Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 72507 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Cesar Fathia Refdi
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas mengenai preferensi penggemar drama Korea pada tayangan adaptasi Drama Korea. Penelitian ini memberikan deskripsi mengenai preferensi penggemar drama Korea sebagai penonton tayangan drama Korea dan adaptasinya dengan menggunakan teori Media Use. Penelitian ini dilakukan dengan metode pendekatan kualitatif dengan paradigma post positivist. Penelitian ini dilakukan dengan content analysis untuk mengetahui drama Korea dan tayangan adaptasinya melalui blog-blog penggemar drama Korea dan melakukan wawancara mendalam kepada subjek penelitian.
Hasil penelitian menemukan bahwa unsur drama yang mencakup tema cerita, setting, pemain, original soundtrack, dan jumlah episode yang konsisten menjadi dasar penetapan preferensi pada penggemar pada drama Korea, sementara pada tayangan adaptasi drama Korea belum terdapat unsur drama yang disajikan secara berkualitas dan konsisten.
ABSTRACT
This thesis discusses the preferences of Korean drama fans on Korean drama adaptation. This study provides a description of Korean drama's fans as audience original Korean drama and Korean drama adaptations by using media use theory. This research was conducted using qualitative approach with post positivist paradigm. This research was conducted under content analysis to find out which Korean dramas and the adaptations through Korean drama fan?s blog and perform in-depth interview to the subject of research.
The result shown the elements of drama that includes the theme of story, setting, actors, original soundtrack, and the consistent number of episodes become the basic setting preferences for Korean drama fans. Meanwhile, the Korean drama adaptions don't have those elements of drama with good quality and consistency."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2015
S62302
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farryntya Noor Sabrina
"Drama Korea menjadi salah satu konten Korea yang paling banyak diakses oleh berbagai kelompok usia di Indonesia, termasuk remaja. Tingginya durasi menonton drama Korea menyebabkan intensitas interaksi parasosial meningkat dan membentuk relasi parasosial antara penonton dengan aktor/aktris drama Korea. Penelitian terkini berusaha mengungkap hubungan antara relasi parasosial yang dimiliki seseorang dengan well-being mereka. Akan tetapi, terdapat hasil yang beragam mengenai hubungan kedua variabel tersebut. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menguji ulang hubungan antara relasi parasosial dan well-being dengan metode kuantitatif. Partisipan dalam studi ini adalah remaja berusia 15 – 19 tahun, penggemar drama Korea, memiliki aktor/aktris Korea favorit, dan berkewarganegaraan Indonesia (N=411). Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah Parasocial Interaction Scale untuk relasi parasosial dan EPOCH Measure of Adolescents Well-Being untuk well-being. Hasil analisis korelasi Pearson menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara relasi parasosial dan well-being. Implikasi dari penelitian ini adalah remaja dan orang di sekitarnya perlu bekerja sama dalam memastikan bahwa relasi parasosial yang dimiliki remaja mengarah ke hal yang positif agar well-being remaja semakin baik.

Korean drama is one of Indonesia's most widely accessed Korean content by various age groups, including adolescence. The high duration of watching Korean dramas causes the intensity of parasocial interactions to increase and forms parasocial relationships between viewers and Korean drama actors/actresses. Recent research seeks to reveal the correlation between a person's parasocial relationships and well-being. However, there are mixed results regarding the correlation between the two variables. Therefore, this study aims to use quantitative methods to reexamine the correlation between parasocial relationships and well-being. This study's participants were adolescents aged 15-19 years, fans of Korean dramas, have a favorite Korean actor/actress, and Indonesian citizens (N=411). The measuring tools used in this study are the Parasocial Interaction Scale for parasocial relationships and the EPOCH Measure of Adolescents Well-Being for well-being. Pearson's correlation analysis results show a significant positive relationship between parasocial relationships and well-being. This research implies that adolescents and those around them need to work together to ensure that their parasocial relationships can lead to positive ways so that their well-being improves."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nazirah Atqa R. Tunin
"Drama Korea merupakan salah satu sarana hiburan yang banyak diminati di Indonesia, salah satu kelompok penggemarnya adalah remaja. Remaja yang menyukai aktor/aktris dalam drama Korea dan terkena paparan drama Korea secara berulang dapat menciptakan relasi parasosial, yaitu hubungan imajiner yang dilakukan oleh penonton terhadap persona medianya dalam jangka panjang. Salah satu faktor yang dapat memengaruhi relasi parasosial adalah peer attachment. Peer attachment adalah kelekatan hubungan antara individu dengan teman sebayanya yang ditandai oleh adanya komunikasi yang baik dan rasa saling ketergantungan yang aman dan nyaman. Penelitian kuantitatif ini bertujuan untuk meneliti hubungan antara peer attachment dan relasi parasosial. Teknik sampling pada penelitian ini adalah non-probability sampling dengan metode convenience sampling. Karakteristik partisipan adalah remaja berusia 15 – 19 tahun, WNI, dan gemar menonton drama Korea (N = 413). Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Parasocial Interaction Scale untuk mengukur relasi parasosial dan The Inventory of Peer and Parent Attachment untuk mengukur peer attachment. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat korelasi antara peer attachment dan relasi parasosial yang artinya semakin tinggi peer attachment maka tingkat relasi parasosial juga semakin tinggi.

Korean drama is a means of entertainment in great demand in Indonesia, and one of the fan groups is teenagers. Adolescents who like actors/actresses in Korean dramas and are exposed to repeated exposure to Korean dramas can create parasocial relations, namely imaginary relationships made by the audience towards their media persona in the long run. One of the factors that can influence parasocial relations is peer attachment. Peer attachment is the closeness of the relationship between individuals and their peers, which is characterized by good communication and a sense of interdependence that is safe and comfortable. This quantitative research examines the relationship between peer attachment and parasocial relations. The sampling technique in this study was non-probability sampling with the convenience sampling method. Characteristics of the participants were teenagers aged 15-19 years, Indonesian citizens, and liked watching Korean dramas (N = 413). The research instruments used in this study were the Parasocial Interaction Scale to measure parasocial relations and The Inventory of Peer and Parent Attachment to measure peer attachment. This study's results indicate a correlation between peer attachment and parasocial relationships, which means that the higher the peer attachment, the higher the level of parasocial relations."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Muthia Hasna
"Penelitian ini bertujuan menganalisis representasi feminitas perempuan berdasarkan gender sebagai dampak dari globalisasi yang ditampilkan dalam drama televisi Jepang For You in Full Blossom (2007) dan Pretty Proofreader (2016) serta drama televisi Korea Full House (2004) dan Fight for My Way (2017). Perempuan modern terkait feminitas, dihadapkan dengan maskulinitas dalam struktur masyarakat Jepang dan Korea. Dengan unit analisis perilaku, penampilan, dan gaya hidup, penelitian antardisiplin ini menganalisis representasi dari keempat drama televisi sebagai korpus penelitian. Metode analisis isi digunakan sebagai teknik penelitian untuk membuat simpulan yang sahih dan dapat direplikasi dari teks ke konteks penggunaannya, melalui empat tahapan: merumuskan tujuan dan konseptualitas, menyusun kategorisasi unit sampling, mencatat unit sampling, dan terakhir mengkaji hasil pencatatan dengan memberikan interpretasi. Hasil penelitian keempat drama televisi tersebut merepresentasikan perempuan Jepang dan Korea sebelum dan sesudah 2010 sebagai titik pergeseran perilaku dan penampilan perempuan dalam nilai-nilai feminitas yang dihadapkan dengan maskulinitas di Asia Timur. Perempuan Jepang dan Korea memahami tuntutan masyarakat untuk berbaur demi menjaga harmoni yang menjadi nilai penting dalam masyarakat Asia Timur, tanpa mengesampingkan individualitasnya.

This study aims to analyze the representation of women’s femininity according to gender as the impact of globalization shown in the Japanese television dramas For You in Full Blossom (2007) and Pretty Proofreader (2016), and Korean television dramas Full House (2004) dan Fight for My Way (2017). Modern women related to femininity faced masculinity in Japanese and Korean social structures. With behavior, appearance, and lifestyle as analysis units, this interdisciplinary study analyzed the representation in those four television dramas as the corpus of research. The context analysis method is used as a research technique to make a valid and replicable conclusion from text to the usage context through four steps: formulate the purpose and concept of research, arrange a set of sampling unit categorizations, record the sampling unit, and study the data record by giving the interpretation. The study shows that these four television dramas represented Japanese and Korean women before and after 2010 as a shift point of behavior and appearance in femininity values faced masculinity values in East Asia. Japanese and Korean women acknowledged the requirements to mingle in their society to maintain harmony as one of the essential values in East Asian society without neglecting their individualities.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Nadhifa Ramadhani
"Kemiskinan merupakan sebuah permasalahan sosial yang genting di Korea Selatan. Anak muda di Korea adalah salah satu kelompok masyarakat yang mengalami kemiskinan di negara ini. Akibat dari kemiskinan tersebut, muncul berbagai permasalahan yang dialami masyarakat. Salah satu cara untuk menyampaikan kondisi kemiskinan anak muda di Korea adalah dengan memanfaatkan sastra salah satunya adalah melalui film. Drama Korea adalah bagian dari film yang berbentuk film series dan disiarkan di Televisi. Oleh sebab itu, drama Korea merupakan media representasi. Drama Korea juga sering menampilkan realitas kehidupan di Korea. Dalam penelitian ini, akan menjelaskan bentuk-bentuk representasi kemiskinan anak muda di Korea dalam drama Korea berjudul “Golden Spoon”. Pembahasan dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dan teori semiotika Ferdinand De Saussure. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa kemiskinan pemuda Korea Selatan drama Golden Spoon yaitu mengalami kesulitan di ekonomi keluarga, relasi dengan teman, perundungan sekolah, dan tempat tinggal.

Poverty is critical social trouble in South Korea. One of the Korean people who suffer from poverty in this country is youth. The effect of this poverty is lot of problems which faced by people affected. One of the steps to shows the youth poverty condition in South Korea is using literature, one of which is through film. Korean drama is type of movie in the format of film series and airs on television. Hence, korean drama is representative appliance. Korean drama also generally convey the reality life in South Korea. This research will portray various kinds of representations of youth poverty in South Korea in the Korean drama named “Golden Spoon.” This study applies descriptive qualitative method and Ferdinand De Saussure’s semiotic theory for argument. The results of this study of Korean Youth Poverty in Golden Spoon drama are facing struggles in family economy, relationship with friend, school bullying and housing."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rani Titis Sukowati
"ABSTRACT
Serial drama Korea menjadi salah satu bentuk budaya populer yang disukai oleh masyarakat. Studi-studi sebelumnya telah membahas mengenai terpaan media massa pada tayangan serial drama Korea, hiperrealitas pada film dan drama serta dampak hiperrealitas di film dan drama pada penonton. Namun studi-studi tersebut seakan menganggap bahwa setiap penonton memiliki dampak terpaan yang sama terhadap serial drama Korea. Argumentasi dalam penelitian ini bahwa penonton bukan aktor yang pasif maka perkembangan serial drama Korea tidak memberikan dampak hiperrealitas yang sama pada semua penontonnya. Hal itu dikarenakan penonton mendapat terpaan film maupun serial TV yang begitu banyak, sehingga mereka sudah memiliki preferensi tersendiri terhadap suatu tayangan. Penelitian ini mengambil kasus serial drama Korea dengan genre romantis, drama dan komedi dengan menggunakan metode kualitatif, mengumpulkan data dari wawancara mendalam serta pengumpulan studi-studi literatur sejenis. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan, pertama serial drama Korea menawarkan cerita-cerita yang identik dengan nuansa romantisme, kedua setiap penonton memiliki pemahaman dan penerimaan yang berbeda pada serial drama Korea. Hal itu yang memunculkan adanya perbedaan dampak hiperrealitas serial drama Korea pada penonton. Ada beberapa penonton membentuk nilai atau pandangan baru terutama mengenai percintaan, pasangan, pertemanan dan keluarga serta ada pula penonton yang hanya sekedar menonton tanpa mempengaruhi kehidupannya.

ABSTRACT
Korean drama series became one of the popular forms of culture favored by the public. Previous studies have discussed the exposure of mass media to Korean drama series, hyperreality in films and drama and the impact of hyperreality on film and drama to the audience. However, these studies seem to assume that every audience has the same impact of exposure to Korean drama series. The argument in this study that the audience is not a passive actor then the development of Korean drama series did not give the same effect of hyperreality on all audience. That 39 s because the audience gets a lot of movies and TV series, so they already have their own preference for an impression. This study takes the case of Korean drama series with the romantic genre, drama and comedy using qualitative methods, collecting data from in depth interviews and collecting similar literature studies. Based on the results of the study found, the first Korean drama series offers stories that are identical to the nuances of romance, secondly each audiences has a different understanding and acceptance of Korean drama series. This led to differences in the impact of hyperreality Korean drama series on the audiences. There are some audiences forming new values or views, especially on romance, couples, friends, and family, and there are also audiences who just watch without affecting their life."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Veronica Oktavia
"ABSTRAK
Individu pada usia remaja akan mengalami masa pubertas. Masa ini ditandai dengan munculnya keinginan untuk menjalin hubungan romantis dan meningkatnya dorongan seksual pada remaja. Media massa menjadi alternatif yang sering digunakan oleh remaja dalam mempelajari aktivitas seksual dalam hubungan romantis. Iwu Peter 2009 menyatakan bahwa media massa sudah semakin liberal dalam menggambarkan seksualitas dalam Utomo, I. D., McDonald, P . Serial drama korea romantis merupakan salah satu bentuk konten media massa yang banyak digemari oleh remaja di Indonesia. Serial drama korea romantis seringkali menampilkan adegan seksual antara sepasang kekasih dalam bentuk berpegangan tangan, berpelukan, berciuman, dan berhubungan seks bersenggama baik secara eksplisit maupun implisit. Melalui penelitian ini, penulis ingin menjelaskan mengenai keterkaitan antara serial drama korea romantis yang sering menampilkan adegan seksual pranikah dengan permisivitas remaja dalam memandang perilaku seksual pranikah.
Individuals in their teens experience puberty. This period is characterized by the emergence of the desire to establish romantic relationships and the increase of sex drive in teenagers. Mass media become alternatives that are often used by teenagers in learning about sexual activity in romantic relationships. Iwu Peter 2009 stated that mass media have become more liberal in describing sexuality in Utomo, I. D., McDonald, P . Romantic Korean drama is a form of mass media content that is much favored by teenagers in Indonesia. Romantic korean dramas often feature sexual scenes between lovers in the form of holding hands, hugging, kissing, and having sex intercourse either explicitly or implicitly. Through this research, the author want to explain about the relationship between romantic korean drama series which often display premarital sexual scene with teenager rsquo s permissive attitudes towards premarriage sexual behavior."
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2017
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Desi Oktafia Fribadi
"Tesis ini merupakan penelitian tentang maskulinitas yang direpresentasikan dalam drama TV Korea You're Beautiful (2009) yang pernah ditayangkan di Indosiar pada tahun 2010. Dalam sepuluh tahun terakhir, drama TV Korea beserta bintangnya menjadi fenomena di kawasan Asia Timur dan Tenggara. Drama TV Korea merupakan salah satu produk kebudayaan populer yang memicu Korean Wave. Drama TV digemari dan dikonsumsi oleh remaja putri dan wanita dewasa karena pencitraan aktor-aktornya yang tampan dan menarik. Sebanyak 10 episode dari 16 episode yang ada dianalisis dengan menggunakan teori semiotika Barthes dan dengan menggunakan model analisis milik Moon dan Jung mengenai maskulinitas dalam masyarakat Korea Selatan. Melalui analisis data visual dan dialognya, diketahui bahwa maskulinitas yang direpresentasikan dalam drama ini merupakan maskulinitas hibriditas dari elemen-elemen maskulinitas global seperti maskulinitas bhisonen Jepang, maskulinitas metroseksual Hollywood, serta maskulinitas tradisional Konfusius. Dengan sendirinya maskulinitas hibriditas tersebut menjadikannya sebagai maskulinitas baru dalam masyarakat Korea saat ini.

This thesis examines masculinity represented on Korean TV drama entitled You're Beautiful (2009). The drama was aired on Indosiar in 2010. In the past ten years, Korean TV drama and its stars became a phenomenon in East Asia and Southeast Asia. Korean TV drama is one of the products of popular culture that triggers the Korean Wave. TV drama is popular amongst teenage girls and adult women and it is consumed because of the image of handsome and attractive actors. A total of 10 episodes of 16 episodes are analyzed by using Barthes's mythology and a model analysis of masculinity in South Korean society developed by Moon and Jung. From visual and textual analysis, it is known that masculinity represented in this drama is a hybrid masculinity comprises of Japan's bishonen masculinity, Hollywood's metro sexual masculinity and traditional masculinity of Confucian. In this way, hybrid masculinity itself can be seen as a new masculinity in Korean contemporary society."
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2012
T30049
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sofia Zahra Amalina
"Patriarki diyakini sebagai penyebab munculnya ketidaksetaraan dan diskriminasi gender. Permasalahan tersebut
mengakibatkan pergerakan perlawanan yang identik dengan gerakan feminis. Representasi perlawanan terhadap
patriarki juga dapat dilihat dalam produk budaya populer, seperti drama televisi. Dua drama televisi menjadi tempat untuk mengangkat isu perlawanan terhadap patriarki. Dua drama Korea yang mengangkat isu ini adalah Love to Hate You dan Doctor Cha. Kedua drama tersebut menghadirkan tokoh perempuan yang berbeda dengan stereotip perempuan di Korea Selatan, tokoh tersebut adalah Yeo Mi-ran dan Cha Jeong-suk. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk-bentuk perlawanan Yeo Mi-ran dan Cha Jeong-suk terhadap patriarki dalam kehidupan mereka. Penelitian ini menggunakan deskriptif kualitatif sebagai metode penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlawanan Yeo Mi-ran dan Cha Jeong-suk dilakukan melalui tindakan, perkataan, dan pemilihan kata atau kalimat. Perlawanan Yeo Mi-ran disebabkan oleh praktik patriarki yang diterapkan oleh ayahnya. Yeo Mi-ran berusaha melawan ketidakadilan yang diterimanya sebagai seorang anak perempuan. Di sisi lain, perlawanan Cha Jeong-suk adalah sebuah keputusan untuk melepaskan diri dari peran gender tradisional seorang ibu.

Patriarchy is believed to be the cause of gender inequality and discrimination. The emerging problems resulted in the emergence of a resistance movement that is identical to the feminist movement. Representations of patriarchal resistance can also be seen in popular culture, such as television dramas. Two television dramas are a place to raise the issue of resistance toward patriarchy. Two Korean dramas that raises this issue are Love to Hate You and Doctor Cha. These two dramas present female character who are different from the stereotypes of women in South Korea, the characters are Yeo Mi-ran and Cha Jeong-suk. This research aims to find out determine Yeo Mi-ran and Cha Jeong-suk's forms of resistance toward patriarchy in their lives. This research uses descriptive qualitative as the research methods. The results showed that Yeo Mi-ran and Cha Jeong-suk's resistance was carried out through actions, word, and selection of words or sentences. Yeo Mi-ran's resistance was caused by patriarchal practices applied by her father. Yeo Mi-ran tried to fight the injustice she received as a daughter. On the other hand, Cha Jeong-suk's resistance is a decision to break away from the traditional gender role of a mother."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Lyona Anjaly Arsyfany
"Penelitian ini membahas tindak tutur harapan dalam bahasa Korea dari drama yang berjudul Hospital Playlist. Korpus data penelitian diambil dari tuturan tokoh utamanya sebagai seorang dokter yang menyajikan interaksi dan relasi interpersonal antara dokter-pasien. Tindak tutur harapan mencakup ungkapan motivasi, doa, dukungan, dan penghiburan yang diungkapkan oleh dokter kepada pasien. Oleh karena itu, pertanyaan penelitian berfokus pada bagaimana bentuk dan fungsi penyampaian tindak tutur harapan bahasa Korea. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan metode analisis deskriptif. Penelitian ini bertujuan menjelaskan bentuk dan fungsi tindak tutur harapan bahasa Korea. Dari hasil penelitian, ditemukan 30 data yang dibedakan menjadi 2 (dua) bentuk tindak tutur harapan, yaitu tuturan berdoa sebanyak 7 data dan tuturan dukungan sebanyak 23 data. Berdasarkan hasil analisis data temuan, tuturan dukungan mendominasi sebagai bentuk tindak tutur harapan yang ada di dalam drama. Penggunaan kata choeseoneul dahada sebagai bentuk tuturan dukungan banyak ditemukan dalam drama, mencapai 11 dari 23 data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dokter selaku penutur sering menyatakan tekad untuk memberikan dukungan penuh kepada pasien selaku mitra tuturnya. Fungsi tindak tutur harapan yang banyak ditemukan adalah untuk mengekspresikan keinginan atau kejadian di masa depan. Hal ini menggambarkan bagaimana dokter membentuk ekspektasi yang positif terhadap keadaan atau tindakan pasien.

This study discusses the speech act of hope in Korean from a drama entitled Hospital Playlist. The data corpus is taken from the main character's speech as a doctor who presents the interaction and interpersonal relationship between doctor-patient. The speech acts of hope include expressions of motivation, prayer, support, and comfort doctors express to patients. Therefore, the study question focuses on how the form and function of the delivery of Korean hope speech acts. This study uses a qualitative approach and a descriptive analysis method. This study aims to explain the form and function of Korean hope speech acts. From the study results, 30 pieces of data were found, divided into 2 (two) forms of speech acts of hope, namely praying speech, as much as 7 data, and support speech as much as 23 data. Based on the results of data analysis, support speech dominates as a form of speech acts of hope in the drama. The use of the word choeseoneul dahada as a form of supportive speech is found in the drama, reaching 11 out of 23 data. The results showed that the doctor as the speaker often expressed the determination to provide full support to the patient as his speech partner. The function of the speech act of hope that is mostly found is to express wishes or future events. This describes how doctors form positive expectations of the patient's situation or actions."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>