Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 70613 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Hidroksiapatit [Ca10(PO4)6(OH)2] merupakan kandidat biomaterial yang menjanjikan untuk dijadikan sebagai scaffold dalam rekayasa jaringan. Pembuatan scaffold dari perpaduan hidroksiapatit dan kitosan telah berhasil dilakukan dengan metode freeze-drying (pengeringan beku). Pada penelitian ini komposit scaffold dibuat dengan mencampurkan kitosan dan hidroksiapatit dalam larutan asam asetat. Selanjutnya ditambahkan serbuk NaOH dengan kadar yang berbeda-beda (2, 3, 4, dan 5% w/v NaOH) untuk melihat karakteristik dari scaffold. Hasil preparasi komposit scaffold dibekukan pada suhu -30°C selama semalam dan pada suhu -80°C selama 24 jam dilanjutkan dengan proses pengeringan beku menggunakan alat freeze-dryer selama 72 jam. Komposit scaffold dikarakterisasi dengan melakukan uji kekuatan kompresi, Fourier Transform Infra-Red (FTIR) dan Scanning Electron Microscope (SEM).
Hasil yang didapat yaitu terjadi penghilangan gugus -NH3+ yang mengindikasikan pembentukan ikatan silang pada kitosan setelah penambahan NaOH. Penambahan NaOH mempercepat terbentuknya ikatan silang sehingga menyebabkan air terperangkap dalam gel. Setelah pengeringan beku menghasilkan scaffold berpori yang saling terhubung. Diameter pori rata-rata terbesar yaitu 175 µm pada penambahan 3% w/v NaOH sedangkan diameter pori rata-rata terkecil yaitu 54 µm pada penambahan 5% w/v NaOH. Dari hasil pengujian kompresi, sifat mekanik scaffold meningkat seiring dengan penambahan NaOH dengan nilai optimum kekuatan kompresi sebesar 54,21 KPa.

Hydroxyapatite [Ca10(PO4)6(OH)2] is a promising candidate biomaterial as a scaffold in tissue engineering. Hydroxyapatite-chitosan composite scaffolds has been successfully manufactured by freeze-drying method. In this work, composite scaffolds were prepared by blending chitosan and hydroxyapatite in acetic acid solution. Varied NaOH powders (2, 3, 4, and 5% w/v NaOH) were added to investigate the characteristics of the scaffolds. The prepared composite scaffolds were frozen at -30°C for a night and at -80°C for 24 hours followed with drying pr°Cess using freeze-drying machine for 72 hours. Composite scaffolds were characterized using a universal compression machine, Fourier Transform Infra-Red (FTIR), and Scanning Electron Microscope (SEM) studies.
The result is there is -NH3+ group elimination that indicate cross-linked formation on chitosan after NaOH addition. The NaOH addition provided crosslink formation faster that caused the water trapped in gel. After freeze-dried, it produces scaffold with interconnected pore. The biggest average pore diameter is 175 µm with 3% w/v NaOH addition, while the smallest average pore diameter is 54 µm with 5% w/v NaOH addition. From compression testing, it shows that the mechanical property of scaffolds would increase along with the NaOH addition with the optimum compressive strength about 54,21 KPa.
"
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S62438
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dicki Rachman
"Metode pengeringan beku atau liofilisasi, digunakan dalam preparasi matriks kitosan-alginat yang dimuati oleh ekstrak kulit manggis untuk sediaan oral. Metode ini tidak melibatkan proses pencucian dan pemanasan. Oleh karena itu, cocok untuk enkapsulasi senyawa bioaktif sensitif sejenis xanthone. Metode pengeringan beku juga dapat menghasilkan matriks dengan pemuatan yang cukup tinggi, serta dengan komposisi yang tepat dari biopolimer dapat mencapai pelepasan yang ditargetkan, misalnya di usus besar. Beberapa variasi komposisi kitosan dan alginat telah digunakan dalam preparasi sistem sediaan obat secara oral. Mangostin, yang merupakan senyawa turunan xanthone dalam ekstrak manggis, dikenal karena aktivitas antioksidan yang tinggi dan dapat menghambat proliferasi kanker usus besar. Scanning electron microscopy, spektroskopi inframerah, dan spektroskopi ultra violet, telah digunakan untuk mengkarakterisasi matriks dan mangostin yang dilepaskan. Pelepasan mangostin dari matriks dalam cairan sintetis gastrointestinal diteliti untuk menetapkan pengaruh komposisi alginat chitosan pada profil pelepasan mangostin. Pengurangan rasio berat kitosan terhadap alginat meningkatkan interaksi matriks-mangostin, yang ditunjukkan dengan rendahnya akumulasi pelepasan mangostin dalam simulasi cairan asam lambung. Pengamatan uji pelepasan in-vitro menggunakan cairan gastrointestinal menunjukkan bahwa matriks kitosan-alginat dapat digunakan untuk menghantarkan pelepasan mangostin ke target. Dengan demikian, metode pengeringan beku memungkinkan pemuatan mangostin yang tinggi dalam matriks kitosan-alginat.

Lyophilisation method was selected for preparing chitosan alginate matrices loaded with the extract of mangosteen pericarp for oral administration. This method does not involve washing and heating processes, and therefore, suitable for the encapsulation of sensitive bioactives such as xanthones. Freeze drying also facilitates a high bioactives loading, and with a proper composition of biopolymers could achieve targeted release in the colon. Various composition of chitosan and alginate have been used in the preparation of the oral delivery system. Mangostins, xanthones in the mangosteen pericarp extract, are known for their high antioxidant activity and that can inhibit the proliferation of colon cancer. Scanning electron microscopy, infrared spectroscopy, and ultra violet spectroscopy, have been used to characterize the matrices and the mangostins released. The release of mangostins from the matrices in the simulated gastrointestinal fluids was studied in order to establish the influence of chitosan alginate composition on the mangostins profile release. Decreasing chitosan to alginate weight ratio increased the matrix mangostins interactions, which is shown with the low accumulated release of mangostins in acidic simulated gastric fluids. The in vitro release study using gastrointestinal fluids indicated that the matrices of chitosan alginate can be used to facilitate the targeted release of mangostins. Furthermore, freeze drying method allows the high loading of mangostins in the matrices of chitosan alginate."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadina Sabila Amany
"ABSTRAK
Fortifikasi pangan dianggap merupakan upaya yang paling sesuai untuk mengurangi penderita anemia akibat kekurangan zat besi atau Anemia Defisiensi Besi ADB. Namun, fortifikasi besi secara langsung dapat menurunkan kualitas organoleptis dan memperpendek masa simpan karena besi mudah mengalami oksidasi pada kondisi pH tertentu. Metode mikroenkapsulasi dipandang sebagai metode yang tepat untuk melindungi besi pada kondisi fluida tubuh, seperti lambung dan usus halus. Untuk mendapatkan mikropartikel yang efektif dalam mengkapsulasi besi II, modifikasi pada jumlah polimer diperlukan. Metode enkapsulasi yang digunakan adalah gelasi ionik yaitu menyalut 0,1g besi fumarat dengan polimer kitosan-alginat yang divariasikan berdasarkan rasio kitosan:alginat 0,5:0,5; 0,75:0,5; 1:0,5; serta 1,25:0,5g. Hasil penelitian menunjukkan efisiensi enkapsulasi terbesar terdapat pada mikropartikel dengan kitosan 1,25g yaitu 62,66 dan loading capacity terbesar pada mikropartikel dengan kitosan 1g yaitu 1.92. Berdasarkan hasil uji karakteristik mikropartikel dengan analisis SEM dan FTIR, dapat diketahui bahwa besi fumarat berhasil terjerap dalam mikropartikel kitosan-alginat. Seluruh mikropartikel menghasilkan pola pelepasan cepat dengan pelepasan kumulatif terendah pada jumlah kitosan 0,5g yaitu 58 dan tertinggi pada kitosan 2,5g yaitu 94. Hasil uji pelepasan dari mikropartikel kitosan-besi fumarat tersalut alginat menunjukan potensi formulasi untuk digunakan dalam fortifikasi pangan yang memilki target pelepasan sistem pencernaan.

ABSTRACT
Food fortification is considered to be the most suitable way to reduce iron deficiency anemia IDA. However, iron fortification can directly decrease organoleptic quality and shorten the shelf life because iron is susceptible to oxidation under certain pH conditions. The microencapsulation method is seen as an appropriate method for protecting iron in the fluid conditions in human body. To obtain microparticles that effective in encapsulating iron II, modification of polymer used is needed. Encapsulation was using 0.1 g of ferrous fumarate and coated with chitosan alginate polymer using ionic gelation method, which is varied on chitosan quantity in the microparticle as 0.5g, 0.75g, 1g, and 1.25g. Microencapsulation with 1.25 g of chitosan resulted the largest encapsulation efficiency as 62.66 and the largest loading capacity from microparticle with 1g chitosan that is 1.92. Based on the result of characteristic test with SEM and FTIR analysis, it can be seen that ferrous fumarate succeed to be encapsulated in chitosan alginate microparticles. Microparticle chitosan ferrous fumarate coated with alginate were found showing variated release profil in pH 7.4 58,8 94,8. Observations on in vitro release test of iron compounds indicate the potential of this formula used as food fortification that target is for digestive system."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ashilla Safiya
"Metode pengering beku dilakukan untuk preparasi matriks kitosan-alginat yang dimuati ekstrak oleoresin dari jahe merah untuk administrasi oral. Metode ini memiliki keuntungan dimana hilang nya zat aktif dalam proses preparasi dapat diminimalisir serta dapat menghasilkan persentase yield dan loading yang tinggi. Jahe telah diteliti mempunyai peran dalam pengobatan kanker, termasuk kanker kolom. Komponen [6]-gingerol dalam jahe telah diidentifikasi mempunyai peran dalam penekanan terhadap proses transformasi, hiperproliferasi, dan inflamasi di tahapan karsinogenesis, angiogenesis, serta metastasis. Scanning Electron Microscopy, X-Ray Diffraction, dan Infrared Spectroscopy digunakan untuk mengkarakterisasi matriks.
Simulasi pelepasan obat in vitro juga dilakukan dalam simulated gastrointestinal fluids yang menghasilkan profil rilis untuk mempelajari efek komposisi kitosan-alginat terhadap rilis dari oleoresin. Alginate terbukti dapat menahan pelepasan oleoresin pada 2 jam pertama. Komposisi rasio kitosan:alginat terbaik yang didapatkan adalah 1:0.5. Profil rilis dari matriks mengindikasi adanya potensi matriks dapat menjadi sistem penghantar obat terkendali dengan kolon sebagai target hantaran dan metode pengeringan beku telah terbukti untuk menghasilkan persentase yield dan loading yang tinggi.

Freeze drying method was used for preparing chitosan alginate matrices loaded with oleoresin extract of red ginger for oral administration. This method has the benefit of minimalizing the loss of active substance during preparation and was also expected to give a high yield and loading result. Ginger has been researched to act as an active substance in the treatment of cancer, including colon cancer. The 6 gingerol content of ginger has been identified to have a role in suppression of transformation, hyperproliferation and inflammation process in carcinogenesis, angiogenesis, and metastasis steps. Scanning Electron Microscopy, X Ray Diffraction, and Infrared Spectroscopy was used to characterize the matrices.
An in vitro drug release simulation was done in simulated gastrointestinal fluids to obtain profile release in order to study the effect of chitosan alginate composition towards oleoresin release. Alginate was able to suppress the release of oleoresin in the first 2 hours. The best composition of chitosan to alginate ratio in matrix obtained was 1 0.5. The release profile obtained indicates the potential of these matrices being used as a controlled drug carrier for colon targeted delivery and freeze drying method was also proven to produce high yield and loading percentage of matrix. Controlled Release of Drugs, Ginger Oleoresin, Chitosan, Alginate, Colon Cancer, Matrix, Freeze Drying
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aulia Dwi Rahmi
"Protransfersom merupakan liofilisasi dari transfersom dengan menghilangkan air pada transfersom menggunakan metode freeze drying yang bertujuan untuk lebih meningkatkan stabilitas fisik dan kimia vesikel. Transfersom dibuat dengan metode hidrasi lapis tipis dengan zat aktif asam azelat yang berfungsi sebagai antijerawat. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh kecepatan pendinginan freeze drying dalam pembuatan protransfersom terhadap karakter vesikel yang dibandingkan dengan karakter transfersom biasa dan untuk mengetahui stabilitas karakter masing-masing vesikel. Hasil uji stabilitas karaktersitik transfersom menunjukkan ukuran partikel yang tidak mengalami perubahan bermakna dari ukuran awal 89,06 nm. Hal yang sama ditunjukkan oleh protransfersom B yang disimpan pada suhu 4 C dengan ukuran awal 1218 nm. Efisiensi penjerapan tertinggi ditunjukkan oleh protransfersom B sebesar 45,65 . Sedangkan protransfersom A menunjukkan efisiensi penjerapan sebesar 45,20 dan transfersom sebesar 40,98 . Stabilitas efisiensi penjerapan yang paling baik juga ditunjukkan oleh protransfersom B dengan penurunan yang lebih rendah 5 setelah 2 minggu, 19 7 setelah 4 minggu dibandingkan protransfersom A 25 12 setelah 2 minggu, 7 12 setelah 4 minggu dan transfersom 12 setelah 2 minggu, 22 setelah 4 minggu . Bentuk vesikel yang tidak sferis ditunjukkan oleh protransfersom dengan menggunakan alat transmission electron microscope.

Protransfersome is the lyophilization of the transfersome by removing the water system with freeze drying method to improve the physical and chemical stability. Transfersome is made of the thin layer hydration technique, used azelaic acid, an antiacne, as a model drug. The aim of this research is to examine the effect of cooling rate in freeze drying toward vesicle characters that are compared to conventional transfersome and the character stability of each vesicle. The result of transfersome character stability indicates the particel size which does not significantly change during the storage from the initial measurement of 89,06 nm. The same result is indicated by protransfersome B, which is stored in temperature 4 C, that has the initial measurement of 1218 nm. The highest entrapment efficiency is pointed out by protransfersome B with the percentage is 45,65 . Meanwhile, the percentage of entrapment efficinecy protransfersome A is 45,20 , and transfersome is 40,98 . The best stability is indicated by protransfersome B with the smaller discharge of entrapment efficiency 5 after 2 weeks, 19 7 after 4 weeks compared to protransfersome A 25 12 after 2 weeks, 7 12 after 4 weeks and transfersome 12 after 2 weeks, 22 after 4 weeks . The unspheric vesicle morphology of protransfersome is determined by transmission electron microscope."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2018
S68712
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2000
S37215
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rohman Hidayah
"Pengeringan beku diakui sebagai metode pengeringan terbaik tetapi sangat intensif energi yang disebabkan dua hal yaitu proses pembekuan pada tekanan yang berbeda dengan pengeringan dan perambatan panas yang lambat selama sublimasi. Untuk mengatasi hal ini maka diusulkan penyelesaian dengan pemanfaatan pembekuan vakum dan pemanasan dari bawah dengan memanfaatkan panas terbuang dari kondenser. Dengan demikian diharapkan pemakaian energi pada proses pengeringan beku berkurang. Proses pembekuan dalam hal ini dihasilkan dari perubahan tekanan dalam suatu tabung vakum yang mengacu pada diagram fase air dimana seiring dengan penurunan tekanan maka akan terjadi penurunan temperatur dalam suatu ruang sehingga jika suatu produk yang dijadikan sebagai eksperimen diletakkan didalamnya maka akan terjadi proses pembekukan. Seiring dengan pembekuan produk kemudian dilanjutkan dengan proses pemanasan dengan temperatur ruang (sekitar 27ºC) untuk mencapai titik sublimasi sehingga terjadi proses pengeringan.
Perancangan kali akan terdiri dari dua hal yang diharapkan saling mendukung yakni sistem mekanikal yang akan mengkondisikan sistem dalam keadaan vakum dengan tekanan yang direncakan sebesar 0,1 mbar sehingga diperlukan perhitungan kekuatan material serta sistem refrigerasi yang berfungsi untuk memanaskan produk dan menyediakan permukaan yang bertemperatur rendah agar terjadi penangkapan uap air yang dihasilkan proses sublimasi selama pengeringan produk. Untuk itu diperlukan refrigeran yang mampu menghasilkan temperatur cukup rendah sekaligus panas buang kondenser yang cukup untuk dimanfaatkan sebagai pemanas sehingga diharapkan akan mencapai sistem pengering beku yang optimal. Perancangan alat pengering beku menggunakan tabung silinder sebagai ruang vakum untuk mengeringkan produk dan ruang silinder sebagai tempat evaporator yang akan menagkap uap. Komponen tersebut dirancang dengan perletakan yang disesuaikan dengan penggunaannya dilabolatorium sebagai alat dalam proses pengujian yang menggunakan spesimen aloe vera sehingga menghasilkan data awal proses pengeringan beku yang akan dijadikan sebagai masukan dalam penelitian.

Freeze drying is recognized as the best drying methods but is very energy intensive due to two things namely the freezing process at different pressure with heat drying and slow propagation during sublimation. To overcome this problem, the proposed settlement with the use of vacuum freezing and heating from below by utilizing waste heat from the condenser. Thus the energy consumption is expected to decrease among freeze drying process. The freezing process in this case resulting from change in pressure in vacuum chamber, which refer to the water phase diagram, which along with the decrease in pressure will decrease the temperature in the room so that is a product is used as axperiment placed therein will be freezed. Along with the freezing of the product followed by the heating process (at room temperature around 27ºC) to reach the point that there is a process of sublimation drying.
The design will consist of two things which are expected to support each other, mechanical systems that will condition the system in a vacuum with a pressure of 0,1 mbar planned so that the necessary to calculate material strength needed and refrigeration system that serves to heat the surface of the product and also provides a low temperature to an arrest resulting water vapor during the drying process of sublimation product. This requires the refrigerant is able to produce sufficiently low temperature in evaporator to trap vapor resulted and sufficient temperature in condenser to be used as heater which is expected to reach the freeze dryer system optimum. The design of freeze dryers is use a cylindrical tube as a vacuum to dry the product which is pleced that will grasp evaporator steam. Components are designed appropriate in abolatory which adapted to use as tool in testing process that uses aloe vera specimen to result initial data freeze drying process that serve as input in research.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
S50979
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fathan Luthfi Hawari
"Pemanfaatan mikrobioma kulit sebagai bahan aktif produk perawatan kulit banyak dikembangkan oleh peneliti dari berbagai negara. Di Indonesia, pemanfaatan mikrobioma kulit dengan melakukan isolasi beberapa bakteri komensal kulit dari wajah orang Indonesia yang berpotensi sebagai bahan aktif farmasi baru seperti bakteri Staphylococcus hominis MBF12-19J, Staphylococcus warneri MBF02-19J, Micrococcus luteus MBF05-19J dan Bacillus subtilis MBF10-19J. Koktail bakteri atau penggabungan beberapa mikroba dalam satu media memiliki formula yang lebih efisien dibandingkan dengan galur bakteri tunggal. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh rendemen (Yield) dari koktail bakteri Staphylococcus hominis MBF12-19J, Staphylococcus warneri MBF02-19J, Micrococcus luteus MBF05-19J, dan Bacillus subtilis MBF10-19J yang telah dimodifikasi; Mengformulasikan lioprotektan (inulin) dengan sel lisat koktail bakteri yang terbaik untuk memperoleh serbuk yang stabil dalam jangka waktu yang panjang menggunakan metode freeze-drying; serta melakukan karakterisasi, evaluasi, dan penetapan potensi antiradical scavenging activity terhadap serbuk lisat koktail bakteri. Fraksi lisat koktail bakteri diformulasikan dengan lioprotektan (inulin) kemudian dikeringkan menjadi serbuk menggunakan metode freeze-drying. Serbuk yang diperoleh dievaluasi dan diuji antiradical scavenging activity menggunakan metode 2,2-difenil-1-pikrilhidrazil (DPPH) serta stabilitasnya selama 7 pekan dengan beberapa parameter yaitu organoleptis; pH; kadar air; dan antiradical scavenging activity. Hasil yang didapatkan menunjukkan dari ketiga formulasi fraksi lisat koktail bakteri hanya formula dengan lioprotektan 10% yang menghasilkan serbuk sempurna dengan bentuk yang kasar berwarna coklat pucat yang berbau khas lisat, rata-rata pH 7,84, rata-rata kandungan lembab 8,31%, dan memiliki antiradical scavenging activity dengan potensi yang rendah sebesar 349,17 µg/ml serta terjadi peningkatan rendemen serbuk fraksi lisat koktail bakteri sebesar 5-8%. Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan formulasi lisat koktail bakteri dengan lioprotekatan inulin yang stabil dalam penyimpanan ruang suhu (25-30oC).

The use of the skin microbiome as an active ingredient in skin care products has been widely developed by researchers from various countries. In Indonesia, the use of the skin microbiome by isolating several skin commensal bacteria from Indonesian faces that have the potential as new pharmaceutical active ingredients such as Staphylococcus hominis MBF12-19J, Staphylococcus warneri MBF02-19J, Micrococcus luteus MBF05-19J and Bacillus subtilis MBF10-19J. Bacterial cocktails or incorporation of several microbes in one medium have a more efficient formula than a single bacterial strain. This study aimed to obtain the yield (Yield) of a cocktail of bacteria Staphylococcus hominis MBF12-19J, Staphylococcus warneri MBF02-19J, Micrococcus luteus MBF05-19J, and Bacillus subtilis MBF10-19J that have been modified; Formulating a lyoprotectant (inulin) with the best bacterial cocktail cell lysate to obtain a powder that is stable in the long term using the freeze-drying method; and to characterize, evaluate, and determine the potential antiradical scavenging activity against bacterial cocktail lysate powder. The bacterial cocktail lysate fraction was formulated with a lyoprotectant (inulin) and then dried into powder using the freeze-drying method. The powder obtained was evaluated and tested for stability for 7th (seven) weeks with several parameters, namely organoleptic, pH, moisture content, and anti-radical scavenging activity used the DPPH method. The results showed that of the three formulations of the bacterial cocktail lysate fraction, only the formula with 10% lyoprotectant produced a perfect powder with a rough, tan colour with a characteristic lysate odour, an average pH of 7.84, an average moisture content of 8.31% and had anti-radical scavenging activity with low strength of 349.17 µg/ml and an increase in the yield of bacterial cocktail lysate fraction powder by 5-8%. Based on the results of the study a bacterial cocktail lysate formulation with inulin lyoprotectant was obtained which be stable at room temperature (25-30oC)."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arif Hermanza
"Kanker merupakan penyakit keturunan mematikan yang pertumbuhannya diluar kendali. Green Flourescent Protein yang terdapat pada ubur –ubur dapat mendeteksi kanker. Untuk mengawetkan bahan ini digunakan proses freeze vacuum drying. Freeze vacuum drying adalah metode pengeringan yang terbaik, tetapi tidak hemat energi karena proses pengeringan yang relatif lama. Skripsi ini membahas efek penambahan udara sebagai usaha untuk mempercepat laju pengeringan material. Hasil penelitian membuktikan bahwa waktu pengeringan akibat penambahan udara lingkungan malah memperlama proses pengeringan. Hal ini diakibatkan karena adanya perbedaan temperatur ruang yang menyebabkan laju sublimasi percobaan tanpa udara luar lebih besar dibandingkan dengan penambahan udara yang mana temperatur ruang yang lebih tinggi. Oleh karenanya untuk penambahan udara lingkungan membutuhkan kalor yang lebih besar untuk mengeringkan material.

Cancer is a deadly genetic diseases wich it grown out of control. Green Flourescent protein found in jellyfish can be used to detect cancer. To preserve this material freeze vacuum drying process is used. Vacuum freeze drying is the best drying method, but high energy consumtion because of the relatively long drying process. This thesis discusses the effect of the addition air in an effort to decrease drying process time. The results of the research show that the drying time due to the addition air have increase the drying time. This is caused by the difference in room temperature which causes the rate of sublimation experiment without outside air is greater than the addition of air where ambient temperatures are higher. Therefore, the experiment with additional air need more heat to dry the material."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S43951
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakhrul Rozi
"ABSTRAK
Produk-produk pertanian seperti sayur-sayuran dan buah-buahan serta
produk peternakan seperti daging mempunyai sifat yang tidak stabil serta umur simpan yang pendek. Pada dasarnya kualitas produk holtikultura tidak dapat
diperbaiki, tetapi dengan teknologi pasca panen hal ini dapat dipertahankan atau
setidaknya dapat dikurangi laju penurunan mutunya serta diperpanjang umur \
simpannya.
Pengeringan beku (freeze drying) adalah metode yang dianggap paling baik saat ini untuk pengawetan produk holtikultura. Pada metode ini, produk didinginkan hingga membeku kemudian air dalam bentuk fasa padat dikeluarkan dari bahan secara sublimasi pada keadaan hampa udara. Metode pengeringan beku memiliki keunggulan pada kualitas produk yang dihasilkan. Pengambilan kandungan air pada produk akan menyebabkan kualitas produk dapat dipertahankan dalam waktu yang sangat lama tanpa terjadi reaksi enzimatik
dlsamping volume bahan menjadi lebih kecil dan beratnya menjadi berkurang
sehingga mudah dalam penyimpanan Mesin pengering beku ini terdiri dari empat komponen utama yaitu mesin pendingin (refrigerator), tabung hampa udara (vacuum chamber), pompa vakum (vacuum pump) dan heater. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui unjuk kerja mesin pengeringan beku perakitan sendiri, menyelidiki proses perpindahan panas dan massa dan berbagai faktor yang mempengaruhinya. Perpindahan panas yang digunakan?

"
2000
S37198
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>