Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 144511 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fendy Rokhmanto
"Paduan berbasis Kobal (Co) merupakan salah satu paduan strategis karena dapat digunakan secara luas dan dapat diaplikasikan pada kondisi-kondisi tertentu, salah satunya sebagai material implan. Paduan kobal dipilih sebagai material implan karena mempunyai sifat mekanis dan ketahanan korosi yang baik. Paduan kobal sebagai material implan yang banyak digunakan adalah Co-28Cr-6Mo (ASTM F75). Sifat mekanis dan ketahanan korosi paduan Co-28Cr-6Mo dapat dimodifikasi untuk mendapatkan kondisi yang optimal ketika diimplankan kedalam tubuh. Salah satu cara memodifikasi sifat mekanis dan ketahanan korosi material implan Co-28Cr-6Mo adalah dengan cara memvariasi penambahan karbon dan nitrogen dalam paduan. Pada penelitian ini ditambahkan 0,08 ? 0,25 %C dan 0,2 %N dalam persen berat (%wt) dan proses hot roll untuk meningkatkan sifat mekanis dan ketahanan korosi paduan. Karakterisasi yang dilakukan adalah uji kekerasan, uji tarik, uji potensiodinamik, metalografi, SEM-EDX dan XRD.
Berdasarkan analisis hasil karakterisasi variasi penambahan karbon menyebabkan peningkatan nilai kekerasan, kekuatan tarik, dan penurunan laju korosi. Variasai penambahan karbon dan nitrogen meningkatkan nilai kekerasan, kekuatan tarik, mampu bentuk dan penurunan laju korosi. Penurunan nilai laju korosi, mengindikasikan bahwa ketahanan korosi material meningkat. Peningkatan nilai kekerasan, kekuatan tarik, dan ketahanan korosi disebabkan pertumbuhan presipitat karbida (M23C6), dan efek penghalusan butir akibat variasi penambahan karbon, nitrogen dan proses hot roll.

Cobalt and its alloys is strategic material that widely used and applied at specific conditions, for example as implant material. The primary reason used cobalt alloys as implant material are good mechanical properties and good corrosion resistance. Co-28Cr-6Mo (ASTM F75) one of the main alloys that used as implant material on cobalt and its alloys. Mechanical properties and corrosion resistance of Co-28Cr-6Mo can be modified to obtain optimal conditions when implanted into the human body. The mechanism of modification by added a variety of carbon and nitrogen to the Co-28Cr-6Mo alloys. In this study, mechanical properties and corrosion resistance enhanced by hot roll process and added 0.08 ? 0.25 %C and 0.2 %N (%wt). The characterization that used to analysis are hardness test, tensile test, potentiodynamic test, metallographic, SEM-EDX, and XRD.
Based on the characterization result, can be analyzed that a variety of carbon added enhanced the hardness, tensile strength and reduced corrosion rate. A variety of carbon and nitrogen added enhanced the hardness, tensile strength. Formability and reduced corrosion rate. Decreased of corrosion rate indicated that the corrosion resistance of material increased. Increased hardness, tensile strength and corrosion resistance caused by formation of carbide precipitate and grain growth refinement due to hot roll process and a variety of carbon and nitrogen added.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
T45382
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amalia Dwi Adani
"Sifat mekanik Mg mirip dengan tulang manusia dan dapat terurai secara alami membuat Mg cocok dijadikan biomaterial implan mampu luruh. Namun, laju korosi Mg yang tinggi membatasi aplikasi praktisnya. Salah satu cara untuk mengatasi masalah tersebut yaitu dengan menambahkan 9 wt% Li dan 1 wt% Zn ke dalam magnesium murni untuk meningkatkan formability dan ketahanan korosinya. Penelitian diawali dengan homogenisasi Mg-9Li-Zn pada suhu 350°C selama 3 jam untuk mendapatkan mikrostruktur yang lebih seragam. Mikrostruktur, sifat mekanik, dan sifat korosi Mg-9Li-Zn diteliti untuk mengetahui perilaku mampu luruh paduan. Hasil pengujian OM dan XRD menunjukkan mikrostruktur Mg-9Li-Zn terdiri dari fase α-Mg dan β-Li. Di sisi lain, pengujain SEM menunjukkan adanya partikel MgO dan ZnO pada Mg-9Li-Zn. Sifat mekanik yang diteliti dengan pengujian tarik dan kekerasan mikro menunjukan nilai elongasi yang lebih tinggi dan kekuatan yang lebih rendah dibandingkan Mg murni. Sifat korosi didapatkan dari pengujian polarisasi dan imersi selama 2 minggu dalam larutan revised-SBF. Baik pengujian polarisasi maupun imersi menghasilkan laju korosi Mg-9Li-Zn yang lebih kecil dibandingkan Mg murni. Oleh karena itu, dengan adanya 9 wt% Li dan 1 wt% Zn dalam Mg murni, mikrostruktur dan sifat mekanik berubah, serta laju korosi menjadi lebih kecil.

The mechanical properties of Mg are similar to human bone and can decompose naturally, making Mg suitable for biodegradable implant materials. However, the high corrosion rate of Mg limits its practical application. One way to solve this problem is to add 9 wt% Li and 1 wt% Zn to pure magnesium to increase its formability and corrosion resistance. The experiment was initiated by homogenizing Mg-9Li-Zn at 350°C for 3 hours to obtain a more uniform microstructure. Microstructure, mechanical properties, and corrosion properties of Mg-9Li-Zn were investigated to determine the alloy's biodegradable behavior. The results of the OM and XRD tests showed that the Mg-9Li-Zn microstructure consisted of α-Mg and β-Li phases. On the other hand, SEM test showed the presence of MgO and ZnO particles in Mg-9Li-Zn. The mechanical properties studied by tensile and microhardness tests showed higher elongation values and lower strength than pure Mg. Corrosion properties were obtained from polarization and immersion testing for 2 weeks in the revised-SBF solution. Both polarization and immersion tests resulted in a lower corrosion rate of Mg-9Li-Zn than pure Mg. Therefore, in the presence of 9 wt% Li and 1 wt% Zn in pure Mg, the microstructure and mechanical properties changed, and the corrosion rate became smaller."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rajagukguk, Nathania Judith
"Sifat biokompatibilitas dan karakteristik Magnesium yang sesuai dengan tulang manusia meningkatkan penelitian pada Magnesium dan paduannya untuk aplikasi klinis khususnya implant mampu luruh. Laju pembentukan hidrogen dan degradasi yang terlalu cepat menghambat aplikasi Magnesiun sebagai implan secara lebih luas. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan memahami pengaruh dari berbagai kondisi deformasi berupa canai panas terhadap perilaku korosi dari AZ31B di dalam Simulated Body Fluid. Canai panas pada suhu 35oC dan 450oC dengan reduksi 20% dan 50% kepada paduan AZ31B. Paduan AZ31B yang sudah di canai kemudian diamati menggunakan metalografi, uji keras, XRD, SEM, dan ICP-MS. Terjadi perubahan mikrostruktur berupa grain refinement dan peningkatan nilai kekerasan pada AZ31B setelah dicanai. Pengujian imersi selama 14 hari serta pengujian polarisasi dilakukan untuk mengamati perilaku korosi secara in vitro dari paduan sebelum dan sudah di canai panas. Terjadi penurunan laju korosi pada sampel yang mengalami canai panas jika dibandingkan dengan paduan AZ31B as received. Perubahan tersebut ditunjukkan dengan evolusi hidrogen lebih sedikit, massa yang hilang lebih sedikit, dan Icorr semakin negatif. Dapat disimpulkan bahwa perlakuan canai panas pada paduan AZ31B meningkatkan ketahanan korosi nya sehingga menunjukkan potensial yang baik untuk aplikasi implan mampu luruh.

Magnesium’s biocompatibility and similar characteristics to human bones have increased interest in the research of Magnesium and its alloys for clinical application mainly as biodegradable implants. Rapid hydrogen formation and degradation rate have hindered Magnesium to be applied widely as an implant. This research is done in order to understand the affect of various conditions of deformation like hot rolling to the corrosion behavior of AZ31B in Simulated Body Fluid. Hot rolling done in 350oC and 450oC with a 20% and 50% reduction is done to the AZ31B alloy. The AZ31B alloy that have been hot rolled was observed with metallographic examinations, Vickers Hardness test, XRD, SEM, and ICP-MS. A change in the alloy’s microstructure due to grain refinement and increase in hardness was observed after hot rolling. A 14 day immersion test and polarization was performed to evaluate the in vitro corrosion properties of the AZ31B alloy before and after hot rolling. A decrease in the deformed alloy’s corrosion rate was observed compared to the as received AZ31B. This change is demonstrated with less hydrogen gas evolved, reduced weight loss, and a more negative Icorr. From these results we can conclude that the hot rolling that was done to the AZ31B alloy increased its corrosion resistance and therefore showed great potential for it’s application as biodegradable implants."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Susanti
"Magnesium merupakan logam yang cocok dijadikan biomaterial implant mampu luruh karena memiliki sifat biodegradabel. Namun mg sangat mudah terkorosi pada PH fisilogis karena unsur mg mudah tergradasi sehingga  sifat mekanik akan turun sebelum terjadinya penyembuhan dan pertumbuhan jaringan baru. Untuk meningkatkan sifat mampu bentuk dan ketahanan korosi dapat dilakukan penambahan paduan dengan unsur litium dan Seng. Selain itu dapat dilakukan perlakuan persen reduksi sehingga membuat terjadinya regangan pada mikrostruktur dan dengan waktu tahan anil dapat membuat penyempurnaan butir pada rekristalisasi. Penelitian diawali dengan melakukan pencanaian dingin LZ141 pada persen reduksi sebesar 60,70 dan 80% kemudian dilanjutkan dengan waktu tahan anil selama 1 dan 3 jam pada suhu 250°C. Secara menyeluruh penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh persen reduksi dan waktu tahan terhadap Mikrostruktur, Sifat Mekanik dan Sifat Korosi paduan LZ141 dalam Larutan Simulated Body Fluid (SBF) Sebagai Material Implan Mampu Luruh. Hasil pengujian OM menunjukkan mikrostruktur terdiri atas fasa α -Mg dan fasa β -Li serta endapan MgLi2Zn dan MgLiZn. Pada hasil pengujian tarik dan kekerasan mikro nilai elongasi yang lebih tinggi dan kekuatan yang lebih tinggi pada sampel setelah perlakuan anil. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan persen reduksi dan waktu tahan anil dapat meningkatkan ketahanan korosi paduan LZ141.

Magnesium is a suitable metal to be used as an implant biomaterial because it is biodegradable. However, it is highly susceptible to corrosion in physiological pH due to the degradation of magnesium. To improve the formability and corrosion resistance. Alloying with lithium and Zinc is necessary. Additionally, cold working can be performed to induce strain in the microstructure, and holding  time can contribute to grain refinement during recrystallization. The experiment was started by cold rolling LZ141 at reduction percentages of 60,70, and 80% and then continued with annealing holding times of 1 and 3 hours at 250°C. This comprehensive research aims to investigate the influence of reduction percentage and holding time on the microstructure, mechanical properties, and corrosion behavior of LZ141 alloy in Simulated Body Fluid (SBF) as a biodegradable implant material. Optical microscopy (OM) testing reveals that the microstructure consists of α-Mg phase, β-Li phase, and precipitates of MgLi2Zn and MgLiZn. Tensile and microhardness testing results show higher elongation and strength values in samples after annealing. The research findings indicate that increasing the reduction percentage and annealing time can enhance the corrosion resistance of LZ141 alloy."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Oknovia Susanti
"Paduan biner Mg-Gd memiliki potensi sebagai material implan yang mudah larut dalam tubuh. Penambahan sedikit gadolinium dapat memperbaiki sifat mekanik dan laju korosi sehingga memenuhi syarat sebagai material implan yang sesuai dengan kondisi tubuh. Penelitian ini bertujuan untuk merancang paduan Mg-1,6Gd sebagai material implan yang mudah larut yang memiliki sifatsifat mekanik yang baik dan laju korosi terkontrol setelah diproses termomekanik. Paduan tersebut diproses melalui ekstrusi panas dan canai panas dalam rentang temperatur 300-550°C dengn variasi reduksi ketebalan. Sampel diekstrusi panas dengan kecepatan 1 mm/s dengan ratio ekstrusi 30dan sampel canai panas dengan reduksi 30% dan 95%, kecepatan 10 m/min. Proses canai dilakukan dengan dua metode yaitu canai searah dan canai silang. Canai searah dilakukan searah dengan putaran rol, sesuai dengan reduksi dan canai silang membentuk sudut 90° dari setiap tahap rol. Pada rol reduksi 30% dilakukan sekali rol, sementara rol reduksi 95% searah dilakukan multi pass (40%, 40 %, 15% setiap tahap) dan rol reduksi 95% silang dilakukan 23,75% setiap tahap. Paduan Mg-1,6Gd membentuk senyawa intermetallik (Mg5Gd) menyebar di dalam dan dibatas butir untuk semua proses termomekanik. Ekstrusi menghasilkan ukuran butir terkecil dibanding kedua proses canai yaitu mencapai 14um dengan kekerasan 48,7 HVN. Kekuatan tarik dan luluh juga dihasilkan paling tinggi pada proses ini yaitu 232 MPa dan 142 MPa. Sementara proses canai hanya memilki ukuran butir dalam rentang 50-400 um, namun kekerasan rata-rata proses canai lebih tinggi dari ekstrusi yaitu 40-66 HVN. Canai searah 95% menghasilkan kekuatan tarik dan luluh lebih tinggi dari canai 30% yaitu adalah 197 MPa, 157 MPa dan keuletan 26 %. Pada awal perendaman paduan Mg-1,6Gd memiliki laju korosi yang tinggi untuk kedua larutan (SBF dan Ringers). Selanjutnya pada perendaman lama (14 hari) laju korosi cenderung menurun, dikarenakan telah terbentuk lapisan pasif. Ekstrusi menghasilkan laju korosi yang tertinggi dibanding canai yaitu 4.4 mmpy setelah imersi 3 hari dalam larutan Ringers. Melalui polarisasi, canai 95% menghasilkan laju korosi tertinggi (5,7 mmpy). Pengujian sitotoksisitas untuk ketiga proses termomekanik menunjukkan sampel ini tidak menghasilkan toksin karena ratarata hasil % viabilitas diatas viabilitas kontrol (75%). Paduan Mg-1,6Gd setelah proses termomekanik mampu memiliki sifat-sifat mekanik yang baik, laju korosi terkontrol dan tidak toksik untuk digunakan sebagai material implan mampu luruh sesuai kondisi tubuh.

Binary Mg-Gd alloys have been the potential as biodegradable implant materials. The small addition of element Gd could improve the mechanical properties and corrosion rate that the alloy can be used as implant materials for the body condition. This study aims to design the Mg-1.6Gd alloy as degradable implant that it has good mechanical properties and corrosion rate after thermomechanical process. The Mg-1,6Gd alloys is processed by the hot extrusion and the severely hot rolled in the temperature range 300-550°C with the different reduction. The samples were hot extruded with a speed of 1 mm/s, a ratio of 30 and a hot rolled with a reduction of 30% and 95% and a speed of 10 m/min. The rolling process is done by two methods: Unidirectional rolling (UR) and cross-rolling (CR). UR is carried out in the direction of rotation of the rolland CR formed an angle of 90 from each stage of the roll. The roll of 30% reduction is done only one roll, while the UR of 95% reductionis done multi pass (40%, 40%, 15% each stage) and the CR of 95% reduction is done at 23.75% per stage.The Mg-1.6Gd alloys forms intermetallic compounds (Mg5Gd) and spread inside and grain boundaries for all thermomechanical processes. The hot extrusion resulted the smallest grain size compared to both the rolling process, which the grain size of 14 um and the hardness of 48.7HVN. The highest strength and yield are 232 MPa and 142 MPa for this the extrusion process.The hot rolled samples have the grain size of 50-130um but the average hardness of the this process is higher than that of 40-66 HVN. The hot rolled with the 95% reduction has the higher tensile strength and yield strength than the 30 % reduction, were 197 MPa and 157 MPa, respectively, while the ductility is 26 %.The highest corrotion rate occur on the short time for the both solutions. Furthermore, in the long immersion (14 days) the corrosion rate tends to decrease, because it formed a passive layer. Extrusion process produced the highest corrosion rate of 4.4 mmpy after 3 days of imersion in the Ringer's solution. The hot rolled of the 95% reduction resulted the high corrosion rate of 5,7 mmpy on the polarization test. The cytotoxicity test for all three thermomechanical processes showed the sample have no cytotoxicity because the % viability result was above viability control (75%). The Mg-1.6Gd alloy after thermomechanical process produced good mechanical properties, corrosion rate and no toxins to be used as degradable implant for the body condition."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
D2524
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Edy Priyanto Utomo
"Paduan Titanium telah banyak digunakan dalam beberapa aplikasi di industri karena mempunyai sifat mekanik yang unik dan mempunyai ketahanan korosi yang sangat baik. Salah satunya digunakan dalam industri kedokteran sebagai implan tulang, karena titanium mempunyai kemampuan biokompabilitas yang baik selain sifat mekanik dan ketahanan korosi yang baik. Saat ini paduan Ti yang banyak digunakan sebagai implan komersil adalah Ti-6Al-4V. Namun studi terbaru menunjukkan bahwa pelepasan ion Al dan V dari paduan Ti-6Al-4V dapat menyebabkan masalah kesehatan jangka panjang seperti neuropati perifer, osteomalacia, dan penyakit Alzheimer. Oleh karena itu dikembangkan paduan Titanium β-metastabil untuk menggantikan paduan Ti-6Al-4V. Desain paduan titanium β-metastabil biokompatibel terutama difokuskan pada penggunaan elemen paduan logam transisi yang banyak mengandung d-elektron seperti paduan Ti-Nb, Ti-Ni, Ti-Mo. Ion Ni diketahui dapat menyebabkan toxic, alergi, dan efek karsiogen. Paduan Ti-Mo mempunyai nilai kekerasan yang tinggi dibandingkan dengan tulang sehingga dapat menimbulkan stress-shielding yang dapat menyebabkan resorpsi pada tulang dan dapat menyebabkan kegagalan pada implant. Oleh karena itu dalam penelitian ini dikembangkan paduan Ti-Nb dengan tambahan unsur paduan Sn. Paduan metastabil Ti dipengaruhi oleh fasa yang terbentuk dan suhu pembentukan. Sedangkan Sn untuk mengendalikan keberadaan fasa ω yang mempunyai sifat getas dan modulus yang tinggi. Dalam penelitian ini dilakukan optimasi fabrikasi dengan variasi jumlah peleburan yaitu 3 dan 5 kali dan juga variasi konsentrasi Sn sebesar 2, 5, dan 8 wt%. Hasil optimasi jumlah peleburan menunjukkan bahwa dengan tiga kali peleburan didapatkan paduan dengan dua fasa yaitu fasa β dan α, sedangkan dengan lima kali peleburan didapatkan fasa tunggal β. Hasil optimasi variasi konsentrasi Sn didapat bahwa sifat mekanik dan korosi yang optimum diperoleh pada paduan yang mengandung 5 wt% Sn. Paduan hasil optimasi tersebut, Ti-30Nb-5Sn, kemudian dihomogenisasi pada suhu 1000C selama 5 jam dan didinginkan cepat. Hasil karakterisasi menunjukkan bahwa proses homogenisasi memicu timbulnya fasa α. Kehadiran fasa α dalam konsentrasi yang kecil pada paduan yang dilebur 3 kali dan paduan yang dilebur 5 kali namun dihomogenisasi berkontribusi dalam meningkatkan nilai kekerasan dan juga ketahanan korosi paduan.

Titanium alloys have been widely used in several applications in the industry because they have unique mechanical properties and have very good corrosion resistance. One of them is used in the medical industry as a bone implant, because titanium has good biocompatibility in addition to mechanical properties and good corrosion resistance. At present Ti alloy which is widely used as commercial implant is Ti-6Al-4V. But recent studies have shown that the release of Al and V ions from Ti-6Al-4V alloys can cause long-term health problems such as peripheral neuropathy, osteomalacia, and Alzheimer's disease. Therefore Titanium β-metastable alloys are developed to replace Ti-6Al-4V alloys. The design of biocompatible titanium β-metastable alloys is mainly focused on the use of d-electron-containing alloy metal elements such as Ti-Nb, Ti-Ni, Ti-Mo alloys. Ni ions are known to cause toxic, allergic and carcinogenic effects. Ti-Mo alloy has a high hardness value compared to bone so it can cause stress-shielding which can cause resorption in the bone and can cause implant failure. Therefore in this study Ti-Nb alloys were developed with the addition of Sn alloy elements. Metastable alloy Ti is influenced by the phase formed and the temperature of formation. While Sn to control the existence of phase ω which has brittle properties and high modulus. In this study, fabrication optimization was carried out with variations in the number of smelters, namely 3 and 5 times and also variations in Sn concentration of 2, 5 and 8 wt%. The results of the optimization of the number of smelters indicate that with three fusions obtained a two-phase alloy namely phase β and α, whereas with five times the fusion obtained a single phase β. The results of optimization of variations in Sn concentration were obtained that optimum mechanical and corrosion properties were obtained in alloys containing 5 wt% Sn. Alloying the results of the optimization, Ti-30Nb-5Sn, is then homogenized at 1000˚C for 5 hours and cooled quickly. The characterization results show that the homogenization process triggers the α phase. The presence of α phase in small concentrations in alloys which are melted 3 times and alloys which are fused 5 times but homogenized contribute to increasing the hardness value and also corrosion resistance of alloys."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
T52434
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
I Putu Wahyu Diasmika
"Tulang tengkorak berfungsi untuk membentuk struktur kepala dan melindungi organ-organ penting di dalamnya. Keretakan tulang tengkorak dapat menyebabkan berbagai gangguan kesehatan, mental, dan bahkan kematian. Polilaktida (PLA) telah menjadi salah satu bahan implan yang paling banyak digunakan untuk keretakan tulang tengkorak. Hal ini dikarenakan PLA memiliki sifat toksisitas yang rendah, biokompatibilitas, dan biodegradabilitas, serta sifat mekanis yang baik. Salah satu turunan dari PLA adalah PLLA (poli(L-laktida)) dengan struktur semi-kristalin yang digunakan pada penelitian ini. PLLA tersebut perlu dilakukan alterasi supaya sifat mekanis dan sifat degradasi sesuai dengan aplikasi pelat fiksasi patah tulang kraniomaksilofasial. Bahan yang ditambahkan dalam matriks PLLA merupakan agar-agar dengan struktur amorf. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh komposisi campuran yang optimal dari variasi campuran agar-agar, yaitu 4%, 8%, dan 12%. Pencampuran menggunakan metode melt-blending yaitu mencampurkan dan mengaduk bahan dalam kondisi lelehan. Sampel dicetak dengan dimensi 80×10×4 mm sesuai standar ISO 178 untuk pengujian kekuatan tekuk polimer. Sampel dilakukan karakterisasi FTIR, TGA, DSC, three-point bending UTM. Hasil karakteriasi dengan FTIR menunjukan terdapat gugus C=O, C-H simetris dan asimetris, C-O, C-COO, serta pergeseran nomor gelombang karena pengaruh suhu yang lebih tinggi. Selain itu, karakteriasi termal TGA menunjukan bahwa campuran dengan konsentrasi agar-agar yang lebih tinggi menunjukkan degradasi yang lebih besar pada suhu campuran 180°C. Suhu yang lebih tinggi juga mempercepat degradasi agar-agar dalam campuran. Hasil DSC menunjukan bahwa semakin tinggi penambahan agar-agar dalam matriks PLLA, maka titik leleh dan %Xc dari PLLA akan semakin menurun. Hal tersebut juga berdampak dengan hasil pengujian sifat mekanis, di mana kekuatan tekuk semakin menurun seiring bertambahnya agar-agar. Nilai dari kekuatan tekuk dan regangan cenderung terus menurun dari 0,87 hingga 0,35 MPa seiring dengan bertambahnya kadar agar-agar dalam matriks PLLA baik untuk T1 (160oC) maupun T2 (180oC).

The skull functions to form the structure of the head and protect the vital organs within it. Skull fractures can cause various health issues, mental disturbances, and even death. Polylactide (PLA) has become one of the most widely used implant materials for skull fractures due to its biocompatibility, biodegradability, low immunogenicity and toxicity, and good mechanical properties. The main material used is poly(L-lactide) (PLLA) with a semi-crystalline structure. The PLLA needs to be altered to achieve the appropriate mechanical and degradation properties for craniomaxillofacial fracture fixation plates. Agar-agar with an amorphous structure is added to the PLLA matrix. This study aims to obtain the optimal composition from the variations of agar-agar mixtures, namely 4%, 8%, and 12%. The mixing is done using the melt-blending method, which involves mixing and stirring the materials in a molten state. Samples are molded to dimensions of 80×10×4 mm according to ISO 178 standards for polymer bending strength testing. The samples are characterized using FTIR, TGA, DSC, and three-point bending UTM. The FTIR characterization results show the presence of C=O, symmetric and asymmetric C-H, C-O, C-COO groups, and shifts in wave numbers due to the influence of higher temperatures. Additionally, the TGA thermal characterization shows that mixtures with higher agar-agar concentrations exhibit greater degradation at a mixing temperature of 180°C. Higher temperatures also accelerate the degradation of agar-agar in the mixture. DSC tests indicate that the higher the addition of agar-agar in the PLLA matrix, the more the melting point and %Xc of PLLA decrease. This also impacts the mechanical properties test results, where the bending strength decreases with increasing agar-agar content. In the mechanical properties test, the values of bending strength and strain tend to continuously decrease with increasing agar-agar content in the PLLA matrix for both T1 (160oC) and T2 (180oC)."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suryo Sembodo
"Paduan aluminium AA7075-T7351 merupakan paduan keras yang memiliki keunggulan sifat mekanis, ringan, dan dapat di recycle sehingga paduan ini banyak di aplikasikan sebagai material struktur. Untuk meningkatkan ketahanan korosi paduan tersebut diperlukan rekayasa permukaan sehingga umur pakai material ini menjadi lebih lama dengan cara anodisasi. Optimasi ketahanan korosi dan kekerasan mekanik diperoleh dengan variasi suhu elektrolit dan penambahan aditif etanol pada elektrolit asam sulfat. Morfologi dan ketebalan lapisan oksida yang dihasilkan diamati dari foto SEM, ketahanan korosi sampel diuji dengan metode elektrokimia, dan karakteristik sifat mekanis permukaan didapat dari uji kekerasan. Anodisasi pada suhu 0°C mampu meningkatkan ketebalan lapisan oksida hingga 46%, kekerasan mikro sampai dengan 83%, dan meningkatkan ketahanan korosi. Anodisasi pada suhu 0°C dengan penambahan etanol 10 vol% dalam elektrolit asam sulfat pada paduan aluminium AA7075-T7351 menghasilkan lapisan oksida paling tebal (75,75µm), kekerasan mikro paling besar (281.06 HV), serta ketahanan korosi paling tinggi (Icorr = 10-5 µA/cm2).
AA7075-T7351 aluminum alloy is a hard alloy that has the advantage of mechanical properties, lightweight, and can be recycled so that this alloy is widely applied as a structural material. To improve the corrosion resistance of these alloys, surface engineering is needed so that the lifetime of this material becomes longer by anodizing. Optimization of corrosion resistance and mechanical hardness is obtained by variations in electrolyte temperature and the addition of ethanol into sulfuric acid electrolytes. The morphology and thickness of the resulting oxide layer were observed from SEM photographs, the corrosion resistance of the samples was tested by electrochemical methods, and the characteristics of surface mechanical properties were obtained from hardness tests. Anodization at 0 ° C can increase the thickness of the oxide layer by up to 46%, micro hardness up to 83%, and increase corrosion resistance. Anodization at 0 ° C with the addition of 10 vol% ethanol in sulfuric acid electrolyte in aluminum alloy AA7075-T7351 resulted in the thickest oxide layer (75.75µm), the greatest micro hardness (281.06 HV), and the highest corrosion resistance (Icorr = 10-5 µA/cm2)."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Fadli
"ABSTRAK
Paduan Cu-Zn 70/30 atau dikenal juga sebagai Cartridge Brass memiliki
sifat konduktivitas panas dan listrik yang sangat baik, ketahanan korosi yang
tinggi, serta kemampubentukan yang baik. Cu-Zn 70/30 sangat luas digunakan
sebagai core dan tank radiator otomotif, komponen amunisi, maupun perangkat
bangunan dan arsitektur sehingga sangat rentan sekali terpapar oleh lingkungan
yang korosif seperti air laut dan ammonia. Thermo-Mechanical Controlled
Processing (TMCP) adalah salah satu metode rangkaian pengontrolan pemanasan
dan pembentukan dengan tujuan meningkatkan kualitas sifat material. Oleh
karena itu, pada penelitian ini digunakan metode TMCP dengan canai hangat
untuk meningkatkan sifat mekanik dan ketahanan korosi paduan Cu-Zn 70/30.
Proses canai dilakukan dengan metode bolak-balik dengan deformasi sebesar 60%
(30%-30%) dimana pada setiap pass-nya paduan Cu-Zn dipanaskan terlebih
dahulu pada temperatur 300oC dengan waktu tahan berbeda mulai dari 30, 60, dan
120 menit. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan kesimpulan bahwa dengan
semakin lamanya waktu pemanasan dan kemudian dideformasi lebih lanjut maka
terjadi penurunan ukuran butir dari 92.2 μm menjadi 36.5 μm yang berpengaruh
pada peningkatan kekerasan sebesar 174.12 HV dan kekuatan tarik mencapai
525.4 MPa pada waktu tahan 120 menit. Selain itu, semakin lama waktu
pemanasan juga memberikan perilaku korosi yang berbeda pada dua lingkungan
korosif. Pada lingkungan air laut (NaCl 3.5%), paduan kuningan cenderung
mengalami penurunan laju korosi hingga 0.0218 mm/yr untuk weight loss dan
0.1404 mm/yr untuk polarisasi. Sedangkan pada lingkungan ammonia (Mattsson?s
Solution) terjadi hal yang berkebalikan dimana paduan kuningan cenderung
mengalami kenaikan laju korosi hingga mencapai 0.1906 mm/yr untuk weight loss
dan 5.1209 mm/yr untuk polarisasi. Ditambah lagi, terdapat indikasi adanya
fenomena Anneal Hardening karena tersegregasinya atom terlarut pada dislokasi
atau batas butir sehingga memberikan pengaruh yang cukup signifikan terhadap
nilai kekerasan, kekuatan tarik, dan ketahanan korosi paduan Cu-Zn 70/30.

ABSTRACT
Cu-Zn alloy (70/30) also known as Cartridge Brass possesses high thermal
and electrical conductivity, high corrosion resistance, and good formability. Thus,
used extensively for core and tank automotive radiator, ammunition component,
and architectural hardware. This wide applications are susceptible to exposure of
corrosive environments such as seawater and ammonia environments. Thermo-
Mechanical Controlled Processing (TMCP) is one method consists of controlled
heating and controlled forming to produce high quality materials. Therefore, this
research focuses on the study of mechanical properties and corrosion resistance
Cu-Zn 70/30 by implementing warm rolling TMCP method. Rolling process was
conducted in reversible way with deformation degree of 60% (30%-30%) and
before each pass of the rolling the material is heated up to temperature 300oC with
different holding time from 30, 60, and 120 minutes. The results showed that as
the longer holding time of the heating and was continued by further deformation,
it affects the grain size to be much smaller from 92.2 μm to 36.5 μm and thus
corresponds to the increasing of hardness value up to 174.12 HV dan Ultimate
Tensile Strength (UTS) up to 525.4 MPa for 120 minutes of holding time. On the
other hand, the longer holding time of heating, it gives brass different behaviour in
two different corrosive environments. In the seawater environment (NaCl 3.5%),
brass tend to have lower corrosion rate in value of 0.0218 mm/yr and 0.1404
mm/yr for weight loss and polarization respectively. On the contrary, in the
ammoniacal environment (Mattsson?s Solution) brass tend to have higher
corrosion rate with value up to 0.1906 mm/yr and 5.1209 mm/yr for weight loss
and polarization respectively. In addition, it indicates that Anneal Hardening
caused by segregation of solute atoms into dislocations or grain boundary has
taken place that affect a significant change in hardness, tensile strength, and
corrosion resistance of Cu-Zn 70/30."
2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Fadli
"ABSTRAK
Paduan Cu-Zn 70/30 atau dikenal juga sebagai Cartridge Brass memiliki
sifat konduktivitas panas dan listrik yang sangat baik, ketahanan korosi yang
tinggi, serta kemampubentukan yang baik. Cu-Zn 70/30 sangat luas digunakan
sebagai core dan tank radiator otomotif, komponen amunisi, maupun perangkat
bangunan dan arsitektur sehingga sangat rentan sekali terpapar oleh lingkungan
yang korosif seperti air laut dan ammonia. Thermo-Mechanical Controlled
Processing (TMCP) adalah salah satu metode rangkaian pengontrolan pemanasan
dan pembentukan dengan tujuan meningkatkan kualitas sifat material. Oleh
karena itu, pada penelitian ini digunakan metode TMCP dengan canai hangat
untuk meningkatkan sifat mekanik dan ketahanan korosi paduan Cu-Zn 70/30.
Proses canai dilakukan dengan metode bolak-balik dengan deformasi sebesar 60%
(30%-30%) dimana pada setiap pass-nya paduan Cu-Zn dipanaskan terlebih
dahulu pada temperatur 300oC dengan waktu tahan berbeda mulai dari 30, 60, dan
120 menit. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan kesimpulan bahwa dengan
semakin lamanya waktu pemanasan dan kemudian dideformasi lebih lanjut maka
terjadi penurunan ukuran butir dari 92.2 μm menjadi 36.5 μm yang berpengaruh
pada peningkatan kekerasan sebesar 174.12 HV dan kekuatan tarik mencapai
525.4 MPa pada waktu tahan 120 menit. Selain itu, semakin lama waktu
pemanasan juga memberikan perilaku korosi yang berbeda pada dua lingkungan
korosif. Pada lingkungan air laut (NaCl 3.5%), paduan kuningan cenderung
mengalami penurunan laju korosi hingga 0.0218 mm/yr untuk weight loss dan
0.1404 mm/yr untuk polarisasi. Sedangkan pada lingkungan ammonia (Mattsson?s
Solution) terjadi hal yang berkebalikan dimana paduan kuningan cenderung
mengalami kenaikan laju korosi hingga mencapai 0.1906 mm/yr untuk weight loss
dan 5.1209 mm/yr untuk polarisasi. Ditambah lagi, terdapat indikasi adanya
fenomena Anneal Hardening karena tersegregasinya atom terlarut pada dislokasi
atau batas butir sehingga memberikan pengaruh yang cukup signifikan terhadap
nilai kekerasan, kekuatan tarik, dan ketahanan korosi paduan Cu-Zn 70/30.

ABSTRACT
Cu-Zn alloy (70/30) also known as Cartridge Brass possesses high thermal
and electrical conductivity, high corrosion resistance, and good formability. Thus,
used extensively for core and tank automotive radiator, ammunition component,
and architectural hardware. This wide applications are susceptible to exposure of
corrosive environments such as seawater and ammonia environments. Thermo-
Mechanical Controlled Processing (TMCP) is one method consists of controlled
heating and controlled forming to produce high quality materials. Therefore, this
research focuses on the study of mechanical properties and corrosion resistance
Cu-Zn 70/30 by implementing warm rolling TMCP method. Rolling process was
conducted in reversible way with deformation degree of 60% (30%-30%) and
before each pass of the rolling the material is heated up to temperature 300oC with
different holding time from 30, 60, and 120 minutes. The results showed that as
the longer holding time of the heating and was continued by further deformation,
it affects the grain size to be much smaller from 92.2 μm to 36.5 μm and thus
corresponds to the increasing of hardness value up to 174.12 HV dan Ultimate
Tensile Strength (UTS) up to 525.4 MPa for 120 minutes of holding time. On the
other hand, the longer holding time of heating, it gives brass different behaviour in
two different corrosive environments. In the seawater environment (NaCl 3.5%),
brass tend to have lower corrosion rate in value of 0.0218 mm/yr and 0.1404
mm/yr for weight loss and polarization respectively. On the contrary, in the
ammoniacal environment (Mattsson?s Solution) brass tend to have higher
corrosion rate with value up to 0.1906 mm/yr and 5.1209 mm/yr for weight loss
and polarization respectively. In addition, it indicates that Anneal Hardening
caused by segregation of solute atoms into dislocations or grain boundary has
taken place that affect a significant change in hardness, tensile strength, and
corrosion resistance of Cu-Zn 70/30."
2016
S65441
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>