari protein connexin43 serta dilakukan perbandingan antara tikus yang tidak diberi latihan fisik dengan tikus yang diberi latihan fisik erobik dan detraining.
Hasil : Pada perbandingan antara kelompok kasus dan perlakuan, terdapat perbedaan bermakna pada parameter total Cx43, Cx43 diskus interkalatus, Cx43 lateral, dan presentase Cx43 diskus interkalatus dan Cx43 lateral (p<0,05). Pada perbandingan antara kelompok kontrol, perbedaan bermakna hanya ditemukan pada perbandingan antara kelompok 8 dan 12 minggu untuk parameter total Cx43 dan jumlah Cx43 diskus interkalatus. Pada perbandingan antara kelompok perlakuan, ditemukan perbedaan bermakna untuk parameter total Cx43 pada kelompok latihan erobik 4 minggu dengan kelompok latihan erobik 4 minggu yang diikuti proses detraining 4 minggu.
Kesimpulan : Latihan fisik erobik memberikan perbedaan bermakna antara kelompok kontrol dan perlakuan. Pada perbandingan antara perlakuan, diketahui bahwa terdapat perbedaan bermakna antar kelompok latihan fisik yang disertai/tidak disertai proses detrain.

Background: Communication between cardiomyocyte happens in the gap junction located on intercalated disk. In patologically hypertrophied heart, the bigger cardiomyocyte become, the more protein expressed and distributed to lateral side of cardiomyocyte. It will cause disturbance in electrical and metabolic coupling between cardiomyocyte. Aerobic training will also cause hypertrophy, especially left ventricle, because the heart has to pump more blood that carry oxygen that is needed in the cell. This research is done in order to analyze the effect of physiologically hypertropied heart, cause by aerobic training, on the expression and distribution of connexin43.
Objective : To see the effect of aerobic training and detraining to the expression and distribution of connexin43 in heart.
Design : This research is using experimental study on rat.
Methods : Expression and distribution of connexin43 from rat's ventricle tissue is detected using immunohistochemistry then analyzed with imageJ program. The results are compared between control group and group that’s given aerobic training and detraining.
Results : Significant differences in the amount of total Cx43, Cx43 in intercalated disc, lateralized Cx43, Cx43 intercalated disc percentage, and lateralized Cx43 percentage was found in all the aerobic groups compared with controls. Comparison between control groups show significant differences of total Cx43 and Cx43 in intercalated disc only between 8 weeks control and 12 weeks control group. Comparison between aerobic groups shows significant differences in amout of total Cx43 between 4 weeks aerobic training and 4 weeks aerobic training followed by 4 weeks detraining period.
Conclusion : Aerobic training causes an increase in amount of total Cx43, Cx43 in intercalated disc, lateralized Cx43. The increase in the amount of Cx43 will diminish during detraining period.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitri
"ABSTRAK Bising merupakan dampak yang timbul mengikuti kemajuan industri yang dapat dirasakan termasuk oleh ibu hamil. Pajanan bising saat kehamilan diketahui dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan janin. Sebaliknya musik dapat memberikan efek positif dalam berbagai reaksi fisiologis, yaitu kognisi, emosi, dan imunitas. Akan tetapi, belum diketahui dampak gabungan pajanan keduanya saat prenatal, serta pengaruhnya terhadap fungsi otak, khususnya hippocampus yang berperan dalam kognisi dan memori spasial. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah pajanan suara gabungan (musik dan bising) dapat mengkompensasi dampak negatif bising pada perkembangan hippocampus. Penelitian dilakukan dengan membandingkan pengaruh pajanan suara musik, bising dan kombinasinya selama perkembangan prenatal terhadap fungsi hippocampus neonatus Gallus gallus domesticus. Telur yang telah difertilisasi diinkubasi dalam mesin tetas yang dilengkapi pengeras suara untuk tiga jenis suara, yaitu musik, bising dan gabungan, serta sebuah kelompok kontrol. Pajanan suara diberikan sejak embrio berusia 10 hari sampai menetas. Selanjutnya dilakukan penilaian memori spasial menggunakan labirin T, penimbangan berat otak, penghitungan jumlah neuron dengan pewarnaan Hematoxylin eosin, serta penilaian ekspresi protein BDNF pada hippocampus dengan pewarnaan imunohistokimia. Hasil menunjukkan tidak ada perbedaan bermakna berat otak pada masing-masing kelompok. Selain itu, pajanan musik dapat memfasilitasi pembentukkan memori spasial didukung dengan peningkatan jumlah neuron dan ekspresi protein BDNF pada hippocampus; sebaliknya pajanan bising menginhibisi konsolidasi memori spasial, menurunkan jumlah neuron dan ekspresi BDNF di hippocampus. Pajanan gabungan memberikan hasil yang tidak berbeda dengan kelompok kontrol pada tiap parameter. Disimpulkan bahwa pajanan gabungan dapat mengkompensasi

ABSTRACT
Noise has become a critical issue following industrial evolution, especially pregnant women. Noise exposure during prenatal period may disrupt fetal growth and development. Otherwise, music gives various positive physiological responses to the development of cognition, emotion, and immunity. However, the effect of combination of both sound during prenatal to brain, especially hippocampus that manage cognition and spatial memory has never been studied. This research aimed to know whether combination of music and noise exposures can compensate negative effect of noise in hippocampus development. Research conducted by comparing the effect of music, noise and combination of both exposures during prenatal development to the function of Gallus gallus domesticus neonate hippocampus. Fertilized eggs were incubated in hatchery machine equipped with a loud speaker for three exposures groups, i.e. music, noise and combination, and a control group; given from E10 until hatching. Data collected for evaluation were spatial memory assessment that was done using T-maze, brain weight, total hippocampus neuron number and BDNF expression in hippocampus. As result, there was no significant difference in brain weight among these groups. Furthermore, prenatal music stimulus enhanced spatial memory formation supported by the increasing number of total neuron and BDNF expression in hippocampus. Besides, prenatal noise stimulus elicited spatial memory inhibition, decreased of total neuron number and BDNF expression in hippocampus. Combination group showed no significant result compare to control group in each measurements. In conclusion, combination of both music and noise stimulus during prenatal period could compensate the negative effect of prenatal noise exposure.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>