Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 68215 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yassed Satria
"ABSTRAK
Tiongkok adalah satu-satunya negara di Asia yang kebijakan luar negerinya berorientasi kepada negara great power hingga tahun 1979. Pasca open door policy, Tiongkok mulai membuka diri terhadap dunia internasional termasuk ASEAN sebagai kawasan tetangga. Tahun 1996 secara resmi Tiongkok menjadikan ASEAN sebagai mitra dialog permanen dan sekaligus sebagai arah baru orientasi kebijakan luar negerinya. Tulisan ini kemudian akan menjelaskan motif dibalik pemilihan ASEAN sebagai prioritas baru orientasi kebijakan luar negeri Tiongkok dengan menggunakan kerangka teori kebijakan luar negeri. Indikator analisis yang digunakan adalah sintesa argumen K.J. Holsti, Synder dan Rosenau yaitu faktor internal, eksternal dan leadership sebagai penyebab perubahan kebijakan luar negeri.
Temuan skripsi ini pertama, faktor internal yang berpengaruh adalah faktor ekonomi domestik dan perkembangan strategi politik di Tiongkok. Kedua, faktor eksternal yang berpengaruh adalah hegemoni AS dan eksistensi regional ASEAN. Ketiga, faktor leadership dan ideologi pemimpin Tiongkok yang reformis-konservatif. Terakhir, Kebijakan luar negeri Tiongkok saat ini lebih bersifat pragmatis dengan lebih mempertimbangkan untung-rugi dari pada landasan nilai dan ideologi negaranya.

ABSTRACT
Tiongkok is the only country in Asia that foreign policy is oriented to the great power state until 1979. Post open door policy, Tiongkok began opening up to the international community, including ASEAN as a neighboring region. In 1996, officially Tiongkok became a permanent dialogue partner of ASEAN as well as a new direction of its foreign policy orientation. This undergraduate thesis will explain the motive behind the election of ASEAN as a priority foreign policy orientation of Tiongkok by using the theoretical framework of foreign policy. Analysis indicator used is the synthesis of argument KJ Holsti, Synder and Rosenau which are internal factors, external and leadership as the cause of the change in Tiongkok?s foreign policy.
The first findings of this research, internal factors that influence Tiongkok?s foreign policy are the domestic economic factors and the development of political strategy. Secondly, the external factors that influence are the existence of US hegemony and the ASEAN region itself. Third, the leadership factor and the reformist-conservative ideological of Tiongkok?s leader. Finally, Tiongkok's foreign policy today is more pragmatic with more considering the cost-benefit than foundation of values and ideology of the country itself.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2016
S61893
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Salomon Anderias Mesak Babys
"[ABSTRAK
Tesis ini menganalisis sikap Indonesia terhadap kebangkitan Tiongkok
sebagai super power dari perspektif hedging. Menurut teori hedging, kebangkitan
Tiongkok sebagai super power bukan semata-mata sebagai ancaman, melainkan
sebagai peluang untuk dikelola secara bilateral dan multilateral menggunakan tiga
pendekatan yaitu dengan strategi engagement, enmeshing, dan soft balancing.
Indonesia menggunakan strategi hedging dengan dasar pemikiran bahwa
strategi hedging menjadi strategi yang paling ideal untuk digunakan oleh
Indonesia karena masih sangat singkon dengan prinsip politik luar negeri bebas
aktif, sekaligus sebagai sebuah strategi yang dapat mengakomodasi kebutuhan
objektif Indonesia sebagai negara yang juga sedang bangkit.
Penelitian ini menyimpulkan bahwa Indonesia menggunakan Strategi
hedging dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan ekonomi, politik dan
militer dari Tiongkok yang bangkit sebagai super power, tetapi juga untuk
menciptakan keseimbangan yang ideal di kawasan, sehingga Indonesia tidak
didominasi oleh kekuatan manapun baik dari Amerika Serikat ataupun dari
Tiongkok. Strategi ini digunakan oleh Indonesia dengan maksud untuk
meningkatkan posisi tawar (bargaining position) Indonesia di mata Tiongkok dan
di kancah politik dunia internasional.

ABSTRACT
The focus of this theses is to analyze Indonesia perspective towards the
Rise of China as a new super power from hedging perspective. Acording to the
theory, the Rise of China as a new super power is not only a threat but as an
opportunity for Indonesia to manage its relations to china through three approach:
engagement policy, enmeshing policy, and soft balancing.
Indonesia used hedging strategy because it fits well with Its national
interest, which may consist its international political principle, ?bebas aktif,? and
as a grand strategy which could accomodate Indonesia pragmatic needs.
This research concluded that Indonesia used hedging strategic to reap
benefits in economic, politic and military sector from China as a rising power. It
also create a balanced region with the U.S. down and the China up, and the
ASEAN stayed as the center of the region. This strategy also primarily used to
upgrade Indonesia bargaining position against the U.S., China, and international
community., The focus of this theses is to analyze Indonesia perspective towards the
Rise of China as a new super power from hedging perspective. Acording to the
theory, the Rise of China as a new super power is not only a threat but as an
opportunity for Indonesia to manage its relations to china through three approach:
engagement policy, enmeshing policy, and soft balancing.
Indonesia used hedging strategy because it fits well with Its national
interest, which may consist its international political principle, “bebas aktif,” and
as a grand strategy which could accomodate Indonesia pragmatic needs.
This research concluded that Indonesia used hedging strategic to reap
benefits in economic, politic and military sector from China as a rising power. It
also create a balanced region with the U.S. down and the China up, and the
ASEAN stayed as the center of the region. This strategy also primarily used to
upgrade Indonesia bargaining position against the U.S., China, and international
community.]"
2015
T44256
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Faizal Fajar Nurroji
"[ABSTRAK
Perkembangan ekonomi politik di kawasan Asia Pasifik yang semakin
dinamis berdampak pada lahirnya beberapa institusi ekonomi regional baru,
termasuk salah satu yang menarik perhatian adalah Trans Pacific Partnership.
Sebagai instutusi yang disponsori oleh AS, TPP diproyeksikan sebagai high level
FTA yang tidak sekedar mencakup kesepakatan terkait perdagangan dan investasi
namun juga isu-isu lain yang lebih kompleks seperti perlindungan hak cipta (IPR),
perlindungan hak buruh, kompetisi terkait Badan Usaha Milik Negara, dan
beberapa isu-isu lain dengan standard yang cukup tinggi. Dengan persyaratan
seperti ini, maka menjadi menarik ketika Vietnam memutuskan untuk bergabung
ke dalamnya. Setidaknya ada dua faktor yang membuat keanggotaan Vietnam
dalam TPP menjadi menarik untuk dianalisa lebih lanjut, yang pertama adalah
kedekatan antar Vietnam dengan Tiongkok yang selama ini terbangun, serta
kemampuan Vietnam sebagai negara berkembang dalam memenuhi syarat-suarat
tinggi yang sedang dirundingkan oleh TPP.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor utama penyebab
bergabungnya Vietnam ke dalam TPP. Adapun penelitian ini menggunakan
metode kalitatif dengan pengumpulan data melalui studi pustaka dan wawancara
baik langsung maupun tidak langsung kepada beberapa pihak yang terkait dengan
keanggotaan Vietnam dalam TPP.

ABSTRACT
The development of Asia Pacific's political economy which has impacted
on the birth of several new institutions, including Trans Pacific Partnership. As
institution which sponsored mainly by the United States, TPP is projected as high
level FTA since it covers not only common issues like trade and investment, but
also other issues such as Intellectual Property Right, labor right protection,
competition related to State Owned Enterprise, and other other high level issues.
Based on these facts, it is interesting when Vietnam finally decide to join TPP.
There are at least two factors which made Vietnam membership in TPP is
interesting to be analyzed, first is about its close relation with China, and second
is Vietnam's ability in achieving the high standard regulations set by TPP.
This research aims to find out main factors which cause Vietnam to join
TPP. This research uses qualitative method and literature study as well as direct or
indirect interview in collecting data process, The development of Asia Pacific’s political economy which has impacted
on the birth of several new institutions, including Trans Pacific Partnership. As
institution which sponsored mainly by the United States, TPP is projected as high
level FTA since it covers not only common issues like trade and investment, but
also other issues such as Intellectual Property Right, labor right protection,
competition related to State Owned Enterprise, and other other high level issues.
Based on these facts, it is interesting when Vietnam finally decide to join TPP.
There are at least two factors which made Vietnam membership in TPP is
interesting to be analyzed, first is about its close relation with China, and second
is Vietnam’s ability in achieving the high standard regulations set by TPP.
This research aims to find out main factors which cause Vietnam to join
TPP. This research uses qualitative method and literature study as well as direct or
indirect interview in collecting data process]"
2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adhitya Abshar Arham
"Tesis ini menjelaskan mengapa kebijakan luar negeri suatu negara dapat bersifat ambivalen. Analisis yang dibangun dalam tesis ini menggunakan kerangka pemikiran realisme neoklasik untuk menjelaskan kebijakan luar negeri Tiongkok yang ambivalen terhadap Indonesia pada kasus Laut Natuna Utara ditengah eratnya hubungan kedua negara. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa kebijakan luar negeri Tiongkok tengah mengalami pergeseran. Sejak menjadi Presiden Tiongkok pada tahun 2013, Xi Jinping menyerukan semangat untuk “berjuang meraih prestasi” sehingga menghasilkan kebijakan luar negeri yang lebih asertif. Hal ini dipengaruhi oleh adanya tekanan sistemik yang dihadapi Tiongkok dan orientasi strategis Xi Jinping. Tekanan sistemik yang dihadapi Tiongkok adalah adanya upaya dari negara-negara pesaing Tiongkok, baik di level regional maupun global, untuk menghambat kebangkitan Tiongkok sebagai kekuatan global. Sementara itu, sejak dipimpin Xi Jinping orientasi strategis Tiongkok bersifat eksternal dengan tujuan untuk mewujudkan ambisi menjadi negara yang kuat, sehingga dapat memperluas pengaruh politik dan ekonominya.

This thesis aims to explain why a country can produce an ambivalent foreign policy. This study utilizes the framework of neoclassical realism to explain China's ambivalent foreign policy towards Indonesia in the North Natuna Sea case amid the close relations between the two countries. The results of this study indicate that China's foreign policy is undergoing a shift. Since becoming President of China in 2013, Xi Jinping has called for a “striving for achievements” narative which resulted in a more assertive foreign policy. This is influenced by the existence of systemic pressures faced by China and Xi Jinping's strategic orientation. The systemic pressure faced by China is the strategy of China's adversaries, both at the regional and global levels, to contain China's rise as a global power. Meanwhile, since being led by Xi Jinping, China's strategic orientation has been external with the aim of realizing the ambition to become a strong country, so that it can expand its political and economic influence.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
I Putu Satyena Uttabhita Pande
"Kebijakan Luar Negeri Republik India merupakan salah satu fenomena hubungan internasional yang signifikan untuk diteliti mengingat kemungkinan kontribusi kepada pemikiran non-barat. Semenjak kemerdekaannya pada tahun 1947, kebijakan luar negeri India telah konsisten mengalami perkembangan. Namun, masih belum ada pemetaan literatur dalam topik ini. Berdasarkan latar ini, penulis akan meninjau perkembangan literatur tentang kebijakan luar negeri Republik India. Tulisan ini akan meninjau 86 literatur yang telah ditelaah oleh penulis berdasarkan tema serta pengaruhnya kepada dunia akademis. Menggunakan metode taksonomi, kumpulan literatur akan dibagi menjadi tujuh kategori tematis. (1) Fondasi Kebijakan Luar Negeri India, (2) Dimensi Kawasan dalam Kebijakan Luar Negeri India, (3) Peran Aktif Kebijakan Luar Negeri India di Tingkat Global, (4), Tantangan Keamanan dalam Kebijakan Luar Negeri India, (5) Isu Ekonomi dalam Kebijakan Luar Negeri India, (6) Soft Power dalam Kebijakan Luar Negeri India, (7) Bahasan Minor dalam Kebijakan Luar Negeri India. Beberapa bagian kategori tersebut kemudian akan dibagi lagi kedalam sub-kategori untuk memberikan gambaran yang lebih detil akan kumpulan literatur. Penjabaran tulisan akan dimulai dari memberikan latar belakang akan pemilihan subjek studi literatur, lalu tinjauan pustaka akan literatur yang telah ditemukan, kemudian diteruskan dengan membahas konsensus, perdebatan, serta celah-celah dari penelitian terdahulu. Dari hasil tinjauan pustaka, ditemukan bahwa paradigma realis dapat ditemukan secara dominan. Selain itu, India memiliki fondasi kebijakan luar negeri yang kaya dan kuat, terlihat dari banyaknya ide-ide dan cara pandang yang belum masuk pada arus utama- karenanya membuka kemungkinan untuk mengembangkannya ke paradigma yang lengkap. Berdasarkan penemuan penulis, perlu adanya penelitian lebih lanjut akan peran politik serta dinamika domestik dalam kebijakan luar negeri India. Selain itu, studi akan pemikiran non-barat yang berasal dari India juga perlu untuk ditingkatkan sebagai bagian dari pengayaan ilmu hubungan internasional

The foreign policy of the Republic of India is one of the significant phenomena of international relations to be studied in light of its possible contribution to non-Western thought. Since its independence in 1947, India’s foreign policy has consistently experienced development. So far, no academic literature has classified Indian foreign policy. Thus, the author will review the literature concerning the foreign policy of the Republic of India. This paper will review 86 literatures which have been surveyed by the author based on theme and its impact to the academic world. Utilizing taxonomy method, the collection of literature will be divided into seven thematic categories. (1) Foundations of Indian Foreign Policy, (2) Regional Dimensions in Indian Foreign Policy, (3) Active Role of Indian Foreign Policy at Global Level, (4) Security Challenges in Indian Foreign Policy, (5) Economic Issues in Indian Foreign Policy, (6) Soft Power in Indian Foreign Policy, (7) Minor Discussions in Indian Foreign Policy. Several parts of the categories will then be further divided into subcategories to provide a more detailed look at the collection of literature. The exposition of the paper will start by providing the background of the selection of the literature subject, then a review of the literature that has been found, followed by discussing the consensus, debate, and gaps from previous studies. From the literature review, a realist paradigm was found to be dominant. Also, India has a rich and strong foundation of foreign policy, evidenced by many ideas and viewpoints that have yet to enter the mainstream- hence opening up the possibility of developing it to a full-fledged paradigm. Based on the findings of the author, further research is needed on the political role and domestic dynamics within Indian foreign policy. Furthermore, studies of Indian non-Western thought need to be increased as part of the enrichment of international relations scholarship. "
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Adi Lesmana
"Fenomena penurunan tarif pajak perusahaan pada banyak negara dalam rangka menarik investor asing telah menjadi bahan diskusi yang menarik. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan bukti empiris apakah penurunan tarif pajak perusahaan mempengaruhi arus masuk investasi langsung luar negeri, dan faktor-faktor apa saja yang paling efektif dalam meningkatkan arus masuk investasi tersebut. Melalui pendekatan model efek tetap, model efek acak, dan model data panel dinamis, dengan data 28 negara Asia selama tahun 1999 – 2014, kami menyimpulkan bahwa tarif pajak perusahaan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap investasi langsung luar negeri. Investasi langsung luar negeri akan merespons setiap penurunan 1% tarif pajak perusahaan dengan peningkatan arus masuk sebesar 4,56%. Kami juga menyimpulkan bahwa selain faktor kebijakan pajak, faktor keterbukaan ekonomi, ukuran pasar, ukuran pasar, inefisiensi energi, manufaktur, dan nilai tukar juga efektif dalam meningkatkan arus masuk investasi langsung luar negeri.

The phenomenon of corporate tax rate reduction in many countries to attract foreign investors has been an interesting subject. This study aims to provide empirical evidence on whether the corporate tax rate (CTR) reduction affects foreign direct investment (FDI) inflows and the most effective factors in increasing FDI inflows. Using the fixed effect model, random effect model, and dynamic panel data model, with 28 Asian countries from 1999 to 2014, we find that CTR has a significant negative effect on FDI. FDI inflows will increase by 4,56% responding to a 1% CTR reduction. We also find that tax policies, economic factors, market size, energy efficiency measures, manufacturing, and exchange rates also play an important role in attracting FDI inflows."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Imam Prakoso
"ABSTRAK
Dornbusch rsquo;s exchange rate overshooting hypothesis DOH merupakan salah satu teori terpenting dalam menjelaskan fenomena-fenomena dalam perekonomian internasional seperti pergerakan nilai tukar, harga, dan suku bunga. Namun, Rogoff 2002 berargumen bahwa teori tersebut tidak sepenuhnya dapat dibuktikan secaraempiris melalui data seperti yang ditemukan pada penelitian-penelitian sebelumnya contohnya: Kim Roubini, 2000, dan Favero Marcellino, 2004 . Melalui metodologi penelitiannya, Bjornland 2009 berhasil membuktikan bahwa DOH dapat dibuktikan secara empiris dengan menggunakan kerangka penelitian yang sesuai dengan asumsi-asumsi DOH. Meskipun demikian, penelitian tersebut memiliki kesimpulan yang bersifat unifikasi dan desain penelitiannya tidak menguji pelanggaran asumsi DOH namun hanya sebatas validasi atas metodologi yangdigunakan. Dengan menguji kedua reserach gap tersebut pada negara ASEAN-5, penelitian ini membuktikan bahwa DOH sensitif atau restriktif terhadap asumiasumsinya sehingga DOH tidak dapat dengan baik menjelaskan pergerakan nilai tukar, suku bunga, dan harga pada suatu negara yang memliki kondisi yang tidak sesuai dengan asumsi-asumsi DOH.

ABSTRACT
Dornbusch rsquo s exchange rate overshooting hypothesis DOH is one of most important theory on explaining international economics phenomenons especially related to exhange rate, price and interest rate movement. However, Rogoff 2002 comments that DOH may unable to be tested empirically as supported by some findings in prior research i.e. Kim Roubini, 2000 and Favero Marcellino, 2004 . By using new methodology, Bjornland 2009 found that DOH is able to explain the exhange rate, price and interest rate movement if tested by using research framework which inline with DOH assumptions. Despite using proven methodology, Bjornland 2009 displays conclusion separately on each country and does not perform testing on assumption violation. By testing those two research gaps, this research found that DOH is sensitive or restrictive to its assumptions hence DOH unable to properly explain exchange rate, interest rate and price movement on a country with condition which not inline with DOH assumptions."
2017
T47589
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Nouvna Nore Susimah
"Kebijakan luar negeri Malaysia (KLN Malaysia) merupakan fenomena hubungan internasional yang menarik untuk ditelusuri. Malaysia merdeka pada tahun 1957 setelah sebelumnya berada di bawah kekuasaan Inggris. Malaysia, didukung dengan posisi geografis yang strategis, berhasil menjadi salah satu negara dengan ekonomi paling terbuka di dunia. Malaysia pada gilirannya turut berhasil membentuk posisi yang diperhitungkan, baik dalam tingkat regional ataupaun global. Dalam tulisan ini, penulis membahas KLN Malaysia dengan meninjau 100 literatur akademis terkait yang terbit sejak tahun 1963 hingga 2023. Literatur-literatur tersebut dikelompokkan ke dalam tiga tema besar. Pertama, dasar-dasar dalam KLN Malaysia, mencakup ide-ide dalam KLN Malaysia, sikap Malaysia dalam politik internasional, aktor utama dalam KLN Malaysia, dan faktor domestik dalam KLN Malaysia. Kedua, isu-isu dalam KLN Malaysia, yaitu militer dan strategis, ekonomi politik internasional, Malaysia dengan organisasi internasional, Malaysia dengan Persemakmuran, dan Malaysia dengan major powers. Terakhir, dimensi kawasan dalam KLN Malaysia yang mencakup empat kawasan, yakni Asia Tenggara, Asia Timur, Timur Tengah, dan Antartika. Tinjauan pustaka ini turut menyertakan konsensus, perdebatan, dan celah keilmuan mengenai topik ini. Tulisan ini menunjukkan Malaysia, yang pada awalnya merupakan small state, berhasil mengaktualisasikan sumber daya sehingga saat ini menjadi bagian dari kelompok negara middle power. Terlepas dari banyaknya literatur yang ada, topik KLN Malaysia membutuhkan penelitian lanjutan untuk melengkapi kerumpangan akibat sedikitnya pembahasan pada beberapa era kepemimpinan perdana menteri tertentu.

Malaysia's foreign policy (Malaysia's FP) is an interesting international relations phenomenon to be explored. Malaysia became independent in 1957 after previously being under British rule. Malaysia, supported by its strategic geographical position, has succeeded in becoming one of the countries with the most open economies in the world. Malaysia, in turn, has succeeded in establishing a position to be reckoned with, both at the regional and global levels. In this paper, the author discusses KLN Malaysia by reviewing 100 related academic literature published from 1963 to 2023. These literatures are grouped into three major themes. First, Malaysia's FP fundamentals contain ideas in Malaysia's FP, Malaysia's outlook on international politics, Malaysia's FP leading actor, and domestic factors in Malaysia's FP. Second, issues in Malaysia's FP include military and strategic, international political economy, Malaysia with international organizations, Malaysia with the Commonwealth, and Malaysia with major powers. Finally, the regional dimension in Malaysia's FP includes four regions; Southeast Asia, East Asia, Middle East and Antarctica. This literature review includes consensus, debate, and literature gaps. This paper shows that Malaysia, which was initially a small state, has succeeded in actualizing its resources, so it is now part of the middle power group. Despite a large amount of existing literature, the topic of KLN Malaysia requires further research to complete the gaps due to the need for more discussion on specific eras of prime ministerial leadership"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Alessia Anindiya Melinda
"[Tesis ini membahas tentang prioritas kebijakan luar negeri India terhadap Pakistan pada periode 2009-2014. Kebijakan Luar Negeri (KLN) India telah mengalami perkembangan dari waktu ke waktu. Diawali dengan kebijakan yang menggunakan pendekatan idealisme, KLN India dalam perkembangannya bergeser menjadi kebijakan yang pragmatis. Pragmatisme dalam KLN India terlihat dalam prioritas KLN negara tersebut terhadap Pakistan. Pada awal masa kemerdekaan kedua negara, hubungan India-Pakistan relatif berada dalam tensi tinggi. Setelah memasuki periode 2000an, India terlihat memilih strategi yang
lebih bersifat kooperatif terhadap Pakistan. India menilai cara ini lebih efektif dibandingkan pendekatan koersif yang selama ini dilakukan.
Melalui analisis menggunakan kerangka pemikiran dari Kaarbo, Lantis, Beasley, dan Kumar didapatkan kesimpulan bahwa dijadikannya bidang militer, terorisme, dan ekonomi sebagai prioritas dalam KLN India terhadap Pakistan pada periode 2009-2014 dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal yang dimaksud ialah kepentingan nasional dan strategi pemerintah India dalam memperjuangkan kepentingan tersebut. Dan faktor eksternal adalah hubungan
India – AS, hubungan India - Rusia dan hubungan Pakistan – Tiongkok;This thesis discusses about India's foreign policy priority towards Pakistan in the period of 2009 - 2014. India's foreign policy has evolved from time to time. Since it changes its foreign policy to idealism approach, the policy becomes pragmatic nowadays. It can be seen from their priority towards Pakistan. In the beginning of their independence, the relation between India and Pakistan is in high tension. In the period of 2000's, India tends to choose cooperative strategy toward Pakistan. Through foreign policy theory by Kaarbo, Lantis, Beasley, and Kumar, this thesis finds that India's foreign policy priority toward Pakistan are divided into three subjects, which are military, terrorism, and economy. These priorities are caused by internal and external factors. The internal factors are India's national interests and the government's strategy. Meanwhile, the external factors are the relations of India - US, India - Russia, and Pakistan - China., This thesis discusses about India's foreign policy priority towards Pakistan in the
period of 2009 - 2014. India's foreign policy has evolved from time to time. Since
it changes its foreign policy to idealism approach, the policy becomes pragmatic
nowadays. It can be seen from their priority towards Pakistan. In the beginning of
their independence, the relation between India and Pakistan is in high tension. In
the period of 2000's, India tends to choose cooperative strategy toward Pakistan.
Through foreign policy theory by Kaarbo, Lantis, Beasley, and Kumar, this thesis
finds that India's foreign policy priority toward Pakistan are divided into three
subjects, which are military, terrorism, and economy. These priorities are caused
by internal and external factors. The internal factors are India's national interests
and the government's strategy. Meanwhile, the external factors are the relations of
India - US, India - Russia, and Pakistan - China]"
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2015
T44474
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>