Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 145007 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Gurning, Edy Halomoan
"ABSTRAK
Lahan gambut di Kabupaten Nagan Raya telah beralih fungsi dari Hutan Rawa Gambut Tripa menjadi perkebunan kelapa sawit. Kondisi lahan semakin terdegradasi menuju kerusakan saat pengelolaan dan pemanfaatan tidak dilaksanakan dengan baik. Perlu upaya perbaikan lahan gambut, salah satunya dengan revegetasi. Untuk mencapai upaya tersebut harus diketahui terlebih dahulu model revegetasi yang tepat, komponen revegetasi yang dibutuhkan, dan nilai ekonomi pelaksanaan upaya revegetasi. Studi ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode campuran (mixed methods). Teori hutan berkelanjutan akan digunakan untuk dampak dari upaya revegetasi. Hasil yang didapat adalah model revegetasi berupa agroforestri dan biaya yang dibutuhkan untuk melakukan upaya revegetasi lahan gambut sebesar Rp. 225,25 miliar dan biaya tertinggi adlah sebesar Rp. 275,29 miliar. Proyeksi selama 10 (sepuluh) tahun setelah penanaman, upaya revegetasi berdampak terhadap aspek lingkungan yang mencakup pada ketersediaan cadangan karbon, penyerapan karbon, penghasil oksigen, dan ketersediaan air. Dampak terhadap aspek ekonomi,berupa nilai cadangan karbon, produk hutan non-kayu, penghasil oksigen, ketersediaan air, nilai atas dasar penggunaan, nilai kayu, penyerap karbon, nilai pencegah banjir, dan nilai keanekaragam hayati. Dampak terhadap aspek sosial berupa penyerapan tenaga kerja dan sebanyak 1400 orang akan menerima pendidikan dan pelatihan guna peningkatan pengetahuan dan keterampilan terhadap upaya revegetasi.

ABSTRACT
The function of peatland in Nagan Raya District has been changed as the Tripa Peatland Forest has been changed to a palm oil plantation. The land condition has been degraded as its management and utilization has not been well implemented. One type of the peatland restoration is revegetation. To be able to apply a proper revegetation process, an appropriate revegetation model should be developed to calculate the implementation cost. This study used a qualitative approach with mixed methods. Theory on sustainable forestry is used to measure the impact of revegetation effort. The result of this study shows that appropriate revegetation model for study area is agroforestry model and the lowest cost needed for revegetation process in the peatland is Rp225,25 billion and the highest cost is Rp275,29 billion. The ten-year projection after revegetation process shows that this revegetation process has certain impacts on environmental aspects, which are: carbon storage, carbon absorption, carbon producer, and water supply. Impacts on economic aspect are: value of carbon storage, non-timber products of the forest, oxygen producer, water supply, value on basic utilization, value of timber, carbon absorption, the value of flood mitigation, and the value of biodiversity. Impacts on social aspect are: employment opportunity and a total of 1400 people will be trained improving their knowledge and skill on revegetation process."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Khairul Rosyidy
"Salah satu tanaman yang memiliki nilai ekonomi tinggi adalah kelapa sawit. Pemetaan lahan kelapa sawit terkendala pada pola yang berbeda tergantung dari jenis perkebunan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pola spasial serta karakteristik spektral tutupan lahan kelapa sawit berbasis indeks vegetasi di Kebun Percobaan Cikabayan IPB Dramaga dan Kebun Pendidikan (Teaching farm) Kelapa Sawit IPB Jonggol. Penelitian ini menggunakan indeks vegetasi RVI, NDVI, GNDVI, EVI, SAVI, MSAVI, OSAVI, NDWI, MNDWI, ARVI, VARI, dan SARVI yang diekstraksi dari Citra Sentinel-2 dengan resolusi spasial 10 m. Metode klasifikasi Decision tree digunakan untuk membagi sembilan kelas tutupan lahan yakni kelapa sawit muda, kelapa sawit remaja, kelapa sawit dewasa, hutan, vegetasi lainnya, lahan pertanian, lahan terbuka, lahan terbangun dan badan air. Hasil penelitian menunjukkan pada wilayah penelitian pertama, kelapa sawit muda memiliki nilai rata-rata lebih tinggi pada EVI dan SARVI, kelapa sawit remaja memiliki nilai rata-rata yang tinggi terhadap GNDVI, MSAVI, dan SAVI, dan kelapa sawit dewasa dapat teridentifikasi dengan ARVI, RVI, dan NDVI. Sedangkan di wilayah penelitian kedua, kelapa sawit memiliki nilai rata-rata yang lebih tinggi pada GNDVI. Pada wilayah penelitian pertama, pola spasial tutupan lahan kelapa sawit cenderung acak dan tidak teratur dibandingkan pada wilayah penelitian kedua yang memiliki pola berkelompok. Gabungan 12 indeks vegetasi cukup baik (OA: > 69%, kappa: >0,6) dalam membedakan pola spasial yang mencirikan perkebunan kelapa sawit rakyat pada wilayah pertama dan kelapa sawit industri pada wilayah penelitian kedua.

One of the plantation crops with high economic value is oil palm. Mapping oil palm is difficult sometimes due to the different patterns found in every plantation. This study aims to analyze the spatial patterns and spectral characteristics of oil palm land cover based on the vegetation index in Cikabayan Experimental Garden, Dramaga Campus of IPB and IPB Jonggol Oil Palm Teaching farm. This research uses vegetation index RVI, NDVI, GNDVI, EVI, SAVI, MSAVI, OSAVI, NDWI, MNDWI, ARVI, VARI, and SARVI extracted from Sentinel-2 imagery with 10 m spatial resolution. The Decision Tree classification method is used to separate nine land cover classes, namely young oil palm, adult oil palm, mature oil palm, forest, other vegetation, cropland, bareland, built-up area, and water bodies. The results showed that in the first study area, young oil palm had a higher mean spectral value on EVI and SARVI, teen oil palm had a high mean spectral value on GNDVI, MSAVI, and SAVI, and mature oil palm could be identified by ARVI, RVI, and NDVI. While in the second research area, oil palm has a higher spectral value on GNDVI. In the first research area, the spatial pattern of oil palm land cover tends to be random and irregular compared to the second research area which has a clustered pattern. The combination of 12 vegetation indices is quite good (OA: > 69%, kappa: >0,6) in distinguishing the spatial patterns that characterize smallholder oil palm plantations in the first area and industrial oil palm in the second research area."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diah Utami Sulistiyani
"ABSTRAK
Praktek penambangan secara terbuka di Indonesia telah banyak mengakibatkan
kerusakan lahan. Lahan yang tertutup vegetasi memiliki fungsi lingkungan, sosial,
ekonomi bagi masyarakat. Kegiatan revegetasi adalah salah satu upaya rehabilitasi
lahan pascatambang untuk mengembalikan fungsi tersebut. Melalui kegiatan
revegetasi, pemrakarsa tambang PT.X di Kabupaten Sukabumi berusaha untuk
merehabilitasi lahan pascatambangnya, namun belum ada evaluasi berhasilnya
revegetasi, padahal evaluasi berhasilnya penting dilakukan guna mengetahui adanya
pemulihan fungsi lingkungan dan sosial. Tujuan penelitian ini adalah mengevaluasi
tingkat berhasilnya revegetasi dan mengidentifikasi peran serta masyarakat sekitar
dalam kegiatan revegetasi. Metode penelitian ini secara statistik deskriptif dan
perbandingan dengan peraturan yang berlaku tentang berhasilnya revegetasi. Hasil
penelitian yaitu hasil revegetasi atas kegiatan penanaman sudah baik, namun untuk
pengelolaan material pembentuk air asam tambang belum berhasil baik, dan air
keluaran areal revegetasi belum memenuhi Baku Mutu Lingkungan. Peran serta
masyarakat masih sebatas lingkup kegiatan pelaksanaan dan jumlahnya masih
kurang. Kesimpulannya hasil revegetasi untuk penanaman sudah baik, namun
pengelolaan material pembangkit air asam tambang perlu ditelaah ulang dan peran
serta masyarakat sudah ada, namun masih perlu ditingkatkan dalam jumlah, dan
lingkup kegiatannya

ABSTRACT
Open pit-mining practices in Indonesia, has caused a lot of damage in our land. Land
covered vegetation have the function of the environmental, social, and economic for
the community. Revegetation practice is one effort among others, to rehabilitate postmining
land for the purpose to restore functions mentioned above. Through
revegetation practice, the PT. X mining initiator in Sukabumi District, will undertake
to rehabilitate the post-mining land, however, they were no evaluation performed yet
on the success of revegetation, even though the evaluation of the success of
revegetation is important to determine the recovery of environmental and social
function. The purpose of this research is to evaluate the success level of the
revegetation and to identify local community participation on the revegetation. This
method of research is descriptive statistically and the comparison with the existing
regulation regarding the success of revegetation. The results from research on
revegetation activity has not been all work well. The cultivation is successful but the
management of material of potential acid forming is not successful yet and the water
output revegetation areas do not meet the Environmental Quality Standards.
Community participation is still limited scope of implementation and the numbers are
still lacking. In conclusion the results of revegetation for planting is good, but the
management of material potential acid forming needs to be reviewed and the
communities? participation already exists, but it still needs to be improved in the
number and scope of its activities.;;"
2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Stefano Enrico
"Sejak tahun 2006, Indonesia merupakan negara penghasil minyak kelapa sawit terbesar di dunia. Perkembangan industri minyak kelapa sawit yang meliputi perluasan lahan bukan tanpa halangan. Pembukaan lahan baru selalu bertentangan dengan isu lingkungan hidup. Dalam penelitian sebelumnya di Malaysia, pembukaan lahan kelapa sawit baru berimplikasi negatif terhadap produksi minyak kelapa sawit dalam jangka panjang. Tesis ini membahas tentang hubungan antara luas lahan tanam, harga minyak kelapa sawit dan produksi minyak kelapa sawit di Indonesia dengan pendekatan kuantitatif menggunakan data tahunan yang meliputi luas lahan tanam, harga dan produksi minyak kelapa sawit Indonesia dari tahun 1980-2014. Data tersebut diperoleh dari Direktorat Jenderal Perkebunan. Model yang digunakan adalah vector error correction model. Empat tahap analisis dalam penelitian ini meliputi uji stasioneritas, uji kointegrasi Johansen, VECM dan kausalitas Granger. Hasil dari penelitian ini mengungkapkan bahwa luas lahan tanam dan harga berpengaruh positif pada produksi dalam jangka panjang. Dalam jangka pendek, luas lahan tanam dan harga berpengaruh negatif terhadap produksi. Melalui kausalitas Granger terlihat bahwa luas area perkebunan memicu produksi dan produksi memicu harga. Untuk penelitian selanjutnya, peneliti menganjurkan agar melibatkan variabel-variabel lain yang terkait seperti ekspor minyak kelapa sawit, harga minyak kelapa sawit dunia dan harga barang substitusi.

Since 2006, Indonesia is the biggest palm oil producer in the world. Palm oil industry advancement which includes clearing is not without a hitch. Clearing is always contradict with environmental issues. In a previous study in Malaysia, increasing total area planted have negative implication towards palm oil production. This thesis examines the relationship between total area planted, palm oil price and palm oil production in Indonesia using quantitative approach with annual data of Indonesian total area planted, palm oil price and production from 1980 to 2014. The data obtained from Directorate-General of Plantation. The model used in this research is vector error correction model. Four stages of analyses which are involved are stationerity test, Johansen cointegration test, VECM and Granger causality. The findings showed that total area planted and palm oil price have positive effect on palm oil production in the long run. In the short run, total area planted and palm oil price have negative impact on palm oil production. Granger Causality shown that total area planted triggers production and production triggers price. For future studies, researcher recommends to include other related variables such as palm oil export, palm oil world price and substitute price."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2016
T46499
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
" the research was based on the lack and expensive of inorganic fertilizer and abundantly of the - K-high content of the empty fruit bunch as oil palm processing waste...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Zamzori
"Perkebunan kelapa sawit di Indonesia berkembang dengan cepat, tahun 2002 tercatat 4,12 juta ha, dan sekitar 30% dari luas tersebut adalah perkebunan rakyat (smallholder). Peningkatan efisiensi dan nilai tarnbah perkebunan, rakyat diperlukan agar minyak sawit Indonesia lebih kompetitif di pasaran dan pendapatan petani meningkat. Makin luas kebun kelapa sawit makin banyak limbah dihasilkan, baik limbah kebun ataupun limbah dari pabrik minyak sawit. Jika tidak dikelola dengan baik, limbah tersebut berpotensi mencemari Iingkungan. Limbah dari kebun (gulma, daun dan pelepah sawit) serta limbah dari pabrik (lumpur, serat dan tandan kosong sawit) dapat dimanfaatkan untuk pakan ternak sapi atau sebagai bahan kompos. Dengan pemanfaatan limbah tersebut maka pendapatan petani akan meningkat dan potensi pencemaran lingkungan akan menurun.
Sebagian besar (99%) produksi ternak Indonesia berasal dari peternakan rakyat. Perkebunan kelapa sawit dapat mendukung peternakan rakyat, yaitu sebagai penyedia pakan yang berasal dari limbah kebun danlatau pabrik minyak sawit. Ternak dapat memanfaatkan gulma yang ada di kebun kelapa sawit sehingga mengurangi penggunaan herbisida dan biaya pengendalian gulma. Kotoran ternak dapat dimanfaatkan sebagai pupuk kandang atau bahan pengomposan bersama limbah kebun dan/atau pabrik kelapa sawit sehingga meningkatkan penggunaan pupuk organik dan mengurangi penggunaan pupuk anorganik. Dengan pemanfaatan gulma dan kompos, biaya dan potensi pencemaran dari herbisida dan pupuk anorganik menjadi Iebih rendah.
Kecamatan Talo adalah salah satu pusat pengembangan peternakan di Kabupaten Seluma, Bengkulu; tahun 2001 tercatat 2.400 ekor ternak sapi. Di kecamatan ini terdapat perkebunan dan pabrik kelapa sawit milik negara, serta dukungan sistem kemitraan dan bibit subsidi sehingga berkembang perkebunan
kelapa sawit rakyat; tahun 2001 tercatat 1.033 ha. Di tingkat petani, berkembang kepemilikan kebun kelapa sawit dan ternak sapi oleh petani yang sama, yang dalam tulisan ini disebut petani integrasi.
Sebagai rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: penerapan integrasi perkebunan kelapa sawit-peternakan sapi pada petani di Kecamatan Talo, belum diketahui pola/bentuk integrasi yang diterapkan, keuntungan dari sisi ekonomi dan ekologi, serta perbandingan kualitas kompos dari bahan campuran limbah kebun dan/atau pabrik kelapa sawit dan kotoran temak sapi dengan kompos buatan petani.
Hipotesis yang diajukan adalah: 1) Dari sisi ekonomi, penerapan integrasi perkebunan kelapa sawit-peternakan sapi pada petani di Kecamatan Talo Kabupaten Seluma Propinsi Bengkulu menguntungkan; 2) Dari sisi ekologi, penerapan integrasi perkebunan kelapa sawit-peternakan sapi tersebut juga menguntungkan; 3) Kualitas kompos.-dari bahan campuran limbah kebun dan/atau pabrik kelapa sawit serta kotoran temak sapi lebih baik daripada kompos buatan petani. Pembuktian hipotesis menggunakan uji F dan wilayah berganda Duncan dengan α 5%
Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif dengan metode survei dan eksperimen. Survei dilakukan pada Bulan Mei-Juni 2004 di Kecamatan Talo Kabupaten Seluma, Propinsi Bengkulu. Eksperimen dilakukan pada Bulan Juni-September 2004 di halaman dan di dalam rumah kasa milik Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu.
Tujuan survei adalah untuk mengetahui bentuk/pola integrasi, keuntungan integrasi dari sisi ekonomi dan ekologi. Keuntungan dari sisi ekonomi adalah selisih pendapatan dari kebun kelapa sawit antara petani integrasi dan petani non-integrasi, atau selisih pendapatan dari ternak sapi antara petani integrasi dan peternak non-integrasi. Keuntungan dari sisi ekologi adalah selisih jumlah penggunaan pestisida, pupuk anorganik, dan kompos antara petani integrasi dan non-integrasi.
Tujuan eksperimen adalah untuk mengetahui perbandingan kuaiitas antara kompos perlakuan yang diuji dengan kompos petani (kontrol). Juga dilakukan analisis rasio manfaat-biaya (B/C ratio) untuk mengetahui tingkat kelayakan usaha.
Sampel dalam survei ditentukan secara sengaja dan acak sederhana. Tiga desa dan dua tahun tanam kelapa sawit menghasilkan dengan jumlah petani integrasi terbanyak ditentukan secara sengaja. Sampel dipilih secara acak sederhana dan diambil sebanyak 20% dari populasi target untuk petani integrasi dan non-integrasi, serta 100% (sensus) untuk peternak non-integrasi.
Eksperimen menggunakan rancangan acak lengkap dengan 3 (tiga) ulangan. Ada 2 (dua) tahap eksperimen yaitu pengomposan dan pengujian kompos ke tanaman. Perlakuan yang diuji pada pengomposan adalah: 1) Cempuran
limbah kebun dan pabrik kelapa sawit serta kotoran temak sapi 25% dari berat bahan (KP-25); 2) Campuran limbah kebun dan pabrik kelapa sawit serta kotoran ternak sapi 50% dari berat bahan (KP-50); 3) Campuran limbah kebun dan kotoran temak sapi 25% dari berat bahan (K-25); 4) Campuran limbah kebun dan kotoran ternak sapi 50% dari berat bahan (K-50); dan 5) Kompos buatan petani (Kontrol).
Pengukuran kualitas kompos meliputi kandungan C organik, N, P, K, Ca dan Mg total serta pengujian ke tanaman. Sebagai tanaman uji digunakan kangkung dengan rancangan acak lengkap, 3 (tiga) ulangan dan 8 (aelapan) tanaman tiap polibag. Tanaman uji diukur pertambahan tinggi mingguan, berat kering tajuk dan akar.
Kesimpulan penelitian adalah: 1) Bentuk/pola integrasi secara garis besar dapat dibedakan menjadi 2 (dua) macam, yaitu menyatu dan terpisah antara perkebunan kelapa sawit dan petemakan sapi; 2) Secara ekonomi, penerapan integrasi perkebunan kelapa sawit-petemakan sapi pada petani di Kecamatan Talo Kabupaten Seluma, Propinsi Bengkulu belum menguntungkan, baik ditinjau dari perkebunan kelapa sawit maupun dari petemakan sapi. Peningkatan pendapatan diperoleh hanya dari nilai hasil ternak itu sendiri; 3) Secara ekologi, penerapan integrasi nyata menguntungkan, yang terlihat dari penggunaan pupuk anorganik dan herbisida petani integrasi nyata lebin rendah serta penggunaan pupuk organik nyata lebih tinggi daripada petani non-integrasi. 4) Kualitas kompos perlakuan KP-25 (campuran limbah kebun dan pabrik kelapa sawit serta kotoran temak sapi 25% dari berat bahan) lebih baik daripada kompos perlakuan petani dilihat dari kandungan N dan K total; kandungan N dan K total perlakuan KP-25 masing-masing sebesar 1,87% dan 1,81% nyata lebih tinggi daripada perlakuan petani yang masing-masing sebesar 1,47% dan K 1,15%. Kualitas kompos perlakuan K-25, K-50 dan KP50 tidak berbeda dengan kompos perlakuan petani. BIC ratio perlakuan-perlakuan yang diuji kurang dari 1, yang menunjukkan bahwa dari sisi ekonomi tanpa ekologi tidak menguntungkan.
Saran: a) Agar pendapatan meningkat dan potensi pencemaran lingkungan (dari limbah ataupun dari penggunaan masukan-luar) menurun, sebaiknya setiap pengembangan perkebunan kelapa sawit menerapkan integrasi dengan peternakan, misalnya dengan temak sapi; b) Agar penerapan integrasi perkebunan kelapa sawit peternakan sapi pada petani di Kecamatan Tale Kabupaten Seluma, Propinsi Bengkulu menguntungkan secara ekonomi maka perlu dilakukan sosialisasi dan pelatihan cara memanfaatkan temak sebagai rekanan (Partnership) untuk kerja di kebun kelapa sawit serta cara pemanfaatan limbah kebun dan/atau pabrik kelapa sawit untuk pakan ternak atau kompos; c) Agar kompos perlakuan KP-25 (campuran limbah kebun dan pabrik kelapa sawit serta kotoran temak sapi 25% dari berat bahan) menguntungkan secara ekonomi, perlu dilakukan kajian lebih mendalam terhadap teknik pengomposan sehingga miurah dan mudah diterapkan petani.

Palm plantation in Indonesia has developed fast, in 2002 there were 4.12 ha, and around 30% of it belonged to smallholders. More efficiency and additional value are needed so that Indonesian palm oil can be more competitive in global market and consequently it will increase the farmers' income. The larger the plantation the more waste it produces: waste from plantation and from the palm oil factory. The waste will pollute the environment if there is no treatment for it. Waste from plantation (weed, palm leaves and stems) and waste from the factory (mud, fiber and empty stems) can be reused as feed for cows or as the materials for compost. This treatment will increase the farmers' income and will decrease pollution.
Most (99%) of Indonesia's livestock is produced by farmers. Palm plantation can support the farmers by providing the feed for cattle from its waste. On the other hand, the cattle can eat the weed in the plantation so it will reduce herbicide use and weed management cost. The cattle's dung can be used as fertilizer or as one of the materials in composting along with plantation waste and palm oil factory waste so it will increase organic fertilizer use and decrease inorganic fertilizer use. This system can reduce cost and potential pollution of herbicide and inorganic fertilizer.
Talo sub-district is one of the livestock development centers in Seluma residence in the province of Bengkulu; In 2001 there were 2,400 cows in the farm. In this sub-district were state plantation and palm oil factory. With partnership system and subsidized seeds, they developed smallholders palm plantation. In 2001 there were 1,033 ha of smallholders palm plantation. The farmers became integration farmers for they had developed an integrated system: plantation and cow farming.
The main topic of this thesis is: a research of the integration system of palm plantation -- cow farming by farmers in Talo sub-district, related to: a) the form/pattern of the applied integration system; b) economical and ecological
benefits of the system; and c) quality comparison between compost made of plantation waste and/or palm oil factory and cow dung, and compost made by farmers.
The hypothesis is: 1) From economical view, the integration system of palm plantation-cow farming by farmers in Talo sub-district is beneficial; 2) From ecological view, the integration system of palm plantation-cow farming by farmers in Talo sub-district is also beneficial; 3) The quality of compost made of plantation waste and/or palm oil factory and cow dung is better than compost made by farmers. The hypothesis would be tested using F test and Duncan double area with a 5 %.
The research used qualitative and quantitative approach with survey and experiment methods. The survey was held from May to June 2004 in Talo sub-district, Seluma residence in the province of Bengkulu. The experiment was held from June to September 2004 in the yard and inside the gauze house of Faculty of Agriculture of University of Bengkulu.
The objective of the survey is to see the integration form/pattern, the economical and ecological benefits of integration system. The economical benefit is the difference between the income from palm plantation of the integration farmers and that of non-integration farmers, or the difference between the income from cow farming of integration farmers and that of non-integration farmers. The ecological benefit is the difference of the amount used for pesticide, inorganic fertilizer and compost by integration farmers from that of non-integration farmers.
The objective of the experiment is to compare the quality of the treated compost and that of farmers' compost (control). Benefit/cost ratio (B/C ratio) -analysis was also conducted to check the business feasibility rate.
The samples of the survey were determined in purpose and simple random. Three villages and two years productive plantation with most integration farmers were chosen in purpose. Samples were determined in simple random and were taken of 20% of the target population of integration farmers and non-integration farmers, and 100% (census) of non-integration farmers.
The experiment was using complete random plan with three repetitions. There were two steps in the experiment: the composting and the testing of compost on plants. The composting treatments were: 1) Mixture of plantation waste and palm oil factory waste and 25% of cow dung of material weight (KP-25); 2) Mixture of plantation waste and palm oil factory waste and 50% of cow dung of material weight (KP-50); 3) Mixture of plantation waste and 25% of cow dung of material weight (K-25); 4) Mixture of plantation waste and 50% of cow dung of material weight (K-25); and 5) Compost made by farmers (control).
The measurement of the compost quality includes the total amount of C organic, N, P, K, Ca and Mg and a test to plants. The tester plant was
kangkoong with complete random plan, 3 (three) repetition and 8 (eight) plants in each pot. The tester plants were measured to see the weekly height growth and the dry weight of the plants' root and crown.
The conclusion of the experiment is: 1) The integration shape/pattern can be defined into 2 general types: the palm plantation and cow farm are integrated and separated; 2) From economical view, the application of the integration of palm plantation-cow farming by farmers in Talo sub-district, Seluma residence, Bengkulu is not beneficial from the palm plantation side or cow farming side. The increase of the income is only from the cattle value; 3) From ecological view, the applied integration is clearly beneficial because the usage of inorganic fertilizer and herbicide by integration farmers is less and the usage of organic fertilizer is higher than non-integration farmers. 4) The quality of compost of KP-25 treatment (the mixture of plantation waste and palm oil factory and 25% cow dung of material weight) is better than that of farmers' considering the amount of total N and K; the amount of total N and K in KP-25 treatment is each 1.87% and 1.81%. It is clearly higher than that pf farmers' which contains 1.47% N and 1.15% K. The quality of compost with K-25, K-50 and KP-50 treatments is not different from farmers' compost. The BIC ratio of tester treatment is less than 1 (one). It shows that from the economical view without ecological view it is not beneficial.
Suggestion: a) To increase farmers' income and to reduce pollution (from waste or outside-input use), it is suggested that every palm plantation be integrated with livestock, such as cow farming; b) The integration of palm plantation-cow farming in Talo sub-district, Seluma residence, Bengkulu can be economically beneficial if there are socialization and trainings of how to use cattle in partnership with palm plantation and how to use plantation waste and/or palm oil factory waste as cattle's feed or compost; c) In order to make KP-25 treatment compost (the mixture of plantation waste and palm oil factory waste and 25% cow dung of the material weight) economically beneficial, a deeper study of compost making techniques is needed to make it easier and cheaper to produce.
"
Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2005
T15253
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Meliala, Melita Kristin Br
"Dengan adanya amanat Undang-Undang Nomor 20 tahun 2008 tentang Usaha mikro kecil dan Menengah, Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 Tentang Cipta Kerja serta Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2013 Tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 yang menegaskan otoritas KPPU untuk pengawasan dan penegakan hukum atas pelaksanaan kemitraan antara pelaku usaha besar dan/atau menengah dengan UMKM yang merupakan salah satu bentuk perwujudan struktur ekonomi nasional yang seimbang dan berkembang. Dalam sektor perkebunan sawit yang mensyaratkan pelaku usaha perkebunan memiliki perjanjian kemitraan dengan petani dan/atau masyarakat sekitar untuk bila hendak mendapatkan Izin Usaha Perkebunan (IUP) mendorong terciptanya kerjasama kemitraan dengan bentuk pola inti plasma, pelaku usaha besar berperan sebagai inti dan petani berperan sebagai plasma. Selama pelaksanaan kemitraan tersebut terjalin, timbul hal-hal yang tidak diharapkan juga pelanggaran atas perjanjian kerjasama. KPPU berperan sebagai pengawas juga penegakan hukum melalui penanganan perkara atas permasalahan tersebut.

With the mandate of Law Number 20 of 2008 concerning Micro, Small and Medium Enterprises, Law Number 11 of 2020 concerning Job Creation and Government Regulation Number 17 of 2013 concerning Implementation of Law Number 20 of 2008 which confirms the authority of the KPPU to supervise and upholding the law on the implementation of partnerships between large/medium business actors and MSMEs which is a form of embodiment of a balanced and developing national economic structure. In the oil palm plantation sector, which requires plantation business actors to have a partnership agreement with smallholders and/or the surrounding community to obtain a Plantation Business Permit (IUP) encourages the formation of partnerships with a plasma core pattern, large business actors play the role of nucleus and smallholders act as plasma. During the implementation of the partnership, unexpected things arose as well as violations of the cooperation agreement. KPPU has a role as a supervisor as well as law enforcement by handling cases on these problems.
"
Jakarta: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2023
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tanti Indriati
"Ester asam lemak-sorbitol dapat diperoleh dari reaksi esterifikasi antara asam lemak hidrolisat minyak sawit dengan gula sorbitol menggunakan lipase Candida rugosa E.C.3.1.1.3 yang terimobilisasi pada nanopartikel Fe3O4-kitosan. Metode imobilisasi enzim yang digunakan adalah carrier-binding dengan memanfaatkan interaksi kovalen antara agen pengikat silang, glutaraldehid, dengan lipase. Persen loading imobilisasi lipase sebesar 68,14% dengan efisiensi imobilisasi sebesar 3,53%. Aktivitas dari lipase terimobilisasi adalah 4,88 U/mL dengan penurunan aktivitas sebesar 96,47%. Nilai aktivitas spesifik dari lipase terimobilisasi sebesar 1,39 U/mg. Optimasi rasio komposisi substrat asam lemak:sorbitol (mmol:mmol) terhadap kedua pelarut t-butanol atau MIBK dilakukan dengan variasi 30:1; 60:1, dan 90:1. Reaksi esterifikasi asam lemak-sorbitol menggunakan lipase terimobilisasi dalam pelarut t-butanol atau MIBK, mencapai optimumnya pada rasio komposisi substrat sebesar 60:1 (mmol:mmol) dengan persen konversi 13% untuk pelarut t-butanol dan 11,4% untuk pelarut MIBK. Kemampuan pemakaian berulang, setelah 1 kali pemakaian dari lipase terimobilisasi pada nanopartikel Fe3O4-kitosan, diuji dengan reaksi esterifikasi menggunakan pelarut MIBK pada rasio komposisi substrat 30:1, persen konversi yang dihasilkan adalah 5,1%. Produk ester asam lemak sorbitol yang dihasilkan, baik menggunakan lipase terimobilisasi ataupun pemakaian berulang, sama-sama bersifat sebagai emulsifier.

Sorbitol-fatty acid ester can be obtained by an esterification reaction between fatty acid hydrolyzate of palm oil and sorbitol using lipase Candida rugosa E.C.3.1.1.3 immobilized on Fe3O4-Chitosan Nanoparticles. The method of immobilized enzyme which used is carrier-binding by utilizing covalent interaction between cross-linking agent, glutaraldehyde, and lipase. The loading percentage of immobilization value as 68,14% with efficiency of immobilization value as 3,53%. The activity for the immobilized lipase is 4,88 U/mL with the decrease of activity value as 96,47%. The specific activity for immobilized lipase is 1,39 U/mg. Optimization for ratio of substrate composition, fatty acid:sorbitol (mmol:mmol) with t-butanol or MIBK as a solvent was done with the variation of 30:1, 60:1, and 90:1. The optimum ratio for esterification using immobilized lipase with t-butanol or MIBK as a solvent was obtained at the ratio of 60:1 (mmol:mmol), the conversion percentage is 13% for t-butanol and 11,4% for MIBK. The ability of repeated usage of immobilized lipase on Fe3O4-chitosan nanoparticles, was tested by esterification reaction using MIBK as a solvent with the ratio of substrate composition 30:1, the conversion percentage is 5,1%. The sorbitol-fatty acid ester produced using either using immobilized lipase or repeated usage lipase, has the ability to perform as emulsifier."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
S57960
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bernadinus Steni Sugiarto
"ABSTRAK
Tesis ini mengangkat persoalan petani swadaya kelapa sawit dalam menghadapi standar keberlanjutan yang berlaku atas produk kelapa sawit mereka, berupa Tanda Buah Segar TBS . Fokus studi ini adalah menampilkan pengalaman petani di dua desa di Kalimantan Tengah dalam mencari cara dan langkah-langkah yang tepat untuk memenuhi standar RSPO Roundtable Sustainable Palm Oil , terutama ketika menggunakan hukum sebagai salah satu instrumen untuk memenuhi standar pasar. Untuk memeriksa pengalaman-pengalaman tersebut maka studi ini menggunakan metode sosio-legal untuk mengeksplorasi aspek sosial dalam penggunaan hukum, sekaligus memperlihatkan kenyataan sosial dalam dari hukum. Sehingga penelitian lapangan akan memeriksa hukum investasi dan perkebunan dalam konteks dua desa ketika digunakan untuk memenuhi standar pasar terhadap keberlanjutan.

ABSTRACT
This thesis is to disclose the problem of oil palm smallholder farmers in facing the global sustainability standards to crude palm oil. The focus of this study is describing the experiences of farmers in two villages in searching for precise ways and steps to fulfil the Roundtable Sustainable Palm Oil standards, especially in dealing with laws as the instrument to achive the requirements of the standard. To analyse those experiences, this study uses the the socio legal method to explore the social aspects of experiencing with legal instruments and at the same time portraying the reality of laws on the ground. The study will challenge whether plantation laws and investment laws are implemented as such when farmers are facing the requirements to achieve the sustainability standards. "
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2018
T52095
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>