Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 182973 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rizky Anggraeni
"Stasiun Penelitian Way Canguk, Taman Nasional Bukit Barisan Selatan merupakan kawasan hutan tropis dataran rendah yang berada di bagian selatan Pulau Sumatera. Sejumlah penelitian yang telah dilakukan di kawasan tersebut belum banyak mengeksplorasi keragaman tumbuhan termasuk tumbuhan paku dan likofit. Tujuan penelitian yang telah dilakukan adalah mengetahui dan menjelaskan keragaman tumbuhan paku dan likofit di stasiun penelitian Way Canguk. Metode penelitian yang digunakan adalah metode jelajah bebas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Stasiun Penelitian Way Canguk memiliki 60 jenis tumbuhan paku dan 4 jenis likofit. Keragaman tersebut didominasi oleh suku Polypodiaceae dan Pteridaceae. Kunci identifikasi dan deskripsi jenis disajikan.

Way Canguk Research Station, Bukit Barisan Selatan National Park (BBSNP), is a lowland tropical forest lies in southtern part of Sumatra. There were few botanical research conducted in this area, which includes research on diversity of ferns and lycophytes. This research was conducted to describe diversity of ferns and lycophytes in Way Canguk Research Station. Specimens were collected from several accessible location. Sixty species of ferns and four species of lycophytes have been recorded during this research. Most of the specimens were dominated by species of Polypodiaceae and Pteridaceae. Identification key to species and species description are provided.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2015
S61734
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anggun Aiyla Nova
"Ancaman perburuan dan perdagangan ilegal disertai kerusakan habitat, menempatkan trenggiling jawa Manis javanica, Desmarest 1822 sebagai salah satu spesies mammalia yang terancam punah. Sementara itu, informasi mengenai ekologi spesies tersebut belum banyak tersedia sehingga menyulitkan upaya konservasinya di alam. Penelitian ini dilakukan untuk menggambarkan penggunaan habitat trenggiling jawa di Stasiun Penelitian Way Canguk, Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, Lampung, Sumatra, Indonesia. Keberadaan trenggiling jawa diketahui dari data enam puluh kamera jebak yang dioperasikan selama rentang waktu 2010 hingga 2017, kemudian dianalisis menggunakan metode pemodelan okupansi melalui perangkat lunak PRESENCE untuk memperoleh nilai Proportion of Area Occupied PAO.
Analisis okupansi berdasarkan keempat belas lokasi kamera penjebak yang merekam keberadaan trenggiling jawa serta kamera yang tidak merekam keberadaan trenggiling jawa deteksi/non-deteksi menghasilkan nilai PAO 0,769 0,005 dan nilai probabilitas deteksi 0,040 0,005. Faktor yang memengaruhi okupansi trenggiling jawa adalah keberadaan liana pada pohon =0.212 0.256, sementara itu probabilitas deteksi trenggiling jawa dipengaruhi oleh Rerata DBH pohon, keberadaan sumber pakan, jumlah spesies pohon, persentase tutupan semak, persentase tutupan tajuk, dan keberadaan manusia.

The threats of poaching, illegal trade,and habitat destruction putting the Sunda Pangolin Manis javanica, Desmarest 1822 as one of the critically endangered mammal species. Meanwhile, information about this species is not widely available and thus make conservation efforts of sunda pangolin is more complicated. This research was conducted to study the habitat use of sunda pangolin in Way Canguk Research Station, Bukit Barisan Selatan National Park, Lampung, Sumatra, Indonesia. The data of the sunda pangolins were taken from sixty camera traps deployed during 2010 to 2017, the data then analyzed using occupancy modeling through PRESENCE software to obtain the value of Proportion of Area Occupied PAO.
Occupancy analysis based on the presence and absence detection non detection of sunda pangolin in camera traps resulted in PAO values of 0.769 0.005 and detection probability values 0.040 0.005. Factor that affected the occupancy of sunda pangolin is the presence of liana in the trees 0.212 0.256, and factors that affecting the probability of detection are mean DBH of trees, feeding source, the number of tree species, the percentage of understorey, the percentage of canopy cover, and the presence of human.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Balqis Arche Nofinska
"Degradasi habitat, fragmentasi habitat, perburuan liar dan konflik gajah dengan manusia telah menyebabkan terjadinya penurunan populasi gajah sumatra Elephas maximus sumatranus dan menempatkannya menjadi salah satu satwa dengan status konservasi kritis critically endangered. Informasi-informasi dasar seperti seks, usia, sebaran spasial, serta pengaruh faktor-faktor lingkungan terhadap keberadaan gajah sumatra diperlukan untuk mencegah gajah sumatra dari kepunahan melalui manajemen konservasi yang baik. Identifikasi seks gajah sumatra dilakukan pada sampel feses dari Taman Nasional Bukit Barisan Selatan TNBBS dengan teknik molekular menggunakan metode multiplex Polymerase Chain Reaction untuk mengamplifikasi gen PLP1 pada kromosom X serta SRY1 dan AMELY2 pada kromososm Y. Identifikasi usia dilakukan dengan mengukur rata-rata keliling bolus feses.
Hasil dari identifikasi seks-usia pada sampel feses gajah sumatra di TNBBS menunjukkan bahwa sampel yang ditemukan didominasi oleh betina muda dan betina dewasa masing-masing 22, jantan muda 20, jantan dewasa 9, betina anak 4, serta jantan anak 3. Preferensi habitat gajah sumatra jantan dan betina sama yaitu lahan pertanian kering. Uji pengaruh variabel lingkungan terhadap probabilitas kehadiran gajah sumatra jantan dan betina dilakukan dengan menggunakan Maximum Entropy MaxEnt dan hasilnya menunjukkan bahwa variabel yang memberikan pengaruh terbesar adalah elevasi, tutupan lahan, dan jarak desa. Upaya untuk melindungi gajah sumatra dari kepunahan dapat dilakukan dengan pemilihan prioritas restorasi lahan, penegakan hukum, perencanaan penggunaan lahan, peningkatan patroli, serta penelitian terkait populasi gajah sumatra dan habitatnya seperti yang dilakukan dalam penelitian ini.

Habitat degradation, habitat fragmentation, poaching and human elephant conflict HEC have resulted in a decline of sumatran elephant Elephas maximus sumatranus population and placed it into one of critically endangered animals. Basic information such as sex, age, spatial distribution, and the influence of environmental factors on the existence of sumatran elephant are needed to prevent sumatran elephants from extinction through good conservation management. The identification of Sumatran elephant sex was performed on faecal samples from Bukit Barisan Selatan National Park BBSNP by molecular technique using multiplex Polymerase Chain Reaction method to amplify PLP1 gene on X chromosome and SRY1 and AMELY2 on Y chromososm. Age identification was done by measuring the mean of boli circumference.
The results of the age sex identification of the sumatran elephant faeces sample in BBNSP showed that the samples were dominated by adult female and sub adult female 22 respectively, 20 sub adult males, 9 adult males, 4 juvenile females, and 3 juvenile males. Preference of males and females sumatran elephant habitat is dry farmland. The test of environmental variables influence on the probability of males and females sumatran elephants presence was performed using Maximum Entropy MaxEnt. The results showed that elevation, land cover, and village distance were variables that gave biggest influence to the presence probability. Efforts to protect Sumatran elephants from extinction can be undertaken with the selection of land restoration priorities, law enforcement, land use planning, patrol improvements, and research on sumatran elephant populations and their habitats as practiced in this study.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Silvi Dwi Anasari
"Distribusi suatu spesies sangat diperlukan untuk memandu aktivitas perlindungannya di alam. Minimnya informasi tentang distribusi trenggiling jawa membuat strategi perlindungan spesies ini di alam sulit untuk dilakukan. Penelitian dilakukan di Stasiun Penelitian Way Canguk, Taman Nasional Bukit Barisan Selatan pada bulan Januari - Maret 2018.
Tujuan penelitian ini yaitu untuk membuat peta prediksi distribusi dan mengestimasi variabel lingkungan yang paling memengaruhi kehadiran trenggiling jawa di lokasi studi. Sebanyak 14 titik koordinat camera trap digunakan sebagai data kehadiran, bersama dengan sembilan jenis variabel lingkungan yang digunakan yaitu ketinggian, kemiringan, understorey, tutupan tajuk, jarak dari jalan, jarak dari sungai, jarak dari desa, sumber makanan, serta jarak dari gangguan.
Hasil permodelan Maxent menunjukkan bahwa hasil permodelan sangat baik dengan nilai AUC 0.909. Prediksi probabilitas distribusi trenggiling jawa tertinggi terdapat di daerah Resort Pemerihan dan Resort Way Haru, sedangkan variabel lingkungan yang paling berpengaruh terhadap kehadiran trenggiling jawa yaitu jarak dari desa, tutupan tajuk, dan jarak dari gangguan dengan nilai persentase kontribusi secara berturut-turut 47.7, 25.8, dan 15.8. Peta prediksi distribusi serta perkiraan tipe habitat yang disukai oleh trenggiling jawa yang dihasilkan dari penelitian ini dapat memberikan masukan bagi pihak taman nasional untuk memprioritaskan area perlindungan trenggiling jawa dari bahaya perburuan yang semakin meningkat.

Distribution of a species can help to guide protection activity in their natural habitat, and the lack of information thereof make protection strategy of this species difficult. The research was conducted in Way Canguk Research Station, Bukit Barisan Selatan National Park on January ndash March 2018.
The purpose of this research is to make a distribution prediction map of sunda pangolin and estimate environment variables that most influence their probability of distribution. 14 points of camera trap coordinates are used for presence data with 9 types of environment variables such as elevation, slope, understorey, canopy cover, distance of road, distance of river, distance of village, food source, and distance from threat.
The result of maxent showed is very good with AUC value 0.909. The highest probability of sunda pangolin distributions are in the Pemerihan Resort and Way Haru Resort area, while the dominant environment variables are distance of village, canopy cover, and distance of threat with contribution percentage of 47.7, 25.8, and 15.8. Distribution prediction map and type of habitat prefered identified from this study, can provide input to national park to prioritize protection area for sunda pangolin from increased poaching.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diny Hartiningtias
"Penelitian fenologi dan struktur komunitas Dipterocarpaceae di Stasiun Penelitian Way Canguk (SPWC), Taman Nasional Bukit Barisan Selatan telah dilakukan pada bulan Juli hingga Oktober 2012. Penelitian bertujuan untuk mengetahui pola fenologi dan struktur komunitas Dipterocarpceae di SPWC, serta mengetahui besar pengaruh pola fenologi terhadap struktur komunitas Dipterocarpceae di SPWC. Pengamatan fenologi dilakukan secara visual dengan binokular setiap awal bulan oleh Wildlife Conservation Society - Indonesia Program (WCS-IP) sejak Februari 1998. Pengamatan stuktur komunitas dilakukan dengan menggunakan metode garis berpetak. Pola fenologi digambarkan dalam bentuk diagram, sedangkan stuktur komunitas dalam bentuk tabel dan peta. Hasil penelitian menunjukkan pola musim berbunga Dipterocarpceae di SPWC adalah subannual, berbeda dengan pola musim berbunga di Kalimantan, Semenanjung Malaysia, dan Sumatra bagian utara. Dipterocarpaceae di SPWC didominasi oleh genus Dipterocarpus. Pola mu ...

Research about phenology and community structure of Dipterocarpaceae in Way Canguk Research Station (WCRS) had been conducted on July to October 2012. The research aimed to acknowledge phenological pattern and community structure of Dipterocarpaceae in WCRS and also the effect of phenological pattern to community structure of Dipterocarpaceae in WCRS. Phenological observation of blooming, fruiting, and appearance of new leaves was conducted visually by binocular at every early moth by Wildlife Conservation Society - Indonesia Program (WCS-IP) since February 1998. The observation of community structure was conducted with transect line, while the observation of community structure was conducted with table and map. The results showed that the phenological pattern of blooming is subannual, Dipterocarpaceae is dominated by genus Dipterocarpus, and blooming pattern did not affect community structure of Dipterocarpaceae"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
S53370
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ridwan
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2001
S31268
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jaka Ramadhan
"Kelelawar buah famili Pteropodidae telah dikenal sebagai agen penyerbuk bunga dan penyebar biji berbagai spesies tumbuhan di kawasan tropis. Peran kelelawar buah sebagai penyerbuk bunga dan penyebar biji termasuk sebagai jasa layanan ekosistem yang berfungsi menjaga keseimbangan dan kelestarian ekosistem. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui asosiasi antara kehadiran kelelawar buah dengan tumbuhan di tepi kawasan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, Lampung selama bulan Juni--September 2012. Lokasi penelitian terdiri atas lahan perkebunan warga dan hutan. Kelelawar buah diperangkap menggunakan jala kabut (mist-net) pada pukul 18.00--22.00 WIB. Analisis vegetasi dilaksanakan menggunakan metode Point-centered Quarter (PCQ). Asosiasi kehadiran kelelawar buah dengan tumbuhan diuji dengan chi-square (2). Berdasarkan hasil penelitian telah didapat total 11 spesies kelelawar buah selama 195 jam pemerangkapan dan 79 spesies tumbuhan di hutan dan kebun. Hasil uji 2 menunjukkan adanya asosiasi antara spesies kelelawar buah dengan tumbuhan di hutan maupun kebun. Hasil tersebut dapat menunjukkan bahwa jasa layanan ekosistem oleh kelelawar buah terhadap tumbuhan tetap berlangsung baik di hutan maupun kebun.

Fruit bats of the Pteropodidae family were known as pollinator and seed disperser to some plant species in tropical region. The roles of fruit bats in the ecosystem service are as pollinator and seed disperser that preserve ecosystem balance and conservation. This research was carried out to determine the association between the presence of fruit bats and plants on edge of Bukit Barisan Selatan National Park, Lampung during June to September 2012. Study sites consisted of cultivated area and forest site. Fruit bats were caught using mist net from 18.00 to 22.00 WIB. Vegetation analysis was done using Point-centered Quarter (PCQ) method. Association between the fruit bats presence and plants was tested using the chisquare (2) method. The results showed that there were 11 species of fruit bats recorded during 195 hours of capture and 79 plant species recorded from cultivated area and forest. The 2 test show an existing association between the presence of fruit bats and the plants form the forest and cultivated area. The result showed that the ecosystem service provided by the fruit bats for the plants suggested a positive influence for the forest and the cultivated area."
Depok: fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
S52557
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Badzlina Amalia
"Penelitian Karakteristik Habitat dan Tingkat Simpanan Karbon Pada Hutan Dataran Rendah Dipterocarpaceae di Way Canguk, Taman Nasional Bukit Barisan Selatan telah dilakukan pada bulan Juni 2013. Penelitian bertujuan untuk mengetahui karakter habitat yang mempengaruhi pertumbuhan Dipterocarpaceae, mengetahui habitus pertumbuhan semai hingga pohon dan pengaruhnya terhadap tingkat simpanan karbon Dipterocarpaceae, serta peran Dipterocarpaceae dalam menentukan besaran nilai simpanan karbon seluruh vegetasi pada hutan dataran rendah Dipterocarpaceae di TNBBS. Pengamatan Karakter habitat dilakukan dengan pengamatan langsung terhadap faktor lingkungan tumbuh Dipterocarpaceae pada hutan tidak terbakar dan pasca terbakar. Pengamatan Simpanan karbon dilakukan dengan mengukur diameter pohon setinggi dada. Hasil penelitian menunjukkan intensitas cahaya yang lebih banyak, serasah yang tebal, dan liana yang sedikit, merupakan faktor yang berpengaruh terhadap pertumbuhan Dipterocarpaceae. Faktor-faktor tersebut mendukung lingkungan tumbuh bagi habitus semai, pancang, tiang, dan pohon Dipterocarpaceae. Habitus pohon Dipterocarpaceae yang pada umumnya memiliki DBH besar mampu meningkatkan nilai simpanan karbon hutan Dipterocarpaceae Di Way Canguk, Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, Lampung

Habitat characteristics and the level of Carbon stocks in Lowland Dipterocarp forest in The Way Canguk, Bukit Barisan Selatan National Park was conducted in June 2013. The study aims to determine the habitat characteristics that affect growth Dipterocarpaceae, knowing habitus up a tree seedling growth and its effect on the level of carbon savings dipterocarp and dipterocarp role in determining the amount of the value of carbon storage in forest vegetation throughout lowland dipterocarp in TNBBS. Character habitat observations made by direct observation of environmental factors on the growth dipterocarp not burn and burned forests. Observations of carbon Deposits made by measuring the diameter at breast height of trees. The results showed that more of the light intensity, litter is thick, and a minimum of liana, are factors that influence the growth Dipterocarpaceae. These factors support the habitus growing environment for seedlings, saplings, poles, and Dipterocarpaceae trees. Habitus dipterocarp trees , which generally have a large DBH able to increase carbon storage in Dipterocarp forest Way Canguk, Bukit Barisan Selatan National Park, Lampung."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
S53915
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
William Marthy
"ABSTRAK
Komposisi kelompok mitra spesies burung di Way Canguk, Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, Lampung, telah diteliti bulan Juni - Nopember 1997. Pengumpulan data dilakukan dengan metode ad-libitum untuk kelompok mitra spesies burung, dan metode point count untuk kepadatan jenis burung. Penelitian ini mencatat 119 spesies burung terdapat di lokasi penelitian, 111 spesies burung tercatat dengan mempergunakan metode point count. Terdapat 78 spesies burung yang bergabung dalam kelompok mitra spesies, 64% diantaranya adalah burung pemakan serangga. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa dengan bergabung dalam kelompok mitra spesies burung, anggota memperoleh beberapa manfaat, seperti meningkatnya efisiensi dalam pencarian pakan. Terdapat tiga tipe kelompok mitra spesies burung di lokasi penelitian, dan setiap tipe memiliki spesies inti yang berbeda. Kompetisi antara individu dari setiap jenis berkurang karena jumlah individu yang bergabung kecil, sedangkan kompetisi antara jenis berkurang dengan adanya perbedaan pada kelompok fungsional dan varian strata."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1998
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nabilla Nuril Kaunain
"Partisi relung antara spesies mesopredator belum banyak dikaji, padahal informasi partisi relung spesies sangat diperlukan dalam perencanaan pengelolaan kawasan konservasi yang efektif di tengah ancaman kerusakaan habitat. Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji pengaruh massa tubuh terhadap pembagian relung spasial 6 spesies mesopredator yang menempati Intensive Protection Zone (IPZ) di dalam Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS). Keenam spesies yang dikaji adalah Cuon alpinus, Catopuma temminckii, Neofelis diardi, Pardofelis marmorata, Prionailurus bengalensis, dan Prionodon linsang. Data spesies yang terdeteksi kamera penjebak dianalisis dengan metode okupansi single season multi-species menggunakan variabel elevasi, kelerengan, NDVI, jarak ke tepi hutan, jarak ke sungai, serta okupansi mangsa, untuk mendapatkan nilai indeks interaksi spesies (Species Interaction Factor/SIF). Keberadaan spesies dideteksi menggunakan kamera penjebak yang dipasang selama 186 hari di 65 petak berukuran 3x3 km dalam IPZ sejak 21 Mei sampai 22 November 2019. Hasil penelitian menunjukkan bahwa partisi spasial diamati terjadi pada pasangan spesies Prionailurus bengalensis-Prionodon linsang dan rasio massa tubuh tidak memiliki pengaruh terhadap partisi spasial yang terjadi pada pasangan spesies mesopredator di Intensive Protection Zone Taman Nasional Bukit Barisan Selatan.

Spatial partitioning among mesopredators has not been widely studied, even though the information is crucial for conservation management planning amid habitat destruction threats. Therefore, this study aimed to fill the knowledge gap by determining the extent of influence of body mass on spatial partitioning of 6 mesopredators species in Intensive Protection Zone (IPZ) Bukit Barisan Selatan National Park (BBSNP). Species detection data collected by camera trap was analyzed using single season multi-species occupancy analysis method and 6 variables including elevation, slope, NDVI, distance to forest edge, distance to river, and prey occupancy to generate species interaction factor (SIF) value. Species detection data was collected using camera trap survey for 186 days in 65 camera stations with 3x3 km grid size from May 21st until November 22nd, 2019. Study results shows that Prionailurus bengalensis-Prionodon linsang species pair is going through spatial partitioning and body mass does not have any influence on spatial partitioning among mesopredators species."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>