Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 152744 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Benny Joseph Gowasa
"Teknologi analisa difraksi sinar-X (XRD) memiliki keterbatasan dalam pendeteksian dan keakuratan data yang dihasilkan oleh peralatan XRD. Hal ini disebabkan perbedaan setiap parameter pengukuran peralatan XRD yang digunakan. Untuk mendapatkan hasil yang akurat dalam pendeteksian peralatan XRD terlebih dahulu harus mengetahui sifat kristalin dan amorf material kemudian menentukan parameter pengukuran teknik pemindaian dan waktu jejak.
Penelitian ini bertujuan mengetahui karateristik alat XRD yang digunakan di laboratorium Teknik Metalurgi dan Material Universitas Indonesia, melalui variasi parameter pengukuran alat XRD yaitu teknik pemindaian kontinu dan jejak menggunakan lama waktu jejak 1 detik dan 2 detik pada sampel serbuk alumina murni, talc murni dan pencampuran dengan kadar talc 1,0%, 2,0%, 3,0%, dan 4,0% di dalam alumina.
Hasil penelitian menunjukan bahwa teknik pemindaian jejak dengan lama waktu jejak 2 detik menghasilkan intensitas tertinggi, sebesar 5084, 4977, 4931, 4877, 4816 count untuk kadar alumina 100%, 99%, 98%, 97%, 96%, dan sebesar 466, 459, 617, 1067 count untuk kadar talc 1,0%, 2,0%, 3,0%, 4,0% dibandingkan parameter yang lain dan untuk sifat material kristalin menggunakan teknik pemindaian jejak dengan lama waktu jejak 2 detik terjadi penguatan background dan peak.

Analysis technology of X-Ray Diffraction (XRD) has limitations in detecting and generating the accuracy of data by the XRD equipment. This is due to the differences in any measurements parameter used by the XRD equipment. To get the accurate results in detecting, the XRD equipment must first know the properties of the crystalline and amorphous materials then choose the measurement parameter of the scan technique and time per step.
This research aim to investigate the characteristic of XRD Equipment used in the laboratory of Metallurgical and Materials Engineering Universitas Indonesia through the variation of the measurements parameter of the XRD equipment are continuous scanning technique and step scanning technique uses a time per step one second and two seconds on the sample of pure alumina powder, pure talc, and mixing with addition grading of talc 1.0%, 2.0%, 3.0%, and 4.0% in alumina.
These results indicate that the step scanning technique with time per step two seconds produces the highest intensity, at 5084, 4977, 4931, 4877, 4816 count to grading of alumina 100%, 99%, 98%, 97%, 96%, and at 466, 459, 617, 1067 count to grading of talc 1.0%, 2.0%, 3.0%, 4.0%, compared to other parameters and properties of crystalline materials using step scanning technique with time per step two seconds there was a strengthening background and peak.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S62620
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Milady Tyanto Nugroho
"Keterbatasan mesin difraktometer sinar-X mendorong untuk melakukan pencarian limit deteksi peralatan, yang dilakukan dengan mencampurkan senyawa kristalin didalam senyawa semi-kristalin. Dengan memvariasikan persentase massa senyawa kristalin dan parameter pengoperasian alat, didapatkan hasil bahwa semakin meningkat persentase massa senyawa kristalin yang ditambahkan, semakin tinggi intensitas puncak fasa kristalin yang dihasilkan. Sedangkan senyawa semikristalin tidak menunjukan adanya hubungan antara persentase massa dengan intensitas puncak. Mode pemindaian jejak menunjukan hasil pola difraksi sinar-X yang lebih baik dibandingkan mode kontinu. Pengaturan lama waktu jejak mempengaruhi kenaikan background dan peningkatan intensitas puncak. Alat dapat mendeteksi persentase massa senyawa kristalin dalam campuran diatas 3%.

Limitations of X-ray diffractometer pushed to determine detection limit of the equipment, which is done by mixing the crystalline compound in a semi-crystalline compound. By varying the mass percentage of crystalline compounds and device settings, showed that increasing mass percentage of crystalline compound is added, the higher peak intensity of the crystalline phases are produced. While the semi-crystalline compound didn't show correlation between mass percentage and peak intensity. Step-scan mode shows better results than continuous-scan mode. Time per step affects background rising and increased intensity of peaks. Device can detect mass percentage of crystalline compound in a mixture above 3%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S61958
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Warren, B. E.
548.83 WAR x
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Cullity, B. D.
India: Pearson India Education Service, 2016
543.085 CUL e
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Dedi Priadi
"Telah dilakukan penelitian tentang analisa tegangan sisa baja rol-temps. Pengujian tegangan sisa dilakukan dengan teknik difraksi sinar- dimana proses pengerolan ini merupakan proses rol-temps. Dalam proses desain dan produksi suatu produk sering terjadi kegagalan dari material tersebut baik sebelum dan saat digunakan. Hal ini karena adanya tegangan sisa yang tidak terhitungkan sebelumnya. Namun tegangan sisa ini tidak selalu merugikan, karena tergantung arahnya beban yang dikenakan. Secara umum adanya tegangan sisa ini lebih sering merugikan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa besarnya tegangan sisa juga dipengaruhi perubahan struktur akibat adanya transformasi fasa, walaupun besarnya tegangan sisa akibat rolling pra-tempa relatif kecil Dengan panas anil 700 °C dan waktu tahan 25 menit terlihat penurunan tegangan sisa Puncak-puncak difraksi yang dilaku rol lebih lebar daripada yang tidak dirol. Hal ini menunjukkan regangannya tidak homogen. Dari analisa penghalusan GSAS dapat menggambarkan ketidak homogenan regangan."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Suryanarayana, C.
New York: Plenum Press, 1998
548.83 SUR x
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Refai Muslih
"Studi tentang laju korosi pada baja tahan karat SUS304 dalam lingkungan air laut buatan yang dipengaruhi oleh tegangan sisa yang diukur menggunakan difraksi sinar-X metode cos- α. Korosi dalam banyak hal tidak dikehendaki. Kualitas dan penampilan benda akan berubah menurun karenanya. Salah satu pemicu korosi adalah tegangan sisa yang ada di permukaan bahan. Penelitian ini menampilkan hubungan antara tegangan sisa permukaan dengan laju korosinya. Pada penelitian ini digunakan baja tahan karat SUS 304 sebagai sampel dan air laut buatan yaitu larutan NaCl 3,5% sebagai elektrolitnya. Komposisi unsur dan fasa dari sampel didapat dengan uji Energy Dispersive Spectroscopy (EDS) dan X-ray Diffraction (XRD). Topografi permukaan sampel diamati dengan mikroskop optik dan Atomic Force Microscope (AFM). Pengukuran tegangan sisa dilakukan pada setiap proses yang dilalui oleh sampel. Sampel uji tarik sebanyak 9 buah dipersiapkan dari pelat setebal 6 mm yang dipotong dengan wirecut. Perlakuan panas untuk menghilangkan tegangan sisa diberikan kepada sampel dengan suhu 600 ℃ selama 1 jam dan didinginkan secara alami. Permukaan sampel dihaluskan dengan amplas sampai grit 2000. Sampel-sampel dikelompokkan menjadi 3 group dan kemudian dilakukan penarikan dengan regangan (strain, ε) sebesar 1%, 2% dan 3% secara berurutan. Tegangan sisa rata-rata pada sampel setelah perlakuan panas adalah -47 MPa. Tegangan total pada sampel yang telah dideformasi 1, 2 dan 3% berturut turut adalah 295, 315 dan 328 MPa. Perendaman sampel di dalam air laut buatan selama 48 jam tidak banyak mengubah karakter permukaanya. Hal ini diperoleh dari data EIS dimana tidak dijumpai adanya semicircle yang utuh dari seluruh sampel yang digunakan. Sirkuit ekivalen yang terdeteksi adalah hambatan elektrolit (R1), constant phase element (CPE) double layer (CPE1) dan lapisan pasif permukaan sampel (CPE2) beserta dengan hambatannya berturut-turut R2 dan R3. Pengukuran potensiodinamik menunjukkan penurunan potensial korosi dari -151 mV menjadi -290mV untuk sampel tanpa deformasi dan terdeformasi 3% secara berurutan. Arus korosi meningkat seiring dengan peningkatan derajat deformasi. Dari data-data hasil eksperimen telah didapat hubungan yang jelas antara laju korosi dengan tegangan sisa permukaan yang diukur dengan metode cos-⍺.

Study of the corrosion rate of SUS304 stainless steel in an artificial seawater environment affected by residual stresses measured using X-ray diffraction cos-α method. Corrosion is in most cases undesirable. The quality and appearance of objects will change and decrease because of it. One of the triggers of corrosion is the residual stress on the surface of the material. This research shows the relationship between surface residual stress and corrosion rate. In this study, stainless steel SUS 304 was used as the test object and artificial seawater as electrolyte, namely 3.5% NaCl solution. The elemental composition and phase of the sample were obtained from Energy Dispersive Spectroscopy (EDS) and X-ray Diffraction (XRD) tests. The surface topography of the sample was observed with an optical microscope and Atomic Force Microscope (AFM). Residual stress measurements are carried out at each process that the sample goes through. Nine pieces of tensile test samples were prepared from a 6 mm thick plate which was cut with a wirecut. Heat treatment to remove residual stress was given to the samples at 600 ℃ for 1 hour and naturally cooled. The surface of the sample was ground with sandpaper to 2000 grit. The samples were grouped into 3 groups and then drawn with strains of 1%, 2% and 3% respectively. The average residual stress in the sample after heat treatment is -47 MPa. The total stress in the 1, 2 and 3% deformed samples were 295, 315 and 328 MPa, respectively. The immersion of the sample in artificial seawater for 48 hours did not change the surface character much. It was obtained from the EIS data where there was no intact semicircle of all the samples used. The equivalent circuits detected were the electrolytic resistance (R1), constant phase element (CPE) double layer (CPE1) and the sample surface passive layer (CPE2) along with their respective resistances R2 and R3. Potentiodynamic measurements showed a decrease in corrosion potential from -151 mV to - 290mV for 3% deformed and undeformed samples, respectively. The corrosion current increases as the degree of deformation increases. From the experimental data, a clear relationship has been obtained between the corrosion rate and the surface residual stress as measured by the cos-⍺ method."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cullity, B.D.
London: Addison-Wesley, 1956
543.085 CUL e (1)
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Bacon, G.E.
Oxford: Pergamon Press, 1966
548.83 BAC x
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Cullity, B.D.
Reading: Addison-Wesley, 1978
543.085 CUL e;543.085 CUL e (2)
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>