Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 155758 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sri Widawardhani Agustini
"ABSTRAK
Kabupaten Boyolali merupakan daerah penghasil susu terbesar di wilayah Jawa Tengah yang menstimuli berkembangnya industri olahan susu salah satunya adalah yogurt. Studi ini bertujuan menggambarkan peran jaringan sosial dalam memasarkan produk UKM yang mana harus bersaing dengan produk "branded". Pendekatan penelitian yang digunakan dalam studi ini adalah kualitatif dengan studi kasus dua UKM yogurt lokal.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa jaringan sosial berperan dalam pemasaran yogurt khususnya jaringan pertemanan.Jaringan sosial yang dimiliki UKM berdampak pada munculnya kerjasama dalam memasarkan produknya. Hal ini terlihat pada kelangsungan pemasaran dimana pemilik usaha juga mendapatkan pelanggan dari saudara, teman dekat, dan teman baru.

ABSTRACT
Boyolali is the largest milk producing region on Central Java which stimulate develop of the dairy industry one of them is yoghurt. This study aim to describe the role of social network in marketing the SMEs product, that have to compete with "well-known" product. The research approach used in this study is qualitative with case study of two local yogurt-producing SMEs.
These result showed that social network play a role on yoghurt marketing in particular a network of friends. Social network owned SMEs have an impact on emergence of cooperation in marketing their product. This is seen on survival of marketing where business owners also get customer from relatives, close friends, and new friends.
"
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2016
S62315
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riris Loisa
"Sering dikatakan kebudayaan merupakan faktor penting di dalam menentukan komunikasi manusia, apa yang dikatakan dan bagaimana mengatakannya dipelajari seseorang di dalam kebudayaannya. Berbagai studi di dalam bidang ilmu yang mempelajari keterkaitan antara kebudayaan dengan manusia, menyatakan bahwa kebudayaan mengkondisikan manusia kepada suatu karaktersitik watak tertentu. Pandangan-pandangan yang sejalan dengan pernyataan para ahili di atas ternyata juga banyak dianut oleh para ahli komunikasi. Keterlibatan kebudayaan di dalam watak manusia, sudah cukup lama diperhatikan oleh para pakar studi ilmu komunikasi. Mereka mengkonseptualisasikan apa yang disebut sebagai watak komunikasi, dimana sebagian besar watak komunikasi ini cenderung dipengaruhi oleh latar belakang kebudayaan orang bersangkutan.
Penelitian Konteks Kebudayaan dan Strategi Reduksi Ketidakpastian pada dasarnya mencari tahu bagaimana kebudayaan terlibat di dalam prilaku komunikasi. Sementara itu disebut-sebut, bahwa prilaku komunikasi manusia tidak hanya dilatarbelakangi oleh watak komunikasinya, tetapi juga oleh persepsi terhadap situasi. Karena itu, pengumpulan data tentang watak komunikasi di dalam penelitian ini dilengkapi dengan data yang berkaitan dengan situasi komunikasi.
Karena prilaku komunikasi begitu beragam, pada penelitian ini prilaku komunikasi dibatasi pada prilaku pencarian informasi, yang disebut sebagai strategi reduksi ketidakpasatian. Penelitian-penelitian tentang strategi reduksi ketidakpastian yang sudah ada sampai saat ini berfokus pada aspek situasi komunikasi. Karena itu penelitian ini bermaksud untuk melihat prilaku komunikasi tersebut dari sisi watak komunikasi, maupun situasi komunikasi. Strategi reduksi ketidakpastian, menjadi bahasan khusus di dalam studi komunikasi antarpribadi. Disebut-sebut, bahwa strategi reduksi ketidakpastian ini dapat menjelaskan bagaimana suatu hubungan antarpribadi berkembang dari tahap perkenalan sampai pada tahap hubungan yang intim.
Agar bisa mendapatkan gambaran tentang prilaku komunikasi yang memang khas di dalam suatu kebudayaan tertentu, perlu untuk memperhatikan apakah kebudayaan yang ingin dipelajari memang berbeda dari kebudayaan lainnya. Untuk itu dipilih dua sub-kebudayaan di dalam masyarakat Indonesia, yang memiliki karakeristik yang berbeda dalam hal konteks kebudayaannya, yaitu kebudayaan Batak, yang memiliki ciri-ciri kebudayaan konteks tinggi-rendah, dengan kebudayaan Jawa yang karakterstiknya cenderung kepada konteks tinggi-tinggi. Karena perbedaan kebudayaan justru terlihat jika kedua kebudayaan berinteraksi di wilayah yang tidak memiliki kebudayaan dominan, maka penelitian ini dilakukan di Jakarta. Berbagai studi lainnya menjelaskan bahwa kelompok wanita cenderung untuk lebih banyak melakukan pengungkapan diri, dan memiliki kecenderungan yang kuat untuk membina suatu hubungan. Berdasarkan berbagai pertimbangan di atas, dipilih nara sumber yang dapat diandalkan dalam hal memberikan informasi sesuai dengan tujuan penelitian, yaitu mereka yang mengalami intemalisasi kebudayaannya, dan mengaktifkan strategi reduksi ketidakpastian baik di dalam kehidupan sehari-hari, juga kepada partner hubungannya. Karena yang akan dipelajari adalah mereka yang berasai dari suku bangsa Batak dan suku bangsa Jawa, maka pasangan hubunganhubungan pertemanan, yang komposisinya terdiri atas sepasang wanita Jawa, sepasang wanita Batak, atau sepasang wanita yang terdiri atas suku bangsa Batak dan suku bangsa Jawa, dan berdasarkan pertimbangan lainnya dibatasi pada mereka yang berpendidikan minimal D3 dan bekerja di Jakarta.
Dari hasil wawancara mendalam, bahwa para nara sumber mengalami internalisasi kebudayaan di dalam keluarga mereka masing-masing, nara sumber wanita dari suku bangsa Batak, cenderung menginternalisasi kebudayaan konteks tinggi-rendah. Sementara itu nara sumber wanita suku bangsa Jawa, cenderung menginternalisasi kebudayaan konteks tinggi-tinggi. Dimana pada gilirannya internalisasi kebudayaan ikut membentuk watak komunikasi, dimana strategi reduksi ketidakpastian yang biasanya mereka aktif kan, juga sejalan dengan strategi reduksi ketidakpastian yang biasanya dipraktekkan di dalam keluarga ketika mereka menginternalisasi konteks kebudayaan.
Ketika dikhususkan pada situasi hubungan pertemanan, kelihatan bahwa masing-masing partisipan melakukan adaptasi, termasuk adaptasi strategi reduksi ketidakpastian. Nara sumber yang berasal dari suku bangsa Batak yang di dalam kehidupannya sehari-hari cenderung menggunakan strategi interaktif dengan bahasa verbal yang serba langsung, mulai menggunakan strategi interaktif dengan cara-cara pengamatan. Sementara itu nara sumber wanita Jawa yang cenderung untuk menyimpan data tentang dirinya dari orang lain, mulai melakukan pengungkapan diri. Dengan demikian penelitian ini mengangkat keterlibatan kebudayaan di dalam prilaku komunikasi dengan menjelaskan aspek watak dan aspek situasi komunikasi. Dimana di dalam aspek watak komunikasi, strategi reduksi ketidakpastian yang diaktifkan cenderung sejalan dengan yang diinternalisasinya di dalam pranata primer. Sementara itu di dalam situasi hubungan pertemanan, keterlibatan kebudayaan terutama mengacu kepada kebudayaan sebagai cara-cara adaptasi. Dimana sejalan dengan perkembangan hubungan pertemanan, strategi yang digunakan berdasarkan adaptasi kedua pihak, dengan sama-sama bergeser pada strategi interaktif yang disertai pengamatan terhadap prilaku satu sama lain. "
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1996
T3915
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Savitri Puji Astuti
"Dalam persahabatan, salah satu kegiatan yang dilakukan antara dua sahabat adalah melakukan pengungkapan diri (Hays, dalam Deaux, 1993). Derlega (2004) mengatakan bahwa pengungkapan diri merupakan salah satu faktor penting dalam berkembangnya suatu hubungan. Derlega (1993) berpendapat bahwa pengungkapan diri adalah sesuatu yang diekspresikan oleh individu secara verbal mengenai dirinya.
Jourard (dalam Hirokawa, 2004) mengartikan pengungkapan sebagai suatu usaha dalam menjadikan diri "transparan" terhadap orang lain dengan melalui komunikasi. Pengungkapan terjadi apabila individu yang terlibat telah mengenal satu sama lain dan telah tertanam perasaan saling percaya (Argyle, 1992).
Menurut Derlega dan Grzelak (1979, dalam Rottenberg, 1995), pengungkapan diri memiliki 5 fungsi yaitu mendapatkan penilaian sosial, mendapatkan kontrol sosial, mendapatkan klarifikasi diri, melatih pengekspresian diri dan mengembangkan hubungan. Adapun Jourard (1964) mengutarakan mengenai 6 kategori dalam pengungkapan diri, yaitu perilaku dan opini, selera dan ketertarikan, pekerjaan atau sekolah, uang, kepribadian dan tubuh.
Dari penelitian yang dilakukan oleh Jourard (1964), Brehm (1992), Derlega (1993) dan Papini et al. (2004) ditemukan beberapa faktor yang memiliki pengaruh terhadap pengungkapan diri. Faktor-faktor tersebut antara lain adalah jenis kelamin, usia, perilaku orang tua, dan rasa percaya serta waktu.
Pengungkapan diri dilakukan oleh tiap individu dan pada tiap tahap perkembangan. Derlega (1993) mengatakan bahwa usia memberikan pengaruh terhadap pengungkapan. Perubahan pola pengungkapan diri terkait dengan perubahan dasar dalam isu dan tugas yang berkaitan dengan perkembangan kepribadian (Rottenberg, 1995). Hal ini berarti perkembangan individu memiliki pengaruh terhadap proses pengungkapan diri.
Berndt (dalam Papalia & Olds, 2004) mengutarakan bahwa intensitas persahabatan dalam masa remaja jauh lebih besar daripada periode lain selama rentang kehidupan seseorang. Sementara pada masa dewasa madya, persahabatan dapat dijadikan panduan bagi dewasa madya ketika individu mengalami stress kesehatan fisik ataupun mental (Cutrona, Russel, & Rose, dalam Papalia, 2002).
Minimnya penelitian yang mengkaitkan mengenai proses, fungsi dan kategori pengungkapan diri dengan masa perkembangan seorang individu merupakan salah satu alasan penelitian ini dilakukan. Masalah yang muncul adalah bagaimana fungsi, kategori dan proses pengungkapan diri pada persahabatan remaja dan dewasa madya?
Penelitian yang dilakukan bersifat kualitatif, dengan metode penelitian in-depth interview. Subjek dalam penelitian ini berjumlah 4 orang, terdiri dari 2 remaja (laki-laki dan perempuan) dan 2 dewasa madya (laki-laki dan perempuan). Karakteristik subjek adalah memiliki minimal 1 orang sahabat dan hubungan persahabatan masih berlangsung selama masa penelitian dilakukan.
Hasil utama yang diperoleh dalam penelitian adalah munculnya kelima fungsi pengungkapan diri pada tiga kasus dan tiga fungsi pengungkapan diri pada kasus ke empat. Kategori yang muncul pada keempat kasus adalah selera dan ketertarikan, uang, dan kepribadian. Untuk proses pengungkapan diri, rasa percaya dan waktu merupakan faktor penting untuk munculnya pengungkapan diri secara mendalam."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2005
T18605
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Imam Akbari
"Usaha mikro, kecil dan menengah merupakan bentuk utama dari kegiatan bisnis di Indonesia dimana UMKM secara kolektif mewakili 99% dari jumlah total bisnis dan 57% dari PDB Indonesia (OECD, 2012). Namun hasil penelitian pada 437 usaha kecil dan menengah di Indonesia memperlihatkan bahwa 36 persen usaha kecil dan menengah masih menggunakan metode luring atau offline dan 58 persen pengusaha mikro masih menjalankan bisnisnya dengan metode luring (Deloitte, 2015).
Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh faktor teknologi, organisasi, dan individual terhadap tingkat adopsi e-commerce pada usaha mikro, kecil, dan menengah di Jabodetabek serta pengaruh adopsi tersebut terhadap kinerja umkm. Berdasarkan penelitian pada 232 usaha mikro, kecil, dan menengah di Jabodetabek yang telah mengadopsi e-commerce, peneliti menemukan bahwa perceived benefit, kompatibilitas, kesiapan teknologi, kompetisi, tekanan dari supplier/vendor, dukungan eksternal, pengetahuan IT pemilik usaha, dan tingkat kemampuan IT pemilik usaha berpengaruh secara positif terhadap tingkat adopsi sedangkan biaya berpengaruh negatif terhadap tingkat adopsi.

Small and medium enterprise is the main form of business in Indonesia which collectively represents 99% of businesses and 57% of Gross Domestic Product of Indonesia (OECD, 2012). But the fact is, SMEs shows low adoption in e-commerce technology. Research shows that of 437 SMEs in Indonesia, 36% are still using offline method and 58% of small enterprise are still using offline (Deloitte, 2015).
The purpose of this study is to determine the factors that influence such low adoption of e-commerce in SMEs in Jabodetabek and the impact to their performance. This study shows that of 232 SMEs in Jabodetabek, perceived benefit, compatibility, technological readiness, competition, supplier/vendor pressure, external support, CEO IT knowledge, and CEO IT ability have significant influence and positive correlation to adoption level. While cost also have significant influence and negative correlation to adoption level of e-commerce in SMEs.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2017
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Christian Soetanto. author
"Teknologi telah berubah secara sangat cepat. Perubahan ini mempengaruhi perilaku konsumen modern, dimana teknologi telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari mereka. Hal ini juga memberikan kesempatan baru untuk perusahaan menerapkan konsep pemasaran digital. Oleh karena itu, tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisa berbagai macam pemasaran digital dan menguji sumbangannya terhadap tujuan perusahaan. Penelitian ini dilakukan menggunakan studi terhadap sebuah perusahaan konsumer. Berdasarkan hasil penelitian, konsep pemasaran digital menghasilkan interaksi yang diinginkan, yang pada akhirnya menumbuhkan pangsa pasar perusahaan. Penerapan strategi pemasaran dalam komunikasi marketing terpadu pada seluruh produk memastikan perusahaan mencapai tujuannya.

Technology has change very rapidly. Such rapid change has influenced the behavior of today consumers, making technology part of their daily lives. It opens up new marketing opportunities called digital marketing so the company can stay relevant to its consumers. The research objective is to analyze various digital marketing tools and validate its contribution towards achieving company goal. The research study a company in its digital marketing implementation. The research indicates that digital marketing creates desired consumer engagement, which in turn growing market share for the company. The digital marketing adoption into company's IMC across its product portfolio ensure company deliver its overall goal.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tsany Naufal Hidayat
"Penggunaan fasilitas internet saat ini semakin bertambah setiap harinya. Di Indonesia sendiri pengguna internet mencapai 37% pada tahun 2020. Kemudian kenaikan pengguna media sosial juga telah mencapai 191 juta orang di tahun 2022 atau mengalami kenaikan sebesar 12,35% dari tahun sebelumnya. Namun hal ini belum dimanfaatkan secara baik oleh Usaha Kecil dan Menengah (UKM) untuk memasarkan produknya. Dimana pada Mei 2021 baru tercapai sebanyak 13,5 juta UKM atau sekitar 21% dari angka yang ditargetkan. Hal serupa juga terjadi di Provinsi Jawa Timur, dimana masih ada 43% UKM yang belum menggunakan akses internet dalam menjalankan usahanya. Untuk itu perlu diamati lebih jauh terkait variabel apa saja yang mendorong orang untuk mampu menggunakan jaringan internet (daring) untuk memasarkan produknya. Dari penelitian ada beberapa variabel yaitu sikap, norma subjektif, persepsi kontrol perilaku, persepsi kebermanfaatan, persepsi kemudahan penggunaan, dan niat untuk melakukan pemasaran secara daring yang merupakan variabel pendukung perilaku memasarkan produk secara daring. Kemudian lebih lanjut lagi ada beberapa hambatan yang menyebabkan kesulitan untuk memasarkan produk secara daring di antaranya adalah kendala teknis, kendala organisasional, kendala sumber daya manusia (SDM), kendala keamanan digital, kendala infrastruktur dan institusi terkait, serta kendala keuangan.

The use of internet facilities is currently increasing every day. In Indonesia alone internet users reached 37% in 2020. Then the increase in social media users has also reached 191 million people in 2022 or an increase of 12,35% from the previous year. However, this has not been utilized properly by Small and Medium Enterprises (SMEs) to market their products. However, in May 2021, there were only 13,5 million SMEs or about 21% of the targeted figure. The same thing also happened in East Java Province, where there are still 43% of SMEs that have not used internet access in running their business. For this reason, it is necessary to observe further regarding what variables encourage people to be able to use the internet network (online) to market their products. From the research, there are several variables, namely attitudes, subjective norms, perceptions of behavioral control, perceptions of usefulness, perceptions of ease of use, and intentions to do online marketing which are supporting variables for online product marketing behavior. Furthermore, there are several obstacles that make it difficult to market products online, including technical constraints, organizational constraints, human resource (HR) constraints, digital security constraints, infrastructure and related institutional constraints, and financial constraints."
Jakarta: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Susi Sakti Andarini
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemanfaatan media sosial dalam kampanye pemasaran sosial oleh Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia di era New Wave Marketing, dengan memperhatikan social media marketing dan model adopsi yang sesuai, sehingga diharapkan proses adopsi produk sosial semakin besar. Menggunakan metode kualitatif dan strategi studi kasus, penelitian ini menunjukkan elemen social media marketing yang diterapkan yaitu communitization, confirming, clarifying, commercialization, co-creation, coding, caring, character, dan collaboration. Jenis media sosial yang dimanfaatkan dan sesuai dengan model adopsi learn-feel-do yaitu website, facebook dan mailing list; model do-feel-learn yaitu facebook, website, mailing list, twitter dan youtube; dan model adopsi learn-do-feel yaitu facebook.

This research conducted to understand social media utilisation in social marketing campaign by Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia in New Wave Marketing Era, using social media marketing and adoption model of social product. The study was conducted with qualitative methods using a case study as strategy. Research shows that social media marketing which is used by organization are communitization, confirming, clarifying, commercialization, co-creation, coding, caring, character, and collaboration. Social media types which is used learn-feeldo model are website, facebook, and mailing list; learn-feel-do model is used by facebook, website, mailing list, twitter and youtube; and learn-feel-do model is used by facebook."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2015
T43710
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Ruswan
"UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah) menjadi salah satu peran dalam membangkitan perekonomian di Indonesia. Berkembangnya teknologi informasi dan komunikasi dapat dijadikan kesempatan bagi para pegiat UMKM untuk memasarkan produknya. Pemasaran digital dapat menjadi salah satu solusi untuk UMKM yang terkendala akan masalah pemasaran dengan cara konvensional yang membutuhkan biaya tinggi. Shoelast merupakan salah UMKM yang menjual sepatu kulit asli buatan tangan yang pemasarannya menggunakan platform digital. Makalah ini akan memaparkan strategi pemasaran Shoelast sebagai UMKM yang memasarkan produknya secara digital dengan model AISAS. Melalui model AISAS, Shoelast dapat memasarkan produk sepatu kulit buatan tangan yang disesuaikan dengan perilaku target pasarnya.

SMEs (Micro, Small and Medium Enterprises) become the main role for Indonesias economic growth. Thrive of information, communication and technology can be an opportunity for SMEs to promote their products. Digital marketing can be a solution to solving problems for SMEs who have a limited budget for the promotion of their products. Shoelast is one of the SMEs that sells handmade leather shoes with digital platforms. This paper will explain Shoelasts marketing strategy as an SME with the AISAS model. Through AISAS model, Shoelast can market their handmade leather shoes according to the behavior of their target market"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Hutagalung, Johanna
"Sebagai mahluk sosial, manusia memiliki kebutuhan untuk membentuk dan mengembangkan hubungan interpersonal yang memuaskan. Kebutuhan ini disebut sebagai kebutuhan afiliasi (need for affiliation) [Nlaslow, 1986]. Salah satu bentuk hubungan yang dapat memenuhi kebutuhan afiliasi adalah hubungan persahabatan. Melalui persahabatan, seseorang mendapatkan perhatian, tempat untuk berbagi, keterikatan dengan orang lain, kebebasan untuk berkembang, penghargaan, kepercayan dan kesetaraan.
Hubungan persahabatan dianggap penting oleh seseorang, karena persahabatan adalah suatu hubungan psikologis yang mencakup hubungan pertemanan, saling berbagi (sharing), saling mengerti pikiran dan perasaan, dan saling menyayangi serta memberikan kenyamanan satu sama Iain serta tidak lekang oleh waktu (Berk, 1994).
Kebutuhan akan hubungan persahabatan ini telah berlangsung dari awal masa kecil dan menjadi semakin penting ketika memasuki masa remaja. Pada masa ini, remaja dihadapkan pada suatu proses pembentukan identitas diri dan diharapkan dapat menentukan siapa dirinya, baik bagi dirinya sendiri maupun bagi orang Iain. Oleh sebab itu remaja membutuhkan orang Iain yang dapat memberikan pengertian dan simpati, dan orang yang paling tepat adalah remaja lain karena mereka berada dalam posisi yang sama (Conger & Peterson, 1995).
Dalam sebuah persahabatan, penting adanya faktor sukarela, unik, kedekalan dan keintiman, persahabatan harus dipelihara agar dapat bertahan (Suzanne Kurth, 1970) dan rasa saling percaya (mutual trust) (Douvan dan Adelson, 1973).
Selain meneliti kelima unsur yang ada dalam suatu persahabatan, peneliti juga ingin meneliti bentuk hubungan persahabatan antara dua orang, yaitu remaja dan sahabatnya (dyad). Hubungan 'dyad' itu sendiri adalah bentuk terkecil dan suatu kelompok yang terdiri dari dua orang. Pada bentuk hubungan ?dyad', hanya ada satu hubungan interpersonal yang terjadi, yaitu antara subyek dan sahabatnya (Farley, 1992).
Dalam suatu hubungan interpersonal yang sifatnya 'dyadic', factor kecocokan sering dianggap sebagai faktor penentu keberhasilan hubungan. William C. Schutz mengemukakan teorinya mengenai faktor kecocokan ini melalui teori hubungan interpersonal. Teori ini menjelaskan hubungan interpersonal yang didasarkan pada keyakinan akan pemuasan kebutuhan interpersonal dalam kelompok. Kebutuhan interpersonal yang dimaksud meliputi kebutuhan akan inklusi, kontrol, dan afeksi.
Penelitian ini dltujukan untuk melihat dimensi-dimensi persahabatan yang dlkemukakan oleh Suzanne Kurth serta Douvan dan Adelson pada remaja ditinjau melalui analisis kecocokan psikologis yang dikemukakan oleh William C. Schutz. Subyek pada penelitian ini adalah remaja menengah (Konopka Pikunas, 1976) dengan rentang usia antara 15-18 tahun. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode incidental sampling dan berhasil didapatkan 32 pasang subyek (64 orang remaja). Alat pengumpul data yang digunakan adalah kuesioner persahabatan, hasil elisitasi terhadap sejumlah subyek remaja, dengan didasarkan pada teori dari Suzanne Kurth serta Douvan dan Adelson, dan kuesioner Fundamental Interpersonal Relations Orientation-Behavior atau FIRO-B dan William C. Schutz (1960). Pengolahan data dilakukan dengan melakukan analisa deskriptif dan korelasi. Keseluruhan pengolahan data dilakukan dengan bantuan program SPSS.
Hasil dan penelitian ini adalah terdapat hubungan yang signifikan antara faktor kebutuhan interpersonal akan kontrol yang diekspresikan dan diinginkan dengan faktor kedekatan dan keintiman dalam persahabatan. Selain itu, hasil dari penelitian ini menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara factor kebutuhan interpersonal akan afeksi yang diekspresikan dan diinginkan dengan faktor unik dalam persahabatan. Selain hubungan antara faktor-faktor persahabatan dengan faktor kebutuhan interpersonal, tergambar pula perbedaan faktor-faklor persahabatan dan kebutuhan interpersonal antara remaja laki-laki dan perempuan, dimana hasil yang didapat menunjukkan hanya dua (2) factor saja yang memiliki perbedaan yang signifikan, yaltu faktor kebutuhan interpersonal akan wanted inclusion dan expressed affection.
Uniuk penelitian lebih lanjut, peneliti menyarankan untuk menggunakan cara lain, seperti metode wawancara, sehingga didapatkan hasil yang lebih mendalam, menyeluruh, dan mungkin saja ditemukan faktor lain yang mempengaruhi persahabatan selain faktor kecocokan psikologis dan faktor-faktor persahabatan yang ada dalam penelitian ini. "
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2000
S2966
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>