Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 59457 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Asih Maratani
"Latar belakang: Pengukuran tumor primer karsinoma nasofaring (KNF) belum rutin dikerjakan karena bentuknya yang ireguler dengan infiltrasi yang ekstensif pada jaringan sekitarnya. Pengukuran volume memiliki akurasi tinggi namun sulit dilakukan dan memerlukan waktu lama. Lebih lanjut, belum ada penelitian yang membandingkan antara teknik pengukuran bidimensional dengan volume tumor primer KNF di Indonesia.
Tujuan: Mendapatkan nilai korelasi ukuran bidimensional terhadap volume tumor primer KNF pada pemeriksaan Computed Tomography (CT) scan.
Metode: Penelitian ini menggunakan desain potong lintang dengan metode simple random sampling. Subjek penelitian berjumlah 50 pasien KNF yang menjalani pemeriksaan CT scan nasofaring di Departemen Radiologi FKUI/RSUPN CM. Penelitian dilakukan sejak Juni hingga September 2015. Pengukuran volume tumor primer nasofaring pada PACS INFINITT dilanjutkan dengan pengukuran bidimensional satu minggu kemudian.
Hasil: Uji korelasi Spearman antara ukuran bidimensional dengan volume KNF memperlihatkan nilai p<0,001 dan r=0,9, dengan formula regresi volume tumor primer = - 11,38 + (1,97 x ukuran bidimensional).
Kesimpulan: Terdapat korelasi positif sangat kuat antara ukuran bidimensional dengan volume KNF.

Background: Primary tumour measurement of the nasopharyngeal carcinoma (NPC) has not been routinely performed because of its irregular shape and extensive infiltration to adjacent structures. Measuring the volume is highly accurate yet highly difficult and time-consuming. Moreover, there has not been comparison study between the bidimensional and volume measurement of the primary tumour of NPC done in Indonesia before.
Purpose: To obtain the correlation value of the bidimensional measurement to the volume of the primary tumour of NPC using the CT scan.
Method: This study used a cross-sectional design. Fifty subjects were chosen using simple random sampling from NPC patients that underwent nasopharyngeal CT scan at the Radiology Department of the Indonesia University's Faculty of Medicine/Cipto Mangunkusumo Hospital. This study was done from June until September 2015. NPC volume measurement was performed using PACS INFINITT, followed by the bidimensional measurement one week after.
Results: Spearman correlation test between bidimensional and volume measurement of NPC shows p value<0.001 and strength of correlation (r) = 0.9, with regression formula of the primary tumour volume = - 11.38 + (1.97 x bidimensional measurement).
Conclusion: There is a very strong positive correlation between bidimensional and volume measurement of NPC.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Asih Maratani
"Latar belakang: Pengukuran tumor primer karsinoma nasofaring KNF belum rutin dikerjakan karena bentuknya yang ireguler dengan infiltrasi yang ekstensif pada jaringan sekitarnya Pengukuran volume memiliki akurasi tinggi namun sulit dilakukan dan memerlukan waktu lama Lebih lanjut belum ada penelitian yang membandingkan antara teknik pengukuran bidimensional dengan volume tumor primer KNF di Indonesia
Tujuan: Mendapatkan nilai korelasi ukuran bidimensional terhadap volume tumor primer KNF pada pemeriksaan Computed Tomography CT scan.
Metode: Penelitian ini menggunakan desain potong lintang dengan metode simple random sampling Subjek penelitian berjumlah 50 pasien KNF yang menjalani pemeriksaan CT scan nasofaring di Departemen Radiologi FKUI RSUPN CM Penelitian dilakukan sejak Juni hingga September 2015 Pengukuran volume tumor primer nasofaring pada PACS INFINITT dilanjutkan dengan pengukuran bidimensional satu minggu kemudian
Hasil: Uji korelasi Spearman antara ukuran bidimensional dengan volume KNF memperlihatkan nilai p

Background: Primary tumour measurement of the nasopharyngeal carcinoma NPC has not been routinely performed because of its irregular shape and extensive infiltration to adjacent structures Measuring the volume is highly accurate yet highly difficult and time consuming Moreover there has not been comparison study between the bidimensional and volume measurement of the primary tumour of NPC done in Indonesia before
Purpose: To obtain the correlation value of the bidimensional measurement to the volume of the primary tumour of NPC using the CT scan
Method: This study used a cross sectional design Fifty subjects were chosen using simple random sampling from NPC patients that underwent nasopharyngeal CT scan at the Radiology Department of the Indonesia University's Faculty of Medicine Cipto Mangunkusumo Hospital This study was done from June until September 2015 NPC volume measurement was performed using PACS INFINITT followed by the bidimensional measurement one week after
Results: Spearman correlation test between bidimensional and volume measurement of NPC shows p value
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Biddulth
"Pendahuluan : Insidensi pembesaran kelenjar prostat mencapai 50% pada pria berusia 50 tahun keatas. Berbagai modalitas pemeriksaan radiologi memiliki sensitifitas yang berbedabeda dalam estimasi volume kelenjar prostat. Modalitas yang paling tersedia di Indonesia pada layanan kesehatan adalah USG transabdominal dan Computed tomography scan (CT scan).
Tujuan : Menilai korelasi modalitas USG transabdominal dan CT scan dalam estimasi ukuran volume kelenjar prostat.
Metode : Studi korelasi dilakukan pada pasien pria berusia diatas 50 tahun keatas yang menjalani pemeriksaan CT scan whole abdomen dan dilakukan pengukuran volume kelenjar prostat dengan USG transabdominal. Setiap dimensi ukuran kelenjar prostat dan volume merupakan data numerik terdistribusi tidak normal, sehingga digunakan uji Spearman.
Hasil : Dari 23 subjek penelitian, didapatkan korelasi dimensi panjang (r=0,53, p=0,01), dimensi lebar (r=0,81, p=0,00), dan dimensi tinggi (r=0,64, p=0,001) yang signifikan. Untuk korelasi volume kelenjar prostat (r=0,80, p=0,000) didapatkan signifikan.
Kesimpulan : Terdapat korelasi yang signifikan pada setiap ukuran dimensi kelenjar prostat dan volume yang didapatkan.

Introduction : Prostate gland enlargement incidence about 50% in male population age 50 years and above. There are so many radiology modalities with difference sensitifity in estimating prostate volume. The most available modalities in Indonesian health care services are transabdominal sonography and computed tomography scan (CT scan).
Objective : Assessing correlation in both modalities in evaluating prostate volume measurement.
Methods : Correlation study was done in male ages 50 years and above underwent whole abdominal CT scan and prostate gland were measured by transabdominal sonography. Both numeric data were abnormal distribution, so Spearman test was done.
Results : There are significant correlation either between length (r=0,53, p=0,01), wide (r=0,81, p=0,00), and height dimensions (r=0,64, p=0,001) or volume measurement (r=0,80, p=0,000) in 23 subjects.
Conclusions : Significant correlation either in each prostate dimension or prostate volume measurement.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ardyanto Florensius
"Latar Belakang: Indonesia menduduki urutan kedua terbanyak kasus karsinoma nasofaring (KNF) di dunia. CT masih menjadi modalitas awal untuk mendeteksi KNF. Akan tetapi gambaran CT pada KNF kadang sulit untuk dibedakan dengan nasofaringitis kronis (NFK) terutama jika ukuran tumor masih kecil. Texture analysis (TA) merupakan suatu metode matematika yang digunakan untuk menganalisis distribusi dan hubungan pixel gray level suatu gambar. TA banyak diteliti di bidang onkologi kepala dan leher untuk membedakan karakteristik tumor, jinak atau ganas, menilai respon terapi serta memprediksi prognosis pasien.
Metode: Studi komparatif dengan desain potong lintang. Terdapat 27 sampel KNF dan 18 sampel NFK yang dilakukan ROI pada regio tumor, kemudian dilakukan pengukuran nilai histogram yang terdiri dari mean, skewness, kurtosis dan nilai grey level co-occurencce matrix (GLCM) terdiri dari homogeinity, energy, contrast, correlation, entropy. Nilai yang diperoleh dari kedua kelompok kemudian dibandingkan dengan menggunakan T-test atau Mann-Whitney U Test.
Hasil: Tidak didapatkan perbedaan signifikan secara statistik untuk mean (P = 0,098), kurtosis (P = 0,914), skewness (P = 0,775), Homogeinity (P = 0,943), Energy (P = 0,745), Contrast (P = 0,891), Correlation (P = 0,517), Entropy (P = 0,286) antara kelompok KNF dan NFK
Kesimpulan: Tidak terdapat perbedaan signifikan dari nilai histogram (mean, skewness, kurtosis) dan nilai GLCM (homogeinity, energy, contrast, correlation, entropy) antara kelompok KNF dan NFK.

Background: : Indonesia is the second country with most nasopharyngeal carcinoma (NPC) cases in the world. CT is still the initial modality for detecting NPC. However, CT imaging of NPC are sometimes difficult to distinguish from chronic nasopharyngitis (CNP), especially with small tumor size. Texture analysis (TA) is a mathematical method used to analyze the distribution and relationship of gray level pixels of an image. TA is widely studied in head and neck oncology to distinguish the characteristics of tumors, benign or malignant, assess response to therapy and predict patient prognosis.
Methods: This is a cross-sectional comparative study. There were 27 NPC samples and 18 CNP samples with ROI performed on the tumor region, then measured the histogram value consisting of mean, skewness, kurtosis and the gray level co-occurrence matrix (GLCM) consisting of homogeinity, energy, contrast, correlation, entropy. The values between two groups were then compared using the T-test or the Mann-Whitney U Test.
Results: There were no statistically significant differences for mean (P = 0.098), kurtosis (P = 0.914), skewness (P = 0.775), Homogeinity (P = 0.943), Energy (P = 0.745), Contrast (P = 0.891), Correlation (P = 0.517), Entropy (P = 0.286) between NPC and CNP group.
Conclusion: There were no significant difference for histogram values (mean, skewness, kurtosis) and GLCM values (homogeinity, energy, contrast, correlation, entropy) between the NPC and NFK groups.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Kezia Irene
"Trauma kepala merupakan cedera fisik pada jaringan otak yang secara sementara atau permanen merusak fungsi otak. Salah satu akibat yang dapat disebabkan oleh trauma kepala adalah perdarahan intrakranial. Perdarahan intrakranial perlu didiagnosis dengan mengambil gambar computed tomography (CT) scan oleh dokter radiolog. Setelah itu dokter radiolog akan mensegmentasi dan menghitung volume perdarahan pada gambar CT scan untuk menentukan Tindakan selanjutnya. Namun, pada beberapa rumah sakit di Indonesia, kurangnya sumber daya dokter yang dapat menafsirkan hasil CT scan dapat menyebabkan morbiditas dan mortalitas pasien perdarahan intrakranial. Algoritma deep learning, di antaranya convolutional neural networks (CNN) dapat digunakan untuk membantu dokter untuk mensegmentasi dan menghitung volume perdarahan intrakranial. Pada penelitian ini, penulis mengusulkan segmentasi otomatis dan aproksimasi volume perdarahan pada penderita perdarahan intrakranial dengan menggunakan metode deep learning dan regresi. Segmentasi perdarahan dilakukan dengan menggunakan arsitektur Dynamic Graph Convolutional Neural Network (DGCNN) sementara perhitungan volume perdarahan dilakukan dengan menggunakan beberapa metode regresi. Data pasien perdarahan intrakranial diperoleh dari rumah sakit Cipto Mangunkusumo yang telah disegmentasi secara manual oleh dokter radiolog. Pada segmentasi perdarahan, dibuat beberapa skenario dengan melakukan up sampling dan down sampling pada data. Hasil terbaik didapatkan pada skenario tanpa melakukan up sampling menghasilkan sensitivitas 97,8% dan spesifisitas 95,6%. Pada aproksimasi volume perdarahan, hasil terbaik didapatkan dengan menggunakan metode support vector machine (SVM) dengan kernel radial basis function (RBF) dengan mean squared error (MSE) 3,67 x 104.

Traumatic brain injury is a common injury that can range from mild concussions to severe permanent brain damage. One of the severe damages caused by traumatic brain injury is intracranial hemorrhage, which is typically diagnosed by clinicians using head computed tomography (CT) scans. However, in some hospitals in Indonesia, sometimes there is a lack of clinicians who are able to interpret the CT scan results, leading to morbidity and mortality. Deep learning algorithms, especially convolutional neural networks (CNN) can be utilized to help clinicians in diagnosing patients with intracranial hemorrhage. In this study, we propose an automated segmentation and blood volume approximation of intracranial hemorrhage patients from CT scan images using deep learning and regression methods. For the blood segmentation, we utilized Dynamic Graph Convolutional Neural Network (DGCNN) architecture and for the blood volume approximation, we utilized regression methods. The dataset for this work consists of 27 head CT scans obtained from the Cipto Mangunkusumo National General Hospital 2019 traumatic brain injury data segmented manually by a radiologist. For blood segmentation, we proposed several scenarios by up sampling or down sampling the data. The best results obtained in the scenario without doing up sampling resulted in a sensitivity of 97.8% and a specificity of 95.6%. For blood volume approximation, the best results are obtained using the support vector machine (SVM) method with a radial basis function (RBF) kernel, with a mean squared error of 3.67 x 104."
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bambang Tri Susilo
"Latar Belakang : Tebal ramus mandibula merupakan salah satu faktor penting yang harus diperhatikan saat melakukan Bilateral Sagittal Split Osteotomy BSSO . Fraktur unvaforable atau bad split dapat terjadi saat melakukan BSSO apabila ramus mandibula tipis. Data antropometri tentang tebal ramus mandibula masih belum banyak diteliti. Data antropometri tentang tebal ramus mandibula bisa dipakai sebagai acuan jika akan melakukan BSSO.
Tujuan : untuk mengetahui tebal ramus mandibula berdasarkan CBCT Scan sebagai acuan tindakan BSSO.
Metode : Subjek penelitian ini terdiri dari 61 sampel data DICOM CBCT Scan yang kemudian dilakukan reorientasi dalam 3 bidang dan dilakukan pengukuran pada tebal ramus mandibula menggunakan software Osirix LXIV.
Hasil : Didapatkan rata-rata tebal ramus mandibula pada laki-laki 8.049 1.205 mm dan pada perempuan 8.463 1.358 mm. Pada kelompok usia 18-30 tahun didapatkan rata-rata tebal ramus mandibula 8.087 1.29 mm, kelompok usia 31-40 tahun 8.176 1.49 mm, kelompok usia 41-50 tahun 8.742 1.04 mm.
Kesimpulan : Berdasarkan CBCT Scan, secara statistik tidak terdapat perbedaan yang bermakna tebal ramus mandibula pada jenis kelamin laki-laki dan perempuan maupun pada kelompok usia.

Backgorund: Ramus mandibular thickness is one of the most important factor that has to be concerned when performing Bilateral Sagittal Split Osteotomy BSSO . Unfavorable fracture or bad split could happen when performing BSSO if the ramus mandible thickness is thin. There only a few regarding antropometric data about thickness of mandibular ramus.
Objective: To measure thickness of mandibular ramus based on CBCT Scan as a reference when performing BSSO.
Methods: Subject of this research consist of 61 data sample DICOM CBCT Scan which reoriented in three planes and measuring thickness of the ramus mandible using Osirix LXIV.
Result: Mean thickness of the ramus mandible for male is 8.049 1.205 mm and female 8.463 1.358 mm. In group age of 18 30 mean thickness of the ramus mandible is 8.087 1.29 mm, group age 31 40 is 8.176 1.49 mm, group age 41 50 is 8.742 1.04 mm.
Conclusion: Based on CBCT Scan there are no difference statistically between thickness of ramus mandible in male and female, and group of age.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2017
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sihaloho, Florensa
"Tujuan
Untuk mendapatkan data metastasis KGB retrofaring pada penderita KNF dengan
pemeriksaan CT nasofaring di Rumah Sakit Kanker “Dharmais”.
Metode
Penelitian studi deskriptif analitik dari data sekunder CT nasofaring penderita
KNF yang belum mendapatkan terapi radiasi dan kemoterapi. Penilaian metastasis
KGB retrofaring dengan diameter aksial minimal ≥ 5 mm yang berada di level
atlas dekat arteri karotis interna. Penilaian massa tumor menurut TNM AJCC edisi
ke-7 tahun 2010. Dilakukan uji statistik untuk mengetahui adanya hubungan
metastasis KGB retrofaring dengan massa tumor, tipe histopatologi, invasi lateral,
dan massa tumor melewati midline.
Hasil dan diskusi
Sebanyak 85 penderita KNF dengan subyek terbanyak laki-laki, umur rerata 43,2
tahun, metastasis KGB retrofaring sebanyak 81 subyek, dan metastasis KGB
servikal level II merupakan metastasis KGB terbanyak.
Kesimpulan
Metastasis KGB retrofaring adalah metastasis KGB terbanyak kedua setelah KGB
servikal level II. Kedua metastasis KGB ini merupakan drinase pertama metastasis
KGB pada KNF.

Objectives
To get the data retropharyngeal lymph node metastatic in NPC patients with
nasopharyngeal CT examination in Dharmais Cancer Hospital.
Methods
Analytic descriptive study using secondary data from nasopharyngeal CT
examination of NPC patients who had not received radiation therapy and
chemotherapy. Assessment of retropharyngeal lymph node metastatic with
minimal axial diameter ≥ 5 mm at the level of the atlas near the internal carotid
artery. Tumor mass assessed according to the AJCC TNM 7th edition in 2010.
Performed statistical tests to determine the relationship retropharyneal lymph
node metastatic with tumor mass, histopathologic type, lateral invasion, and
tumor mass through the midline.
Result and discussion
A total of 85 patients with NPC most male subjects, mean age 43.2 years, 81
patients with retropharyngeal lymph node metastatic, and level II cervical lymph
node metastatic is the highest.
Conclusion
Retropharyngeal lymph node metastatic is the second highest after level II
cervical lymph node metastatic. Both of these lymph node metastatic is the first
drainage lymph node metastastic in NPC.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Universitas Indonesia, 1995
S28331
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Frieska Dwi Nanrasari
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan kecurigaan keterlibatan saraf kranial berdasarkan temuan tomografi komputer dengan disfungsi klinis saraf kranial pada pemeriksaan neurologi penderita karsinoma nasofaring T3-T4. Penelitian ini menggunakan desain potong lintang dengan data sekunder rekam medis dan data tomografi komputer 55 penderita karsinoma nasofaring yang telah terbukti secara histopatologi dan telah dilakukan pemeriksaan neurologi. Hasil penelitian menunjukkan proporsi temuan kecurigaan keterlibatan saraf kranial berdasarkan tomografi komputer lebih tinggi dibandingkan proporsi disfungsi klinis saraf kranial pada pemeriksaan neurologi, sehingga tomografi komputer dapat menjadi acuan deteksi dini serta tatalaksana kemungkinan keterlibatan saraf kranial pada karsinoma nasofaring stadium lanjut yang belum bermanifestasi klinis.

ABSTRACT
This study aims to determined the association between suspicion cranial nerve involvement based on computed tomography findings with clinical cranial nerve dysfunction on neurological examination in nasopharyngeal carcinoma T3-T4. It used cross-sectional design with secondary data medical record and computed tomogtaphy of 55 patients nasopharyngeal carcinoma which has been proven in histopathological biopsy and have performed neurological examination. The results showed the proportion of suspicions findings of cranial nerve involvement in computed tomography is higher than the proportion of clinical cranial nerve dysfunction in neurological examination, based on this result computed tomography could be a reference for early detection and management of the possible cranial nerves involvement at an advanced stage nasopharyngeak carcinoma that has not manifested clinically."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T58731
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Cahyanti
"Latar Belakang: Salah satu masalah dalam tatalaksana karsinoma nasofaring (KNF) adalah masih tingginya angka rekurensi pascaterapi. Hingga saat ini, biomarker yang digunakan di klinik untuk mengevaluasi hasil terapi definitif pada KNF adalah melalui CT scan nasofaring. Overekspresi Rad51 berhubungan dengan peningkatan resistensi sel tumor terhadap radiasi dan kemoterapi. Oleh karena rekurensi pascaterapi berhubungan dengan resistensi sel-sel tumornya, maka penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menilai korelasi antara ekspresi Rad51 pada biopsi nasofaring sebelum terapi dengan penyusutan massa tumor pascaterapi yang diukur dengan metode unidimensional.
Bahan dan Metode: Studi potong lintang dilakukan pada 15 kasus KNF. Ekspresi Rad51 dinilai dari biopsi nasofaring sebelum terapi. Evaluasi hasil terapi dilihat dari penyusutan massa tumor, berdasarkan CT scan nasofaring sebelum dan setelah terapi definitif. Cara yang digunakan untuk mengukur penyusutan massa tumor adalah dengan mengukur diameter terpanjang (unidimensional).
Hasil: Ekspresi dari pewarnaan Rad51 yang dinilai berdasarkan skor-H menunjukkan hubungan bermakna dan korelasi yang kuat dengan penyusutan massa tumor. Diperoleh nilai p = 0,005 dan koefisien korelasi r = - 0,64.
Kesimpulan: Ekspresi Rad51 memiliki korelasi negatif dengan penyusutan massa tumor karsinoma nasofaring.

Background: The remain challenging problem in the management of nasopharyngeal carcinoma (NPC) is its higher rate of recurrency. Untill now, CT scan is the most common use biomarker to evaluate the treatment response after the definitive therapy. There’s a significance association between Rad51 overexpression and the increasing of resistancy to irradiation and chemotherapy in tumor cells and the resistancy of tumor cells correlates to its recurrency after therapy. Therefore, this study was conducted to evaluate the correlation between Rad51 expression level and the tumor’s shrinkage with unidimensional measurement. Material and
Methods: Fifteen cases of NPC were analyzed by a cross-sectional study. The expression of Rad51 were taken from the pretreatment of nasopharyngeal biopsy. The treatment response was evaluated from the nasopharyngeal CT scan, before and after definitive therapy, using the unidimensional measurement based on the change in sum longest diameter.
Result: The expression of Rad51 immunostaining assessed by the H-score were strongly correlate with the regression of the tumor mass which represent the treatment response. The p value is 0,005 and the correlation’s coefficient is -0,64.
Conclusion: There is significant correlation with negative magnitude between the expression of Rad51 with the shrinkage of tumor mass in nasopharyngeal carcinoma.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>