Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 177911 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mohammad Hamka Rivai
"[Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh jumlah perusahaan IPO, reputasi
penjamin emisi, dan rasio utang terhadap tingkat underpricing saham di pasar
perdana yang diukur menggunakan model mean-adjusted. Pengujian hipotesis
menggunakan model regresi berganda dengan sampel sebanyak 73 perusahaan yang
melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2009-2014. Hasil penelitian
ini menunjukkan semua variabel yang diuji yaitu, jumlah perusahaan IPO, reputasi
penjamin emisi, dan rasio utang mempunyai efek negatif. Jumlah perusahaan IPO
dan reputasi penjamin emisi tidak mempunyai pengaruh signifikan. Sedangkan,
rasio utang mempunyai pengaruh signifikan terhadap tingkat underpricing saham
di pasar perdana.;The objective of this research is to examine the effect of number of IPOs, reputation
of underwriter, and debt ratio on the level of underpricing of stocks in primary
market measured using mean-adjusted model. Hypotheses testing uses multiple
regression models with observations from 73 IPOs in Indonesia Stock Exchange
during the period of 2009-2014. The results indicate that all variables tested,
number of IPOs, reputation of underwriters, and debt ratio have negative effect.
Number of IPOs and reputation of underwriters have no significant effect.
Meanwhile, debt ratio has a significant effect on the level of underpricing of stocks
in primary market.;The objective of this research is to examine the effect of number of IPOs, reputation
of underwriter, and debt ratio on the level of underpricing of stocks in primary
market measured using mean-adjusted model. Hypotheses testing uses multiple
regression models with observations from 73 IPOs in Indonesia Stock Exchange
during the period of 2009-2014. The results indicate that all variables tested,
number of IPOs, reputation of underwriters, and debt ratio have negative effect.
Number of IPOs and reputation of underwriters have no significant effect.
Meanwhile, debt ratio has a significant effect on the level of underpricing of stocks
in primary market., The objective of this research is to examine the effect of number of IPOs, reputation
of underwriter, and debt ratio on the level of underpricing of stocks in primary
market measured using mean-adjusted model. Hypotheses testing uses multiple
regression models with observations from 73 IPOs in Indonesia Stock Exchange
during the period of 2009-2014. The results indicate that all variables tested,
number of IPOs, reputation of underwriters, and debt ratio have negative effect.
Number of IPOs and reputation of underwriters have no significant effect.
Meanwhile, debt ratio has a significant effect on the level of underpricing of stocks
in primary market.]"
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2016
S61838
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anisa Diah Pertiwi
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh relationship lending terhadap IPO underpricing. Relationship lending terjadi ketika perusahaan melakukan hubungan pinjam meminjam dengan bank sebelum go public. Kemudian ketika perusahaan memutuskan untuk IPO, perusahaan menggunakan underwriter yang terafiliasi dengan bank yang memiliki relatonship lending. Penelitian ini menggunakan 118 sampel perusahaan yang mengalami underpricing pada periode 2007-2016 di Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan regresi berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perusahaan yang memiliki relationship lending dengan bank yang terafiliasi dengan underwriter dan go public dengan underwriter tersebut dapat mengurangi tingkat underpricing.

This study aims to analyze the effect of relationship lending on IPO underpricing. Relationship lending occurs when a company has a relationship with a bank before going public. Then when the company decides to IPO, the company uses the underwriter affiliated with a bank that has relatonship lending. This paper uses 118 samples of firms experiencing underpricing in the period 2007-2016 at Indonesia Stocks Exchange. This is quantitative research using multiple regression. The results show that firms with a pre-IPO lending relationship with banks affiliated with underwriters and go public with them can reduce the level of underpricing.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2017
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anita Nur Ratnasari
"Penelitian ini bertujuan untuk memberikan bukti empiris mengenai pengaruh dari kepemilikan manajerial dan karakteristik Direksi (jumlah Direksi, proporsi Direksi terhadap seluruh anggota Dewan, pengalaman dan latar belakang pendidikan Direksi) terhadap tingkat underpricing saham saat IPO (Initial Public Offering). Sampel penelitian terdiri dari 88 perusahaan yang mengalami underpricing saat melakukan penawaran saham perdana atau initial public offering (IPO) di Bursa Efek Indonesia. Hasil penelitian menunjukan bahwa jumlah Direksi berpengaruh negatif signifikan dan proposi Direksi terhadap total Dewan berpengaruh positif signifikan terhadap underpricing saham IPO. Sedangkan kepemilikan manajerial, pengalaman dan latar belakang pendidikan Direksi, tidak memiliki pengaruh terhadap tingkat underpricing saham IPO.

This study aims to obtain empirical evidence of the influence of managerial ownership and Board of Directors (BoD) characteristics IPO underpricing. The sample consists of 88 companies listed on Indonesia Stock Exchange for the period 2012 – 2016. Result show that IPO underpricing has negative significant correlated with number of BoD, and a positive correlation with proportion of BoD on boards, but it doesn’t found significant correlation with managerial ownership, experience and educational background of BoD.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2018
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yudhi Iman Perkasa
"Penelitian yang dilakukan kali ini mempunyai tujuan untuk menguji secara empiris ada tidaknya pengaruh return on assets (ROA), price earning rasio (PER), rasio harga wajar, kondisi pasar dan reputasi penjamin emisi pada abnormal return 1hari, 15 hari dan 30 hari sesudah IPO.
Adapun sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 64 perusahaan yang melakukan penawaran umum di Bursa Efek Jakarta pada tenggang waktu 2000-2002. Analisis data menggunakan regresi berganda dengan metode stepwise untuk menguji pengaruh dari ROA, PER, rasio harga wajar, kondisi bursa dan reputasi penjamin emisi terhadap abnormal return.
Adapun hasil analisis menunjukkan bahwa hanya variabel rasio harga wajar dan variabel ROA yang berpengaruh signifikan terhadap abnormal return, sehingga hal ini mengindikasikan kemungkinan variabel rasio harga wajar dan ROA digunakan investor untuk menilai harga saham di pasar perdana. Begitu pula terhadap abnormal return 15 hari dan 30 hari, hanya variabel rasio harga wajar yang berpengannh signifikan.

The objective of this study is to examine empirically whether ROA, PER, fair price ratio, condition market (KOND) and underwriter reputation are associated with abnormal return, 15 day and 30 day abnormal return after IPO.
There are 64 firms, listed in Jakarta Stock Exchange from period 2000 to 2002 as samples and selected by purposive sampling. The analysis of data 13 using multiple regression with stepwise method to examine the effect of ROA, PER, fair price ratio, condition market (KOND), and underwriter reputation on abnormal return.
The empiric result states that only proper price ratio and ROA that give the positive effect significantly to abnormal return. It is also happened to 15 day and 30 day abnormal return after IPO,the fair price ratio has also given the positive effect."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T16984
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abdul Wahid Setia Budi Cahyono
"Fenomena underpricing saham perdana dapat diketahui dari adanya Initial Return (IR) dan Abnormal Return (AR) yang positif IR dapat dihitung dengan cara membagi selisih antara harga penutupan hari pertama diperdagangkan dan harga penawaran perdana dengan harga penawaran perdananya. Sedangkan AR didapat dengan cara mengurangkan return suatu saham dengan expected return saham itu. Dalam penelitian ini expected return diukur dengan menggunakan dua pendekatan. Pendekatan pertama disebut market adjusted. Pada pendekatan ini expected return untuk suatu saham adalah return dari keseluruhan pasar modal dimana saham tersebut diperdagangkan. Sedangkan pada pendekatan kedua, expected return diukur dengan menggunakan modified market model. Model ini adalah koreksi/modifikasi Bambang Hermanto terhadap market model yang telah ada sebelumnya. Penelitian ini dilakukan di Bursa Efek Jakarta dengan periode penelitian dari Januari 1996 sampai dengan Juli 2000. Populasi penelitian adalah semua saham yang melakukan Penawaran Perdana. Sementara sampelnya adalah saham-saham yang aktif diperdagangkan selama periode observasi dan periode estimasi. Agar kriteria ini tidak bersifat subyektif, maka yang menjadi sampel adalah sahamsaham yang merupakan komponen penyusun dalam indeks LQ 45. Penelitian ini tidak memasukkan unsur biaya transaksi, sehingga emiten yang melakukan dual listing pada dua bursa dengan yurisdiksi pasar modal yang berbeda (contoh listing di BEJ dan NYSE) pun dikeluarkan dari sampel. "
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2003
S19414
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jeihan Juniata
"Penelitian ini bertujuan untuk memahami pengaruh struktur modal terhadap profitabilitas perusahaan pertambangan di Indonesia, sekaligus mempertimbangkan isu global pandemi COVID-19. Penelitian ini menganalisis sampel 60 perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama 2013 hingga 2022. Hasil temuan menunjukkan bahwa debt to asset berpengaruh negatif terhadap profitabilitas. Debt to equity, long term debt to total capital, long term debt to total equity, dan pertumbuhan aset tidak berpengaruh terhadap profitabilitas. Temuan juga menunjukkan bahwa pandemi COVID-19 memiliki efek moderasi negatif terkait dengan hubungan antara debt to asset dan debt to equity terhadap profitabilitas.

This study aims to understand the effect of capital structure on the profitability of mining companies in Indonesia, while considering the global issue of the COVID-19 pandemic. Analyzing a sample of 60 mining companies listed on the Indonesia Stock Exchange from 2013 to 2022, the findings indicate that debt to asset has a negative effect on profitability. Debt to equity, long-term debt to capital, long-term debt to equity, and growth do not effect profitability. The findings also reveal that the COVID-19 pandemic has a negative moderating effect on the relationship between debt to asset and debt to equity with profitability."
Depok: Fakultas Ekonomi dan BIsnis Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sautma Ronni Basana
"Penawaran Umum Perdana (Initial Public Offering, disingkat IPO) atau go publik merupakan salah satu alternatif sumber pendanaan melalui peningkatan ekuitas perusahaan dengan Cara menawarkan saham kepada masyarakat. Penetapan harga saham perdana pada IPO atau pada saat go publik sangat sulit, karena tidak ada harga pasar sebelumnya yang dapat diobservasi untuk dipakai sebagai penetapan penawaran. Selain itu, kebanyakan dari Perusahaan yang akan go publik mempunyai sedikit atau bisa juga tidak ada pengalaman terhadap penetapan harga ini. Untuk hal tersebut di atas, Perusahaan yang hendak go publik berhubungan dengan Underwriter dalam usaha bersama menetapkan harga saham.
Terdapat Anomali dalam IPO ini yang dapat difragmentasikan menjadi tiga : Pertama, Underpricing / Positive Initial Return (IR), adapun yang dimaksud Underpricing adalah harga perdana (IPO) berada di bawah harga Pasar Sekunder yang terjadi setelah Pasar Perdana berakhir. Kondisi ini juga menyebabkan terjadinya Positive Initial Return (IR) ). Perhitungan dilakukan lewat : (Aftermarket Price - Offer Price)/Offer Price * 100%].Bukti empiris di berbagai negara menunjukkan bahwa Anomali ini terjadi juga di berbagai bursa negara lain. Kedua, Kinerja Jangka Panjang yang jelek ( Long Term Underperfbmance of IPO Shares). Ketiga, Pasar Hot dan Cold, Pada saham- saham IPO pada periode Hot mempunyai kinerja jangka panjang yang lebih jelek dibanding sahamsaham IPO pada periode Cold.
Penelitian ini mencoba menjelaskan fenomena Anomali IPO tersebut pada Pasar Modal Indonesia yang ada di Bursa Efek Jakarta (BEJ). Studi yang dilakukan untuk menjelaskan fenomena tersebut menggunakan penjelasan Withdrawn IPO (WIPO) Model yang dikembangkan Roy Sembel(1996) sebagai penjelasan atau model terbaru dalam menjelaskan fenomena Anomali IPO. Model ini berpijak pada lima konsep dasar: (1) IPO dapat dilakukkan penundaan; (2) Reputasi Underwriter jadi penting; (3) Terdapat dua grup Investor: Pertama, Frequent Investor (Investor yang berpengalaman), Kedua, Occasional Investor (Investor yang tidak berpengalaman) ; (4) Keheterogenan penilaian Investor ; (5) Faktor Random dan Sistematis yang mempengaruhi Excess Demand saham IPO. Pengamatan dilakukan dari tahun 1992 hingga Maret 1998. Sampel yang digunakan adalah Perusahaan yang melakukan IPO selama kurun waktu tersebut dan ditemukan sebanyak 153 Perusahaan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa selama periode 1996 hingga Maret 1998, dengan menggunakan metode Weighted Average Model, WIPO Model mampu menjelaskan 7,83% dari 13,79 % (56,78 %) fenomena anomali pada rata-rata positif IR terhadap IPO yang dapat terobservasi, sedangkan dengan menggunakan The Truncated a - Left Tail Model dan Gradually Decreasing Probability of Withdrawal Model menjelaskan 5,6328 % dan 3,6 % dari 13,79 % rata-rata positif Initial Return (IR).
Selanjutnya, Penelitian menghasilkan faktor Offer price, Age dan Risk sebagai Proxy yang baik dari Uncertainty. Hasil ini berarti ketiga faktor tersebut dalam WIPO Model dapat digunakan untuk menunjukkan tingkat/level keheterogenan penilaian Investor. Penelitian juga melihat adanya hubungan positif yang signifikan antara positif Initial Return (IR) dengan Excess Demand.
Untuk Penelitian terhadap Kinerja Jangka Panjang yang jelek sebagai fenomena Anomali yang kedua, diambil sampel sebanyak 81' Emiten yang melakukan IPO pada tahun 1992,1993 dan 1994 agar Kinerja Jangka Panjang selama I tahun, 2 tahun dan 3 Tahun secara konsisten dapat teramati. Hasil menunjukkan bahwa dalam jangka panjang saham IPO berkinerja jelek, hasil penelitian juga menunjukkan bahwa dalam jangka panjang, Kinerja Jangka Panjang saham-saham IPO (termasuk IR disertakan) adalah not hanya berada di tahun pertama saja.
Pada fenomena Anomali ketiga, Penelitian juga memperoleh hasil bahwa pada Pasar saham Hot, kinerja jangka panjangnya sesudah tahun kedua lebih jelek dibandingkan dengan kinerja jangka panjang saham Cold , hasil ini juga konsisten dengan WIPO Model."
Depok: Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ifah Syarofina
"Skripsi ini meneliti mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi underpricing saham IPO seluruh perusahaan yang terdaftar di BEI periode 2002 - April 2012. Faktor -faktor yang diuji antara lain opening spread, reputasi penjamin emisi, reputasi auditor, ukuran perusahaan, umur perusahaan. Kelima faktor tersebut berpengaruh negatif terhadap underpricing. Dari kelima faktor tersebut, opening spread, reputasi penjamin emisi, reputasi auditor berpengaruh negatif signifikan terhadap underpricing, sedangkan ukuran perusahaan dan umur perusahaan berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap underpricing.

This research examines the factors that influence underpricing of stock IPO for all companies that listed in the BEI for period 2002 until April 2012. The factors that were tested include opening spread, underwriter?s reputation, auditor's reputation, firm size and firm age. These five factors have negative correlation with underpricing. All of factors such as opening spread, underwriter's reputation, auditor?s reputation are significantly negative effect on underpricing, whereas firm size and firm age are not significantly negative effect on underpricing."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Eppy Karwiyani
"Ketika Indonesia dilanda krisis keuangan dan ekonomi pada pertengahan tahun 1997, tidak sedikit perusahaan yang tidak dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya, apalagi mengembangkan kinerja perusahaannya. Hal tersebut membuktikan bahwa betapa sangat berpengaruhnya kondisi perekonomian terhadap kelangsungan hidup sebuah perusahaan.
Latar belakang permasalahan tersebut menimbulkan ide untuk melihat pengaruh variabel-variabel ekonomi terhadap tingkat pengembalian investasi saham dan membandingkannya pada dua periode penelitian, yaitu periode sebelum krisis dan periode setelah krisis ekonomi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dan perubahan pengaruh (baik arah maupun nilai/besaran) variabel-variabel ekonomi terhadap tingkat pengembalian investasi saham pada dua periode penelitian. Data diperoleh dari (1) Bursa Efek Jakarta, yaitu berupa data harga penutupan saham individual (close price) 104 saham terpilih sejak bulan Januari 1992 sampai dengan bulan Maret 2004 dan data Indeks Harga Saham Gabungan; (2) Bank Indonesia, yaitu berupa data nilai tukar Rp/USD, data tingkat suku bunga deposito 3 bulanan pada bank persero dan data harga emas 24 karat di Jakarta; (3) Biro Pusat Statistik berupa data Produk Domestik Bruto (PDB) dan data tingkat inflasi. Data yang digunakan adalah data triwulanan yang dirata-ratakan dari data bulanan (kecuali data PDB yang tetap berupa data triwulanan).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa enam variabel independen yaitu variabel tingkat pengembalian pasar (IHSG), PDB, tingkat inflasi, tingkat bunga deposito, nilai tukar Rp./USD dan harga emas secara bersama-sama dapat menjelaskan atau berpengaruh terhadap tingkat pengembalian investasi saham baik pada periode sebelum krisis maupun pada periode setelah krisis yang ditunjukkan dengan koefisien determinasi sebesar 63,9% pada periode sebelum krisis dan 69,7% pada periode setelah krisis.
Berdasarkan uji F diketahui bahwa model regresi yang digunakan baik pada periode sebelum krisis maupun periode setelah krisis adalah signifikan sehingga dapat memprediksi tingkat pengembalian investasi saham. Sementara dari uji t diketahui bahwa pada periode sebelum krisis hanya variabel IHSG saja yang berpengaruh signifikan terhadap tingkat pengembalian investasi saham, sementara pada periode setelah krisis variabel PDB dan Harga Emas juga berpengaruh signifikan terhadap tingkat pengembalian investasi saham disamping variabel IHSG.
Berdasarkan arah hubungan masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat diperoleh gambaran bahwa pada periode sebelum krisis hanya satu variabel (PDB) yang memiliki arah hubungan berlawanan arah atau negatif (-) dengan tingkat pengembalian investasi saham. Sementara pada periode setelah krisis berubah menjadi tiga variabel (PDB, Inflasi dan Harga Emas) yang memiliki arah hubungan berlawasan arah atau negatif.
Dari hasil penelitian dikaitkan dengan kontribusi secara signifikan masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat dan konsistensi arah hubungan sebelum dan setelah krisis, hanya indeks harga saham gabungan yang layak untuk dijadikan barometer dan alat estimasi bagi para investor untuk menilai tingkat pengembalian investasi.

As Indonesia suffered finance and economic crisis in the midst 1997, lots of companies incapable to survive, furthermore to improve their performance. It's proven that economic atmosphere affect a company's survival.
The background resulted an idea to scrutinize economic variables effect to stocks return and we can compare it with two periods of researches, pre-economic crisis and post-economic crisis period.
These researches concern on to find out the effect and changes of effect (either direction or value/scale) of economic variables toward stocks return within two researches periods.
Data obtained from (1) Jakarta Stock Exchange : close price data as 104 stocks selected since January 1992 through March 2004 and Composite Stock Price Index (CSPI); (2) Bank Indonesia : Rp/USD exchange rate, 3-monthly-deposit interest rate at state bank and 24-can-at-gold prices in Jakarta; (3) the Central Statistics Agency: Gross Domestic Product (GDP) and inflation rate. The data, in use, are quarterly which is on the average from monthly-data (except GDP, in quarterly, remain).
The research result shows that six independent variables : CSPI, GDP, inflation rate, deposit interest rate, exchange rate of Rp./USD and gold prices concurrently enable to explain or may affect stock return both in pre-crisis and post-crisis and indicated in determination coefficient amount to 63.9% before crisis and after crisis, 69.7%.
Pursuant to the F-test, figured that regression model in use in pre-crisis or post-crisis is significant, then it capable to predict stocks return. While of the t-test indicated that before crisis period, CSPI variable significantly affect to stocks return, only, meanwhile after crisis period, GDP variables and Gold Prices also affect significantly to stocks return besides CSPI variables.
Based on correlation of independent variables to dependent variables find that before crisis period, there shall be one variable (GDP) in possession of opposite correlation or negative (-) with stocks return. On the other hand, in post-crisis period changed into three variables (GDP, Inflation and Gold Prices) in possession of opposite correlation or negative.
Of the researches result, in sum, we can relate it to significantly-contribution from each of independent variables toward dependent variable and consistency of correlation before and after crisis, it shall Composite Stock Price Index, only, be appropriate to be barometer and estimation equipment for investors to review stocks return and situation of stock exchange market at JSX.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
T13957
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yusuf Sarnoto
"Investasi dalam bentuk saham mempunyai risiko tinggi karena harga saham sangat peka terhadap banyak faktor, baik faktor eksternal maupun internal perusahaan. Dalam melakukan analisis untuk memutuskan investasi suatu jenis saham Investor perlu menganalisis risiko (risk) yang dihadapi dan keuntungan (return) yang diharapkan. Salah satu alat analisis yang digunakan adalah analisis fundamental yang mencoba memperkirakan harga saham dengan memperkirakan nilai faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi harga saham masa yang akan datang dan menerapkan hubungan variabel-variabel tersebut sehingga diperoleh taksiran harga saham.
Penelitian dalam Tesis ini bertujuan untuk menguji pengaruh Tingkat Profitabilitas yang diukur dengan Earning per share (EPS), Leverage Keuangan yang diukur dengan Debt to equity ratio (DER) dan Pertumbuhan harga Saham yang diukur dengan Price earning ratio (PER) sebagai variabel bebas terhadap Return saham sebagai variabel terikat. Return adalah pendapatan atau hasil investasi yang dilakukan oleh Investor, EPS merupakan perbandingan antara Laba bersih setelah pajak dengan jumlah lembar saham biasa yang beredar, DER merupakan perbandingan antara Jumlah kewajiban dengan Jumlah Modal Sendiri dan PER merupakan perbandingan antara harga saham terhadap Laba bersih per lembar saham.
Penelitian dalam Tesis ini dilakukan terhadap 215 Perusahaan sahamnya yang telah listing di Bursa efek Jakarta dengan rentang waktu penelitian dari bulan Januari 1995 sampai dengan Desember 1996. Untuk menguji penggaruh variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen dilakukan dengan Regresi Linear Berganda sedangkan untuk menguji penggaruh variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen dilakukan dengan Regresi Linear Tunggal. Data diolah dengan menggunakan Program Komputer Statistical Product and Service Solutions (SPSS) versi 10. Untuk melihat pengaruh seluruh variabel independen terhadap variabel dependen digunakan analisis regresi dengan menggunakan metode enter (full regression). Selanjutnya untuk menentukan model regresi dan tingkat signifikansi masing-masing variabel independen secara rinci satu persatu digunakan analisis Regresi dengan metode Stepwise.
Hasil Penelitian dengan menggunakan metode enter menunjukkan bahwa secara bersama-sama EPS,DER dan PER berpengaruh terhadap Return Saham. Namun dengan metode Stepwise di antara tiga variabel babas yang diduga mempengaruhi return, ternyata hanya variabel EPS yang signifikan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dalam rentang waktu penelitian EPS berpengaruh signifikan terhadap Return saham dan sebaliknya DER dan PER tidak berpengaruh secara signifikan. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, para Investor yang melakukan analisis fundamental dalam menentukan Investasi saham sebaiknya memperhatikan EPS dari Perusahaan yang sahamnya hendak dibeli, karena terbukti kenaikan EPS akan mengakibatkan kenaikan Return dalam satuan tertentu."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2001
T7363
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>