Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 166181 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fristasia Putri
"Bakteri dan fungi terkonsentrasi di dalam udara pada wilayah pasar tradisional perlu diperhatikan, karena menjadi sumber pencemar udara, sehingga berpotensi mengganggu kesehatan manusia apabila dalam jumlah yang sangat banyak. Pengetahuan terhadap konsentrasi bakteri dan fungi yang terkonsentrasi pada suatu volume ruangan perlu diketahui untuk mengetahui segala macam faktor pendukung perkembangbiakan mikroba dan faktor persebaran mikroba di udara. Menganalisa hubungan antar faktor dengan tingkat konsentrasi mikroba di udara untuk kemudian membandingkan konsentrasi mikrobiologi udara di pasar tradisional dengan standard mikrobiologi udara yang diizinkan oleh pemerintah dan ambien bioaerosol lain. Pengukuran konsentrasi mikrobiologi udara atau bioaerosol dapat dilakukan dengan menggunakan EMS Bioaerosol Sampler.
Hasilnya, diperoleh konsentrasi rata-rata bakteri dan fungi pada pasar Agung masing-masing adalah 12.746,87 CFU/m3 dan 3.860,35 CFU/m3 per hari. Sementara pasar Kemiri menghasilkan konsentrasi bakteri dan fungi masing-masing adalah 18.963,41 CFU/m3 dan 6.987,53 CFU/m3 per hari. Tingkat konsentrasi bioaerosol yang dihasilkan oleh kegiatan pasar tersebut berasal dari bahan-bahan dagangan hasil pertanian dan peternakan. Pertumbuhan bakteri sangat dipengaruhi oleh tingkat suhu udara, sementara fungi dipengaruhi oleh tingkat kelembaban udara. Dalam pergerakan udara terjadi kecepatan pergerakan angin yang dapat mempengaruhi sirkulasi pertukaran udara untuk membawa partikel atau zat yang terbawa di dalam udara berpindah tempat dan menyebar.

Bacteria and fungi are concentrated in the area of air traditional market need to be considered, that could be potentially as air pollutants, interfere human health if in a lot of concentration. The concentration of bacteria and fungi which are concentrated in the market needed to know to analyze the supporting factors of microbes growth and bio-aerosol dispersion factor. Analyzing the relationship between the supporting factor with bio-aerosol or air microbiology concentration, and then comparing the concentration of bio-aerosol in traditional markets with standard microbiological air allowed by the government and other bio-aerosol ambient. Bio-aerosol concentration measurements performed using EMS bio-aerosol sampler.
Retrieved average concentrations of bacteria and fungi on the Pasar Agung, each are 12746.87 CFU/m3 and 3860.35 CFU/m3 per day exceeded 700 CFU/m3 which is set in Kep-Men Health RI No. 1216/Menkes/SK/XI/2001. Meanwhile, in Pasar Kemir produce concentrations of bacteria and fungi, respectively 18963.41 CFU/m3 (more than 1,600 CFU/m3) and 6987.53 CFU/m3 (less than 7,200 CFU/m3) per day, limit bioaerosol in the air discovered by swan et. al. (2003). Bio-aerosol concentration levels due to market activity originating from the trade of agricultural products and livestock. Bacterial growth affected the level of temperature and humidity levels are influenced fungi. In the case of air movement velocity winds that affect the circulation of air exchange to bring particles or substances carried in the air to move and spread."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S62154
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tri Utami
"Penyelenggaraan sektor perdagangan di Kota Depok mengalami banyak permasalahan selama beberapa tahun terakhir. Salah satu faktor yang melatarbelakangi permasalahan tersebut adalah peranan Pemerintah Kota Depok yang belum maksimal terutama dalam mengatur pertumbuhan pasar modern dan pengelolaan terhadap pasar tradisional.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menggambarkan mekanisme perizinan pasar modern dan kondisi pasar tradisional saat ini, serta menjelaskan peran Pemerintah Kota Depok dalam pengelolaan pasar tradisional. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode wawancara mendalam dan studi dokumen.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa peranan Pemerintah Kota Depok tidak dijalankan secara optimal dalam pengelolaan pasar tradisional. Pemerintah Kota Depok cenderung pro terhadap pertumbuhan jumlah pasar modern. Hal ini bertolak belakang dengan kondisi pasar tradisional yang memiliki berbagai permasalahan. Dengan demikian, penyelenggaraan pasar tradisional masih jauh dari yang diharapkan.

Trade sector in Depok has many problems for this recent years. A factor that make those problems happen is the role from the local government has not yet maximal, especially in organizing modern markets and managing traditional markets.
The purpose of this research is to describe the mechanism for license of modern markets, to describe the conditions of traditional markets nowadays, and to know how far the role from the local government in managing traditional markets. This research's approach is qualitative with method of depth interview and document study.
The result of this research is the local government did not fully execute their role in managing traditional markets. The local government tend to take side on the growth of modern markets. Those phenomenon is contrary with the condition of traditional markets that has so many problems. Thus, the implementation of traditional markets is far below expectation.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2013
S53286
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Simatupang, Rossa Turpuk Gabe
"Penelitian ini berupaya mencari makna baru pasar tradisional dalam konteks lokal di kota-kota di Indonesia yang telah mengalami perubahan makna, dengan mengungkap hibriditas yang terjadi di dalam pasar tersebut. Salah satu pemicu hibriditas dalam pasar tradisional adalah berbagai faktor sosial budaya yang berbeda-beda pada tiap stukturasi masyarakat tertentu. Fokus pengamatan ditujukan pada kecenderungan internal (pelaku/agen) dan keadaan eksternal, sebagai aspek yang mempengaruhi tindakan sosial serta keterkaitannya dengan ruang yang terbentuk.
Metode yang dipilih adalah grounded research, yang artinya proses penelitian dilakukan di level paling "dasar" tanpa suatu hipotesis terlebih dulu. Selanjutnya tesis akan disusun diakhir analisis. Fokus utama adalah untuk mengungkap detail dari fenomena spasial dan kegiatan yang terkait nilai budaya "liyan" yang belum secara jernih terungkap (atau sebelumnya belum ada). Penelitian yang sesuai untuk tujuan penelitian adalah studi kasus yang mengambil tempat di Pasar Kemiri Muka Depok.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah ruang hibrid muncul dalam dimensi-dimensi yang tidak terlihat secara kasat mata. Dimensi-dimensi tersebut tidak terpisahkan dari berbagai faktor sosial budaya masyarakat lokalnya. Secara mikro, aspek internal pasar tradisional menunjukkan suatu nilai/budaya baru yang terbentuk dari hubungan sistem-sistem sosial yang saling mengikat dan tidak terpisahkan. Ide hibriditas memberikan pemahaman akan kebertahanan ruang tradisional di tengah-tengah modernitas dalam globalisasi. Pada kasus ini, kebertahanan pasar tradisional dalam perekonomian perkotaan.

This research tried to identify a new definition for traditional market in context of local cities in Indonesia which have had a transformation in contextual meaning, by discovering hybridity that occured at those markets. Socio-cultural factor that diverse on every constitution of society is a factor which develop hybridity on traditional markets. The research focus is on internal (actor/agent) and external aspects which influence social acts and their corelation to the formed space.
The research was done by using grounded research method, therefore the research was perfomed on the basic level without using a prior hypothesis. In addition, the thesis statement will be stated at the end of the analysis. The main focus of the research is to reveal the detail of spatial phenomena and activities which relate to ?other? cultural aspects that have not been defined literally (the definition has not exist before).
Indeed, hybrid spaces are formed in the dimensions which cannot be visualised directly. The dimensions are not separated from social cultural factors inside local people. From micro perspektif, internal aspects of traditional market show a new value/culture which formed from the relation between social system which relate each other. The hybridity idea gives an understanding of sustainability of traditional space in the midle of modernization and globalization, in this case the sustainability of traditional market in modern cities.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
T32681
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wahyu Hidayat
"Selain pendapatan dari sewa daerah, perolehan pendapatan untuk agenda mendukung pelaksanaan otonomi daerah juga ditopang dari pendapatan sektor retribusi daerah. Retribusi daerah sangat beragam jenisnya dan semakin diperlukan dalam agenda inklusi kas daerah. Jenis retribusi terbagi dalam beberapa jenis yaitu retribusi pelayanan umum, retribusi pelayanan khusus, dan retribusi pelayanan perizinan terpilih. Menurut jenis retribusi pasar termasuk jenis retribusi pelayanan umum. Dalam konteks penelitian, pasar adalah atau sarana sarana prasarana perkotaan untuk memungut retribusi daerah serta penerimaan-penerimaan lain yang bersifat penyertaan bagi suatu daerah. Dalam upaya ini suatu pasar harus mempunyai fasilitas dan pendukung khusus yang dapat dipungut pembayaran/retribusinya karena pemanfaatan sarana. Penulisan penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, dan dari jenis penelitiannya termasuk jenis penelitian deskriptif yang menggambarkan bagaimana kebijakan pengelolaan retribusi di Pasar Kemiri Muka Kota depok. Sedangkan dari segi waktu yang dihadapi termasuk jenis penelitian Cross-Sectional. Berdasarkan teknik pengumpulan data termasuk penelitian lapangan. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan metode: observasi, wawancara, dan studi dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebijakan pengelolaan retribusi pasar yang ada di Pasar Kemiri Muka Kota Depok belum efektif. Belum efektifnya dilihat dari indikator kurang baiknya semua pedagang dalam membayar retribusi yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Mengingat pelaksanaan kebijakan yang belum efektif, maka pengelolaan retribusi dalam pengelolaannya harus disesuaikan dengan peraturan yang ada. Namun dari aspek observasi yang ada di pasar ini telah berjalan dan terdapat mekanisme tersendiri dalam pelaksanaannya, seperti metode observasi tes petik. Yang mana adanya pengawasan seperti ini juga harus dipertahankan untuk mencegah kesalahan baik yang dilakukan petugas maupun kesalahan yang tidak disengaja.

Besides eamings of local lease, acquirement of earnings for the agenda of supporting execution of area autonomy is also supported from earnings of area retribution sector. Very immeasurable area retribution of type and was progressively required for the agenda of inclusion for area cash. Retribution type devided in there type that is public service retribution, special service retribution, and selected licensing service retribution. According to the type of market retribution of including public service retribution type. In research context, market is or medium of prasarana urban to collect area retibution and also other acceptance which is inclusion for an area. In the effort this is a market have to have especial facilities and supporter able to be collected by his payment /retribution of because exploiting of medium. Writing of this research use approach quantitative, and from the research type of the including descriptive research type which depict how to policy of management to retribution in Kemiri Muka Market of depok Town. Where as from the time faced of the including type research of Cross-Sectional. Pursuan at data collecting tecnique of including research of field. Technique data collecting of conducted by there metods: observation, interview, and documentation study. Research result indicate that policy of management of market retribution which in Kemiri Muka Market of Depok Town not yet effective. Not yet effective of him seen from indicator less him all merchants in paying retribution which disagree with by law. Considering execution of policy which not yet effective, hence managemant of retribution ought to ought in the management of have to be adapted for existing regulation. But from observation aspect which in this market have walked and there is separate mechanism in execution of him, like method observation of test pluck. Which existence of observation like this also have to be defended to prevent mistake either by officer and or unintended mistake."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2006
S10626
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Reza Muhamad Toufany
"ABSTRAK
Pasar modern adalah tempat pertemuan orang dalam kegiatan jual beli, oleh karena banyak terjadi kegiatan di pasar modern maka akan dihasilkan sampah yang cukup banyak. Pasar modern pada umumnya memiliki pengelolaan yang teratur termasuk pengelolaan sampah yang baik. Pada penelitian ini akan dicari volume timbulan dan komposisi sampah di Pasar Agung Depok 2 Timur sebagai data referensi untuk melakukan pengelolaan yang baik nantinya. Untuk mengetahui timbulan dan komposisi sampah di pasar tersebut digunakan Metode pengukuran menggunakan analisa load-count berdasarkan SNI 19-3964-1994 dan klasifikasi komposisi berdasarkan ASTM D 5231-92. Pada pasar ini dilakukan penelitian secara terpisah di lantai basement dan lantai 1 (mewakili lantai 2). Dari hasil penelitian didapat volume timbulan sampah di Pasar Agung Depok 2 Timur, pada lantai 1 memiliki rata-rata volume timbulan 0,698 m3/hari dan lantai basement memiliki volume timbulan 3,564 m3/hari. Komposisi sampah di lantai 1 didominasi oleh sampah Plastik sebanyak 46,4%, Kertas 17%, Kayu 2,2%, Sisa Makanan dan Kebun 12%. Sedangkan di lantai basement didominasi oleh sampah Sisa Makanan dan Kebun sebanyak 73%, Plastik 7,7%, Kertas 6%. Pada lantai 1 seluas 13.100 m2 yang memiliki rata-rata volume timbulan sebesar 0,698 m3/hari diperlukan 5 tong sampah yang berkapasitas 120 L. Pada lantai basement seluas 48.725 m2 yang memiliki rata-rata volume timbulan sebesar 3,564 m3/hari diperlukan 30 tong sampah yang berkapasitas 120 L. Pada Pengangkutan di lantai 1 digunakan gerobak pengangkut berkapasitas 0,88 m3 untuk mengangkut volume timbulan sampah sebesar 0,698 m3/hari, sehingga mampu mengangkut semua sampah di lantai 1 dalam sekali pengangkutan ke TPS. Pada Pengangkutan di lantai basement digunakan gerobak pengangkut berkapasitas 0,88 m3 untuk mengangkut volume timbulan sampah sebesar 3,564 m3/hari, sehingga gerobak tidak akan muat untuk mengangkut semua sampah dilantai tersebut oleh karena itu dilakukan 4-5 kali pengangkutan. setelah dilakukan proses pengolahan berupa 60% sampah kertas dan plastik didaur ulang dan 30% sampah sisa makanan dan kebun diolah menjadi kompos terjadi pengurangan timbulan sampah yang akan diangkut ke TPA sebesar 31,67%

ABSTRACT
The modern market is a meeting place of people in the buying and selling activities, so many activities going on in the modern market it will produce quite a lot of solid waste. Modern market in general have regular management including waste management is good. In this study will be sought generation volume and composition of solid waste in Pasar Agung Depok 2 Timur as reference data to perform proper management later. To determine the composition and waste generation on the market used measurement method using load-count analysis based on SNI 19-3964-1994 and classification of compositions based on ASTM D 5231-92. In this market research conducted separately at the basement and first floor (representing the 2nd floor). The result is the volume of waste generated in Pasar Agung Depok 2 Timur, on the 1st floor which has an average generation volume 0.698 m3/day and the basement which has a generation volume of 3,564 m3/day. on the 1st floor has an average generation volume 0.698 m3 / day and the basement has a generation volume 3,564 m3 / day. Waste composition on the 1st floor is dominated by plastic garbage as much as 46.4%, Paper 17%, Wood 2,2%, rest of the food and Gardens 12%. While in the basement floor is dominated by the rest of the junk food and garden as much as 73%, 7.7% Plastic, Paper 6%. On the 1st floor area of 13,100 m2 which has an average generation volume of 0.698 m3 / day is required 5 trash cans with a capacity of 120 L. On the basement floor area of 48 725 m2 which has an average generation volume of 3,564 m3 / day required 30 garbage can Cargo capacity of 120 L. in the 1st floor is used carts carrying capacity of 0.88 m3 to transport the generation volume of 0.698 m3 / day, so it is able to carry all the trash on the 1st floor in a single transport to the polls. In Transportation in the basement used carts carrying capacity of 0.88 m3 to transport the generation volume of 3,564 m3 / day, so that the cart would not fit to carry all the trash on the floor is therefore carried out 4-5 times a carriage. after processing in the form of 60% waste paper and plastic is recycled and 30% junk food scraps and garden compost is processed into a reduction of waste to be transported to the landfill by 31.67%"
2015
S58058
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ainayya Salsabiyla
"SNI 8152:2015 tentang Pasar Rakyat merupakan pedoman dalam mengelola pasar rakyat yang salah satunya mengandung unsur sanitasi. Objek penelitian ini adalah Pasar Agung dan Pasar Sukatani, yang secara urut belum mendapatkan dan sudah mendapatkan sertifikasi SNI 8152:2015. Tujuan penelitian ini yaitu untuk menganalisis kondisi sanitasi, sumber pencemar bioaerosol, besar konsentrasi bioaerosol, dan pengaruh kondisi sanitasi terhadap konsentrasi bioaerosol pada kedua pasar. Nilai kuantitatif kondisi sanitasi pasar didapat menggunakan hasil inspeksi sanitasi yang tertera pada Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 519/MENKES/SK/VI/2008 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pasar Sehat dan diisi oleh Dinas Kesehatan Kota Depok. Hasil inspeksi kondisi sanitasi menunjukkan Pasar Agung mendapatkan nilai 888 dan Pasar Sukatani mendapatkan nilai 2.740 dari nilai maksimal 3.000. Variabel sanitasi yang perlu ditingkatkan lagi pada Pasar Agung adalah drainase dan tempat cuci tangan, binatang penular penyakit, dan desinfeksi pasar, sementara pada Pasar Sukatani adalah kamar mandi dan toilet, binatang penular penyakit, dan kualitas makanan. Jenis sumber pencemar bioaerosol yang diidentifikasi pada kedua pasar adalah tempat sampah terbuka, tumpukan sampah terbuka, sistem drainase terbuka tanpa dan/atau dengan kisi, genangan air, tangki air/bak air, dan keran air. Jumlah sumber pencemar bioaerosol paling banyak teridentifikasi di blok ikan. Jumlah titik pengambilan sampel bioaerosol di udara adalah lima titik untuk tiga jenis blok komoditas, blok ikan, ayam, dan sayur, dengan pengambilan sampel secara triplo dengan waktu pengambilan sampel 30 detik. Pengambilan sampel udara dilakukan menggunakan alat Single-stage Impaction Sampler (Environmental Monitoring Systems, Inc., E6 Sampler, Amerika Serikat) dan media Tryptic Soy Agar untuk bakteri dan Malt Extract Agar untuk jamur. Dilakukan juga pengambilan sampel suhu dan kelembapan udara pada lokasi sampling menggunakan alat multimeter (Lutron, AH-4223, Taiwan), serta intensitas cahaya menggunakan alat luxmeter (MASTECH, MS6612, Hong Kong). Rata-rata konsentrasi bakteri di udara pada tiga blok di Pasar Agung adalah 5.793 ± 3.028 CFU/m3 dan pada Pasar Sukatani adalah 1.782 ± 431 CFU/m3. Rata-rata konsentrasi jamur di udara pada Pasar Agung adalah 1.886 ± 1.097 CFU/m3 dan pada Pasar Sukatani adalah 1.598 ± 329 CFU/m3. Urutan rata-rata konsentrasi bakteri di Pasar Agung dari yang tertinggi adalah blok ikan, blok ayam, dan blok sayur, sementara pada Pasar Sukatani adalah blok ayam, blok sayur, dan blok ikan. Urutan rata-rata konsentrasi jamur di Pasar Agung dan Pasar Sukatani adalah blok ikan, blok ayam, dan blok sayur. Kondisi sanitasi merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap konsentrasi bioaerosol, yang dapat dipecah lagi berdasarkan sumber pencemar bioaerosol yang terdapat pada setiap variabel sanitasi.

SNI 8152:2015 Pasar Rakyat is a guide made for proper management of public markets, including factors such as market sanitation. The objects of this research are Pasar Agung and Pasar Sukatani, in which the former has yet to receive a certification in SNI 8152:2015, while the latter has received its certification. The objective of this research is to analyse sanitation condition, source of bioaerosol, bioaerosol concentration, and the effect of sanitation condition towards bioaerosol concentration in both markets. The quantitative score for market sanitation is obtained from Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 519/MENKES/SK/VI/2008 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pasar Sehat dan diisi oleh Dinas Kesehatan Kota Depok. The score of the inspection for market sanitation at Pasar Agung is 888, while the score for Pasar Sukatani is 2.740 from total maximum score of 3.000. Sanitation variables that should be improved at Pasar Agung is drainage and hand washing area, disease-transmitting animals, and market disinfection, while at Pasar Sukatani it is toilet, disease-transmitting animals, and food quality. Sources of bioaerosol that are found in both markets are litter bins, rubbish heaps, drainage with and/or without lattice, water puddle, water tank/water tub, and water tap. The sources of bioaerosol are most found in fish section of the market. Sampling is conducted at five points in three kinds of market section, fish, poultry, and vegetable, and the amount of sample taken is multiplied by three with the sampling time of 30 seconds. The device used for sampling of bioaerosol is Single-stage Impaction Sampler (Environmental Monitoring Systems, Inc., E6 Sampler, USA), and the media used is Tryptic Soy Agar for bacterial bioaerosol and Malt Extract Agar for fungal bioaerosol. Temperature and relative humidity is measured at sampling location using multimeter (Lutron, AH-4223, Taiwan), and also light intensity using luxmeter (MASTECH, MS6612, Hong Kong). Average concentration of airborne bacteria in three market sections at Pasar Agung and Pasar Sukatani consecutively is 5.793 ± 3.028 CFU/m3 and 1.782 ± 431 CFU/m3. Average concentration of airborne fungi at Pasar Agung and Pasar Sukatani consecutively is 1.886 ± 1.097 CFU/m3 and 1.598 ± 329 CFU/m3. The average concentration of airborne bacteria in order from highest to lowest in Pasar Agung is located at fish, poultry, and vegetable section, while at Pasar Sukatani it is poultry, vegetable, and fish section. The average concentration of airborne fungi in order for highest to lowest in both Pasar Agung and Pasar Sukatani is located at fish, poultry, and vegetable section. Sanitation condition of markets is one of many factors affecting the concentration of bioaerosols, while the breakdown of bioaerosol sources found can affect each sanitation variables."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cindikia Putri Kurniasari
"Pada masa kini pasar berkembang dan hadir dengan konsep-konsep yang baru khususnya dalam segi perancangan yang sering disebut sebagai pasar modern. Namun, hal ini tidak menurunkan minat masyarakat untuk tetap berbelanja di pasar tradisional. Secara fisik pasar tradisional sering dianggap chaotic oleh pengunjung yang datang. Chaotic tersebut hadir dari latar yang dibentuk oleh tiap pedagang yang tidak beraturan dan cenderung acak. Latar tersebut dapat mendukung susunan arsitektur yang telah dirancang sebelumnya, maupun melawan susunan tersebut. Hal ini yang disebut sebagai perilaku doing dan un Doing the Architecture. Perilaku ini terjadi berdasarkan proses tiap-tiap individu dalam membaca ruang yang ditempatinya. Dalam skripsi ini akan dibahas tentang perlawanan yang dilakukan oleh pedagang dalan pembentukan latar melalui perilaku un Doing the Architecture. Perilaku ini menghasilkan suatu susunan order baru yang berkontribusi dalam terciptanya chaotic pada pasar tradisional.

Nowadays, market is growing and coming up with new concepts, especially in terms of design that is often referred as a modern market. However, this does not reduce the interest for people to keep shopping at traditional markets. Physically traditional markets are considered as chaotic place for visitors. Chaotic is present due to the setting formed by every trader who build their setting irregularly. The setting believed as a chaotic through an arrangement designed before, or on the contrary disobeyed the arrangement itself. The later phenomenon is called as doing and un Doing the Architecture. This behavior occurs based on the process of each individual in reading the space he occupies. This case study will further discuss about the formation of the setting made by traders through un Doing the Architecture in order to produce an new arrangement and formed as a desired space that trigger the creation of chaos in traditional markets."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Nindita Kusuma Wardhani
"Pemungutan retribusi pada Pasar Agung dan Pasar Cisalak di Kota Depok memiliki kendala dalam pelaksanaannya dimana sejumlah pedagang yang berjualan di Pasar Agung dan Pasar Cisalak ini membayar tidak sesuai dengan tarif yang sudah ditentukan dalam peraturan daerah sehingga target retribusi yang telah ditentukan setiap tahunnya tidak pernah tercapai. Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam pemungutan retribusi ini yaitu komunikasi, sumber daya, birokrasi dan disposisi. Tidak hanya keputusan dari tingkat pusat, tetapi peran UPT dan para pedagang pun turut membantu dalam proses pemungutan retribusi ini agar berjalan dengan baik dan lancar.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis bagaimana implementasi peraturan daerah Kota Depok tentang pemungutan retribusi di Pasar Agung dan Pasal Cisalak di Depok. Penelitian ini adalah penelitian post-positivisme dengan desain deskriptif.
Hasil penelitian adalah pedagang tidak tertib membayar retribusi sehingga perlunya ketegasan dari Pemerintah dalam menjalankan sanksi-sanksi yang sudah tertera di dalam Peraturan Daerah bagi wajib retribusi yang kurang/telat membayar retribusi, merevitalisasi fasilitas sarana dan prasarana guna menunjang pasar yang lebih baik, rapi, dan bersih.

There are a few constraints on Collection of Retribution implementation on Agung Market and Cisalak Market, Depok, which some Agung Market and Cisalak Market?s Seller did insufficient payment compared to rate which is determined by Regional Regulation. This has led to yearly target for retribution collection never fulfilled. Affecting factors in retribution collection are communication, resources, bureaucracy, and disposition. Not only decision from Central Government, but also UPT or Technical Implementer Unit and Sellers participation which helps this retribution collection process running well and smoothly.
The objective of this research is to analyze the implementation of regional regulation of Depok City Government regarding collection of retribution on Agung Market and Cisalak Market in Depok. This is post-positivism research with descriptive design.
The result of this research are traders disorderly pay the levy so that the need for firmness of the Government in implementing the sanctions already stated refers on Regional Regulation for retribution compulsory whose did insufficient payment or late payment in order to do revitalization of market facilities that support market's better environment.
"
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2015
S60788
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Athira Naura Chairunissa
"Pasar merupakan tempat melakukan jual beli dan akan menghasilkan timbulan sampah yang membutuhkan tempat pembuangan sementara sebelum sampah diangkut ke TPA. Penelitian ini membahas mengenai kinerja pengelolaan sampah pada TPS Pasar Kemiri Muka yang merupakan pasar tradisional di Kemiri Muka, Beji, Depok. Tujuannya adalah mengukur besar timbulan dan komposisi sampah pada TPS Pasar Kemiri Muka serta evaluasi kinerja pengelolaan sampahnya. Metode pengumpulan data untuk timbulan dan komposisi sampah berdasarkan pedoman SNI 19-3964-1994, observasi, serta wawancara kepada narasumber yang terkait. Sehingga rata-rata volume timbulan sampah di TPS Pasar Kemiri Muka yang berasal dari pasar adalah 17,50 m3, rata-rata berat jenis sampah 240,67 kg/m3 dan berat timbulan sampah pasar adalah 4208,93 kg. Sementara komposisi sampah pasar di TPS Pasar Kemiri Muka didominasi oleh sampah dapur 62,06%, sampah kebun 15,58%, plastik 7,04%, lainnya 4,80%, tekstil 3,97%, absorben 2,57%, kertas 2,10%, infeksius 0,67%, B3 0,42%, logam 0,39%, elektronik 0,16%, kaca 0,15%, dan karet/kulit 0,09%. Berdasarkan hasil evaluasi, terdapat beberapa hal yang belum diterapkan sesuai dengan peraturan yang berlaku, seperti tidak adanya ketersediaan fasilitas pemilahan, fasilitas pengomposan, gudang untuk penyimpanan, adanya potensi pencemaran, pengangkutan sampah yang belum keseluruhan sampah menyebabkan masih ada sampah yang 24 jam di TPS, ketiadaan pelataran berdinding, dan gangguan estetika.

The market is a place for buying and selling and will generate waste that requires a temporary disposal site before the waste is transported to the TPA. This study discusses the performance of waste management at TPS Pasar Kemiri Muka which is a traditional market in Kemiri Muka, Beji, Depok. The aim is to measure the amount of waste generated and composition at the Pasar Kemiri Muka TPS and evaluate the performance of waste management. The method of collecting data for the generation and composition of waste is based on the guidelines of SNI 19-3964-1994, observation, and interviews with relevant sources. So that the average volume of waste generated at TPS Pasar Kemiri Muka originating from the market is 17.50 m3, the average density of waste is 240.67 kg/m3 and the weight of market waste generation is 4208.93 kg. Meanwhile, the composition of market waste at TPS Pasar Kemiri Muka is dominated by kitchen waste 62.06%, garden waste 15.58%, plastic 7.04%, others 4.80%, textiles 3.97%, absorbent 2.57%, paper 2.10%, infectious 0.67%, B3 0.42%, metal 0.39%, electronics 0.16%, glass 0.15%, and rubber/leather 0.09%. Based on the results of the evaluation, there are several things that have not been implemented in accordance with applicable regulations, such as the absence of availability of sorting facilities, composting facilities, warehouses for storage, potential for contamination, transportation of waste that has not been completely filled with waste causing 24 hours of waste at TPS, the absence of a walled courtyard, and aesthetic disturbances"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>