Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 137805 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Breninta Kharissa Ainani
"[ ABSTRAK
Cara manusia hidup sangat dipengaruhi oleh lingkungan yang terbentuk
disekitarnya yang juga mempengaruhi kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.
Sudah merupakan tugas arsitek untuk berkontribusi dalam menciptakan lingkungan
yang tidak hanya menarik secara estetika, namun juga meningkatkan kesehatan
psikologis. Menggambungkan aspek kesehatan ke dalam arsitektur dimulai dari
tempat di mana manusia bernanung, yaitu tempat tinggal, Ide mendirikan tempat
tinggal yang sehat diimplementasikan ke dalam skala yang lebih besar, yaitu sebuah
bangunan mixed-use, di mana komunitas masyarakat menjadi penentu besar
kesehatan itu sendiri. Kehadiran lingkungan alam di tempat tinggal sangat penting
untuk menciptakan sebuah bangunan yang bergabung dengan lingkungan
sekitarnya. Banyak produk arsitektur yang berhasil menggabungkan aspek tersebut,
tapi tidak bekerja dengan baik dengan keadaan wilayah mereka. Dengan demikian,
memperkenalkan lingkungan alam dengan kearifan lokal, termasuk iklim seperti
yang diusulkan dalam bioclimatic architecture, menjadi pendekatan dalam
membangun tempat tinggal sehat yang mengangkat kesehatan manusia. Memalui
berbagai macam penelitian, dari studi teoritis, preseden, observasi situs, dan
perkembangan desain berkelanjutan, laporan desain ini akan membahas tiga aspek
iklim, lingkungan, dan masyarakat sebagai penentu efektif dalam menciptakan
lingkungan tempat tinggal yang sehat.

ABSTRACT
Human?s way of life is highly influenced by the surrounding built environment that
also affect people?s health and wellbeing. It has been architects? job to contribute
in creating places that are not only aesthetically appealing, but also psychologically
improving health. Initiating wellbeing into architecture is started from the place
where people dwell, a housing. The idea of establishing a healthy housing is
implemented into a bigger scale of a mixed-use residential building, where
community becomes a big determinant of health itself. The presence of a natural
environment in the housing is essential to create a building that is merged with its
surrounding. Many architecture products succeeded in combining those aspects, but
do not work well with the circumstance of their locality. Thus, introducing natural
environment with local wisdom, including climate as proposed in bioclimatic
architecture, becomes the approach in establishing a healthy housing that uplift
human?s wellbeing. Throughout various kinds of research from theoretical studies,
precedents, site observation, and ongoing design developments, this design report
will discuss the three aspects of climate, environment, and community as the
effective determinant in creating a healthy housing.;Human?s way of life is highly influenced by the surrounding built environment that
also affect people?s health and wellbeing. It has been architects? job to contribute
in creating places that are not only aesthetically appealing, but also psychologically
improving health. Initiating wellbeing into architecture is started from the place
where people dwell, a housing. The idea of establishing a healthy housing is
implemented into a bigger scale of a mixed-use residential building, where
community becomes a big determinant of health itself. The presence of a natural
environment in the housing is essential to create a building that is merged with its
surrounding. Many architecture products succeeded in combining those aspects, but
do not work well with the circumstance of their locality. Thus, introducing natural
environment with local wisdom, including climate as proposed in bioclimatic
architecture, becomes the approach in establishing a healthy housing that uplift
human?s wellbeing. Throughout various kinds of research from theoretical studies,
precedents, site observation, and ongoing design developments, this design report
will discuss the three aspects of climate, environment, and community as the
effective determinant in creating a healthy housing.;Human?s way of life is highly influenced by the surrounding built environment that
also affect people?s health and wellbeing. It has been architects? job to contribute
in creating places that are not only aesthetically appealing, but also psychologically
improving health. Initiating wellbeing into architecture is started from the place
where people dwell, a housing. The idea of establishing a healthy housing is
implemented into a bigger scale of a mixed-use residential building, where
community becomes a big determinant of health itself. The presence of a natural
environment in the housing is essential to create a building that is merged with its
surrounding. Many architecture products succeeded in combining those aspects, but
do not work well with the circumstance of their locality. Thus, introducing natural
environment with local wisdom, including climate as proposed in bioclimatic
architecture, becomes the approach in establishing a healthy housing that uplift
human?s wellbeing. Throughout various kinds of research from theoretical studies,
precedents, site observation, and ongoing design developments, this design report
will discuss the three aspects of climate, environment, and community as the
effective determinant in creating a healthy housing., Human’s way of life is highly influenced by the surrounding built environment that
also affect people’s health and wellbeing. It has been architects’ job to contribute
in creating places that are not only aesthetically appealing, but also psychologically
improving health. Initiating wellbeing into architecture is started from the place
where people dwell, a housing. The idea of establishing a healthy housing is
implemented into a bigger scale of a mixed-use residential building, where
community becomes a big determinant of health itself. The presence of a natural
environment in the housing is essential to create a building that is merged with its
surrounding. Many architecture products succeeded in combining those aspects, but
do not work well with the circumstance of their locality. Thus, introducing natural
environment with local wisdom, including climate as proposed in bioclimatic
architecture, becomes the approach in establishing a healthy housing that uplift
human’s wellbeing. Throughout various kinds of research from theoretical studies,
precedents, site observation, and ongoing design developments, this design report
will discuss the three aspects of climate, environment, and community as the
effective determinant in creating a healthy housing.]"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S62576
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
H. Urip Suprihadi
"Salah satu kegiatan pokok promosi kesehatan yaitu bina suasana. menggunakan media dan sarana pendukung sebagai alat untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan agar lebih meresap dalam tata nilai masyarakat untuk mewujudkan salah satu visi promosi kesehatan yaitu mensosialisasikan pesan-pesan kesehatan menuju tercapainya visi promosi kesehatan yaitu tumbuhnya gerakan-gerakan hidup sehat di masyarakat yang didasari oleh kesadaran untuk berperilaku hidup bersih dan sehat serta kepedulian untuk berperan dalam upaya kesehatan (Dachroni, 2001)
Dalam menjamin akuntabilitas dan ketersediaan media yang terkendali, media promosi kesehatan sebagai unsur logistik perlu diatur pengelolaannya. Pengembangan sistem informasi logistik media promosi kesehatan tingkat kabupaten merupakan sarana untuk mengetahui informasi logistik secara akurat, relevan dan tepat waktu. Pengembangan dilakukan di Dinas Kesehatan dan Kesejahteraan Social Kabupaten Hulu Sungai Tengah dengan waktu pengesnbangan pasca hujan Nopemher - Desember 2002.
Pengembangan sistem informasi logistik media promosi kesehatan ini menggunakan pendekatan kualitatif dalam pengumpulan data, melalui metode wawancara mendalam, analisis dokumen dan observasi. Data yang didapat dianalisis untuk menentukan deskripsi sistem, permasalahan sistem, dan penetapan kehutuhan informasi. Penetapan strategis pengembangan dianalisis melalui metode analisis SWOT. Fakta-fakta dibedakan menjadi kekuatan (srrenghts), kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities), dan ancaman (threats) sistem. Prototipe perangkat lunak aplikasi yang dihasilkan dirancang berdasar kebutuhan infonmasi yang diletapkan dengan memperhatikan indikator informasi logistik yang ada.
Keberadaan sistem informasi logistik media promosi kesehatan masih belum ada, hal ini menyebahkan informasi LogisLik media tidak dapat diketahui dengar akurat. Untuk itu pengembangan sistem informasi logistik media promosi kesehatan adalah jawaban alternatif tepat. Perancangan prototipe setelah diuji kelayakan operasionalnya dalam skala uji laboratorium diusulkan untuk diuji pada tingkat uji lapangan di masa mendatang. Pengujian keluaran indikator informasi dan indikator logistik yang dihasilkan diharapkan lebih berkembang dalam tingkat uji berikutnya (uji lapangan)
Pengembangan sistem informasi logistik media promosi kesehatan dengan sistem konversi, otomasi, berbasis komputer dengan penggunaan manajemen basis data diharapkan dapat menghasilkan informasi logistik media promosi kesehatan yang akurat, relevan dan tepat waktu- Keluaran dari laporan, laporan analisa, laporan saring dan katalog media promosi dapat dimanfaatkan untuk identifikasi, pengambilan keputusan, perencanaan, monitoring, dan evaluasi. Keterbatasan kelayakan operasional dalam tingkat uji laboratorium dan indikator informasi logistik yang dihasilkan, diharapkan dapat lebih dikembangkan dalam uji lapangan yang diharapkan. Rekomendasi perangkat keras, perangkat lunak, sumber daya manusia, dan organisasi/manajemen sistem yang diusulkan dalam implemenlasi sistem diharapkan dapat terpenuhi untuk kesempurnaan pemanfaatan perangkat lunak aplikasi yang dibuat dan untuk kepentingan pengujian berikutnya (uji lapangan).

The one of main activity health promotion is milieu building . has applying media and media support as tool to extending some health messages so that more absorbed in the social order of society to concrete the one of health promotion mission that is socialization health messages to reach health promotion vision that is growing of the clean and healthy live activity and attention to participate in health effort (Dachroni, 2001 ).
In guarantee of media accountability and availability that restrained, health promotion media as a part of the logistic element is needed to manage .Development of Health Promotion Media Logistic Information System in district level is a tool to know logistic information accurately, relevant, and timely. This is done in Health and Social Prosperity Department, on Central Ruin Sungai District, at November to December 2002.
Development of Health Promotion Media Logistic Information System is viewed the qualitative approachment to collect data, through in depth interview method, documents analysis and observation. The result is analyzed to determine system description. The act of determining development strategy is analyzed through SWOT analysis method. The facts is separated to the strengths, weaknesses, opportunities, and system threats. The application software prototype result is designed based to the needs of the information that selected with the pay attention to the logistic information indicators.
The existence of the Health Promotion Media Logistic Inti3rmation System isn't did yet, that is resulted media logistic information is not known accurately I n order, the development of Health Education Promotion Logistic information System is the right alternate answer. Design of prototype after tested in the laboratory level is proposed to tested in the field test level in the next time. The test of information indicators and logistic indicators output was resulted is hoped can growing up in the next level (field level test).
The development of Health Promotion Media Logistic Information System with the convection system, automation, computer based, using database management is hoped can increase the quality of Health Promotion Media Logistic Information become accurately, relevant. and timely. The output of the report. analyzed report, filtered form, and catalogues can used for identification, decision making, planning, monitoring and evaluation. The limitation of the suitable operation in the laboratory test level and logistic information indicators that resulted, is hoped can more developed in the field level that proposed_ The recommendation of the hardware, software, brain ware and system management or system organization that proposed in the system implementation is hoped filled to the completeness using application software prototype that resulted and for the importance of next test (field test level).
Refferences : 66 (1977-2002)
"
Depok: Universitas Indonesia, 2003
T12663
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rachel Sifra
"Masalah kesehatan gigi dan mulut masih merupakan masalah public healthyang besar pada negara-negara yang berpendapatan tinggi, dan merupakan bebanbagi negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah. Penyakit atau gangguangigi dan mulut masuk dalam urutan 10 penyakit yang banyak ditemukan dipuskesmas di Kota Tangerang.
Penelitian ini bertujuan mendapatkan gambaran integrasi program UKGMyang dibina oleh puskesmas dan dilaksanakan di posyandu binaan, untuk selanjutnyadapat menjadi acuan di masa mendatang dalam pembentukan kebijakan terkaitmasalah kesehatan gigi dan mulut di Indonesia.
Metode penelitian merupakan studi deskriptif dengan metode analisis kualitatifdengan melakukan wawancara mendalam dan penelusuran dokumen. Hasil penelitianmenyimpulkan bahwa kegiatan UKGM belum terintegrasi dengan baik. Bidan posyandu belum diaktifkan dalam kegiatan UKGM, sehingga menyita perhatiandokter gigi dan perawat gigi di puskesmas.
Hal yang disarankan adalah pelatihan tentang kesehatan gigi dan mulut harusjuga diberikan pada bidan posyandu, bukan hanya kader masyarakat. Bebanpenyuluhan bagi kader masyarakat yang berpartisipasi dalam kegiatan UKGM diposyandu dapat dibagi-bagi, sehingga tidak menumpuk dan mengakibatkan promosikesehatan gigi dan mulut terlewatkan. Penelitian tentang faktor-faktor yangmempengaruhi pembuatan kebijakan tentang UKGM harus dilakukan di masa yangakan datang.

Analysis of Integration Between Dental and Oral Health Programme and Maternal and Child Health Programme In Neglasari Tangerang City Abstract Dental and oral health problems are still a big public health issue in high income countries, and are a burden for low and middle income countries. Dental and oral diseases become one among 10 diseases that are commonly found in puskesmas in Tangerang City.
This study aims to get an overview of the integration of the UKGM program which is managed by the puskesmas and implemented at the assisted posyandu, to further become the future reference in the formation of policies related to dental and oral health issues in Indonesia.
The research method is a descriptive study with qualitative analysis method by conducting in depth interviews and document tracking. The results concluded that the activities of UKGM have not been well integrated. Posyandu midwives have not been activated in the activities of UKGM, thus seizing the attention of dentists and dental nurses from puskesmas.
It is recommended that training on oral health should also be given to posyandu midwives, not just community cadres. The extension work for community cadres who participate in UKGM activities in posyandu can be divided, so that it does not accumulate and result in dental and oral health promotion is overlooked. Research on the factors influencing policy making on UKGM should be done in the future.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
T47571
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Devi Partina Wardani
"Obesitas, hiperlipidemia, dan hipertensi merupakan faktor risiko penyakit jantung dan pembuluh darah. Berdasarkan hasil pemeriksaan kesehatan pegawai Pusat Administrasi Universitas Indonesia diketahui pegawai memiliki faktor risiko mengalami penyakit jantung dan pembuluh darah. Upaya pencegahan perlu dilakukan agar faktor-faktor risiko yang telah ada tidak timbul menjadi penyakit. Penelitian ini melakukan upaya intervensi berupa promosi kesehatan dengan strategi promosi kesehatan dari Piagam Ottawa dan melihat pengaruh promosi kesehatan terhadap pengetahuan, sikap, dan status kesehatan dengan indikator indeks masa tubuh, tekanan darah, gula darah dan kolesterol pada pegawai. Intervensi dilakukan selama 3 bulan berupa pemberian seminar kesehatan, pemasangan media promosi kesehatan, dan membuat duta kesehatan di setiap unit kerja. Hasil penelitian di dapatkan terdapat peningkatan pengetahuan dan sikap sebelum dan sesudah intervensi serta terdapat penurunan nilai rata-rata pada indikator indikator indeks masa tubuh, tekanan darah, gula darah dan kolesterol.

Obesity, hyperlipidemia, and hypertension are risk factors for coronary heart disease. Based on the results of medical check up in Universitas Indonesia employees in 2016 known employees have risk factors for coronary heart disease. Preventive action need to be done so that existing risk factors do not arise into illness. This research undertakes an intervention effort in the form of health promotion with health promotion strategies from the Ottawa Charter and examines the effect of health promotion on knowledge, attitudes, and health status with indicators of body mass index, blood pressure, blood sugar and cholesterol in employees. Intervention conducted for 3 months in the form of health seminars, installation of health promotion media, and create health ambassadors in each work unit. The results of the study found that there was an increase in knowledge and attitude before and after the intervention and there was a decrease in the mean values in indicators of body mass index, blood pressure, blood sugar and cholesterol."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
T48393
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sigit Prima Wibisono
"Masyarakat miskin, bagaimanapun keadaannya merupakan bagian dari bangsa Indonesia. Keberadaan mereka seharusnya bukanlah menjadi beban bagi Negara namun sebaliknya harus menjadi pendorong bagi seluruh komponen masyarakat untuk bekerja lebih keras lagi sehingga kesejahteraan bangsa bisa tercapai. Kemiskinan merupakan sebuah kondisi yang masih lekat dengan Indonesia. Dan kemiskinan menyebabkan hampir sebagian besar rakyat Indonesia rentan terhadap penyakit. Ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan akan gizi setiap hari, pengetahuan yang sangat minim tentang sanitasi lingkungan, kurang perilaku hidup sehat, membuat masyarakat miskin menjadi objek dari penyakit.
Tahun 2005, sebagai lanjutan program tahun-tahun sebelumnya, pemerintah mengadakan program alokasi dana subsidi BBM dan menunjuk PT. Askes untuk menjadi perusahaan yang menanggung semua klaim kesehatan dari masyarakat. Dana yang dikucurkan sangat besar dan mencakup seluruh masyarakat miskin Indonesia. Dana tersebut juga digunakan untuk mempromosikan semua program-program kesehatan kepada masyarakat miskin. Artinya tidak hanya untuk tindakan kuratif namun juga preventif-promotif sehingga pada awalnya diharapkan masyarakat tidak hanya tahu bahwa pemerintah menanggung biaya kesehatan mereka namun juga pemerintah mengharapkan adanya perubahan perilaku kesehatan terhadap mereka.
Dan penelitian ini ingin melihat bagaimana usaha-usaha promosi kesehatan yang ditujukan kepada masyarakat miskin khususnya di desa Karang Asem Barat, Kecamatan Cilengsi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Apakah kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh pusat, dalam hal ini Departemen Kesehatan RI, sampai kepada masyarakat miskin. Bagaimana alumya sehingga diketahui apa yang menjadi permasalahan sehingga di desa Karang Asem Barat ini masih terdapat penderita polio dan gizi buruk. Kendala-kendalan apa saja yang ditemui di lapangan sehingga masih banyak terdapat kekurangan di banyak hal.
Dalam penelitian ini juga dipaparkan apa yang menjadi temuan penulis di lapangan melihat secara langsung penerapan promosi kesehatan kepada masyarakat miskin dimana masih banyak hal yang belum maksimal sehingga secara menyeluruh banyak masyarakat yang bukan hanya masih hidup di bawah garis kemiskinan namun juga masih hidup dalam pola hidup yang tidak sehat sehingga masih rentan terhadap penyakit.
Penulis berharap bahwa penelitian ini bisa memberikan gambaran bagaimana usaha-usaha yang dilakukan pemerintah dalam peningkatan kesehatan masyarakat miskin. Dimulai dari kebijakan-kebijakan pusat sampai daerah. Bagaimana jalur komunikasi yang terjadi serta usaha promosi kesehatan yang dilakukan. Dan tentunya penelitian ini bisa memberikan sedikit ajakan bagi pihak-pihak yang peduli akan peningkatan kesehatan masyarakat miskin untuk berupaya lebih maksimal lagi. Tidak hanya menggantungkan semuanya kepada pemerintah meskipun pemerintah bertanggung jawab dalam memelihara kehidupan mereka dan membatu pemerintah untuk menanggulangi permasalah kesehatan di masyarakat miskin terutama untuk mempromosikan kesehatan kepada mereka. Sehingga mereka juga tidak hanya dibuai dengan jaminan kesehetan namun juga berkeinginan untuk mengubah pola hidup mereka kepada pola hidup yang sehat."
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T22103
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Westriati Niken Sasanti
"Program Mari Sehat sebagai program pemberdayaan masyarakat bertujuan untuk membangun kemampuan masyarakat agar dapat menangani masalah-masalah kesehatannya secara mandiri. Dalam prosesnya, pelaksanaan di lapangan harus berpijak pada kebijakan yang ditetapkan oleh lembaga, sekaligus harus dapat mengakomodir kondisi di lapangan. Menilik pada pengalaman lembaga dalam menjalankan program pemberdayaan secara langsung, maka penelitian ini ingin melihat bagaimana pelaksanaan proses pemberdayaan dalam program Mari Sehat. Dari penelitian ini juga diharapkan dapat ditemukan faktor-faktor yang mendukung maupun menghambat proses.
Penelitian ini bersifat deskriptif dan menggunakan pendekatan kualitatif. Lokasi yang dijadikan tempat penelitian adalah kelurahan Kedoya Utara dan kelurahan Palmerah. Lokasi ini dipilih karena merupakan wilayah kerja peneliti dan dilakukan oleh tim petugas yang sama, teknik pemilihan yang digunakan adalah purposive sampling, di mana informan yang dipilih sesuai dengan tujuan peneliti.
Kerangka konsep yang digunakan dalam penelitian ini mencakup konsep pengembangan masyarakat yang dipandang sebagai program, proses dan metoda, serta konsep-konsep yang berkaitan dengan konsep pemberdayaan, termasuk di dalamnya adalah konsep tentang proses pemberdayaan. Selain itu juga digunakan konsep-konsep tentang peran petugas dalam proses pemberdayaan serta kebijakan yang ditetapkan dalam program Mari Sehat.
Dari penelitian ini, peneliti memperoleh gambaran tentang proses pemberdayaan dalam program Mari Sehat. Dan temuan fapangan terlihat tahapan proses pemberdayaan yang dilakukan, mencakup: tahap sosialisasi, tahap perencanaan partisipatif dengan metoda PRA, tahap pelaksanaan oleh masyarakat dan tahap evaluasi mandiri. Proses pelaksanaan pemberdayaan berjalan seperti spiral, yang menggunakan pengalaman masyarakat sebagai sumber belajar. Dalam proses pemberdayaan, metode yang digunakan secara dominan adalah metode Pendidikan yang Dewasa. Temuan lapangan menunjukkan adanya perubahan-perubahan yang terjadi akibat proses pemberdayaan. Perubahan yang paling menonjol adalah kapasitas tim RW dan individu-individu di dalamnya. Perubahan kapasitas ini berdampak positif pada kelembagaan posyandu. Temuan lapangan juga memberikan fakta yang mengindikasikan adanya kecenderungan untuk berkesinambungan.
Dari hasil analisis data, diketahui bahwa proses pemberdayaan tidak dapat dipandang sebagai suatu proses linear, tetapi lebih seperti spiral yang bergerak terus menerus. Selain itu, analisa data menunjukkan bahwa perubahan yang terjadi dalam masyarakat merupakan akibat langsung dari intervensi yang diberikan selama proses pemberdayaan. Analisis data terhadap temuan menghasilkan kesimpulan terhadap faktor-faktor yang mengtiambat dan mendukung proses pemberdayaan.
Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah, proses pemberdayaan dalam program Mari Sehat dijalankan sesuai dengan tahapan program pemberdayaan. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses pemberdayaan adalah: lembaga pengubah (kebijakan, sikap petugas, metode), masyarakat (dukungan dari masyarakat, nilai-nilai dalam masyarakat).
Saran yang diajukan peneliti kepada pihak lembaga adalah perlunya dilakukan penyamaan persepsi tentang program dan pendekatan pemberdayaan pada tahap persiapan, sebagai dasar untuk pengambilan kebijakan dan pelaksanaan di lapangan. Selain itu juga perlunya kegiatan pemetaan sosial, kajian terhadap lembaga dan psikografi masyarakat lokal, menentukan entry point kegiatan yang sesuai dengan kondisi obyektif masyarakat dan membangun sistem penyelenggaraan proyek yang bersifat luwes, sehingga dapat menyikapi dan dapat melakukan perubahan-perubahan taktis dalam pelaksanaan pemberdayaan masyarakat dalam bidang kesehatan. Penelitian dampak diharapkan juga diusulkan untuk dapat dilakukan oleh lembaga.
Kepada instansi kesehatan terkait, saran yang dapat diberikan berdasarkan hasil penelitian adalah saran untuk mengadopsi model pelaksanaan posyandu plus dengan pendidikan orang tua dan anak melalui program Tumbuh Kembang Anak yang ternyata sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Selain itu instansi pemerintah (puskesmas setempat) dapat memfasilitasi sumber daya kesehatan baik dari swasta maupun dari lembaga pendidikan kesehatan yang ada."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
T11567
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Kholid
Jakarta: Rajawali, 2012
613 AHM p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Suryani As`ad
Jakarta Departemen Pendidikan Nasional 2002,
613 Asa g
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Erna Diah Lestari
"Ketidakaktifan fisik diidentifikasi sebagai faktor risiko utama urutan keempat sebagai penyebab dan bertanggung jawab atas 6% kematian global, sedangkan kegemukan dan obesitas bertanggung jawab atas 5% kematian global. Data PT X tahun 2018 menunjukkan 64% pekerja mengalami masalah obesitas dan kelebihan berat badan. Perusahaan menyediakan berbagai macam fasilitas aktivitas fisik seperti arena fitness, sepakbola, tennis, yoga, renang, aerobik dan lain-lain, sebagai upaya peningkatan kesehatan pekerja. Hasil observasi langsung, tidak banyak pekerja yang memanfaatkan fasilitas tersebut, misalnya yoga hanya diikuti oleh 10 orang dari total 1296 karyawan. Sehingga perlu dilakukan promosi kesehatan di tempat kerja dan evaluasi hasilnya dalam peningkatan pengetahuan, ketertarikan, perhatian dan aktivitas fisik pekerja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan perubahan pengetahuan, ketertarikan, perhatian dan aktivitas fisik pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol sebelum dan sesudah intervensi promosi kesehatan dengan tatap muka selama 15 menit.
Desain penelitian adalah controlled randomized experiment study pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Kedua kelompok mendapatkan informasi terkait aktivitas fisik melalui poster dan wallpaper komputer, untuk kelompok intervensi diberikan training berupa tatap muka selama 15 menit yang terdiri dari pemberian lembar informasi dan interaksi antara trainee dan trainer.
Hasil penelitian dianalisis menggunakan uji independent paired t-test dengan siginifikansi 0,05. Hasil analisis mendapatkan p value perubahan atau delta keempat variabel lebih kecil dari 0,05 (p value 0,000) sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh promosi kesehatan di tempat kerja terhadap pengetahuan, ketertarikan, perhatian dan aktivitas fisik yang signifikan sebelum dan sesudah promosi kesehatan pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Perbedaan tersebut dikarenakan kelompok intervensi menerima informasi yang bersifat diberikan, disampaikan secara berkelompok dengan media visual dan adanya interaksi dengan trainer, sedangkan kelompok kontrol hanya berdasarkan keinginan dan kebutuhan dari masing-masing individu.

Physical inactivity was identified as the fourth main risk factor as a cause and was responsible for 6% of global deaths, while obesity and obesity were responsible for 5% of global deaths. In PT X, 2018 data shows 64% of workers are obesity and overweight. The company provides various physical activity facilities such as fitness, soccer, tennis, yoga, swimming pool, aerobic, etc. as an effort to improve workers' health. Direct observation found, small amount of workers that use these facilities, for example yoga only attended by 10 people out of 1296 employees. So it necessary to do health promotion at the workplace and evaluation of its influence in increasing knowledge, interest, attention and physical activity of workers. This study aims to determine the differences of changes in knowledge, interest, attention and physical activity in the intervention group and the control group before and after a health promotion face-to-face for 15 minutes.
The study design was a controlled randomized experiment study with two samples (intervention and control). Both groups received information related to physical activity through computer wallpapers and posters, intervention group received 15 minutes face toface training that consisted of giving information sheets and interactions between trainees and trainer.
The results were analyzed using independent paired t-test with significance level 0.05. The results is p value of changes or delta for four variables smaller than 0.05 (p value 0,000) so it can be concluded that there are significant changes in knowledge, interest, attention and physical activity before and after health promotion at the intervention group and the control group. The difference is intervention group receives information that is given, delivered in groups with visual media and interaction with trainers, while the control group is only based on the desires and needs of each individual.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T53577
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kurnia Rita Trisyani
"Promosi Kesehatan adalah upaya memberdayakan masyarakat untuk memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatan diri dan lingkungannya. Program unggulan promosi kesehatan adalah PHBS yang mencakup salah satu tatanannya yaitu Tatanan Institusi Kesehatan yang disebut dengan Promosi Kesehatan Rumah Sakit ( PKRS ). Tujuan PKRS adalah mengembangkan pemahaman pasien dan keluarganya tentang penyakit yang diderita serta hal-hal yang perlu dilakukan oleh keluarganya, dalam membantu penyembuhan dan mencegah terserang kembali oleh penyakit yang sama. Apabila dilaksanakan dengan baik PKRS dapal memberikan masukan yang baik dalam peningkatan mutu dan citra pelayanan kesehatan.
RSUD Tarakan merupakan salah satu rumah sakit kelas B Non Pendidikan yang telah menerbiikan SK PKRS tentang penetapan Sub Bagian Pemasaran Sosial dan Informasi sebagai pengelola dan koordinator kegiatan Promosi Kesehatan Rumah Sakit , nomor : 30/SKIRST/2000 tetapi dalam pelaksanaannya kurang berjalan baik.
Penelitian ini bertujuan untuk memperole informasi mengenai kinerja PKRS di RSUD Tarakan Jakarta Tahun 2004
Desain penelitian ini adalah kualitatif, dengan menggunakan metode wawancara mendalam ( Indepth Interview ), Fokus Grup Diskusi (FGD) dan analisa data sekunder. Dengan informan pejabat dan karyawan RSUD Tarakan dan pasien.
Hasil dan Kesimpulan Penelitian menunjukkan bahwa :
Jumlah tenaga PKRS tidak memadai dan SDMnya masih rendah, Dana tidak dialokasikan khusus untuk PKRS. Sedangkan Sarana tidak tersedia khusus untuk PKRS. Perencanaan tentang PKRS di RSUD Tarakan termasuk kegiatan PKRS, belum ada sama sekali. Pada Pengorganisasian, sudah ditetapkan dalam SK tetapi tidak ditindak lanjuti dan tidak adanya dukungan dari Direktur RSUD. Sehingga saat ini pelaksanaan PKRS di RSUD Tarakan jauh dari yang diharapkan. Pemantauan yang selama ini belum pernah dilakukan terhadap pelaksanaan PKRS di RSUD Tarakan, belum pernah ditindak lanjuti baik oleh manajemen RS. Departemen Kesehatan maupun Dinas Kesehatan Propinsi DKI Jakarta. Sehingga bisa dianalisis bahwa kinerja PKRS RSUD Tarakan masih sangat rendah.
Disarankan untuk RSUD Tarakan adalah
Sebaiknya SDM tenaga PKRS harus lebih ditingkatkan rnelalui Pendidikan dan Pelatihan. Dana dan Sarana disediakan khusus untuk PKRS. Pengarsipan di Sub Bag Pemasaran Sosial dan Informasi seharusnya dikelola dengan baik, sehingga mudah untuk mendapatkannya. Sebaiknya ada Berita Acara penyerahan tugas dari Kepala Sub Bag yang lama ke Kepala Sub Bag Pemasaran yang baru. Perencanaan yang baik untuk kegiatan PKRS. Pengorganisasian harus dilakukan secara baik seperti yang telah ditetapan di SK tentang PKRS dan ditindak lanjuti serta adanya dukungan yang penuh dari Direktur RSUD Tarakan. Yang terpenting PKRS harus benar-benar dilaksanakan oleh Sub Bag Pemasaran Sosial dan Informasi dan didukung oleh unit-unit yang ada di RSUD Tarakan. PKRS di RSUD Tarakan . Dalam pelaksanaannya, PKRS sebaiknya mendapat dukungan dari pihak pengelola program yaitu Departemen Kesehatan khususnya Ditjen Yanmed, Pusat Promosi Kesehatan dan Dinas Kesehatan Propinsi untuk selalu memberikan pembinaan dan dukungan baik berupa sarana atau media serta melibatkan secara aktif panitia PKRS dalam setiap proses pengembangan program PKRS serta dilakukan pemantauan secara kontinyu. Menindak lanjuti legalitas pelaksanaan PKRS sebagai komponen akreditasi rumah sakit. Sehingga akan didapatkan kinerja PKRS yang baik dan profesional serta dirasakan manfaatnya oleh RSUD Tarakan.
Daftar Bacaan : 30 (1964-2003)

Analysis of the Implementation of Health Promotion in Hospital at Tarakan Jakarta General Hospital in 2004Health promotion is an effort to empower community to maintain, enhance, and protect themselves and their environment. The strong point of health promotion program is healthy and clean life behavior in which one of its arrangements is the arrangement of health institution that called health promotion in hospital. The goal of health promotion in hospital is to increase the knowledge of patients and their family about the disease they have and the things should be done to help the healing and to avoid suffering the same disease. If it is conducted well, it can be a good input to improve health care quality and image.
Tarakan Jakarta General Hospital is one of non-teaching type B hospitals that had published the decree of health promotion in hospital number 301SIfIRST12000 in term of the determination of Sub-division of Information and Social Marketing as manager and coordinator of health promotion in hospital program. However, practically it was not done well.
The aim of study was to gain the information about performance of health promotion in hospital at Tarakan Jakarta General Hospital in the year 2004.
The research design was qualitative using in-depth interview method, focus group discussion, and secondary data analysis. Informants of the study consisted of managers, staffs, and patients in the Tarakan Jakarta General Hospital.
The study showed that the quantity of human resources was inadequate, quality of human resources was improper, and the fund for health promotion in hospital was not allocated particularly. There was no planning for health promotion in hospital at all. Although the decree of health promotion in hospital was available but it was not followed up, and there was no encouragement from director of hospital. The implementation of health promotion in hospital was still far than expected. So far, the hospital management, Ministry of Health, as well as DKI Jakarta Health Office had not followed up the monitoring of implementation of health promotion in hospital. It showed that the performance of health promotion in hospital was poor.
It was recommended for Tarakan Jakarta General Hospital in order to increase quality of its human resources through education and training. The fund should be allocated for such program. The archive system should be managed well in Sub-division of Information and Social Marketing. The announcement letter of job submission from the previous head of Sub-division of Information and Social Marketing toward the new one should be available. The better planning for health promotion in hospital should be provided. The decree of health promotion in hospital should be followed up and encouraged by the hospital director. The health promotion in hospital also should be encouraged by the Ministry of Health particularly Directorate of Medical Care, Center for Health Promotion, and the Province Health Mice by giving facility or media and involving health promotion in hospital committee in every health promotion development process and monitoring continuously. The legality of implementation of health promotion in hospital should be followed up as a hospital accreditation component. So the performance of health promotion in hospital becomes professional and gives benefit to the hospital itself.
References: 30 (1964-2003)
"
Depok: Universitas Indonesia, 2004
T12875
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>