Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 152476 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Isharen Gina Namira
"Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan shame proneness dan guilt proneness pada narapidana residivis dan mantan narapidana non-residivis. Penelitian terdahulu menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara guilt proneness dengan perilaku residivisme, namun tidak ada hubungan yang signifikan antara shame proneness dengan perilaku residivisme. Oleh karena adanya perbedaan budaya dengan penelitian sebelumnya, penelitian ini ingin melihat perbandingan shame proneness dan guilt proneness pada narapidana di Indonesia. Penelitian dilakukan dengan memberikan alat ukur TOSCA-SD dalam Bahasa Indonesia kepada 39 narapidana residivis dan 30 mantan narapidana non-residivis. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara shame proneness dan guilt proneness dengan tindak residivisme. Hal ini menunjukkan bahwa perilaku residivisme dipengaruhi oleh banyak faktor lain di luar emosi malu dan bersalah.

This research aims to compare shame proneness and guilt proneness among recidivist inmates and non-recidivist ex-inmates. The previous research shows that there is a relation between guilt proneness and recidivism, however there is no relation between shame proneness and recidivism. Due to cultural differences with previous research, this research aimed to compare shame and guilt proneness in Indonesian inmates. The research is done by assigning 39 recidivist inmates and 30 non-recidivist ex-inmates to fill in TOSCA-SD questionnaire in Bahasa Indonesia. The result of this research shows that there is no significant relation between shame and guilt proneness with recidivism. This result shows that there is another factor other than shame and guilt which affect recidivism."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2015
S61924
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ni Putu Putri Puspitaningrum
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan serta melihat pengaruh guilt proneness dan perceived social support terhadap readiness to change antara Anak yang Berhadapan dengan Hukum (ABH) di LPKA Klas IIA Salemba dan PSMP Handayani. Penelitian melibatkan 59 ABH berstatus narapidana yang diminta mengisi kuesioner TOSCA-SD, MSPSS, dan URICA. Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa guilt proneness berpengaruh positif terhadap readiness to change di LPKA, tetapi tidak di Handayani. Perceived social support tidak berpengaruh terhadap readiness to change di LPKA maupun Handayani. Lalu, interaksi guilt proneness dan perceived social support berpengaruh positif terhadap readiness to change di LPKA, tetapi tidak di Handayani.

ABSTRACT
This study is conducted to compare and determine how guilt proneness and perceived social support can predict readiness to change of juvenile inmates in LPKA Klas IIA Salemba and PSMP Handayani. There are 59 participants were ask to fill the TOSCA-SD, MSPSS, and URICA which is then processed by using regression analysis. This study found guilt proneness gives positive effect on readiness to change in LPKA, but no effect in Handayani. Perceived social support has no effect on readiness to change in LPKA and Handayani. Then, this study found that interaction between guilt proneness and perceived social support significantly gives positive effect on readiness to change in LPKA, but no effect in Handayani."
2016
S66484
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agung Rachmadi
"Berbagai studi menemukan bahwa stres menjadi pengalaman tidak menyenangkan yang tidak dapat terelakkan selama menjalani pendidikan profesi psikologi klinis. Adanya perbedaan kurikulum antara mahasiswa program profesi psikologi klinis dengan program profesi dan magister lainnya membuat mahasiswa ini memiliki beban yang cenderung lebih banyak. Agar pengalaman stres yang dialami oleh mahasiswa tidak menimbulkan dampak yang tidak menguntungkan, program ini menyediakan pembimbing (supervisor) dalam pelaksanaan praktik profesi yang dilaksanakan. Hubungan antara mahasiswa dan pembimbing ini dikenal sebagai supervisory working alliance (SWA). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prediktor pembentuk SWA, yaitu shame proneness dan regulasi emosi pada mahasiswa profesi psikologi klinis di Indonesia yang sedang/sudah menjalani PKPP. Studi ini dilakukan menggunakan pendekatan kuantitatif dengan analisis multiple regression, di mana dari 108 partisipan ditemukan bahwa shame proneness dan regulasi emosi menjadi prediktor kualitas SWA. Semakin tinggi shame proneness maka akan semakin negatif persepsi SWA mahasiswa, sementara itu semakin baik kemampuan regulasi emosi yang dimiliki oleh mahasiwa, maka semakin positif SWA yang dipersepsikan mahasiswa terhadap pembimbingnya

Various studies have found that stress becomes an inevitable unpleasant experience during the training of clinical psychologist. Due to the difference in curriculum between clinical psychologist trainees and other professional and master programs, these students tend to have more responsibilities. To minimize the negative impact due to stress experienced by these students, this program provides supervisors during their professional practice. The relationship between students and supervisors is known as a supervisory working alliance (SWA). This study aims to determine the predictors of SWA, including shame proneness and emotion regulation in clinical psychologist trainees in Indonesia who are currently doing / have been practicing professionally. This study was conducted using a quantitative approach with multiple regression analysis. Among the 108 participants, it is found that shame proneness and emotion regulation are predicting of the quality of SWA. The higher the shame proneness, the more negative the students' perceptions of SWA will be, meanwhile the better the ability to regulate emotions possessed by students, the more positive SWA will be perceived by students towards their supervisors. This suggests that in order to have a positive SWA, clinical psychologist trainees need to manage their shame proneness and the regulation emotions."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Safira Putri Nabilla
"Skripsi ini membahas tentang hubungan antara kecenderungan bosan dan pencarian sensasi pada mantan pengguna narkoba remaja dan dewasa. Partisipan penelitian berjumlah 68 orang yang seluruhnya berjenis kelamin laki-laki dan tergolong dalam kategori usia remaja 16-25 tahun dan dewasa 30-59 tahun . Partisipan merupakan para mantan pengguna narkoba yang sedang menjalani rehabilitasi di Balai Besar Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain penelitian korelasional.
Hasil penelitian menemukan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara kecenderungan bosan dan pencarian sensasi pada mantan pengguna narkoba. Kemudian, diketahui juga dari hasil penelitian bahwa hubungan antara kecenderungan bosan dan pencarian sensasi menunjukkan hasil yang positif dan signifikan pada partisipan remaja, namun tidak signifikan pada partisipan dewasa.

This study examines the relationship between boredom proneness and sensation seeking among adolescent and adult former drug users. Participants in this study were 68 male adolescents 16 25 years old and adults 30 59 years old. Participants are former drug users who are in rehabilitation at Balai Besar Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional. This study is a quantitative research with correlational design.
The results of the study found that there is a positive and significant relationship between boredom proneness and sensation seeking among former drug users. Then, it is also known from the results of this study that the relationship between boredom proneness and sensation seeking showed a positive and significant results in adolescent participants, but not significant in adult participants.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sihombing, Asry Prisda Putri
"E-commerce di Indonesia tidak hanya berkembang pesat namun juga inovatif. Live-streaming kini menjadi alat pemasaran bisnis dan kekuatan yang kemudian mendorong pertumbuhan dan perkembangan penjualan e-commerce. Penelitian ini bertujuan untuk memahami fak­­tor-faktor yang memengaruhi pembelian impulsif dalam live streaming commerce (LSC) di Indonesia menggunakan pendekatan model ELM (Elaboration Likelihood Model) dan teknik analisis Smart PLS 4 dengan model reflektif normatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kredibilitas streamer, penularan resonansi, dan emotional support secara positif memengaruhi keterlibatan pelanggan (customer engagement), yang pada gilirannya memengaruhi kecenderungan pembelian impulsif. Kualitas informasi produk dan kualitas interaksi streamer tidak menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap pembelian impulsif.
Customer engagement terbukti memediasi hubungan antara kredibilitas streamer, penularan resonansi, dan emotional support dengan kecenderungan pembelian impulsif. Kecenderungan mencari penawaran memoderasi hubungan antara customer engagement dan kecenderungan pembelian impulsif, di mana hubungan ini menjadi lebih kuat ketika pelanggan semakin responsif terhadap penawaran.

The e-commerce landscape in Indonesia is not only rapidly expanding but also highly innovative. Live streaming has emerged as a powerful marketing tool for businesses, driving the growth and development of e-commerce sales. This study delves into the factors influencing impulsive buying in live streaming commerce (LSC) in Indonesia, employing the Elaboration Likelihood Model (ELM) approach and Smart PLS 4 analysis technique with a normative reflective model.
Key findings reveal that streamer credibility, resonance contagion, and emotional support positively influence customer engagement, which in turn impacts impulsive buying tendency. Interestingly, product information quality and streamer interaction quality do not exhibit a significant direct effect on impulsive buying. These findings suggest that in the context of LSC, impulsive purchasing decisions are driven more by emotional and social factors rather than product-related information or streamer interaction dynamics.
Customer engagement emerges as a crucial mediator between streamer credibility, emotional support, and impulsive buying tendency, highlighting its pivotal role in bridging these factors and influencing impulsive purchasing behavior. Additionally, deal-seeking tendency moderates the relationship between customer engagement and impulsive buying tendency, indicating that the strength of this relationship is amplified when customers are more susceptible to deals and promotions.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahel
"Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan antara tekanan teman sebaya dengan emosi malu dan emosi bersalah pada remaja. Tekanan teman sebaya diukur dengan menggunakan Skala Tekanan Teman Sebaya yang merupakan adaptasi dari Peer Pressure Inventory yang dikembangkan oleh Clasen dan Brown (1985). Emosi malu dan emosi bersalah diukur dengan menggunakan Test of Self-Conscious Affect 3 yang dikembangkan oleh Tangney, Dearing, Wagner, dan Gramzow pada tahun 2000. Terdapat sebanyak 433 remaja di Jakarta yang menjadi partisipan dalam penelitian.
Hasil penelitian ini adalah terdapat hubungan yang positif antara dimensi perilaku school involvement dan emosi malu, school involvement dan emosi bersalah, family involvement dan emosi malu, serta family involvement dan emosi bersalah. Terdapat pula hubungan yang negatif antara dimensi perilaku peer involvement dan emosi malu, peer involvement dan emosi bersalah, misconduct dan emosi malu, serta misconduct dan emosi bersalah.

This research was conducted to see the correlation between peer pressure with shame and guilt in adolescent. Peer pressure were measured using Peer Pressure Scale that adapted from Peer Pressure Inventory by Clasen and Brown (1985). Shame and guilt were measured using Test of Self-Conscious Affect 3 by Tangney, Dearing, Wagner, and Gramzow in 2000. There was 433 adolescent in Jakarta participated in this study.
The result is there is a positive correlation between peer pressure in school involvement and shame, school involvement and guilt, family involvement and shame, and family involvement and guilt. There is also a negative correlation between peer pressure in peer involvement and shame, peer involvement and guilt, misconduct and shame, and misconduct and guilt.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S56936
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vania Fabiola Serepina Lalu
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara empati dengan emosi malu dan emosi bersalah pada remaja. Partisipan dalam penelitian ini adalah 494 siswa Sekolah Menengah Atas di daerah Jakarta. Penelitian kuantitatif ini menggunakan Interpersonal Reactivity Index (Davis, 1983) untuk mengukur empati dan Test of Self-Conscious Affect 3 (Tangney, Dearing, Wagner, dan Gramzow, 2000) untuk mengukur emosi malu dan emosi bersalah. Kedua alat ukur ini direvisi kembali untuk disesuaikan dengan konteks remaja. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya korelasi yang positif signifikan antara empati dengan emosi malu dan emosi bersalah pada remaja. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa remaja lebih cenderung merasakan emosi bersalah dibandingkan dengan emosi malu saat gagal memenuhi standar sosial.

This study aimed to determine the correlation of empathy with shame emotion and guilt emotion among adolescent. The participants of this study are 494 students in senior high school in Jakarta. This quantitative study used Interpersonal Reactivity Index (Davis, 1983) to measure empathy and Test of Self-Conscious Affect 3 (Tangney, Dearing, Wagner, and Gramzow, 2000) to measure shame emotion and guilt emotion. Both of these measuring instruments had been revised to adjust the adolescent context. The results of this study showed the existence of positive and significant correlation between empathy with shame emotion and guilt emotion among adolescent. The results also showed that adolescent are more likely to feel guilt emotion rather than shame emotion when failing to meet social standards.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S55801
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vidya Syaka Diara
"Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang menganut budaya kolektivis. Pada masyarakat bersifat kolektif, budaya malu lebih dikembangkan. Seiring dengan terjadinya globalisasi, terlihat pudarnya budaya malu pada perilaku yang ditampilkan oleh masyarakat, dan juga munculnya budaya baru yang diserap dari budaya barat, yaitu budaya bersalah. Peneliti ingin melihat apakah terdapat perbedaan pada emosi malu dan emosi bersalah yang ditinjau dari situasi pemicunya, pada generasi tua, yang pada masa mudanya belum banyak terpapar oleh budaya barat, dengan generasi muda sekarang.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif pada 63 responden generasi tua dan 61 responden genrasi muda melalui teknik non-probability sampling. Alat ukur yang digunakan diadaptasi dari TOSCA-3 untuk mengukur emosi malu dan emosi bersalah ketika menghadapi situasi tertentu.
Dari penelitian ini ditemukan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada emosi malu dan emosi bersalah antara generasi tua dan generasi muda ditinjau dari situasi yang berkaitan dengan diri, keluarga dan pekerjaan, namun perbedaan pada emosi malu antara generasi tua dan generasi muda ditinjau dari situasi yang berkaitan dengan pekerjaan tidak signifikan.

The Indonesian society is a society that embraces collective culture. Shame culture is more developed in collective culture. With the occurrence of globalization, a fading of shame culture in behavior of the society can be seen as well as the emergence of a new culture adapted from the west, known as guilt culture. The aim of this study is to see if there is a significant difference of shame and guilt between the old generation, who have not been exposed too much by western culture, and the young generation based on eliciting situations.
This study uses quantitative method and involves 63 respondents from the old generation and 61 respondents from the young generation. The respondents were chosen using the non-probability sampling technique. The scale used to measure shame and guilt when facing certain situations was adapted from TOSCA-3.
The results of this study show that there is a significant difference of shame and guilt between the old and young generations based on situations related to the self, family and friendship but there is not a significant difference of shame between the old and young generations based on situations related to work.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S47035
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tambusai, Yuninengri
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk melihat perbedaan emosi malu dan bersalah antara
remaja yang tinggal di Jakarta dan remaja di daerah Penyangga. Dalam mengukur
emosi malu dan bersalah, digunakan alat ukur TOSCA-3 hasil adaptasi oleh Dr.
Lucia RM Royanto, M.Si, MSp Ed.dan tim penyusun yang kemudian di revisi oleh
peneliti untuk penggunaan pada remaja. Sampel penelitian berjumlah 233 orang
dengan rincian 156 remaja di Jakarta dan 77 remaja di daerah penyangga. Hasil
penelitian menunjukkan tidak terdapat perbedaan emosi malu dan bersalah antara
remaja yang tinggal di Jakarta dan remaja di daerah Penyangga (Bogor, Depok,
Tangerang, dan Bekasi). Adapun berdasarkan analisis gambaran kategori situasi tidak
ada perbedaan dalam hal kategori situasi emosi bersalah antara remaja yang tinggal di
Jakarta dan remaja yang tinggal di daerah penyangga (Bogor, Depok, Tangerang,
Bekasi)

ABSTRACT
This research seeks to discover the differences of shame and guilt between
adolescents living in Jakarta and suburban areas such as Bogor, Depok, Tangerang,
and Bekasi. To measure shame and guilt, TOSCA-3 adapted by Dr. Lucia RM
Royanto, M.Si, Msp Ed. was used after revision for use on teenagers. The sample
consists of 156 adolescents from Jakarta and 77 adolescents from suburban areas,
making the total of 233 respondents. The result shows that there’s no difference in
shame and guilt between adolescents living in Jakarta and adolescents living in
suburban areas (Bogor, Depok, Tangerang, and Bekasi)."
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S53917
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Citra Amelda
"Emosi moral (malu dan bersalah) berperan penting dalam mengarahkan tingkah laku agar sesuai dengan norma moral. Kepribadian terdiri dari seperangkat trait, yaitu kecenderungan tingkah laku, pola pikir, dan perasaan yang menetap, serta dapat membedakan individu dengan individu lain. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara lima trait kepribadian menurut Five-Factor Model dan emosi moral (malu dan bersalah) pada orang Jawa, khususnya mahasiswa (N=165). Emosi malu dan bersalah diukur dengan menggunakan GASP (Cohen dkk, 2011).
Hasilnya menunjukkan bahwa openess to experience dan conscientiousness hanya berkorelasi dengan emosi bersalah, neuroticism hanya berkorelasi dengan emosi malu, agreeableness dan extraversion berkorelasi dengan kedua emosi moral (malu dan bersalah). Lebih lanjut, isin dipahami sebagai rasa malu dan bersalah pada orang Jawa. Ketika merasa malu atau bersalah, respon yang ditunjukkan oleh orang Jawa adalah perilaku reparatif, evaluasi perilaku negatif, evaluasi diri negatif, dan perilaku menarik diri.

Moral emotions (shame and guilt) plays an important role in driving behavior to conform to moral norms. Personality consists of a set of trait, a pattern of relatively permanent behavior tendency, thought, and feelings, and could distinguish individuals with other individuals. This study aims to investigate the relationship between the trait personality according to the Five-Factor Model and moral emotions (shame and guilt) in Javanese students (N = 165). Shame and guilt proneness were measured using GASP (Cohen et al, 2011).
The results show that the openess to experience and conscientiousness merely correlated with emotions of guilt, neuroticism only correlated with emotion shame, whereas agreeableness and extraversion correlated with both moral emotions (shame and guilt). Furthermore, isin understood as shame and guilt in Javanese. When feeling shame or guilt, the response shown by the Javanese is reparative behavior, evaluation of negative behavior, negative self-evaluation, and withdrawn behavior.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2015
T44067
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>