Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 180939 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Lina Fitrianti
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia pada remaja puteri di SMAN 1 Telukjambe Kabupaten Karawang. Desain penelitian menggunakan Cross Sectional dengan menggunakan data primer melalui pemeriksaan hemoglobin, wawancara konsumsi makanan, pemeriksaan fisik, dan mengisi kuesioner. Waktu penelitian dilakukan pada bulan Desember 2015. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh remaja puteri di SMAN 1 Telukjambe dan sampelnya adalah remaja puteri yang terpilih melalui random yaitu sebesar 92 orang. Hasil penelitian ini menyatakan prevalensi remaja puteri di SMAN 1 Telukjambe yang mengalami anemia sebesar 44,6%. Hasil uji statistik menunjukan hubungan yang bermakna antara konsumsi protein dengan anemia (P=0,000), konsumsi buah dengan anemia (P=0,001), dan pengetahuan dengan anemia pada remaja puteri (P=0,000). Hasil uji statistik menunjukan hubungan yang tidak bermakna antara konsumsi karbohidrat dengan anemia (P=0,326), konsumsi sayur dengan anemia (P=0,675), konsumsi teh dengan anemia (P=0,175), kecacingan dengan anemia (riwayat kecacingan (P=0,304), pernah minum obat cacing dengan anemia (P=0,436), memakai alas kaki dengan anemia (P=1,000)), pola menstruasi (lamanya menstruasi dengan anemia (P=0,730), banyaknya menstruasi dengan anemia (P=1,000), dan siklus mensruasi dengan anemia (P=1,000)).

This study aims to determine the factors related anemia among adolescence girls at SMAN 1 Telukjambe Kabupaten Karawang in 2015. Design of this study was conducted as a cross sectional study use primary data through examination of hemoglobin, food intake, physical examination, and filled out questionnaires. The study in december 2015. The population in this study is all of adolescent girls in SMAN 1 Telukjambe and selected using simple random sampling method as many as 92 girls. The result with chi-square analysis found prevalens of anemia in SMAN 1 Telukjambe is 44,6%. Correlations analysis between protein consumption (p=0,000) with anemia, fruit consumption (p=0,001) with anemia, and knowledge of anemia (p=0,000) with anemia. No correlations between carbohidrat consumption (P=0,326) with anemia, vegetables consumptions (P=0,675) with anemia, daily tea consumptions (P=0,175) with anemia, worm infestation (history (P=0,304), wearing footwear (P=1,000), anthelmintic (P=0,436)) with anemia, and menstrual factor (duration (P=0,730), volume (P=1,000), and cycles (P=1,000) with anemia.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
S61542
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Basuki Dwi Lestari
"Anemia gizi merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia yang harus ditanggulangi secara serius. Terjadinya anemia gizi biasanya disebabkan karena jumlah zat besi yang dikonsumsi tidak sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan. Di samping itu berbagai faktor juga dapat mempengaruhi terjadinya anemia gizi antara lain kebiasaan makan, kurangnya konsumsi zat gizi lain misalnya vitamin A, vitamin C, protein, infeksi, sanitasi lingkungan, investasi cacing, dan sosial ekonomi. Konsekuensi yang timbul akibat terjadinya anemia gizi adalah produktivitas rendah, terhambatnya perkembangan mental dan kecerdasan, menurunnya kekebalan terhadap penyakit infeksi, morbiditas dll.
Prevalensi anemia gizi remaja putri berdasarkan beberapa hasil penelitian ternyata cukup tinggi, sementara upaya penanggulangan anemia belum mengarah kepada sasaran remaja ini.
Penelitian ini merupakan suatu studi analisis yang menggunakan data sekunder dari Pusat Penelitian dan' Pengembangan Gizi, Departemen Kesehatan RI. Jenis penelitian ini termasuk penelitian observasional tipe potong lintang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia gizi remaja putri. Variabel dependen penelitian ini adalah status anemia remaja putri, sedangkan variabel independen meliputi investasi cacing, tingkat konsumsi energi, protein, vitamin A, vitamin C dan zat besi, status Cu, pendidikan ayah, pendidikan ibu, dan kebiasaan minum teh. Analisa data meliputi univariat dengan distribusi frekuensi, bivariat dengan uji kai kuadrat, dan multivariat dengan regresi logistik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi anemia gizi remaja putri sebesar 41.54 %, Disamping itu variabel yang berhubungan berrnakna secara statistik (p < 0.05) dengan kejadian anemia gizi remaja putri adalah variabel investasi cacing, tingkat konsumsi energi, protein, dan vitamin C. Dan variabel yang paling berhubungan secara bersama-sama terhadap kejadian anemia gizi adalah variabel tingkat konsumsi vitamin C (p < 0.0383, OR = 2.71, CI 95 % = 1.76614 - 3.65i 66).
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, disarankan agar penangguulangan anemia gizi pada remaja putri sudah harus mulai diprioritaskan sehingga perlu adanya program khusus penanggulangan anemia gizi pada remaja putri ini. Disarankan pula dilaksanakannya penyuluhan kepada ibu-ibu mengenai pengetahuan tentang anemia sebab dan akibatnya serta perlunya makanan seimbang kepada remaja putri. Disamping itu perlu adanya penelitian lain mengenai anemia gizi remaja putri sehingga informasi yang didapat bisa saling melengkapi.

Nutritional anemia is one of the major nutritional problems in Indonesia that must be seriously tackled. Nutritional anemia normally occurs when the amount of the iron consumed does not equal to the requirements. Besides, several other factors also contribute to the incidence of nutritional anemia such as, among other things, eating habits, lack of consumption of other nutrients including vitamins A and C, a lack of protein, infection, environmental sanitation, worms infestation, social economic conditions, etc. The consequences arising from nutritional anemia include low productivity, disturbance in mental and intelligence development, decreasing immunity against infectious diseases, morbidity, etc.
According to the results of the research, the prevalence of nutritional anemia among female adolescence is relatively high, whereas the efforts taken to combat anemia have not been directed to' this specific target population.
This research is an analytical study using secondary data from Nutritional Research and Development Centre, Department of Health of the Republic of Indonesia. This is an observational research of a cross-sectional type. The objective of the research is to study the factors relating to the incidence of the nutritional anemia among female adolescence. The dependent variable of the research is the status of anemia among female adolescence, while the independent variables include worms investation, the level of energy, protein, vitamin A, vitamin C and iron consumptions, the status of Cu, educational background of the girls' parents and the habits of tea drinking. Analysis of the data is carried out using univariate method by frequency distribution, bivariate method by chi square test, and multivariate method by logistical regression.
The results of the research have demonstrated that the prevalence of nutritional anemia among female adolescence reaches as high as 41.54 %. In addition, the variables having statistically significant relationship (p < 0.05) with the incidence of nutritional anemia among female adolescence include the investation of worms, and the level of energy, protein, and vitamin C consumptions. And the variable having the closest bearing to the incidence of nutritional anemia is the level of vitamin C consumption (p = 0.0383, OR = 2.71, 95 % CI = 1.76614 - 3.65166).
Based on the results of the research, it is recommended that the handling of nutritional anemia among female adolescence should be prioritized by commencing a special improvement program. Another recommendation is given for the implementation of guidance and education campaign to the mothers on the causes and consequences of anaemia, and the need of providing a balanced diet for their daughters. Further researches and studies on nutritional anemia among female adolescence are deemed necessary, so that all the information obtained will complement each other.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadhisa Zalfa
"

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku pencegahan anemia remaja pada siswi SMA Negeri 3 Depok tahun 2023. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode cross-sectional menggunakan data primer yang diselenggarakan di SMA Negeri 3 Depok pada bulan Oktober dan November 2023 dengan sampel berjumlah 110 responden. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah perilaku pencegahan anemia dengan variabel independen yaitu pengetahuan, sikap, keterlaksanaan program pencegahan anemia di sekolah, ketersediaan sarana kesehatan sekolah, dan dukungan teman sebaya. Data berupa hasil pengisian kuesioner yang diisi secara langsung oleh responden dan dianlisis dengan uji chi-square. Berdasarkan hasil analisis, didapatkan bahwa sebanyak 69 responden (62,7%) sudah menunjukkan perilaku pencegahan anemia yang baik. Secara statistik, terdapat hubungan yang signifikan antara sikap dengan perilaku pencegahan anemia (p-value = 0,006). Hasil penelitian menyarankan untuk sekolah agar meningkatkan pemantauan terhadap konsumsi TTD oleh siswi, bekerja sama dengan fasilitas kesehatan setempat untuk mengadakan skrining atau deteksi dini anemia yang menyeluruh, serta meningkatkan lagi edukasi melalui anemia dan pencegahannya melalui media informasi dan pelatihan peer education.


The purpose of this study is to explore and confirm the factors related to behaviors in anemia prevention by female students at SMA Negeri 3 Depok in 2023. This is a quantitative study with a cross-sectional method with the usage of primary data, held at SMA Negeri 3 Depok in October and November of 2023 with a sampel size of 110 respondents. The dependent variable is the behaviors in anemia prevention, with knowledge, attitude, implementation of the school’s anemia prevention programs, availability of the school’s health infrastructure and resources, and peer social support as the independent variables. The data includes results from questionnares the respondents answered themselves and analyzed with the chi-square test. Analysis shows that 69 respondents (62,7%) has shown good behaviors in anemia prevention. Statistically, there’s a significant relation between attitude and good behaviors in anemia prevention (p-value = 0,006). Study results suggest that the school escalates their monitoring on the students’ monthly consumption of iron supplements, work together with local health facilities to organize an exhaustive screening for anemia in students, and improve education of anemia and its prevention methods through informative media and peer education training.

"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yanti Kamayanti Latifa
"Remaja puteri adalah salah satu kelompok yang rentan mengalami anemia defisiensi zat besi. Pada tahun 2012, diketahui prevalensi anemia pada remaja puteri di Kabupaten Karawang sebesar 46,62%. Status gizi seseorang sangat berpengaruh terhadap status kesehatannya. Beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa kejadian anemia pada remaja puteri berhubungan dengan status gizi. Studi ini bertujuan untuk mengetahui hubungan status gizi dengan kejadian anemia pada remaja puteri di lima SLTA Kabupaten Karawang. Studi ini menggunakan data sekunder dari Survey Anemia pada Remaja Puteri oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Karawang yang dilakukan pada Tahun 2013. Desain studi yang digunakan adalah studi cross sectional analytic. Jumlah sampel pada studi ini adalah 881 orang. Hasil analisis menunjukkan bahwa hubungan status gizi dengan anemia pada remaja puteri di Kabupaten Karawang tahun 2013 memiliki nilai prevalence ratio sebesar 1,31 (95% CI : 1,18 - 1,46), artinya remaja puteri yang memiliki status gizi kurus memiliki risiko 1,31 kali lebih besar menderita anemia dibandingkan yang memiliki status gizi normal atau status gizi kurus meningkatkan risiko sebanyak 31% untuk menderita anemia pada remaja puteri dibandingkan status gizi normal.

Adolescent girls are one of the groups that are susceptible to iron deficiency anemia. In Karawang district, in 2012 known prevalence of anemia among adolescent girls was 46.62%. Nutritional status affects the person's health status. Several previous studies indicate that the incidence of anemia in adolescent girls associated with nutritional status. This study aims to determine relationship of nutritional status and anemia among adolescent girls in five senior high schools of Karawang district in 2013. The study used secondary data from the Survey Anemia in Adolescent Girls by Karawang District Health Office conducted in year 2013. Study design used was a cross sectional analytic study. The number of samples in this study was 881 people. The analysis showed that the relationship of nutritional status and anemia among adolescent girls in Karawang district in 2013 had a prevalence ratio of 1,31 (95% CI: 1,18 - 1,46), meaning adolescent girls who have underweight nutritional status were 1,31 times more likely to have anemia than with a normal nutritional status. In other words, nutritional status of underweight increased the risk by 31% for adolescent girls suffer from anemia than normal nutritional status."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T41908
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khairun Nadiya
"Anemia merupakan masalah kesehatan global dengan prevalensi meningkat di Indonesia dan berisiko tinggi pada kelompok remaja putri salah satunya karena penurunan asupan makanan. Kualitas diet merupakan salah satu alat yang dapat menilai kecukupan asupan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara kualitas diet dengan kejadian anemia pada remaja putri. Studi cross-sectional dilakukan pada 335 remaja putri di Provinsi Jawa Barat. Data asupan makanan didapatkan dari 24-hour recall dua hari berbeda kemudian dinilai menggunakan Diet Quality Index for Adolescents DQI-A. Status anemia ditentukan dari data konsenterasi Hb kapiler diukur menggunakan HemoCue. Analisis bivariat dan multivariat regresi logistik dilakukan untuk menentukan hubungan kualitas diet dan anemia. Rerata skor DQI-A adalah 43,8 dari maksimal 100 dengan prevalensi kualitas diet berisiko buruk sebanyak 61,8. Median kadar Hb adalah 12,2 g/dL dengan prevalensi anemia sebesar 45,4. Tidak terdapat hubungan antara kualitas diet dengan anemia berdasarkan hasil analisis bivariat p=0,487 dan multivariat p=0,229 setelah disesuaikan dengan faktor perancu, yaitu usia, tingkat pendidikan, suku, frekuensi membaca koran, akses internet, dan penggunaan media sosial. Tidak adanya hubungan antara kualitas diet dan anemia mungkin terjadi karena kualitas diet hanya menggambarkan asupan makanan jangka pendek sedangkan kejadian anemia terjadi akibat kurangnya asupan makanan jangka panjang.

Anemia, a global health problem, have an increasing prevalence in Indonesia and a higher risk among adolescent girls, causes including lack of nutritional intake. Diet quality can be used to assess the adequacy of nutritional intake. The aim of this study is to know the association between diet quality and anemia among adolescent girls. A cross sectional survey was conducted involving 335 adolescent girls living in West Java Province. Dietary intake data was collected using 2 day nonconsecutive 24 hour recall and scored for Diet Quality Index for Adolescents DQI A. Anemia status was determined by capillary hemoglobin concentration measured using HemoCue device. Bivariate and multivariate logistic regression were applied to determine the association between diet quality and anemia. The mean score for DQI A is 43.8 of 100 with 61.8 subjects are at risk of poor diet quality. The median Hb level is 12.2 g dL with 45.4 were anemic. The main results showed no significant association between diet quality and anemia based on bivariate p 0.487 and multivariate analysis p 0.229 after adjusting for confounders, such as age, level of education, ethnicity, frequency of reading newspaper, access to internet, and use of social media. It is possible that no association were found because diet quality only reflects short term nutritional intake while anemia happened due to long term nutritional deficiency.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Harist Syahirul A'en
"Latar belakang: Anemia masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Prevalensi anemia pada remaja di Indonesia mencapai 32%. Jawa Barat memiliki prevalensi anemia yang tinggi mencapai 41.93%. Prevalensi anemia di Purwakarta bahkan mencapai 51%. Hal ini menunjukkan anemia masih menjadi permasalahan gizi, khususnya pada remaja. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian pesan gizi berbasis game Nutrition Impact terhadap perubahan perilaku terkait anemia pada remaja sekolah menengah pertama di Purwakarta tahun 2023. Metode: Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuasi eksperimental dengan metode kuantitatif menggunakan data primer yang dikumpulkan dari 130 responden. Hasil: Terdapat peningkatan rata-rata nilai pengetahuan yang lebih tinggi pada kelompok intervensi dibandingkan kelompok kontrol. Peningkatan rata-rata pada kedua kelompok penelitian menunjukkan perbedaan yang signifikan secara statistik. Artinya tidak ada perbedaan pengetahuan pada kedua kelompok penelitian. Terjadi perubahan pola makan ditinjau dari jumlah responden yang mengonsumsi bahan makanan tertentu dan asupan zat gizi, seperti protein, zat besi, dan vitamin C. Ada perbedaan yang signifikan pada kelompok intervensi untuk bahan makanan inhibitor zat besi. Artinya ada sedikit perbedaan perubahan pola makan antara kelompok intervensi dengan kelompok kontrol. Pada kelompok intervensi, terdapat hubungan antara jenis kelamin dan ketersediaan promosi kesehatan dengan nilai pengetahuan pada saat pre-test dan post-test. Pada kelompok kontrol, terdapat hubungan antara pekerjaan ayah dan ketersediaan promosi kesehatan dengan nilai pengetahuan pada saat pre-test dan post-test. Selain itu, pada kelompok kontrol juga didapatkan hubungan antara dukungan guru dengan nilai pengetahuan pada saat pre-test. Kesimpulan: Intervensi menggunakan game digital memberikan pengaruh positif dalam mengubah perilaku terkait anemia pada remaja (peningkatan pengetahuan dan perubahan pola makan).

Background: Anemia is still a public health problem in Indonesia. The prevalence of anemia in adolescents in Indonesia reaches 32%. West Java has a high prevalence of anemia reaching 41.93%. The prevalence of anemia in Purwakarta even reaches 51%. This shows anemia is still a nutritional problem, especially in adolescents. Objective: This study aims to determine the effect of providing nutritional messages based on the Nutrition Impact game on behavior changes related to anemia in junior high school adolescents in Purwakarta in 2023. Methods: The method used in this research is quasiexperimental with quantitative methods using primary data collected from 130 respondents. Results: There was an increase in the average value of knowledge which is higher in the intervention group than in the control group. The average increase in the two study groups showed a statistically significant difference. This means there is no difference in knowledge between the two research groups. There was a change in eating patterns regarding the number of respondents who consumed certain food ingredients and their intake of nutrients, such as protein, iron, and vitamin C. There was a significant difference in the intervention group for iron inhibitor foods. This means there is little difference in changes in eating patterns between the intervention group and the control group. In the intervention group, there was a relationship between gender and the availability of health promotion with the value of knowledge during the pre-test and posttest. In the control group, there is a relationship between the father's occupation and the availability of health promotion with the value of knowledge during the pre-test and posttest. In addition, the control group also found a relationship between teacher support and knowledge scores during the pre-test. Conclusion: Interventions using digital games have a positive effect on changing anemia-related behavior in adolescents (increasing knowledge and changing eating patterns)."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dedah Ningrum
"Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran rata-rata kadar Hb, prevalensi anemia, dan faktor-faktor yang berhubungan dengan kadar hemoglobin. Desain penelitian adalah cross sectional, pengambilan sampel menggunakan metode proporsional random sampling, dan total sampel sebanyak 158 siswi. Kadar Hb diukur menggunakan alat Spectrophotometer, dengan metode Cyanmethemoglobin. Analisis data meliputi analisis univariat, bivariat, dan multivariat.
Hasil penelitian menunjukkan rata-rata kadar Hb 12,9±1,1 g/dl, (95% CI: 12,7-13,0 g/dl) dan prevalensi anemia 16,5%. Lama haid merupakan faktor dominan yang berhubungan dengan kadar hemoglobin. Upaya pencegahan anemia dapat dilakukan dengan minum suplemen tablet tambah darah sesuai anjuran, menjaga asupan zat gizi sesuai kebutuhan, dan memperhatikan kombinasi makanan supaya dapat meningkatkan penyerapan zat besi.

This study aimed to obtain the description of average hemoglobin levels, anemia prevalence, and the factors associated with hemoglobin levels. The study design was cross sectional, the sampling done with proportional random sampling method, and the total sample are 158 female students. Hemoglobin levels were measured using a spectrophotometer by Cyanmethemoglobin method. Data analysis included univariate, bivariate, and multivariate analysis.
The results showed the average hemoglobin level was 12.9 ± 1.1 g/dl (95% CI: 12.7 to 13.0 g/dl) and the prevalence of anemia was 16.5%. Duration of menstruation is a dominant factor associated with hemoglobin levels. Anemia prevention can be pursued by taking iron supplement tablet as recommended, keeping the intake of nutrients as needed, and pay attention to the combination of foods that can increase iron absorption.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
T44212
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yulia Anggraini
"Anemia adalah keadaan di mana kadar hemoglobin lebih rendah dari normal. Puskesmas Pagerbarang merupakan Puskesmas dengan anemia ibu hamil tertinggi di Kabupaten Tegal. Metode penelitian Cross Sectional. Proses pengumpulan data Mei?Juni 2014. Sampel 164 orang.Hasil analisis memperlihatkan kejadian anemia (33,5%) dan yang mempunyai hubungan dengan anemia:pendidikan (OR = 2,35), keberdayaan perempuan (OR = 3,03), pengeluaran (OR = 3,98), pekerjaan suami (OR = 2,42), status gizi (OR = 10,46), infeksi/penyakit kronik (OR = 3,35), umur (OR = 3,15), paritas (OR = 3,29), pemeriksaan kehamilan (OR = 2,52), konsumsi fe (OR = 2,6), dan lokasi pelayanan kesehatan (OR = 3,29).

Anemia is a condition in which the hemoglobin levelis lower than normal. Pagerbarang health centeris a Health Center with the highest maternal anemia in Tegal regency. Methods Cross-sectional study. The process of data collection from May to June2014. Samples 164 people. The results of the analysis showed the incidence of anemia(33.5%) and having a relationship with anemia: education (OR =2.35), the empowerment of women (OR =3.03), spending(OR =3.98), husband's work (OR =2.42), nutritional status (OR =10.46), infectious/chronic disease (OR =3.35), age (OR =3.15), parity (OR =3.29), prenatal care (OR =2.52), fe consumption (OR =2.6), and the location of health services (OR =3.29)."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eva Kwatrin
"ABSTRAK
Anemia adalah suatu keadaan kadar hemoglobin di dalam darah lebih rendah
dari nilai normal untuk kelompok umur dan jenis kelamin yang sama. Anemia masih
merupakan salah satu masalah lcesehatan rnasyarakat, tcrmasuk anemia di kelompok
remaja. Selain berdampak terhadap fungsi kognitif dan memori, juga menumnkan
kapasitas kerja, sehingga dapat menurunkan konsentrasi dan prestasi sekolah. Dan jika
seorang remaja putri anemia harnil, resiko perdarahan maupun berat bayi lahir rendah
akan meningkat, karena kcbutuhan zat bcsi mereka meningkat sclain untuk kehamilan,
juga untuk penumbuhan. Sun/ci Kesehatan Rumah Tangga tahun 1995 prevalensi
anemia rcmaja putri masih sangat tinggi yaitu 5l,7%.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui falnor-thlctor yang berhubungan
dengan anemia pada siswi SMUN Bayah. Penelitian ini merupakan studi analisis yang
menggunakan data primer, dengan disain penelitian crossecrional. Data diperolch
dengan cara pemeriksaan hemoglobin dengan metode cyanmethemoglobin
menggunakan alat HemoCue, pembuatan slide darah tebal malaria dengan pewamaan
giemsa, wawancara dengan kuesioner, fonnulir food recall, FFQ, serta angket untuk
orang tua. Penelitian ini ailakukan pada siswi SMUN Bayah Ifabupaten Lebak propinsi
Banten dengan jumlnh sampel 98 orang.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kejadian anemia cukup tinggi, yaitu
46,9%. Faktor yang berhubungan secara bermakna dengan anemia adalah asupan
energi, protein, zat besi, vitamin C, kebiasaan makan bahan makanan penghambat absorbsi zat besi, dan pendapatan lzeluarga. Faktor Iain yaitu kebiasaan makan bahan
makanan peningkat absorbsi zat br:si ?jarang?, pola mensrruasi (jumlah darah ?tidak
normal?, frekuensi perdarahan ?teratur? dan lama perdarahan yang ?tidak normal?),
status malaria 'positif', serta pendidikan ibu ?rendah? cenderung lebih tinggi
proporsinya pada siswi dengan anemia, walaupun secara statistik tidak bermakna I-lasil
analisis multivariat menunjukkan 4 faktor (empat) berhubungan secara bermakna
dengan anemia, yaitu asupan energi, protein, kebiasaan makan bahan makanan
penghambat absorbsi zat besi, dan pendapatan keluarga. Faktor yang paling dominan
bcrlmubungan dengan anemia adalah asupan encrgi.
Dari hasil penelitian disarankan kcpada pihak sekolah dan Dinas Kesehatan
untuk melakukan melaksanakan program pencegahan dan penanggulangan anemia
melalui kegiatan UKS (Usaha Kesehatan Sekolah), dengan memberikan materi
pendidikan kesehatan dan gizi scimbang, pemberian tablet tambah darah bagi siswi haid
dan anemia, pemeriksaan I-Ib dan malaria sccara berkala. Kegiatan ini dapat
dilaksanakan dengan bekerja sama antara sekolah dengan orang tua murid, OSIS,
Puskesmas Bayah/ Dinas Kesehatan Kabupaten Lebak.
Perlu dilakukan penelitian dengan ruang lingkup lebih luas untuk mengetahui
besamya masalah anemia dan faktor lain yang berperan terhadap kejadian anemia di
kabupaten Lebak, khususnya pada remaja putri, agar tercipta sumber daya manusia
yang berkualitas.

ABSTRACT
Anemia is a condition in which the hemoglobin level in blood lower than nonnal
standard value for the same gender and age group. Yet anemia is still one of health
society concern, including anemia on adolescent group. ln spite of impaired cognitive
functioning and memory, it also affecting work capacity, reduce concentration and
school performance. And if an adolescent girl get pregnance, both bleeding and and low
birth weight risk shall be increased. since the need of iron increased not only for the
pregnancy but also the growth. The household health survey (SKRT) conducted in 1995
showed anemia prevalence among adolescent girls is still high about 5 l ,'/%.
The aim of this study was to find out several factors related to anemia on adolescents
schoolgirls at SMUN Bayah. This study was analyzed primary data, using crossectional
design. Data were prepared by checking hemoglobin concentration with
cyanmethemoglobine method using I-lemoCue kit, giemsa-stained finger-prick blood
sample smeared for malaria, interview with questionnaire, food recall form, FFQ, and
special form for the parents. Research conducted on SMUN Bayah, Lebak District,
Banten Province with a sample size 98 adolescent schoolgirls.
The results indicate that anemia was still high, about 46,9%. Factors that significantly
related to anemia were energy, protein, iron, and vitamin C intake, the habit of
consumption of inhibitor factor of iron absorption, and household income.. Other
factors such as low consumption of enhancer factor of iron absorption ?rarely?,
menstruation pattem (?abnom1a1? blood volume, ?regular? bleeding frequency, and abnorma|? bleeding duration), ?positive? malaria status, and ?low? education level of
mothers tend to the high level proportion on adolescent schoolgirl with anemia,
although statistically it was not significant. The results of multivariate analysis indieate4
(four) factors related significantly to anemia, those were energy and protein intake, the
habit of consumption ol' inhibitor ol' iron absorption, and household income. The
dominant factor related to anemia was energy intake.
In accordance with the results of study, the author suggest to school and health
authority to conduct the preventive and curative program against anemia by UKS
(school health activities), providing health education and balanced nutrition, giving iron
supplementation to menstruation and anemia schoolgirls, checking Hemoglobin and
malaria regularly. These activities can be carried up by maldng a teamwork with BP3
organization, OSIS, Bayah Public Health Center/Health Division of Lebak District,
It needed more widely study to find out the problem of anemia and other factors
involved signilicantly to anemia in Lebak, especially adolescent girls in order to make
the human resource performantly qualified.

"
2007
T34270
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Laili Nur Hidayati
"Anemia hampir terjadi di seluruh dunia, terutama di negara berkembang, termasuk Indonesia. Ibu hamil adalah salah satu kelompok rawan gizi yang berisiko terjadi anemia. Dampak anemia dalam kehamilan sangat luas baik mulai dari kehamilan itu sendiri sampai melahirkan dan nifas. Secara tidak langsung anemia merupakan penyebab kesakitan dan kematian baik ibu maupun bayi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia pada ibu hamil dengan desain cross sectional yang dianalisis menggunakan uji chisquare. Sampel penelitian sebanyak 110 responden yang dilakukan di Puskesmas Kecamatan Palmerah Jakarta Barat pada Mei 2013. Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 37,3% responden mengalami anemia dalam kehamilan. Rata-rata Hb adalah 11,5 gr%. Hb terendah 10 gr% dan Hb tertinggi 13 gr%. Analisi bivariat menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara usia dengan anemia (OR=3,04; CI 95%=1,3-7,4), jarak kehamilan (OR=0,017; CI 95%=1,3-6,3), paritas (OR=0,026; CI 95%=1,2-6,7). Terdapat juga hubungan yang signifikan antara pola konsumsi makanan (0,038; 1,1-5,6), edukasi gizi/konseling gizi (0,023; 1,3-11,4), dan pemberian tablet Fe (0,005; 1,6-13,3). Perlu adanya konseling gizi/edukasi gizi baik secara individu maupun kelompok untuk menurunkan kejadian anemia.

Anemia occurs in almost all over the world, especially in developing countries,including Indonesia. Pregnant women are one of the vulnerable groups at risk of nutritional anemia. Impact of anemia in pregnancy is very wide both starting from the pregnancy itself until delivery and postpartum. Indirectly anemia is a cause of morbidity and mortality both mother and \ baby. This study aims to determine the factors associated with the incidence of anemia in pregnant women with a crosssectional design were analyzed using chi-square test. The research sample of 110 respondents conducted in West Jakarta District Health Clinics Palmerah in May 2013. The results showed as much as 37.3% of respondents experienced anemia in pregnancy. The average hemoglobin was 11.5 g%. Lowest Hb 10 g% and the highest Hb 13 g%. Bivariate analysis showed a significant relationship between age and anemia (OR = 3.04; 95% CI = 1.3 to 7.4), spacing of pregnancy (OR =0.017; 95% CI = 1.3 to 6.3) , parity (OR = 0.026; 95% CI = 1.2 to 6.7). There is also a significant correlation between the pattern of food consumption (0.038; 1.1 to 5.6), nutrition education / nutrition counseling (0,023; 1.3 to 11.4), and Fe tablet (0.005; 1.6 to 13 , 3). Need for nutritional counseling / nutrition education,both individually and collectively to reduce the incidence of anemia."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S45855
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>