Ditemukan 145891 dokumen yang sesuai dengan query
Dinda Ning Kasih Abduh Putri
"Skripsi ini membahas tentang penerapan konsep kritik dan kritik-diri yang terjadi pada era Revolusi Kebudayaan RRT (1966-1976). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjawab apakah sebenarnya kritik dan kritik-diri dapat menyelesaikan kontradiksi yang terjadi di PKT menjelang Revolusi Kebudayaan. Melalui metode kualitatif deskriptif, penelitian dilakukan dengan memaparkan Pemikiran Mao serta kontradiksi antara kelompok Maois dan Liuis yang terjadi di era tersebut. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa konsep kritik dan kritik-diri dapat menyelesaikan kontradiksi tersebut meskipun penerapannya tidak berjalan sebagaimana mestinya.
The focus of this study is Criticism and Self-Criticism Concept Implementation in Chinese Cultural Revolution (1966-1976). The purpose of this study is to find the answer of whether criticism and self-criticism concept could truly solve the contradiction which was happened in Chinese Communist Party towards Chinese Cultural Revolution. Through descriptive qualitative method, this study explains Mao Zedong?s Thought and the contradiction between Maoist and Liuist which occured in that era. The result of this study shows that criticism and self-criticism concept could solve the contradiction, although the implementation was not executed as what it is meant to be."
2016
S62434
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Maharani Diaz Indra Pratiwi
"Ai Qing adalah salah satu penyair terkemuka Tiongkok yang telah menghasilkan berbagai karya dari masa ke masa. Mulai dari masa setelah ia keluar dari penjara, setelah berdirinya Republik Rakyat Tiongkok, hingga setelah ia kembali dari pengasingannya. Namun ketiga era tersebut menghasilkan karya dengan gaya yang berbeda. Maka dari itu, tulisan ini akan meneliti karya-karya Ai Qing pada ketiga era tersebut. Tujuan dari tulisan ini adalah untuk mengetahui bagaimana gaya dan bentuk puisi Ai Qing dari masa ke masa. Metode yang akan digunakan pada penelitian ini adalah metode kualitatif dengan pendekatan ekstrinsik. Hasil dari penelitian ini menunjukkan adanya perubahan yang signifikan pada karya Ai Qing pada ketiga era tersebut. Perbedaan tersebut muncul karena adanya gejolak yang terjadi pada kehidupan Ai Qing. Selain itu, kondisi sosial politik di Tiongkok juga berpengaruh besar pada karya-karya yang ia hasilkan.
Ai Qing is one of China's leading poets who has produced various artworks from time to time. Starting from the time after he was released from prison, after the founding of the People's Republic of China, until after he returned from his exile. But the three eras turned out to produce artworks with different styles. Therefore, this paper will examine the artworks of Ai Qing in the three eras. The purpose of this paper is to find out the style and form of Ai Qing's poetry from time to time. The method that will be used in this research is a qualitative method while the approach used is extrinsic. The results of this research indicate a significant change in Ai Qing's work in the three eras. The difference arose because of the turmoil that occurred in Ai Qing's life. In addition, the socio-political conditions in China also greatly influenced the artworks he produced."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Alfath Hanifah Megawati
"Fokus dari penelitian pada tesis adalah untuk mengetahui efektivitas keterampilan self-compassion yang diberikan melalui Compassion-focused Therapy (CFT) dalam menurunkan intensitas dorongan melukai diri sendiri, tingkat kritik diri, dan tingkat gejala emosi negatif. Subjek dari penelitian ini dikhususkan pada mahasiswa Universitas Indonesia yang melakukan perilaku melukai diri sendiri dalam rentang satu tahun terakhir. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode single group with repeated measurement (ABA Design) dengan n=3. Intervensi CFT diberikan dalam enam sesi individual. Pengukuran kuantitatif dilakukan dalam tiga fase, yaitu fase baseline, fase intervensi, dan fase follow-up (tiga kali pengukuran dilakukan pada masing-masing fase). Fase intervensi dilakukan minimal satu minggu sekali dan fase follow-up pertama dilakukan enam minggu setelah sesi intervensi terakhir dilakukan (interval dua minggu untuk pengukuran selanjutnya di fase follow-up). Hasil dari penelitian ini, CFT terbukti efektif dalam menurunkan intensitas dorongan melukai diri sendiri, tingkat kritik diri, dan tingkat gejala emosi negatif. Perubahan positif ini merupakan hasil dari keterampilan self-compassion yang dipelajari selama sesi intervensi. Keterampilan self-compassion membantu partisipan mengembangkan kesadaran akan diri dan perspektif positif mengenai diri dan kehidupan mereka, serta membantu partisipan untuk menemukan strategi coping emosional yang berbasis compassion untuk meregulasi emosi negatif, mengelola kritik pada diri, dan mengontrol dorongan melukai diri sendiri. Hasil ini diperkuat dengan tidak adanya kemunculan perilaku melukai diri sendiri selama penelitian berlangsung. Rata-rata penurunan dari ketiga variabel penelitian juga dapat dipertahankan sampai dengan pengukuran di fase follow-up.
The focus of the study in this thesis is to find the effectiveness of compassion skills given through Compassion-focused Therapy (CFT) in decreasing intensity of urge to self-injury, level of self-criticism, and level of negative emotional symptoms. The subjects of this study were devoted to University of Indonesia students who committed self-injury in the past one year. This study used single group with repeated measurement method (ABA Design) with n=3. CFT was performed in six individual sessions. The quantitative measurement was conducted in three phase, that is baseline, intervention, dan follow-up (three measurements were conducted in each phase). The intervention phase was performed at least once a week and the first of follow-up phase was conducted six weeks after the last session (interval two weeks for the next measurement in follow-up phase). Result of this study, CFT has proven effective in decreasing intensity of urge to self-injury, level of self-criticism, and level of the symptoms of negative emotion. These positive changes are the result of self-compassion skills learned during the intervention sessions. Self-compassion skills helps the participants to develop their self-awareness dan positive perspective related to themselves and their life, and helps the participants to find compassion-based emosional coping strategy to regulate their negative emotion and self-criticism. These results are confirmed by the absence of self-injury behavior during the study. The mean of decline in the three research variables can also be maintained until measurement in the follow-up phase."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
T51781
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Jasmine Kartika
"
ABSTRAKRevolusi Kebudayaan Cina 1966-1976 merupakan salah satu peristiwa penting dalam sejarah Cina. Revolusi Kebudayaan adalah kebijakan yang dicetuskan oleh Mao Zedong ??? . Mao mencetuskan Revolusi Kebudayaan ini untuk menghilangkan pengaruh Kapitalis di Cina, Berdasarkan dinamika yang terjadi dalam peristiwa ini maka sering kali digunakan menjadi latar di berbagai film Cina. Salah satu film yang mengambil latar pada saat Revolusi Kebudayaan adalah film Sh?nzh?sh Zh? Li n Under The Hawthorn Tree . Film ini menceritakan kisah cinta seorang gadis bernama Zhang Jingqiu, dan pemuda bernama Sun Jianxin pada masa Revolusi Kebudayaan. Penelitian ini berusaha mencari korelasi apa saja aspek simbol dan kebijakan apa yang muncul sebagai cerminan Revolusi Kebudayaan. Selain itu bagaimanakah aspek-aspek tersebut mencerminkan Revolusi Kebudayaan dalam film.
ABSTRACTThe Chinese Cultural Revolution 1966-1976 was one of the most important events in Chinese history. The Cultural Revolution is a policy initiated by Mao Zedong ??? . Mao sparked this Cultural Revolution to eliminate the influence of Capitalists in China. Based on the dynamics of this event, it is often used as a backdrop for various Chinese films. One of the films that took place during the Cultural Revolution was the Sh?nzh?sh Zh? Li n Under The Hawthorn Tree film. The film tells the love story of a girl named Zhang Jingqiu, and a young man named Sun Jianxin during the Cultural Revolution. This research seeks to find out what correlation aspects of symbols and policies emerge as a reflection of the Cultural Revolution. In addition, how these aspects reflect the Cultural Revolution in the film. "
2018
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja Universitas Indonesia Library
Hermin Leonny
"
ABSTRAKSejak masa kanak-kanak, hidup Jiang Qing tidak bahagia. Ayahnya yang kejam dan sering berbuat sewenang-wenang terhadap ibunya, telah membuat Jiang Qing bertekad tidak akan menjadi wanita yang lemah seperti ibunya. Ia tumbuh menjadi seorang wanita yang pantang menyerah,pendendam, dan ambisius. Pernikahannyadengan Mao Zedong telah membuka jalan bagi Jiang-Qing untukmenunjukkan kekuasaannya. Revolusi Kebudayaan yang dilancarkan Mao untuk menyingkirkan lawan-lawan politiknya pada akhirnya dijadikan alat oleh Jiang Qing untuk membalaskan dendam pribadinya terhadap orang-orang yang pernah menghinanya. Tindakan pembersihan iniberlangsung dari tahun 1966 hingga tahun 1976. Ketika Mao Zedong wafat, kedudukan Jiang Qing mulai terancam. Pada bulan Oktober 1976, ia ditangkap dan dengan demikian berakhirlah dinastinya.
"
1996
S12882
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Kleden, Ignas
Jakarta: LP3ES, 1987
303.482 KLE s
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
Kleden, Ignas, organizer
Jakarta: Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial, 1988
303.482 KLE s
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
Armand Eugene Richir
"
ABSTRAKTujuan penulisan skripsi ini adalah untuk nenggambarkan secara jelas peristiwa Revolusi Kebudayaan (1965-1969), yang menitik beratkan pada pertentangan antara Mao Zedong dan Liu Shaogi. Revolusi Kebudayaan adalah suatu revolusi untuk mentransformasikan pera_daban bangsa dan untuk merubah sikap manusia agar tercipta seorang manusia kolektif yang sepenuhnya mencurahkan perhatian kepada perjuangan kelas, garismassa, dan pendekatan Maois menuju transformasi sosialis.Dalam perkembangan selanjutnya Revolusi Kebudayaan yang dilancarkan oleh - Mao lebih merupakan suatu kekuatan untuk menghancurkan bangunan atas atau penguasa Partai yang mengambi] jalan kapitalis..Periode tahun 1965 merupakan periode pengkonsolidasian kediktatoran proletar.'Periode tahun 1966-1969 merupakan periode persaingan atau perebutan ke_kuasaan (power struggle) antara elit politik dan penguasa di Cina. Pada perio_de ini Mao mencari dukungan di luar Partai seperti Pengatral Merah, yaitu para pemuda-pemudi yang diorganisir menjadi kelompok yang bersifat militer dan mili_tan. Selain itu, Mao juga mengandalkan kekuatan Tentara Pembebasan Rekyat/TPR yang ditandai dengan pembentukan Komite Revolusioner. Kekuatan-kekuatan Pengawal Merah dan TPR digunakan Mao untuk membangun kembali supremasi otoritasnya dan memastikan keabadian ideologi serta pemikiran Mao yang mulai memudar pada awal Revolusi Kebudayaan. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa Revolusi Kebudayaan sesungguhnya dirancang oleh Mao untuk memurnikan gagasan ideologi dan menciptakan masyarakat sosialis berdasarkan pikiran-pikiran Mao. Namun, jalan yang ditempuh untuk men_capai tujuan itu secara tak terelakkan harus melalui perebutan kekuasaan...
"
1986
S12831
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
N. Ika M. Sukarno
"Tujuan penulisan skripsi ini adalah untuk menggambarkan secara jelas mengenai Lin Biao, menitikberatkan pada peranan Lin Biao dalam Revolusi Kebudayaan dan sepak terjangnya sesudah revolusi berakhir hingga ia meninggal dunia. Lin Biao adalah seorang panglima perang yang tangguh, di mana ia dikenal ahli dalam strategi peperangan. Titik awal karir Lin Biao dimulai setelah ia lulus dari Akademi Militer Whampoa tahun 1926. Selama Revolusi Kebudayaan berlangsung, Lin Biao selalu berada di belakang Mao. Pidato-pidato dan perkataan-perkataan Mao selalu ia dengungkan dalam setiap pertemuan massa. Dengan cara ini, ia menarik massa untuk turut serta dalam Revolusi Kebudayaan. Lin Biao juga merupakan orang yang menggerakkan Pengawal Merah. Setelah keadaan negara menjadi sangat kacau, Lin Biao menggunakan Tentara Pembebasan Rakyat yang berada di bawah pengaruhnya untuk mengamankan situasi. Hasilnya adalah kepercayaan Mao padanya bertambah dan Lin Biao diangkat secara resmi menjadi ahli waris dan penerus Mao. Setelah pengangkatan itu, Mao merasa pengaruh Lin Biao terlalu besar, sehingga ia merasa perlu menantangnya dengan maksud agar pengaruhnya berkurang. Di lain pihak, Lin Biao merasakan kekuatannya cukup kuat untuk dapat menggeser Mao. la dan kelompoknya menyusun rencana dan membangun kekuatan untuk menggulingkan Mao. Rencana ini rupanya tercium oleh Mao, sehingga sebelum Lin Biao melaksanakan impiannya, Mao sudah terlebih dahulu memusnahkan Lin Biao pada tanggal 12 September 1971"
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1988
S-Pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Sutan Takdir Alisjahbana
Jakarta: Dian Rakyat, 1988
306 SUT r
Buku Teks Universitas Indonesia Library