Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 50991 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Pritha Hanindita Sudarawerti
"[ABSTRAK
Pengaruh warna wadah pemeliharaan terhadap kematangan gonad ikan rainbow kurumoi (Melanotaenia parva Allen, 1990) telah diteliti sebagai upaya peningkatan kualitas gonad indukan. Seratus delapan puluh ekor M. parva yang terdiri atas 90 ekor ikan jantan dan 90 ekor ikan betina berusia ± 7 bulan dibagi menjadi enam set perlakuan (K, P1, P2, P3, P4, dan P5); masing-masing dipelihara dalam 12 wadah polypropylene berwarna transparan, merah, biru, hijau, kuning, dan putih selama 30 hari. Ikan jantan dan betina dipelihara terpisah. Nilai IGS digunakan sebagai parameter utama dengan didukung oleh persentase sel spermatozoa dan sel oosit tahap V pada preparat histologi gonad ikan. Nilai IGS jantan dan betina tertinggi (0,873 % dan 2,617 %) terdapat pada P4 (wadah kuning), sedangkan nilai IGS jantan dan betina terendah (0,364 % dan 1,275 %) terdapat pada P5 (wadah putih). Persentase sel spermatozoa dan oosit tahap V tertinggi (60,01 % dan 29,05 %) terdapat pada P4 (wadah kuning), yaitu sedangkan persentase sel spermatozoa dan oosit tahap V terendah (28,62 % dan 11,07 %) terdapat P5 (wadah putih).
ABSTRACT
Effect of different tank colours on gonad maturity of kurumoi rainbowfish (Melanotaenia parva L.) was tested on this study. A hundred and eighty M. parva, consisted of 90 male and 90 female fishes at ± 7 months of age, was divided to six experimental groups (K, P1, P2, P3, P4, and P5), which kept for 30 consecutive days in 12 polypropylene tanks with 6 colour types: transparent, red, blue, green, yellow, and white, respectively. Male and female fishes was kept on different tanks. The GSI value was counted as the primary parameter, while the percentage of spermatid/spermatozoa and stage V oocytes was counted from gonadal histology preparations as supportive data. The highest GSI value of male and female groups (0,873 % and 2,617 %) was found on P4 (yellow tank), while the lowest GSI value of both gender (0,364 % and 1,275 %) was found on P5 (white tank). The highest percentage of spermatozoa and stage V oocytes (60,01 % dan 29,05 %) was found on P4 (yellow tank), while the lowest percentage of spermatozoa and stage V oocytes (28,62 % dan 11,07 %) was found on P5 (white tank).
;Effect of different tank colours on gonad maturity of kurumoi rainbowfish (Melanotaenia parva L.) was tested on this study. A hundred and eighty M. parva, consisted of 90 male and 90 female fishes at ± 7 months of age, was divided to six experimental groups (K, P1, P2, P3, P4, and P5), which kept for 30 consecutive days in 12 polypropylene tanks with 6 colour types: transparent, red, blue, green, yellow, and white, respectively. Male and female fishes was kept on different tanks. The GSI value was counted as the primary parameter, while the percentage of spermatid/spermatozoa and stage V oocytes was counted from gonadal histology preparations as supportive data. The highest GSI value of male and female groups (0,873 % and 2,617 %) was found on P4 (yellow tank), while the lowest GSI value of both gender (0,364 % and 1,275 %) was found on P5 (white tank). The highest percentage of spermatozoa and stage V oocytes (60,01 % dan 29,05 %) was found on P4 (yellow tank), while the lowest percentage of spermatozoa and stage V oocytes (28,62 % dan 11,07 %) was found on P5 (white tank).
, Effect of different tank colours on gonad maturity of kurumoi rainbowfish (Melanotaenia parva L.) was tested on this study. A hundred and eighty M. parva, consisted of 90 male and 90 female fishes at ± 7 months of age, was divided to six experimental groups (K, P1, P2, P3, P4, and P5), which kept for 30 consecutive days in 12 polypropylene tanks with 6 colour types: transparent, red, blue, green, yellow, and white, respectively. Male and female fishes was kept on different tanks. The GSI value was counted as the primary parameter, while the percentage of spermatid/spermatozoa and stage V oocytes was counted from gonadal histology preparations as supportive data. The highest GSI value of male and female groups (0,873 % and 2,617 %) was found on P4 (yellow tank), while the lowest GSI value of both gender (0,364 % and 1,275 %) was found on P5 (white tank). The highest percentage of spermatozoa and stage V oocytes (60,01 % dan 29,05 %) was found on P4 (yellow tank), while the lowest percentage of spermatozoa and stage V oocytes (28,62 % dan 11,07 %) was found on P5 (white tank).
]"
Universitas Indonesia, 2016
S62388
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adam Recarlo Zulkarnaen
"Penelitian mengenai pengaruh pengaruh pH air terhadap kematangan gonad ikan Rainbow boesemani (melanotaenia boesemani allen and cross, 1980) telah dilakukan. Sebanyak 150 ikan yang terdiri atas ikan jantan dan betina dibagi ke dalam 5 kelompok yang dipelihara dalam air dengan rentang nilai 6?7 (PK), pH 5?6 (P1), 7?8 (P2), 8?9 (P3),dan 9?10 (P4) selama 30 hari. Nilai IGS digunakan sebagai parameter utama, sedangkan persentase sel spermatozoa dan oosit tingkat V digunakan sebagai data pendukung. Nilai IGS terbesar pada ikan jantan dan betina (1,34% dan 3,92%) didapatkan pada P2, sedangkan nilai IGS jantan dan betina terendah (2,36% dan 0,93%) didapatkan pada P1. Persentase spermatozoa dan oosit tingkat V tertinggi (23,97% dan 21,87%) didapatkan pada P2, sedangkan persentase terendah (17,37% dan 9,28%) didapatkan pada P1. (Hasil uji analisis variansi (ANAVA) 1 faktor (P < 0,05) menunjukkan terdapat pengaruh perbedaan pH terhadap nilai IGS ikan Melanotaenia boesemani . Hasil uji beda nyata terkecil (LSD) (P < 0,05) menunjukkan adanya perbedaan nyata antara P1 dengan seluruh kelompok perlakuan lainnya; namun tidak ditemukan adanya perbedaan nyata pada kelompok perlakuan lainnya. Hal tersebut membuktikan bahwa pH dengan rentang nilai 5?6 memberikan pengaruh negatif terhadap kematangan gonad dari M. boesemani.

A study about the effect of water pH value on gonad maturity of boesemani Rainbowfish (Melanotaenia boesemani Allen and Cross, 1980) has been conducted. A total of 150 fishes consisted of male and female fishes divided into 5 groups which kept with different pH values : 6?7 (PK), 5?6 (P1), 7?8 (P2), 8?9 (P3),and 9?10 (P5). The GSI value was used as the primary parameter, while the percentage of spermatozoa and stageV oocyte was used as supporting data. The highest IGS value for both the male and female fish (1.34% and 3.92%) was obtained at P2, while the lowest value (2.36% and 0.93%) was obtained at P1. The highest percentage of spermatozoa and stage V oocytes (23.97% and 21.87%) was obtained at P2, while the lowest percentage (17.37% and 9.28%) obtained at P1. The result of the analysis of variance (ANOVA) (P <0.05) showed that different pH affect the IGS value of M.boesemani. The result of least significant difference (LSD) (P <0.05) showed a significant difference between P1 with all other treatment groups while there are no differences between other treatment groups. It proved that the pH value range of 5-6 negatively M.boesemani? gonadal maturity."
2016
S61775
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adam Recarlo Zulkarnaen
"

Penelitian mengenai pengaruh pengaruh pH air terhadap kematangan gonad ikan Rainbow boesemani (Melanotaenia boesemani Allen and Cross, 1980) telah dilakukan. Sebanyak 150 ikan yang terdiri atas ikan jantan dan betina dibagi ke dalam 5 kelompok yang dipelihara dalam air dengan rentang nilai 6—7  (PK), pH 5—6 (P1), 7—8 (P2), 8—9 (P3),dan 9—10 (P4) selama 30 hari. Nilai IGS digunakan sebagai parameter utama, sedangkan persentase sel spermatozoa dan oosit tingkat V digunakan sebagai data pendukung. Nilai IGS terbesar pada ikan jantan dan betina (1,34% dan 3,92%) didapatkan pada P2, sedangkan nilai IGS jantan dan betina terendah (2,36% dan  0,93%) didapatkan pada P1. Persentase spermatozoa dan oosit tingkat V tertinggi (23,97% dan 21,87%) didapatkan pada P2, sedangkan persentase terendah (17,37% dan 9,28%) didapatkan pada P1. (Hasil uji analisis variansi (ANAVA) 1 faktor (P < 0,05) menunjukkan terdapat pengaruh perbedaan pH terhadap nilai IGS ikan Melanotaenia boesemani . Hasil uji beda nyata terkecil (LSD) (P < 0,05) menunjukkan adanya perbedaan nyata antara P1 dengan seluruh kelompok perlakuan lainnya; namun tidak ditemukan adanya perbedaan nyata pada kelompok perlakuan lainnya.  Hal tersebut membuktikan bahwa pH dengan rentang nilai 5—6 memberikan pengaruh negatif terhadap kematangan gonad dari M. boesemani. 


A study about the effect of water pH value on gonad maturity of boesemani Rainbowfish (Melanotaenia boesemani Allen and Cross, 1980) has been conducted. A  total of 150 fishes consisted of male and female fishes divided into 5 groups which kept with different pH values : 6—7  (PK), 5—6 (P1), 7—8 (P2), 8—9 (P3),and 9—10 (P5). The GSI value was used as the primary parameter, while the percentage of spermatozoa and stageV oocyte was used as supporting data. The highest IGS value for both the male and female fish (1.34% and 3.92%) was obtained at P2, while the lowest value (2.36% and 0.93%) was obtained at P1. The highest percentage of spermatozoa and stage V oocytes (23.97% and 21.87%) was obtained at P2, while the lowest percentage (17.37% and 9.28%) obtained at P1. The result of the analysis of variance (ANOVA)  (P <0.05) showed that different pH affect the IGS value of M.boesemani. The result of least significant difference (LSD) (P <0.05) showed a significant difference between P1 with all other treatment groups while there are no differences between other treatment groups. It proved that the pH value range of 5-6 negatively M.boesemani’ gonadal maturity.

"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bahrain Utama Prawira
"Data pengaruh suhu terhadap reproduksi ikan rainbow boesemani (Melanotaenia boesemaniAllen & Cross) diperlukan untuk mendukung upaya optimalisasi budidaya ikan tersebut. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh suhu air terhadap indeks gonad somatik (IGS) dan kenampakan histologi gonad ikan rainbow boesemani. Sebanyak 75 ekor ikan jantan dan 75 ekor ikan betinadibagi secara merata ke dalam 5 akuarium ikan jantan dan 5 akuarium ikan betina, kemudian dipelihara pada suhu berbeda, yaknitanpa pengaturan suhu air (kontrol), suhu air 260C, suhu air 280C,suhu air 300C, dansuhu air 320C, selama 30 hari. Rerata IGS tertinggi terdapat pada ikan yang dipelihara pada suhu 260C dengan nilai 1,43%(ikan jantan) dan 3,6%(ikan betina), sedangkan rerata IGSterendah terdapat pada ikan yang dipelihara pada suhu 320C dengan nilai 0,82% (ikan jantan) dan 1,33%(ikan betina). Rerata persentase spermatid/spermatozoa tertinggi terdapat pada ikan jantan yang dipelihara pada suhu 280C dengan nilai 23,1% sedangkan yang terendah terdapat pada ikan jantan yang dipelihara pada suhu 320C dengan nilai 18%. Rerata persentase oosit tahap V tertinggi terdapat pada ikan betina yang dipelihara pada suhu 260C dengan nilai 27,4% sedangkan yang terendah terdapat pada ikan betina yang dipelihara pada suhu 320C dengan nilai 10,6%.

Information about the effect of water temperature on reproduction of boesemani rainbowfish (Melanotaenia boesemani Allen & Cross) is needed to support optimalization of its cultivation. This research was done to acknowledge the effect of water temperature on gonadosomatic index (GSI) and gonad histology of boesemani rainbowfish. As much as 75 male and 75 female fish were evenly distributed into 5tank of male fish and 5 tank of female fish, then these fish were kept in various water temperature, namelywithout water temperature arrangement, 260C water temperature, 280C water temperature, 300C water temperature, and 320C water temperature,for 30 days. The highest average of GSI found on fishes kept on 260C by the value of 1.43% (male) and 3.6% (female), while the lowest found on fishes kept on 320C by the value of 0.82% (male) and 1,33% (female). The highest average of spermatid/spermatozoa percentage found on male fishes kept on 280C by the value of 23.1%, while the lowest found on male fishes kept on 320C by the value of 18%. The highest average of level 5 oocyte percentage found on female fishes kept on 260C by the value of 27.4%, while the lowest found on female fishes kept on 320C by the value of 10.6%."
2016
S62606
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Edesmetiana Sri Hernawati
"ABSTRAK
Motilitas spermatozoa merupakan salah satu faktor penentu untuk keberhasllan terJadinya pembuahan. Telah diketahul bahwa, glikosida Jantung dapat meningkatkan motilitas spermatozoa pada hewan, melalui penghambatannya pada aktlvltas enzim Na+,K+ -ATP-ase yang terdapat pada membran plasma ekor spermatozoa. Dalam penelitian ini, Ianatoslde-C sebagal salah satu senyawa glikosida Jantung diberikan pada spermatozoa manusia. Sampel semen yang digunakan berasal dari 30 pria pasangan infertil yang mempunyal persentase motilitas spermatozoa lebih dari 40% dan Jumlah spermatozoa lebih dari 20 Juta per ml.
Sampel semen diencerkan dalam larutan Hanks sampai didapatkan Jumlah spermatozoa sepuluh Juta per ml. Kemudlan semen tersebut dibagl menjadi empat bagian, dan ke dalam maslng-masing bagian ditambahkan dua mI larutan Hanks tanpa lanatoside-C (sebagal kontrol), dua mI konsentrasi lanatoside-C 1O-9 M, 10-7 M, dan 10-5 M. LaIu masing-masing diinkubasi pada suhu 37oC selama 20, 40, 60, dan 8O menit. Penghitungan persentase motilitas spermatozoa dilakukan dengan menggunakan metoda WHO, yaitu dengan menghitung jumlah spermatozoa baik yang motil maupun imotil pada sepuluh lapangan pandangan yang terplsah dan diIakukan secara acak.
Hasll uji statistik nonparametrik Friedman pada α = 0,01 menunjukkan bahwa, pemberlan larutan lanatoside-c ke dalan semen manusia dapat neningkatkan motilitas spermatozoa pada konsentrasi 10-7 M, sedangkan dengan konsentrasi 10-9 M juga meningkat tetapl tidak berbeda nyata dari kontrol. selain itu dapat menurunkan motilitas spermatozoa pada konsentrasi 10-5M. Motilitas spermatozoa pada konsentrasi 10-7 M dan 10-9 M tersebut dapat dipertahankan sampai 60 menit waktu inkubasi (α =0,05). Kesimpulan yang didapat dari penelitian ini adalah: Diantara ketiga konsentrasi yang digunakan, motilitas spermatozoa tertinggi terdapat pada semen dengan perlakuan larutan lanatoside-c 10-7 M, yang dapat dipertahankan sampai 60 menit waktu inkubasi. Disarankan: Melakukan penelitian yang sama pada pria pasangan fertil atau pada pria pasangan infertil yang mempunyai spernatozoa yang honogen dalam keutuhan membran."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1990
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hendri Busman
"Ruang Lingkup dan Cara Penelitian : Penelitian kontrasepsi pria di Indonesia masih belum banyak dilakukan. Hal ini disebabkan sulitnya pengendalian proses spermatogenesis jika dibandingkan dengan proses ovulasi. Sampai saat ini bahan atau alat kontrasepsi pria masih sangat terbatas yaitu kondom dan vasektomi. Poliester (Polyethylene terephthalate) merupakan kain/ tekstil sintetis yang memiliki potensi sebagai kontrasepsi pria karena dapat menekan proses spermatogenesis melalui mekanisme kerjanya pada tubulus seminiferus testis. Beberapa peneliti melaporkan bahwa dengan pemakaian poliester sebagai alit pembungkus skrotum dapat menimbulkan medan elektrostatik dan gangguan termoregulator skrotum sehingga menekan proses spermatogenesis. Sebagai akibatnya terjadi penurunan jumlah spermatozoa, spermatozoa maul, bertambahnya bentuk abnormal spermatozoa dan menunjukkan pengaruh degeneratif terhadap sel-sel germinal. Pemakaian poliester pembungkus skrotum bersifat reversibel setelah poliester pembungkus skrotum dilepas. Penelitian ini dilakukan terhadap 14 orang pria fertil dengan memakai poliester pembungkus skrotum selama 24 minggu. Pemeriksaan semen dilakukan setiap 3 minggu., mulai dari minggu ke 3 hingga minggu ke 24 masa perlakuan. Pemeriksaan semen meliputi penilaian fungsi integritas membran spermatozoa dengan uji HOS (Hypoosmotic Swelling Test), spermatozoa yang bereaksi akrosom positif dan penetrasi spermatozoa ke dalam getah serviks. Hasil penelitian selama perlakuan dibandingkan dengan penilaian sebelum perlakuan.
Hasil dan Kesimpulan : Pemakaian poliester pembungkus skrotum manusia menurunkan fungsi integritas membran spermatozoa dengan sangat bermakna (P<0,01). Pengujian reaksi akrosom positif spermatozoa menurun dengan sangat bermakna (P<0,01). Begitu pula hasil uji penetrasi spermatozoa ke dalam getah serviks mengalami penurunan bermakna (P<0,05). Dengan demikian ke 3 hipotesis dalam penelitian ini dapat diterima dan mampu menurunkan fungsional spermatozoa in vitro."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dinari Kirana Satyani
"ABSTRAK
Motilitas spermatozoa dipengaruhi oleh beberapa faktor,
di antaranya keadaan lingkungan tempat hidupnya. Bakteri
adalah salah satu jenis mikroorganisme pencemar lingkungan
hidup spermatozoa, sehingga menurunkan motilitas spermatozoa.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
dua jenis bakteri terhadap motilitas spermatozoa, yaitu
Eschericbia coli dan Proteus mirabilis. Terdapat tiga
perlakuan, yaitu: semen diinokulasi dengan nutrien broth
sebagai kontrol; semen diinokulasi dengan E. coli, dan
semen diinokulasi dengaa P. mirabilis kemudian masing-masing
diinkubasi selajna 30 menit pada suhu kamar.
Uji statistik menunjukkan adanya pengaruh bakteri yang
diberikan terhadap motilitas spermatozoa setelah diinkubasi
selama 30 menit. Terdapat perbedaan rata-rata motilitas
spermatozoa: antara kontrol dengan yang diinokulasi E. coli',
antara kontrol dengan yang diinokulasi P. mirabilis', dan
antara yang diinokulasi E. coli dengan yang diinokulasi
P. mirabilis. Inokulasi E. coli pada semen mengakibatkan
penurunan motilitas serta timbulnya aglutinasi spermatozoa,
sedangkan inokulasi P. mirabilis hanya mengakibatkan
penurunan motilitas spermatozoa.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1992
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Antonina
"Telah dilakukan penelitian laboratorium untuk mengetahui pengaruh
pemberian 13-Metildigoksin secara in vitro terhadap motilitas spermatozoa
manusia golongan astenozoospermia. Sampel semen yang digunakan
berasal dari 30 pria lbasangan ingin anak (PIA) dengan syarat: volume semen
lebih dari 2 ml, jumlah spermatozoa lebih dari 10 juta per ml semen,
persentase spermatozoa yang bergerak maju dan lurus (kategori (a)) clan
spermatozoa bergerak lambat atau sulit maju lurus atau bergerak tidak lurus
(kategoni (b)) antara 40% sampai 50%. Sampel semen tenlebih dahulu dicuöi
dengan menggunakan larutan Hank, kemudian dibagi menjadi empat
.kelompok perlakuan yaltu satu kelompok kontrol yang dibeni 2 ml larutan
Hank tanpa 13-Metildigoksjn clan tiga kelompok perlakuan yang diberi masingmasing
2 ml larutan 13-Metildigoksjn dengan konsentrasi 10-4 , I0, dan
10 10 M, lalu diinkubasj pada suhu 370C selama 20, 40, dan 60 menit.
Perhitungan persentase motilitas spermatozoa menggunakan metode WHO,
dengan menghitung jumlah spermatozoa motil dan immotil pada beberapa
lapangari pandang yang berbeda secara acak dan dilakukän di bawah
rnikroskop medan terang. Hasil uji Tukey (a = 0,05) menunjukkan bahwa
pemberian in vitro f3-Metildigoksin pada konsentrasi 10 clan 10 10 M
meningkatkan motilitas spermatozoa yang dipertahankan sampai waktu
inkubasi 40 menit, sedangkan pada konsentrasi 10 M semakin lama waktu
inkubasi semakin menurunkan motilitas spermatozoa. Motilitas spermatozoa tertinggi diperoleh pada pemberian 3-MetiIdigoksin pada konsentrasi 10' M
pada waktu inkubasi 40 menit."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1999
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mardiana Sjamsuddin
"ABSTRAK
Ruang Iingkup dan cara penelitian : Kemampuan spermatozoa untuk mengadakan fertilisasi harus didukung oleh motilitas spermatozoa. Salah satu penyebab infertilitas adalah gangguan motilitas pada spermatozoa. Pada astenozoospermia motilitas spermatozoa menurun. Seng termasuk elemen renik (trace element). Seng sitrat dapat meningkatkan motilitas spermatozoa manusia di dalam semen in vitro. Larutan Tyrode sebagai pengencer dan serum anak sapi (calf) dapat mempertahankan motilitas dan daya hidup spermatozoa. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh kombinasi larutan Tyrode, serum dan seng sitrat terhadap kualitas spermatozoa semen astenozoospermia manusia in vitro. Kualitas spermatozoa meliputi persentase spermatozoa motil dengan gerak maju dari penetrasi spermatozoa yang menembus (in vitro) getah serviks sapi masa estrus. Terlebih dahulu ditentukan waktu inkubasi yang optimum untuk meningkatkan persentase spermatozoa motil dengan gerak maju dari 5 sampel semen. Dengan waktu inkubasi optimum yang diperoleh penelitian dilanjutkan terhadap 30 sampel semen astenozoospermia pasangan ingin anak (PIA) dengan kriteria : volume > 2.5 mL; jumlah spermatozoa di dalam semen > 10 juta per mL; persentase spermatozoa motil < 50%. Masing-masing sampel semen dibagi 4, untuk kontrol (K), kontrol dengan perlakuan (Kdp), perlakuan (PI dan P2).
Hasil dan Kesimpulan : Penelitian pendahuluan menunjukkan waktu inkubasi 0,5 jam berpengaruh paling baik terhadap persentase spermatozoa motil dengan gerak maju di dalam semen. Hasil penelitian lanjutan, dengan analisis varian 2 arch, menunjukkan perbedaan bermakna (P < 0,01) antara persentase spermatozoa motil dengan gerak maju pada kelompok 0 dan 0,5 jam, juga antara kelompok K, Kdp, P1 dan P2. Uji BNT menunjukkan bahwa kelompok P2 setelah inkubasi 0,5 jam 37°C mempunyai persentase spermatozoa motil dengan gerak maju tertinggi. Kelompok P2 juga memperlihatkan penetrasi spermatozoa ke dalam getah serviks bertambah secara bermakna (P < 0,01)
Kesimpulan : Pengaruh pemberian kombinasi larutan Tyrode, serum dan seng sitrat masing-masing larutan Tyrode sebanyak 50%, serum sebanyak 5% dan seng sitrat dosis 183 mikrogram/mL pada semen astenozoospermia in vitro dapat meningkatkan persentase spermatozoa motil dan penetrasi spermatozoa ke dalam getah serviks bertambah.

ABSTRACT
Scope and Methods of study : The motility of spermatozoa is very important for fertilization. The disturbance of the sperm motile is one of the caused of male infertility. In the asthenozoospermia the motility of spermatozoa is descending. Zinc belong to trace element. Zinc citrate can increase motile spermatozoa in human semen in vitro. Solution of Tyrode as dilute and calf serum can stand in life and motile sperm. This study is intended to investigate the effects of combination of solution of Tyrode, serum and zinc citrate on the quality of human spermatozoa in vitro. The quality of spermatozoa consist the percentage of progressive motility and spermatozoa penetrating cervical mucus. The bovine cervical mucus in the estrous period was used instead of midcycle human cervical mucus. The optimal incubation period that can increase the percentage of progressive motility of spermatozoa was first determined on 5 semen samples. This incubation period was then used in further investigation on 30 sperm samples of asthenozoospermia from infertile men, which fulfill the criteria : volume of semen > 2,5 mL; percentage of progressive motility of spermatozoa < 50%; sperm count > 10 million per mL semen. Each semen samples was divided into 4 groups ; untreated control, treated control, treatment I and treatment 2.
Finding and conclusions : The preliminary study showed that incubation period of 0,5 hour was optimal to increase the percentage of progressive motility of spermatozoa. The follow up investigation by two way nova, showed a significant difference in the percentage of progressive motility of spermatozoa between the 0,5 hour and 0 hour incubation, and also between the four groups. BNT test showed the treatment 2 group after 0,5 hour incubation at 370C the percentage of progressive motility of spermatozoa was increased significantly (P < 0,01). Friedman's test on penetrating of spermatozoa cervical mucus showed that the treatment 2 group was increased 4 cm significantly (P<0,01).
Conclusions : The effects of combination of solution of Tyrode, serum and zinc citrate instead of solution of Tyrode 50%, serum 5% and zinc citrate 183 ug/mL on human asthenozoospermia semen in vitro, the percentage of progressive motility of spermatozoa was increased and spermatozoa penetrating cervical mucus was increased.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>