Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 37042 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Siti Mardiyanti
"Ikan gabus (Channa striatus) dipercaya dapat meningkatkan penyembuhkan luka karena mengandung protein, asam amino esensial, lemak dan asam lemak yang berperan dalam proses penyembuhan luka. Tujuan dari penelitian ini adalah membuat serum yang mengandung serbuk konsentrat ikan gabus (Channa striatus) sebagai zat aktif dengan konsentrasi 7,5 % pada formula 1, 10% pada formula 2, dan 12,5% pada formula 3. Serbuk konsentrat ikan gabus dibuat dengan cara gelasi ionik menggunakan kitosan dan natrium tripolifosfat selanjutnya dibuat menjadi serum dengan menggunakan kolagen dan gelatin sebagai bahan pengental. Sediaan serum yang dihasilkan dikarakterisasi in vitro dan dievaluasi secara in vivo penyembuhan luka bakar derajat dua (deep partial thickness) pada kelinci. Suspensi dan serum yang dihasilkan dikarakterisasi secara fisik maupun kimia. Hasil pengukuran suspensi formula 1, 2, dan 3 adalah sebagai berikut : ukuran partikel masing ? masing sebesar 42,67 - 204,23 nm, 70,81 - 257,11 nm, 128,86 - 323,68 nm; nilai potensial zeta masing ? masing sebesar (+) 16,9 mv, (+) 18,3 mv, (+) 18,4 mv; ketiga formula memiliki partikel berbentuk sferis. Dari hasil uji aktivitas secara in vivo dan analisa histologi sediaan serum serbuk konsentrat ikan gabus-kitosan tripolifosfat dapat digunakan sebagai penyembuh luka bakar derajat dua dalam.

Snakehead fish (Channa striatus) is believed to promote wound healing because contains protein, essential amino acids, lipid, and fatty acids that influenced for wound healing proccess. This study was performed to formulate serum contain concentrate powder of snakehead fish (Channa striatus) as an active substance with concentration 7,5 % (formula 1), 10% (formula 2) and 12,5 % (formula 3). Concentrate powder of snakehead fish have been made with gelation ionic using chitosan and sodium tripolyphosphate, and then formulated to serum using collagen and gelatin as thickening agent. Serum has been formulated, characterized, and evaluated in vivo for burn wound healing second degree (deep partial thickness) on rabbits. Suspense and also serums has been characterized by physicochemical. The results showed that nanoparticle suspenses (formula 1, formula 2 and formula 3) have particle size in range 42,67 - 204,23 nm, 70,81 - 257,11 nm, 128,86 - 323,68 nm, respectively; zeta potential (+) 16,9 mv, (+) 18,3 mv, (+) 18,4 mv, respectively; all of formulas have sferichal particles. In vivo study and analized histology showed that serums from powder concentrate of snakehead fish and chitosan-tripolyphosphate has activity for burn wound healing second degree (deep partial thickness) effect."
Depok: Universitas Indonesia, 2016
T44875
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dina Rahmawanty
"Daging ikan haruan (Channa striatus) dipercaya dapat digunakan untuk
menyembuhkan luka karena mengandung protein, asam amino esensial, lemak dan
asam lemak yang berperan dalam proses penyembuhan luka. Tujuan dari penelitian
ini ialah membuat gel yang mengandung serbuk daging ikan haruan sebagai
penyembuh luka. Pada penelitian ini digunakan serbuk daging ikan haruan (Channa
striatus) sebagai zat aktif sebanyak 1 gram pada formula 1 dan 2 gram pada formula 2
yang mengandung protein 87,55% dan 15 jenis asam amino esensial serta kandungan
lemak 7,16% dan 29 jenis asam lemak berdasarkan hasil analisis. Serbuk daging ikan
haruan dibuat dengan cara gelasi ionik menggunakan kitosan dan natrium
tripolifosfat. Selanjutnya dibuat menjadi gel menggunakan HPMC sebagai gelling
agent. Sediaan gel yang dihasilkan dikarakterisasi in vitro dan dievaluasi secara in
vivo pada penyembuhan luka. Terhadap suspensi dan gel yang dihasilkan dilakukan
karakterisasi fisik dan kimia. Hasil pengukuran suspensi formula 1 dan formula 2
adalah sebagai berikut : ukuran partikel berturut-turut 491,8 - 665,5 nm, 481,8 –
828,1 nm; indeks polidispersitas 0,512, 0,456; nilai potensial zeta (+)29,15mV,
(+)29,35mV; kedua formula mempunyai partikel berbentuk sferis. Dari hasil uji in
vivo sediaan gel serbuk daging ikan haruan dapat digunakan sebagai penyembuh luka.

Meat of snakehead fish (Channa striatus) has been reported can be used for wound
healing because contains protein, essential amino acids, lipid, and fatty acids that
influenced wound healing process. The present study was performed in order to
formulate gels contain meat powder of snakehead fish for wound healing. The
formulas were used 1 gram (formula 1) and 2 gram (formula 2) meat powder of
snakehead fish as an active ingridient, and contain 87.55 % protein, 15 amino acids,
7.16% lipid, and 29 fatty acids. Meat powder of snakehead fish have been made use
ionic gelation method with chitosan and sodium tripolyphosphate and formulated to
gel form using HPMC as gelling agent. Gels had been formulated, charactherized and
evaluated in vivo for wound healing. Suspenses and also gels have been
physicochemical charactherized. The results showed that suspenses (formula 1 and
formula 2) have particle size in range 491.8-665.5 nm and 481.8-828.1 nm;
polidispersity index 0.512 and 0.456; zeta potential (+)29.15 mV and (+)29.35 mV;
both of formulas have sferichal particles. In vivo study showed that gels from meat
powder of snakehead fish have wound healing effect.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2013
T35983
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Langkosono
"resulth of growth the barramundi cod (Cromilepstes altivelis) ,flowery cod (Epinephelus juscoguttatus) and estuary grouper (E., Tauvina) at the best in float net cages conducted at December month 2004 until June 2005 in the coastal waters Telok Kodek Malaka village,west Lombok...."
Jakarta: Neptunus: Majalah Ilmiah Kelautan, 2008
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Rothmadani
"The research conducted to see the influence of the sperm preserve to confront with fertilization of degree and hatch capacity of jambal siam fish. The research conducted in BBI Rambah Village from June until August 2002...."
Jakarta: Jurnal Akademika, 2007
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Resti Permatasari
"ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian pada bulan Januari hingga Juni 2016 mengenai analisis
proksimat, uji organoleptik, dan uji fisik pakan ikan hias yang memanfaatkan
tepung bintang laut mahkota duri (Acanthaster planci) sebagai substitusi protein
tepung ikan. Penelitian bertujuan untuk mengetahui dan membuat formulasi pakan
ikan hias dengan substitusi tepung A. planci yang memiliki kualitas terbaik
berdasarkan analisis proksimat, uji organoleptik, dan uji fisik serta untuk
mengetahui kandungan gizi dari pakan ikan hias dengan substitusi tepung A.
planci tersebut. Pakan yang dibuat yaitu pakan yang mengandung protein sebesar
37%, 27%, dan 17% dimana sumber protein yang digunakan berasal dari dedak
dan tepung ikan yang sebagian disubstitusi dengan tepung A. planci. Pakan
sampel dianalisis proksimat (kadar air, protein, lemak, serat kasar, bahan ekstrak
tanpa nitrogen, kadar abu), uji organoleptik (tekstur, aroma, warna, rasa), dan uji
fisik (tingkat kekerasan, kecepatan pecah, kecepatan tenggelam). Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pakan dengan kandungan protein sebesar 27% merupakan
pakan dengan formulasi terbaik karena memiliki kandungan gizi, kriteria
organoleptik, dan kriteria fisik yang terbaik

ABSTRACT
A research about proximate analysis, organoleptic and physical test of fish meal
contained crown of thorns starfish (Acanthaster planci) powder as a fish powder
protein substitution has been conducted on January until June 2016. The research
aims to produce the best quality fish meal formulation with A. planci powder
substitute based on data of proximate analysis, organoleptic and physical test as
well as knowing the nutrient content of that fish meal. The meal contain protein of
37%, 27%, and 17% made of brans and fish powder that substituted with A. planci
powder. Each fish meal types were subjected to proximate analysis (water content,
protein, lipid, fiber, extract materials without nitrogen, ash content), organoleptic
test (texture, flavor, color, taste), and physical test (hardness level, cracking speed,
sinking speed). The results showed that fish meal of 27% protein was the best
meal formulation because it?s nutrient content, organoleptic and physical criteria
was better than others."
2016
S64906
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bona Maruli Tua
"ABSTRACT
Dalam proses pembuatan pakan ternak dibutuhkan ikan kering dengan kadar air berkisar antara 6-10%. Proses penurunan kadar air ini Iebih dikenal dengan istilah pengeringan. Pengeringan yang dilakukan secara tradisonal yaitu dengan penjemuran bahan di bawah terik sinar matahari sangat bergantung kepada kondisi cuaca yang seiaiu berubah-ubah dan rentannya proses pengeringan tersebut terhadap gangguan-gangguan lain seperli burung, ayam atau hewan lain yang dapat mengurangi kuantitas bahan yang dikeringkan. Lagi pula, pengeringan secara tradisonal sangat dibatasi dengan areal yang tersedia.
Sehingga kapasitas pengeringannya pun tergantung kepada lahan yang tersedia.
Pembahasan yang dilakukan adalah merancang dan menghitung proses pengeringan ditinjau dari perpindahan panas energi dan perpindahan massa (uap air). Dengan mengambil asumsi perancangan terhadap beberapa kondisi yang periu untuk ditentukan. Dengan rincian di atas, hasil dari skripsi ini diperoleh spesifikasi alat pengering ikan hasil rancangan awal dengan kapasitas yang ditentukan dan data-data mengenai kebutuhan kalor, jenis dan besar kipas dan motor pada alat pengering tipe rak, untuk melakukan penelitian dan pengembangan selanjutnya.

"
1999
S37022
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Daniel Heintje Ndahawali
"Danau Tondano yang terletak di Kabupaten Minahasa merupakan salah satu sumber daya alam perairan yang sangat strategis dan penting bagi perkembangan perekonomian di Propinsi Sulawesi Utara. Hal ini dapat dilihat dari manfaatnya sebagai sumber bahan pangan (ikan), sumber air minum (PDAM Manado), pengairan sawah, kebun, keperluan rumah tangga penduduk sekitar danau, sumber air untuk industri, sumber energi PLTA, media transportasi dan pariwisata. Saat ini salah satu kegiatan masyarakat yang menonjol di sekitar Danau Tondano adalah memelihara ikan dalam budidaya jaring apung (BJA). Kegiatan tersebut berdampak positif karena dapat meningkatkan pendapatan masyarakat pelaku usaha budidaya dan juga meningkatkan produksi perikanan di Kabupaten Minahasa. Selain berdampak positif, jika berkembang tanpa kendali kegiatan BJA yang kelewat intensif ini bisa menimbulkan dampak negatif karena kegiatan tersebut menghasilkan limbah organik (terutama pencemaran unsur nitrogen dan fosfor) yang besar akibat pemberian pakan yang tidak efisien sehingga sisa pakan dan kotoran ikan akan menumpuk di dasar perairan. Penumpukan limbah organik ini akan mencemari danau, mulai dari eutrofikasi yang menyebabkan ledakan (blooming) fitoplankton dan gulma air seperti eceng gondok (Eiclzhornia crasssipes (Mart.) Solms), Hydrilla verticillata ((L.F.) Royle), Ceratophyllum demersum (L.) , dan lain-lain diikuti dengan terbentuknya gas-gas yang dapat menyebabkan kematian organisme perairan (terutama ikan-ikan budidaya) serta diakhiri dengan makin menebalnya lapisan anaerobik di badan air danau.
Penelitian ini bertujuan: (a) membandingkan kualitas perairan pada wilayah yang ada kegiatan BJA dan yang tidak ada kegiatan BJA, (b) mengetahui kualitas dan tingkat kesuburan perairan Danau Tondano, (c) mengetahui jumlah limbah organik dan kegiatan budidaya ikan jaring apung dan. daya dukung serta daya tampung perairan Danau Tondano terhadap kegiatan tersebut, (d) mengetahui dampak pencemaran air terhadap ekosistem danau yang meliputi keberadaan dan fungsi Danau Tondano serta terhadap lingkungan dan kehidupan manusia yang memanfaatkannya.
Hipotesis dalam penelitian ini adalah: (a) kegiatan budidaya ikan jaring apung paling mempengaruhi kualitas dan tingkat kesuburan perairan Danau Tondano, (b) Apabila kegiatan BJA berlangsung terus tanpa terkendali maka akan berdampak terhadap keberadaan dan fungsi Danau Tondano serta bagi kehidupan manusia yang memanfaatkannya.
Penelitian dilaksanakan dengan metode survei dan ekspos fakto selama 1 bulan dari tanggal 11 Juni sampai 16 Juli 2001. Pengambilan sampel air dilakukan di empat stasiun pengamatan. Tiga stasiun di mana terdapat aktivitas BJA dan satu stasiun tidak terdapat kegiatan BJA. Stasiun-stasiun yang dimaksud adalah: Stasiun I di Desa Eris (2078 unit jaring apung), Stasiun II di Desa Kakas (350 unit jaring apung) , Stasiun III di Desa Remboken (40 unit jaring apung) dan Stasiun IV di Desa Tolour (tidak BJA). Pengambilan data kualitas air dilakukan sebanyak tiga kali meliputi: suhu, kecerahan, pH, DO, BOD, nitrat, nitrit, amoniak dan fosfat. Selanjutnya data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif dan membandingkannya dengan PP Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air untuk kelas III (pembudidayaan ikan air tawar) dan pendapat para ahli.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk parameter kualitas air tertentu yaitu: BOD, NH3, NO3, dan P04 di stasiun I, II, dan III telah melewati ambang batas (daya tampung) yang dipersyaratkan dalam PP Nomor 82 tahun 2001 untuk kelas III dan menurut pendapat para ahli. Hal ini diduga disebabkan oleh limbah organik dari aktivitas BJA yang telah berlangsung dari tahun ke tahun. Stasiun IV (tidak ada kegiatan BJA) masih menunjukkan kualitas air yang lebih baik dibandingkan stasiun I, II, dan III. Selama tahun 1994-2000, jumlah rata-rata beban pencemar yang dihasilkan dari aktivitas BJA di Danau Tondano adalah sebanyak 2.951,5 ton limbah organik yang mengandung 138,8 ton nitrogen dan 29,004 ton fosfor.
Berdasarkan hasil penelitian ini disarankan: (a) Perlu adanya peraturan daerah (PERDA) yang mengatur tentang zonasi (pewilayahan) perairan Danau Tondano untuk usaha budidaya ikan, penangkapan, reservat/perlindungan, dan zona penyangga berdasarkan pada fungsi, daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup serta kesesuaian ruang dengan mengacu pada UU No. 9 Tahun 1985 tentang Perikanan , UU No. 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang dan UU No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, memperbaiki cara pemberian pakan dan jumlah pakan yakni 3% dari bobot ikan peliharaan per hari dan diberikan tiga kali sehari. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi jumlah sisa pakan yang masuk ke perairan, sehingga dapat mencegah pencemaran perairan.
Hasil analisis menunjukkan bahwa pemberian pakan yang tepat untuk satu unit jaring apung dengan padat penebaran 1750 ekor ikan, berat awal total biomassa ikan 50 kg, dan masa pemeliharaan tiga bulan adalah 337,5 kg pakan, tidak seperti yang terjadi sekarang di mana selama masa pemeliharaan tersebut jumlah pakan yang dihabiskan rata-rata sebanyak 450 kg pakan/unit. Metode budidaya ini akan dapat terlaksana dengan baik jika disosialisasikan kepada para petani ikan melalui berbagai program pendidikan dan pelatihan secara berkesinambungan, memperbaiki konstruksi BJA dan jarak antarunit jaring apung sebaiknya 10-30 m agar supaya reaerasi dapat berlangsung dengan baik di samping perlu dilakukan pengaturan musim tanam dan panen serta diversifikasi jenis ikan yang dipelihara (ikan gurami, ikan nila dan ikan patin), (d) Perlunya pengembangan teknologi BJA yang ramah iingkungan sebagai suatu teknologi yang efektif, efisien dengan produktivitas tinggi serta dampak negatifnya terhadap lingkungan perairan diupayakan seminimal mungkin. Teknologi yang dimaksud contohnya adalah satu petak keramba dengan 2 tingkat jaring (ganda), jaring pertama (lapisan atas) berukuran 5 x 5 x 3 m dengan ukuran mata jaring 1 atau 1,5 inci dipelihara ikan mas (Cyprinus carpio) dengan padat penebaran 50-105 kg/unit dan jaring kedua (di lapisan bawah) berukuran 7 x 7 x 4 m dengan ukuran mata jaring 0,5 atau 0,75 inci dipelihara ikan nila (Tylapia niloiica) dengan padat penebaran 18-50 kg/unit. Dengan rasio konversi pakan untuk ikan mas 1,3-1,68 dan ikan nila 0,5-0,9 dan masa pemeliharaan 2,5-3,5 bulan, diperoleh produksi ikan mas antara 944-1276 kg dan ikan nila 143-263 kg. Selanjutnya disarankan perlunya penelitian lanjutan tentang penggunaan jaring apung rangkap tiga yang mungkin akan memberikan hasil yang lebih baik di mana bisa meningkatkan efisiensi pemberian pakan dan produksi ikan, (e) sebagai salah satu upaya untuk mengurangi populasi eceng gondok di Danau Tondano maka disarankan untuk melakukan studi tentang pemanfaatan eceng gondok sebagai bahan makanan ternak, pemupukan, penghasil gas bio, penyerap limbah, dan bahan baku untuk pembuatan kertas, (f) perlu penelitian lanjutan tentang jumlah limbah organik dari aktivitas permukiman, pertanian, pariwisata dan lain-lain sehingga dapat diketahui kegiatan apa yang memiliki kontribusi terbesar terhadap pencemaran di Danau Tondano. Dengan demikian dapat dilakukan tindakan penanggulangan menurut skala prioritas, dan (g) untuk pengelolaan Danau Tondano ke depan maka peneliti menyarankan agar dibentuknya semacam badan kaordinasi (pengelola) yang bertugas untuk mengintegrasikan semua kepentingan para stakeholder dengan konsep one lake, one plan, one management.

Tondano Lake located in Minahasa Regency is one of the strategic and important natural resource for the economic development in North Sulawesi Province. This is due to its multifunction such as sources of food stuff (fish), drinking water, water for industries, water for PLTA, transportation media and tourism object. One of the prominent community activities at Tondano lakeside is floating net fish culture (BJA). This activity provides positive impact on the increase of fishery production and increasing the fish farmer income in Minahasa. On the other side, this activity also creates negative impact on water quality since by the inefficiency of feed consumption by fish population, a lot of organic waste will pollute the water quality and as the results of fish metabolism which will accumulate on the lake's bed. This accumulation will deteriorate water quality of the lake from eutrophication that stimulates blooming of phytoplankton and water hyacinth such as Eichhornia crassipes ((Mart.) Solms), Hydrilla verticilata ((L.F.) Royle), Ceratophylum demersum (L.) followed by the emergency of poisonous gases that may kill aquatic organisms (especially cultured fishes) and finally ended by thickness of anaerobic layer in the water body.
The objectives of this research are: (a) to compare water quality in the area which has BJA activity and in the area which has no BJA activity, (b) to find out the water quality and the eutrophication level of Tondano Lake, (c) to find out the amount of organic waste produced by floating net fish culture and the carrying and absorbing capacity of Tondano Lake on this activity, (d) to find out the impact of deteriorated water on the lake ecosystem which include the existence and function of Tondano Lake for human life.
The hypotheses of this research were: (a) fish floating net culture most influence the quality and fertilization level of Tondano Lake, (b) the quality and fertilization level of water will influence the existence and function of Tondano Lake and for the human life.
Survey was conducted for one month from 11 June - 16 July 2001. Water samples were taken at four stations. Three of them were used for BJA activity and one station has no BJA activity. The stations were in Eris Village (2078 units of floating net), Kakas Village (350 units of floating net), Remboken Village (40 units of floating net) and Tolour Village. Sampling of water quality was conducted three times a day including: temperature, pH, dissolved oxygen, biological oxygen demand, carbon dioxide nitrate, nitrite, ammonia and phosphate then the obtained data were analyzed descriptively and compared with Government Regulation No. 82 of 2001 about Water Quality Management and Water Pollution Control for class III (freshwater fish culture).
It was concluded that water quality parameters such as BOD, NH3, NO3, and PO4 in station I, station II and station III have exceeded the threshold level as required by Government Regulation No. 82 of 2001 (class III) and according to the experts opinion. Station IV showed better water quality than station I, station II and station III. Since 1994-2000, the average amount of organic waste produced by B.IA in each year was of 2.951,5 tons that content 138, 8 tons of nitrogen and 29,004 tons of phosphor.
Based on these results, it was suggested that: (a) Regional regulation (PERDA) is needed to regulate the zoning of fish culture activity, fish catching, reservation and buffer zone based on the function, carrying capacity, absorbing capacity of living environment and space conformity according to Act No. 9 of 1985 about Fishery, Act No. 24 of 1992 about Spatial Management, Act No. 23 of 1997 about Management of Living Environment, and Government Regulation No. 82 of 2001 about Water Quality Management and Water Pollution Control, (b) improving of fish feeding accordance efficiently up to 3% of fish weight and feeding is done three times in a day. According to the method, the requirement of fish food (pellet) to culture 1.750 of fish seeds which have initial weight 50 kg and culture time 3 months was 337,5 kg of pellet, (c) improving of KJA construction and the distance between each unit must be 10-30 m so that aeration take place continuously, arrange the harvest time and diversification of fish culture (i.e. gurami, nila and Patin fishes), (d) it is needed to develop BJA with an environmental friendly attitude namely by double floating net technique to minimize food waste into water. This technique has been tested to gold fish (Cyprinus carpio) and nila fish (lyalapia nilotica) and showed satisfied result. Furthermore it is suggested that three layers of nets may provide and increase efficiency in this net fish culture, balancing fish production and fish feeding pellets, (e) as an effort to minimize the water hyacinth population in Tondano Lake, it is suggested to make research the utilization of eceng gondok as livestock food, fertilizer, biogases producer and waste absorbing, (f) further study is needed the extend of organic waste produced by agriculture, settlement, tourism and other activities at Tondano Lake so that water pollution control can be carried out according to its priority scale, and (g) it is suggested to form a management coordination board of Tondano Lake that function to integrate all the interests of the stakeholder based on the concept of one lake, one plan, and one management.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2002
T5211
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Masitherina ladigesi is one of the famous rainbow fish species from Sulawesi.This endemic fish species from Sulawesi is one of the Indonesia export commodity since more than 30 years ago..."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Hikmah
"Telah dilakukan penelitian tentang struktur komunitas ikan dan upaya pengelolaannya di Danau Teluk Kota Jambi pada bulan Agustus sampai September 2012. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui komposisi, kelimpahan, keragaman, kemerataan, dominansi spesies ikan dan kualitas perairan pada musim kemarau serta pengetahuan lokal masyarakat dalam upaya pengelolaan perikanan di perairan Danau Teluk Kota Jambi. Pengambilan sampel ikan dan parameter abiotik dilakukan pada tiga titik stasiun yaitu bagian danau di sekitar inlet, bagian danau di sekitar pemukiman penduduk dan bagian danau yang masih alami. Pengambilan sampel ikan menggunakan alat tangkul (lift net) dan jala (cash net) dilakukan pada pukul 6.00−9.00 pagi, alat pukat (gill net) dan lukah (tubular trap) pada pukul 5.00 sore sampai 5.00 pagi, setiap 2 hari sekali dengan frekuensi setiap alat tangkap sebanyak 16 kali. Data mengenai upaya pengelolaan perikanan di Danau Teluk Kota Jambi didapat dengan cara melakukan wawancara dan pengisian kuesioner pada masyarakat nelayan yang bermukim di sekitar perairan Danau Teluk yang meliputi Kelurahan Tanjung Raden, Tanjung Pasir, Olak Kemang dan Ulu Gedong.
Hasil yang diperoleh berdasarkan parameter abiotik menunjukkan kualitas perairan Danau Teluk masih mendukung untuk kehidupan ikan. Jumlah spesies ikan yang ditemukan sebanyak 55 spesies dari 19 famili dengan total individu 4788 ekor. Barbonymus schwanenfeldii memiliki jumlah komposisi spesies tertinggi sebesar 18,9% dan kelimpahan 290,33 individu/stasiun. Indeks keanekaragaman masuk kategori sedang (H'=2,622–2,722), indeks kemerataan masuk kriteria cukup merata (E=0,670–0,693) dan tidak terdapat dominansi spesies (D=0,105–0,126). Kegiatan perikanan tangkap di Danau Teluk dilakukan secara tradisional dengan intensitas penangkapan setiap hari tanpa melakukan upaya pengelolaan terhadap ikan hasil tangkapan agar lebih bernilai ekonomis. Masyarakat nelayan pada umumnya tidak mengetahui istilah konservasi sumberdaya ikan, sehingga kegiatan penangkapan ikan terus dilakukan tanpa melakukan upaya pelestarian dan perlindungan terhadap spesies ikan yang sudah jarang ditemui. Sementara kegiatan budidaya ikan dalam Keramba Jaring.

Research on fish community structure and management efforts in Danau Teluk, Jambi were conducted from August to September 2012. The objective of this study is to determine the composition, abundance, diversity, evenness, dominance of species of fish and water quality in the dry season as well as local knowledge of the community in efforts to manage fisheries in the waters of Danau Teluk, Jambi. Fish sampling and water quality parameters were conducted at three points of stasiun around the lake inlet section, part of the lake around settlements and unspoiled part of the lake. Sampling of fish using tools tangkul (lift net) and jala (cash net) were conducted at 6:00 to 9:00 am, and pukat (gill net) and lukah (tubular trap) were at 5:00 pm until 5:00 am, every 2 days with the frequency of 16 times. Data on fisheries management efforts in Danau Teluk, Jambi were obtained by conducting interviews and questionnaires on fishing communities living around the lake waters, includes the village of Tanjung Raden, Tanjung Pasir, Olak Kemang and Ulu Gedong.
The results obtained by physical environmental parameters indicate the quality of the waters of Danau Teluk still support for the life of the fish. Fish species were found 55 species of 19 families with a total of 4788 individuals. Barbonymus schwanenfeldii was the highest species composition which is 18.9% and abundance of 290.33 individuals/station. Diversity index was in medium category (H'=2.622–2.722), evenness index was in fairly criteria (E=0.670–0.693) and there are no species dominance (D=0.105– 0.126). Fishing activities on Danau Teluk is done traditionally in every day without making efforts to the fish to be more valuable economically. Fishermen generally do not know the term conservation of fish resources, so that fishing activity continous without conservation efforts and protection of fish species that are rarely encountered. While fish farming activities in Keramba Jaring Apung (KJA) focused only on Patin fish rearing and Tilapia.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
T35638
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Refina Muthia Sundari
"Ikan merupakan salah satu bioindikator yang dapat menentukan kondisi perairan, termasuk sungai. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui struktur komunitas ikan di sungai Ciliwung yang dilakukan di wilayah perbatasan Depok hingga Jakarta Selatan. Pengambilan sampel dilakukan di 3 lokasi, yaitu Jembatan Panus, Pos Matpeci, dan TB. Simatupang. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini terdiri dari 11 spesies ikan yang meliputi 4 ordo dan 8 famili, yaitu Cypriniformes Cyprinidae dan Nemacheilidae, Siluriformes Bagridae dan Loriicaride, Cyprinodontiformes Hemiramphidae dan Poecilliidae, dan Perciformes Cichlidae dan Mastacembelidae. Nilai indeks keanekaragaman H berkisar antara 1,173-1,256, sementara indeks keseragaman E berada dalam rentang 0,54-0,846. Nilai indeks dominansi C pada ketiga lokasi penelitian memiliki kisaran sebesar 0,992-0,996. Jenis ikan yang dominan berdasarkan perolehan INP ialah Hyposarcus pardalis dan Poecilia reticulata dengan nilai masing-masing sebesar 112,232 dan 111,009. Selanjutnya, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan untuk pengelolaan lingkungan, khususnya perairan tawar, di masa mendatang.

Fish is one of bioindicators to determine water quality, including river. This study aims to describe the fish community structure in Ciliwung river boder areas at Depok to South Jakarta. This research has been done in 3 research rsquo s stations, those are Jembatan Panus, Pos Matpeci, and TB. Simatupang. There are 11 fish species from 4 orders and 8 families, such as Cypriniformes Cyprinidae and Nemacheilidae , Siluriformes Bagridae and Loriicaride, Cyprinodontiformes Hemiramphidae and Poecilliidae, and Perciformes Cichlidae dan Mastacembelidae. The result of diversity index H has range from 1,173 to 1,256, and the score of evenness index E is 0,54-0,846. Meanwhile, the dominance index C has range of 0,992-0,996. Based on important value index IVI, Hyposarcus pardalis and Poecilia reticulata are dominant species, each 112,232 and 111,009. In addition, the result of this research can provide source for environmental management, particularly freshwater environment, in the future."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>