Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 184063 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Callista Putri Mayari
"Kartel dalam pengaturan Undang-Undang No. 5 tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat dinyatakan sebagai salah satu kegiatan yang dilarang. Larangan tersebut berkaitan dengan penetapan harga melalui kartel yang dapat mengakibatkan kerugian kepada konsumen atau masyarakat. Terdapat empat (4) perusahaan importir yang Komisi Pengawas Persaingan Usaha telah duga melakukan penetapan harga melalui kartel, mengganggu stabilitas persaingan usaha yang sehat, yakni PT. Cargill Indonesia, Teluk Intan, Liong Seng, dan Gunung Sewu. Penelitian hukum ini adalah penelitian hukum yuridis normatif yang dilakukan secara deskriptif analitis melalui bahan-bahan kepustakaan dan analisis terhadap kasus.
Hasil menunjukkan adanya kegiatan penetapan harga melalui kartel yang dilakukan oleh PT. Cargill Indonesia, Teluk Intan, Liong Seng dan Gunung Sewu, juga menunjukkan bahwa kebijakan-kebijakan yang pemerintah tetapkan justru mendistorsi pasar dan menjadi sarana persaingan usaha tidak sehat.

Cartels in the regulation of Law No. 5 of 1999 concerning The Prohibition
of Monopolistic Practices and Unfair Business Competition declared as one of the
prohibited activities. Such prohibition regarding price fixing through cartels can
result in losses to consumers or the public. There are four (4) importers that the
Commission for the Supervision of Business Competition has been suspected
price fixing through cartels, disrupt the stability of fair competition, namely PT.
Cargill Indonesia, Teluk Intan, Liong Seng, and Mount Sewu. This research is
normative juridical legal research which conducted by descriptive analysis
through literature and an analysis of the case.
Results indicate that there are price
fixing through cartel activities conducted by PT. Cargill Indonesia, Teluk Intan,
Liong Seng and Mount Sewu, also the result showed that the government policies
actually could distort markets and set it into a tool of unfair competition.
"
2016
S62577
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bilqis Fitria Salsabiela
"Tesis ini membahas mengenai 2 komoditas yang menjadi salah satu bisnis unit Cargill, yakni; komoditas kedelai dan sawit. Dalam bisnis kedelai, Cargill menjadi salah satu importir besar kedelai di dalam negeri, di dalam tesis ini akan dicermati tingkat ketergantungan Indonesia yang tinggi terhadap impor kedelai, krisis kedelai di tahun 2008, indikasi kartel serta dampak terhadap seluruh rantai bisnis berbasis kedelai. Sementara dalam komoditas sawit, akan di cermati kasus konversi lahan Hindoli-Cargill yang merupakan anak usaha Cargill serta dampaknya terhadap sektor pertanian, kedua hal ini akan menggiring pada kesimpulan sisi negatif dan positif sebuah MNC Agribisnis bernama Cargill.

This thesis explain about two commodities which are Cargill`s business units; grain commodities and palm oils. In Cargill grains, Cargill become one of the biggest importir in this country, so this thesis will describe the degree of indonesian`s defendency of impor grains, grains crisis in 2008, cartel indication and also the impact for all the business circle in grains. And in palm oils commodities, this thesis will explain about Hindoli-Cargill conversion case and its impact to agriculture sector, these two cases will bring to the resume about a negative and positive side from Agribusiness MNC named Cargill."
Depok: Universitas Indonesia, 2012
T30778
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Ikatan Ahli Arkeologi Indonesia (IAAI), 2008
306.095 98 PRA
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2002
915.98 GUN
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Inge Noer Khairine
"Skripsi ini membahas mengenai dugaan praktik anti persaingan usaha yaitu predatory pricing dalam penyelenggaraan jasa transportasi oleh Go-Jek. Dugaan ini berdasarkan pada penetapan tarif yang sangat rendah/murah yang dilakukan PT. Go-Jek Indonesia yang beroperasi di wilayah DKI Jakarta. Go-Jek muncul sebagai pelopor ojek berbasis teknologi aplikasi yang menawarkan kemudahan bagi konsumen untuk menggunakan jasa layanan angkutan ojek tersebut. Konsumen dapat mengunduh aplikasi Go-Jek melalui smartphone dan dapat digunakan untuk memesan Go-Jek dengan mudah dan cepat. Penelitian ini membuktikan bahwa PT. Go-Jek telah melakukan praktik predatory pricing sehingga menimbulkan adanya persaingan usaha tidak sehat.

The focus in this thesis is about the alleged of unfair competition practices which is the practice due to the determination of the very low fare that done by PT Go-Jek Indonesia which operates in DKI Jakarta. Go-Jek emerged as a pioneer of technology-based application that offers convenience for the customer to use the service of the ojek transport services. Customers can download the application through smartphone and can be used to hail a Go-Jek easily and quickly. This is a reasearch study using normative juridical method. Results of this study is that PT. Go-Jek Indonesia has been proven to have a very low fare cost which led to the practive of predatory pricing and unfair competition."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2016
S62175
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Handiman Rico
"Geomorfologi mempelajari kenampakan muka bumi, bentuk-bentuk dan proses-prosesnya. Salah satu kenampakan yang unik dan menarik untuk diteliti adalah bentuk karst. Gunung Sewu merupakan wilayah karst yang dijumpai di Pulau Jawa tepatnya pada Zone Plato Selatan (Pannekoek, 1949).
Gunung Sewu mempunyai karakteristik geomorfologi yang khas yaitu bentuknya merupakan plato dengan bukit-bukit yang berbentuk kerucut dengan relief sama tinggi (100 m), dijumpai adanya gua-gua dengan ornamennya yang kuat, dan dijumpai pola aliran bawah tanah.
Wilayah penelitian termasuk dalam Kabupaten Pacitan, Jawa Timur, Yang menjadi masalah dalam tulisan ini adalah bagaimana karakteristik Plato Gunung Sewu dengan penekanan pada karakteristik gua karst dan pola penyebaran per satuan unit geomorfologi.
Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan karakteristik geomorfologi Plato Gunung Sewu adalah mencakup ciri-ciri guanya dan pola aliran sungainya. Plato Gunung Sewu terdiri dari empat unit geomorfologi, yaitu Unit Dendritik Utara, Unit Dendritik Selatan, Unit Sisa Peneplain dan Unit Aliran Bawah Tanah. Penyebaran Unit Dendritik di bagian Utara dan Selatan didominasi oleh batuan sedimen. Unit Sisa Peneplain merupakan dataran yang hampir rata. terbentuk ketika pengangkatan mengalami percepatan yang ditandai oleh pergeseran pantai purba ke arah utara. Unit Aliran Bawah Tanah terbentuk ketika pengangkatan mengalami percepatan yang sangat tinggi pada periode akhir, penyebarannya di bagian selatan dengan batuan yang mendasari karang koral kapur. Sungai-sungainya mengalir di dalam tanah, proses erosi kimiawi, dan pembentukan kapur terus berlangsung sepenuhnya di Wilayah Plato Gunung Sewu."
Jakarta: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1990
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kusnul Nur Kasanah
"Dinas Pariwisata Kabupaten Gunungkidul menghadapi berbagai permasalahan dalam pengembangan geowisata di Geopark Gunung Sewu yang menunjukkan adanya keterbatasan sumber daya pemerintah daerah, sehingga mendorong Dinas Pariwisata Kabupaten Gunungkidul membangun tata kelola kolaboratif dengan berbagai pemangku kepentingan. Menggunakan pendekatan postpositivism dan metode kualitatif, penelitian ini menjawab bagaimana proses tata kelola kolaboratif dalam pengelolaan pariwisata Geopark Gunung Sewu di Kabupaten Gunungkidul dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses tata kelola kolaboratif telah terbangun antara Dinas Pariwisata Kabupaten Gunungkidul, Pemerintah Desa setempat, Kelompok Masyarakat Pengelola Geosite, dan Perguruan Tinggi karena adanya kepercayaan dan kesetaraan pemahaman tentang konsep pengembangan geopark, komitmen yang ditunjukkan dengan keterlibatan dalam proses kolaborasi, serta hasil yang sudah dirasakan oleh pemangku kepentingan, sedangkan dialog menjadi media untuk membangun kepercayaan, pemahaman, komitmen, dan mencapai hasil antara. Keterlibatan swasta dalam proses tata kelola kolaboratif masih terbatas, belum terbangun secara luas, dan kerja sama dengan Dinas Pariwisata Kabupaten Pacitan dan Dinas Pariwisata Kabupaten Wonogiri belum direalisasikan. Faktor ketokohan dan keberadaan pemimpin organis ditingkat kelompok masyarakat menentukan jalannya proses tata kelola kolaboratif. Penelitian juga menemukan bahwa budaya masyarakat Gunungkidul dan teknologi komunikasi menjadi faktor yang mempengaruhi proses tata kelola kolaboratif. Inklusifitas forum sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi proses tata kelola kolaboratif diupayakan oleh Dinas Pariwisata Kabupaten Gunungkidul dengan menginisiasi pembentukan PHRI dan HPI Cabang Gunungkidul, serta Forum Promosi Pariwisata Daerah yang diikuti oleh lintas pelaku. Kelembagaan Badan Pengelola Geopark Gunung Sewu yang dibentuk dengan Keputusan Bupati Gunungkidul Nomor 171 Tahun 2017 belum efektif mendorong tata kelola kolaboratif antara tiga kabupaten, karena tidak memiliki instrumen untuk menyatukan komitmen.

The Gunungkidul Regent`s Tourism Office has been dealing with various problems in geo tourism management of Geopark Gunung Sewu, mainly caused by the local government`s limited resources, which in turn prompting the government to establish solid collaboration with relevant stakeholders. The study adopts a postpositivism approach using qualitative methods and will address the issue on a collaboration process of tourism management and other factors affecting it in Geopark Gunung Sewu in the Gunungkidul Regency. The result reveal that collaborative governance processes has been established between the Gunungkidul Regent`s Tourism Office, the local Village Government, the Geosite Management Community Group, and the College Academics, because they shared the mutual beliefs and understanding of geopark development concepts, demonstrated their commitment by fully involved in the collaborative process, and acknowledged the results, while using dialogue as a medium to build trust, understanding, commitment, and achieve intermediate outcomes. Private involvement in collaborative governance processes is still limited, not yet widely established, and cooperation with the Pacitan Regent`s Tourism Office and Wonogiri Regent`s Tourism Office has not been realized. The leadership factor and the presence of organic leaders at the community level determined the process of collaborative governance. The study also found out that the community culture of Gunungkidul and communication technology has become a factor affecting collaborative governance process. The inclusiveness of the forum as one of the factors influencing the collaborative governance process was endeavored by the Gunungkidul Regent`s Tourism Office through the initiation of the formation of PHRI and HPI Branch of Gunungkidul, as well as the Tourism Promotion Forum of the Region joined by cross stakeholders. The establishment of Geopark Management Board of Gunung Sewu, which was formed by the Decision of Bupati of Gunungkidul Number 171 of 2017, has not been effective in promoting collaborative governance between the three regents, as it has no instruments to unite the commitments. "
Depok: Universitas Indonesia, 2018
T53632
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Hariz Tommy Irmiansyah
"Skripsi ini membahas mengenai dugaan praktik anti persaingan berupa dugaan adanya praktik kartel yang terjadi pada komoditas beras di Indonesia karena adanya kenaikan harga beras pada akhir tahun 2015 yang dinilai tidak wajar oleh Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) yang dianggap sebagai indikasi adanya kartel ditinjau dari Undang-Undang No. 5 Tahun 1999. Penelitian ini merupakan penelitian yuridis-normatif menggunakan data primer dan sekunder. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kenaikan harga beras tersebut dinilai wajar karena terjadi pada musim paceklik dan indikasi dari KPPU menduga adanya kartel pada komoditas beras ini didasarkan pada kenaikan harga beras pada bulan November dan Desember 2015 yang dianggap tidak wajar. Dan dugaan ini masih belum cukup kuat sebagai sebuah dasar adanya indikasi praktik kartel.

This bachelor thesis discusses about allegation anti-competition practices in the form of alleged cartel practices on rice commodity because increases price of rice in the end 2015 were judged abnormal by KPPU based on Law Number 5 Year 1999 about Prohibition of Monopoly Practices And Unfair Business Competition. The study is normative-juridicial research using primary and secondary data. The result of the research shows that increases price of rice were judged fair because happened in famine season and indication from KPPU to alleged a presence of cartel practices on rice commodity is because increases price of rice in November and December 2015 were judged unfair. And this allegation is not substantial enough to be a basis of alleged a presence of cartel practices."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2016
S64108
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Willy Darmawan
"ABSTRAK
Air merupakan sumber daya alam yang sangat dibutuhkan dalam kehidupan. Ketersediaan sumber daya air merupakan masalah umum yang dihadapi masyarakat di kawasan karst. Inilah salah satu ciri khas Kabupaten Gunungkidul sebagai bagian dari kawasan karst Gunung Sewu yang membuat kawasan ini rawan kekeringan. Namun kawasan karst Gunung Sewu memiliki banyak potensi mata air dengan debit yang bervariasi. Mata air merupakan titik di mana air bawah tanah keluar dari permukaan bumi yang terjadi akibat luapan air di lapisan akuifer. Di kawasan karst munculnya mata air merupakan hasil pelarutan baik di permukaan maupun di tanah. Debit pada mata air karst sangat dipengaruhi oleh topografi dan struktur geologi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pendekatan spasial. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah variasi debit mata air di kawasan karst. Sedangkan variabel bebas yang digunakan adalah ketinggian tempat, daerah tangkapan mata air, dan curah hujan di kawasan karst Gunung Sewu. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis spasial kuantitatif dan uji korelasi dengan metode korelasi ganda. Sebaran mata air di kawasan karst Gunung Sewu menunjukkan pola yang mengelompok. Dari 18 mata air yang diteliti, setidaknya terdapat 8 kelompok mata air yang tersebar di kawasan karst Gunung Sewu. Debit yang tercatat untuk 18 sampel mata air tersebut bervariasi dari 2 liter per detik hingga 200 liter per detik. Berdasarkan hasil analisis regresi linier berganda diperoleh nilai korelasi sebesar 0,763 dan koefisien determinasi sebesar 0,582 yang menunjukkan bahwa kombinasi variabel bebas berpengaruh terhadap besarnya debit mata air sebesar 58,2%. Secara spasial variasi debit mata air di kawasan karst Gunung Sewu dapat dilihat dari perbedaan ketinggiannya. Di daerah tangkapan yang sama, mata air yang terletak di ketinggian yang lebih rendah akan memiliki debit yang lebih tinggi. Kenaikan debit pegas untuk setiap perbedaan ketinggian 1 meter adalah 0,132 liter per detik.
ABSTRACT
Water is a natural resource that is needed in life. The availability of water resources is a common problem faced by communities in karst areas. This is one of the characteristics of Gunungkidul Regency as part of the Mount Sewu karst area which makes this area prone to drought. However, the Gunung Sewu karst area has many potential springs with varying discharge. A spring is the point where underground water comes out of the earth's surface which occurs as a result of water overflowing in the aquifer layer. In karst areas, the emergence of springs is the result of dissolving both on the surface and on the ground. The discharge of karst springs is highly influenced by topography and geological structure. The method used in this research is a spatial approach method. The dependent variable in this study is the variation of spring discharge in the karst area. While the independent variables used are altitude, spring catchment area, and rainfall in the Gunung Sewu karst area. The analysis used in this research is quantitative spatial analysis and correlation test with multiple correlation methods. The distribution of springs in the Gunung Sewu karst area shows a clustered pattern. Of the 18 springs studied, there were at least 8 groups of springs scattered in the karst area of ​​Mount Sewu. The discharge recorded for the 18 spring samples varied from 2 liters per second to 200 liters per second. Based on the results of multiple linear regression analysis, the correlation value is 0.763 and the determination coefficient is 0.582, which indicates that the combination of independent variables has an effect on the amount of spring discharge by 58.2%. Spatially, the variation of spring discharge in the karst area of ​​Mount Sewu can be seen from the difference in height. In the same catchment area, springs located at a lower altitude will have a higher discharge. The increase in spring discharge for each 1 meter height difference is 0.132 liters per second."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Geraldi Eka Raditya Putra
"[Skripsi ini membahas tentang fenomena praktik anti persaingan yang melewati batas geografis suatu negara. Penelitian ini adalah penelitian yuridis normatif dengan menggunakan data sekunder. Hasil dari penelitian ini
menunjukkan bahwa perilaku anti persaingan lintas negara dilatarbelakangi oleh adanya kerjasama ekonomi baik regional maupun internasional yang membentuk suatu pasar bebas dengan jenis praktik anti persaingan yang bermacam-macam, seperti: (a) Akses Pasar; (b) Kartel Internasional; (c) Kartel Ekspor); (d) Merger dan Akuisisi dengan internasional spillover, dan (e) Praktik sewenang-wenang
oleh TNC (Trans National Corporation). Dari adanya praktik anti persaingan lintas negara tersebut, penelitian ini mengambil kesimpulan bahwa: Pertama, Praktik anti persaingan lintas negara memliki perbedaan dengan praktik anti persaingan domestik dalam hal dimensi internasionalitasnya, Kedua, Setiap Yurisdiksi Persaingan Usaha di berbagai negara memiliki kebijakan persaingan
yang berbeda-beda dalam melakukan penanganan terhadap praktik anti kompetisi lintas negara tersebut, dan Ketiga, pentingnya memelihara jalinan nilai-nilai yang dianggap baik sehingga akan tercipta kondisi persaingan yang harmonis.

This thesis discusses the phenomenon of anti-competitive practices that pass through the geographical boundaries of a country. This research is a normative juridical research using secondary data. The results of this study indicate that the anti-competitive behavior across countries, motivated by economic cooperation both regionally and internationally, which form a free market with the type of anti-competitive practices are diverse, such as: (a) Market Access; (b) International Cartel; (c) Export Cartel); (d) Merger and Acquisition with international spillover, and (e) Arbitrary Practice by TNCs (Trans National Corporation). From the existence of cross border anti-competitive practices, this study conclude that: First, cross border anti-competitive practices possess differences with domestic anti-competitive practices in terms of its internationality
dimensions , Second, each of Competition jurisdiction in various country have
different competition policy in handling cross border anti-competitive practices, and Third, the importance of maintaining the relation of values that are considered good that will create harmonious conditions of competition., This thesis discusses the phenomenon of anti-competitive practices that
pass through the geographical boundaries of a country. This research is a
normative juridical research using secondary data. The results of this study
indicate that the anti-competitive behavior across countries, motivated by
economic cooperation both regionally and internationally, which form a free
market with the type of anti-competitive practices are diverse, such as: (a) Market
Access; (b) International Cartel; (c) Export Cartel); (d) Merger and Acquisition
with international spillover, and (e) Arbitrary Practice by TNCs (Trans National
Corporation). From the existence of cross border anti-competitive practices, this
study conclude that: First, cross border anti-competitive practices possess
differences with domestic anti-competitive practices in terms of its internationality
dimensions , Second, each of Competition jurisdiction in various country have
different competition policy in handling cross border anti-competitive practices,
and Third, the importance of maintaining the relation of values that are
considered good that will create harmonious conditions of competition.]
"
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2015
S58431
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>