Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 144741 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Adjie Putra
"Transformator daya memiliki proteksi internal salah satunya adalah proteksi diferensial. Rele diferensial adalah rele proteksi yang memiliki waktu kerja instan jika ada gangguan yang terdeteksi di zona proteksinya. Penyetelan rele diferensial yang tepat dan sesuai sangat penting dalam menentukan keandalan kerja rele dan untuk menghindari gagal proteksi dan meningkatkan kualitas dari operasional di sistem distribusi dan transmisi. Metode dalam penelitian ini menggunakan data primer dari hasil perhitungan dengan menggunakan trafo kapasitas 30 MVA serta melakukan uji rele langsung untuk mengetahui hasil aktualnya, rele yang digunakan adalah merk ABB tipe RET 650. Hasil dari perhitungan penyetelan rele didapatkan arus penyetelan sebesar 0,3 A dan hal tersebut dari pertimbangan dari kesalahan sadapan (10%), kesalahan CT (10%), mismatch (4%), arus eksitasi (1%) dan faktor keamanan (5%), dan didapatkan nilai slope 33,34 % dan 66,68%. Selanjutnya dilakukan percobaan dengan delapan nilai asumsi arus restrain untuk uji coba karakteristik rele secara aktual dan dari nilai hitungan dan di uji injeksi arus ke rele didapatkan hasil rele dapat bekerja dari hasil perhitungan manual yang telah penulis hitung.

Power transformator has several internal protection systems, one of which is a differential protection. differential relay is a relay protection that has an instant work response if an interference is detected in the protection zone. Proper relay defferential settings are required to avoid protection failue to occur and increases the operational quality of the distribution and transmission system. The method that's going to be used in this research is using primary data and calculation of a 30 MVA transformator, and also using direct testing of the ABB RET 650 relay system to acquire actual result. The results of the relay tuning calculation show that the adjustment current is 0.3 A and this is based on the consideration of the tapping error (10%), CT error (10%), mismatch (4%), excitation current (1%) and safety factor (5 %), and the slope values are 33.34% and 66.68%. Furthermore, experiments were carried out with eight fault assumptions for testing the characteristics that were actually relevant and from the current-to-rele test the results obtained that the relay could work from the results of manual calculations that the author had calculated.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Destra Andika Pratama
"Dengan menggunakan Electromagnetic Transient Program (EMTP) melalui induktor non-linier nya (Type-96), suatu model transien dari transformator arus dipakai untuk menyelidiki pengaruh kejenuhan CT terhadap rele digital arus lebih. Model ini kemudian divalidasikan melalui pengujian di laboratorium dengan peralatan berbasis mikroprosessor untuk mengevaluasi karakteristik kejenuhan CT salah satunya. Faktor-faktor yang mendorong ke arah CT jenuh didiskusikan dan dievaluasi secara komprehensif dengan menggunakan model rele digital arus lebih, guna menyelidiki pengaruh dari pada beban sekunder, level hubung singkat, gangguan asimetris dengan komponen DC offset terhadap kejenuhan suatu CT. Kemudian dilakukan evaluasi antara hasil pengujian terhadap peraturan yang ditetapkan oleh IEEE dengan Standard C37.110-1996. Penelitian ini juga meliputi studi dampak kejenuhan CT terhadap elemen proteksi instantaneous dan time delay pada rele digital arus lebih serta aplikasinya terhadap rele seting koordinasi pada MV Switchgear. Hasil yang didapat adalah cukup memuaskan dan terdapat pula petunjuk dalam pemilihan CT.

Using Electromagnetic Transient Program (EMTP), nonlinear inductor (Type-96) in order to investigate the effects of CT's saturation on digital overcurrent relays the current transformer transient model was implemented. The model was validated by testing in laboratory use the microprocessor devices for evaluate of characteristic of CT saturation one of them. Factors that lead to CT's saturations were comprehensively discussed and evaluated. A typical digital overcurrent relay was tested in the laboratory to investigate the effects of secondary burden, short circuit level, and asymmetrical fault with dc offset components on CT's saturations. Evaluations of test results against the rules, specified by IEEE Standard C37.110-1996 were evaluated. The research includes studying the impact of CT saturation on both the instantaneous and time-delayed element of digital overcurrent relays and the application of relay coordination on MV Switchgear. The results were satisfactory and guidelines for CT's selection were presented."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
T31912
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nisa Pratiwi
"Salah satu komponen sistem proteksi yang digunakan pada saluran transmisi 500 kV Jawa bagian barat antara gardu induk Suralaya hingga Suralaya Baru adalah proteksi relai jarak dengan setting yang telah ditentukan oleh PT. PLN (Persero). Dalam studi ini, berdasarkan setting tersebut, dilakukan analisis dengan beberapa skenario gangguan hubung singkat dengan lokasi yang berbeda dengan tujuan untuk mempelajari koordinasi zona proteksi relai jarak dalam mengatasi gangguan tersebut. Selain itu, studi juga akan memperhitungkan impedansi saluran yang akan diproteksi terkait penentuan zona kerja relai jarak. Dengan menggunakan simulasi berbantuan perangkat lunak DIgSILENT PowerFactory serta acuan standar IEEE C37.113.2015 dan NPAG Alstom, dilakukan pembahasan terhadap hasil skenario gangguan hubung singkat tiga fasa dan analisis jangkauan kerja relai jarak melalui plot R-X diagram. Hasil simulasi DIgSILENT menunjukan terjadi jangkauan kurang proteksi (underreach) yang menyebabkan relai terlambat dalam mengamankan gangguan. Kondisi underreach tersebut terjadi pada zona 2 relai RB-F (Jawa 7 bay LBE) dengan impedansi setting sebesar 16,45 ohm (27,21% kurang dari standar) dan pada zona 1 relai RE-R (Suralaya Baru bay LBE) dengan impedansi setting sebesar 0,182 ohm (20% kurang dari standar). Setelah dilakukan resetting sesuai standar, proteksi gangguan dapat dilakukan dengan lebih cepat, dengan impedansi resetting zona 2 relai RB-F sebesar 21,349 ohm (meningkat dari 92,46% menjadi 120%), serta impedansi resetting zona 1 relai RE-R sebesar 0,304 ohm (meningkat dari 48,42% menjadi 80%).

One of the protection system components used on the western Java 500kV transmission line between the Suralaya to Suralaya Baru substations is distance relay protection with settings determined by PT. PLN (Persero). In this study, based on these settings, an analysis was carried out with several short circuit fault scenarios at different locations with the purpose of studying the coordination of the distance relay protection zone in overcoming the fault. Moreover, this study will also consider the impedance of the line to be protected in relation to the determination of the working zone of distance relay. By using a simulation assisted by the DIgSILENT PowerFactory software and standard reference IEEE C37.113.2015 and NPAG Alstom, a discussion of the results of three-phase short circuit fault scenarios and analysis of the working range of the distance relay through R-X diagram plots are carried out. The DIgSILENT simulation results show that there is underreach which causes the relay to be late in securing the fault. The underreach condition occurs in zone 2 of the RB-F relay (Jawa 7 bay LBE) with a setting impedance of 16.45 ohms (27.21% less than the standard) and in zone 1 of the RE-R relay (Suralaya Baru bay LBE) with impedance setting of 0.182 ohm (20% less than the standard). After resetting according to standards, fault protection can be done more quickly, with the resetting impedance of zone 2 of the RB-F relay of 21.349 ohms (increased from 92.46% to 120%), and the resetting impedance of zone 1 of the RE-R relay of 0.304 ohms (increased from 48.42% to 80%)."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Armiya
"Jaringan distribusi merupakan bagian sistem tenaga listrik yang paling sering mengalami gangguan. Hal ini terjadi karena jaringan ini merupakan jaringan yang paling besar dan kompleks. Perlindungan terhadap kelangsungan jaringan ini penting untuk melindungi konsumen. Pada jaringan distribusi primer 20kV, proteksi terhadap arus gangguan dilakukan oleh rele arus lebih dan rele gangguan tanah. Fungi rele ini sangat penting agar gangguan tidak terjadi. Parameter rele ditentukan agar fungsi koordinasi dari rele ini dapat bekerja dengan baik dalam hubungan proteksi utama-cadangan. Parameter yang paling susah ditentukan adalah time multiplier setting (TMS).
Pada penelitian ini, perhitungan TMS akan dianalisis berdasarkan metode analitik dan perbandingannya terhadap metode big-M untuk mencapai kinerja rele arus lebih dan rele gangguan tanah yang diinginkan. Penggunaan metode big-M memiliki kelebihan dimana pengguanaan iterasi menjadikan metode ini lebih cocok untuk perhitungan berbasiskan mesin, sedangkan metode analitik lebih cocok untuk perhitungan manual. Sedangkan berdasarkan nilai galat, rata-rata galat menggunakan metode big-M bernilai 2,54% sedangkan metode analitik menghasilkan galat rata-rata sebesar 2,66%. Hal ini menunjukkan secara efisiensi, metode big-M lebih efisien daripada penggunaan metode analitik. Sedangkan berdasarkan pada proses kerja, big-M lebih lama dalam menentukan hasil sebesar 87% berdasarkan pada perhitungan manual. Secara hasil, tidak terdapat perbedaan yang terlalu signifikan antara metode big-M dan metode analitik.

Distribution is the most sensitive part of an electric power system, because of its complexity and as far as he has. Protection of such a system is very important for electricity consumer. The 20kV main distribution is protected only by relays and overcurrent ground fault relay, thus its function is considered very important. Utilization is necessary adjusting for failure points is not acceptable. Parameter settings are set to ensure relay coordination in the backup-primary relationship. The time multiplier (TMS) setting is one the most difficult parameter to measure.
In this study, the time multiplier settings were analyzed based on on the comparison between analytic calculations and the big-M method to meet the desired criteria for overcurrent relays and ground fault relays. The nature of the big-M method makes it the most suitable for machine-based calculations because it utilizes the use of iteration, whereas Analytical calculations are best used for manual calculations. In case of errors, the big-M method produces an average error of 2.54% while analytical methods produce 2.66% an error in general. Based on this fact, the big-M method is done more efficiently than analytically calculation. While based on the steps used to find a solution, the big-M method is proven 87% longer value when compared based on manual calculations. Based on the results, there are there is no significant difference between the big-M method and the analytic method.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
New York: IEEE Press, 1980
621.317 PRO
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Nanda Febriadi
"Salah satu ciri motor induksi adalah arus start yang beberapa kali dari arus nominal motor. Kondisi normal ini jangan menyebabkan bekerjanya system pengaman arus lebih yang berarti setting waktu kerja rele harus lebih besar dari waktu start motor. Rele arus lebih dan gangguan tanah perlu dikoordinasikan dengan baik sehingga diwujudkan sistem pengaman yang sensitif dan selektif sehingga melindungi kabel dan trafo ketika terjadi gangguan hubung singkat. Pada skripsi ini dibahas mengenai teori dan metodologi untuk menghitung arus gangguan yang mungkin terjadi pada sistem, serta koordinasi rele arus lebih dan rele gangguan tanah untuk menjaga sistem dari arus gangguan tersebut.

One of the induction motor characteristic has starting current which many times from motor nominal current. This condition don't cause the overcurrent relay work so the relay operation time setting must longer than motor starting time. Overcurrent relay and groundfault relay must be coordinated carefully so we can get protection system sensitively and selectively so that to protect cable and transformator when short circuit fault has done. In this paper will be explained about theory and methodology to calculate fault current which may be done in the system and to get relay setting."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S51023
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rina Ariani
"Suatu sistem tenaga listrik terdiri dari tiga bagian utama, yaitu pembangkitan, transmisi dan distribusi daya listrik. Adanya gangguan pada salah satu sistem tenaga listrik tersebut akan berpengaruh terhadap sistem lainnya. Analisis yang akan dilakukan adalah pengaruh adanya gangguan pada sistem saluran transmisi jaringan 150 kV terhadap kinerja sistem proteksi pada pembangkit listrik, khususnya di PLTGU UBP Priok, yang mengakibatkan beberapa unit trip bahkan padam total disebabkan oleh jatuh tegangan sesaat akibat gangguan yang terjadi. Menganalisis unjuk kerja dari sistem proteksi yang ada di PLTGU UBP priok yaitu relai proteksi numerik REG216 untuk memproteksi generator dan transformatornya, serta relai MVAG sebagai relai proteksi jatuh tegangan disisi 6 kV terhadap gangguan yang terjadi disistem transmisi. Saat terjadi gangguan hubung singkat di sistem transmisi 150 kV, relay proteksi yang bekerja adalah relai under voltage, yang telah mencapai waktu pick-up 4 detik.
Hasil dari analisis ini menunjukan kinerja sistem proteksi pembangkit di PLTGU Priok secara koordinasi antar sistem belum mampu memenuhi konsep operasi sistem pembangkit.Suatu sistem tenaga listrik terdiri dari tiga bagian utama, yaitu pembangkitan, transmisi dan distribusi daya listrik. Adanya gangguan pada salah satu sistem tenaga listrik tersebut akan berpengaruh terhadap sistem lainnya. Analisis yang akan dilakukan adalah pengaruh adanya gangguan pada sistem saluran transmisi jaringan 150 kV terhadap kinerja sistem proteksi pada pembangkit listrik, khususnya di PLTGU UBP Priok, yang mengakibatkan beberapa unit trip bahkan padam total disebabkan oleh jatuh tegangan sesaat akibat gangguan yang terjadi. Menganalisis unjuk kerja dari sistem proteksi yang ada di PLTGU UBP priok yaitu relai proteksi numerik REG216 untuk memproteksi generator dan transformatornya, serta relai MVAG sebagai relai proteksi jatuh tegangan disisi 6 kV terhadap gangguan yang terjadi disistem transmisi. Saat terjadi gangguan hubung singkat di sistem transmisi 150 kV, relay proteksi yang bekerja adalah relai under voltage, yang telah mencapai waktu pick-up 4 detik. Hasil dari analisis ini menunjukan kinerja sistem proteksi pembangkit di PLTGU Priok secara koordinasi antar sistem belum mampu memenuhi konsep operasi sistem pembangkit. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S43981
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rio Putra Hadianto
"Perencanaan pembangunan Gardu Induk Distribusi 150/20 kV pada Industri Spin Mill membutuhkan sistem proteksi tenaga listrik dari bahaya gangguan. Gangguan yang sering terjadi dan dianggap sangat berbahaya ialah gangguan hubung singkat. Pada perencanaan sistem proteksi ini menggunakan rele arus lebih sebagai pengaman dari gangguan hubung singkat. Dalam menentukan setting rele arus lebih dibutuhkan studi aliran daya untuk mendapatkan nilai arus nominal yang melalui rele. Selanjutnya dilakukan perhitungan arus gangguan hubung singkat tiga fasa untuk menentukan setting arus pada rele arus lebih. Berdasarkan hasil simulasi didapatkan bahwa koordinasi antar rele telah bekerja sesuai dengan letak gangguan yang terjadi dan waktu kerja antar rele berkisar 0,2-0,3 detik.

The planning development of Substation Distribution 150 20 kV on Spin Mill Industry requires electrical protection system from danger of electrical fault. Fault that often occurs and is considered very dangerous is short circuit. In planning this protection system uses overcurrent relay as a safety of short circuit interference. In determining the current relay settings, power flow studies are needed to obtain the nominal current value through the relay. Next step is calculate three phase short circuit current flows to determine the current setting current on overcurrent relay. Based on simulation, the results obtain that coordination between the relay has worked in accordance with the location of fault occurred and the working time between the relay ranges from 0,2 to 0,3 seconds."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S67665
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ravindranath, B.
New Delhi: John Wiley Eastern, 1977
621.317 3 RAV p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>