Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 87059 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Clarissa
"[Keji Beling (Strobilanthes crispus) merupakan tanaman potensial dengan kandungan antioksidan tinggi yang dapat melindungi sel dari radikal bebas. Paparan radikal bebas secara terus menerus dapat menyebabkan berbagai macam penyakit seperti serangan jantung, kanker, katarak, atau stroke. Keji Beling memiliki banyak zat aktif, namun ekstrak daun Keji Beling mengandung 54,5% quercetin. Quercetin di dalam ekstrak daun akan melalui proses enkapsulasi untuk melindunginya dari faktor eksternal dan memberikan profil pelepasan yang baik. Metode enkapsulasi yang digunakan adalah penguapan pelarut dengan 4 variabel bebas, yaitu variasi jenis enkapsulator (PDLLA atau Kitosan-TPP), jenis emulgator (Tween 80 atau PVA), jumlah penggunaan emulgator dan jumlah enkapsulator yang dilakukan berurutan. Partikel hasil enkapsulasi dengan menggunakan 1% PDLLA sebagai enkapsulator dan 0,1 % PVA sebagai emulgator memberikan persentase loading capacity (49,79%) dan persentase efisiensi enkapsulasi (99,08%) terbaik. Determinasi analitis dengan spektrofotometer FTIR menunjukan bahwa ekstrak telah terenkapsulasi yang dibuktikan dengan adanya gugus O-H, C-H alkana, C=O karbonil, C-C aromatik, dan C-O eter. Untuk analisis morfologi menggunakan FE-SEM diketahui bahwa ukuran partikel yang didapatkan berada pada rentang 16,24!m sampai 112,7 !m. Penelitian ini menunjukan untuk mendapatkan aktivitas antioksidan yang sama dengan vitamin C murni di dalam suplemen vitamin C komersial (Vit C IPI), jumlah partikel ekstrak daun Keji Beling di partikel hasil enkapsulasi yang dibutuhkan lebih banyak 3 kali dari jumlah vitamin C murni.
, Exposure to free radicals continuously can cause various diseases such as heart attack, cancer, cataracts, or stroke. Antioxidant can protect cells from free radicals. Strobilanthes crispus is a potential plant which contains high antioxidants. Strobilanthes crispus extract containing 54.5% quercetin. Quercetin is the most active antioxidant substance in Strobilanthes crispus. Quercetin will go through encapsulation process to protect it from external factors and provide good release profile. The Encapsulation method used in this experiment is the solvent evaporation with four independent variables. The first variable is the type of encapsulator (PDLLA or chitosan-TPP), second is the type of emulgator (Tween 80 or PVA), third is the concentration of emulgator in continuous phase, and fourth is the concentration of encapsulator. These variations will performed sequentially. This study showed that the particles which made by 1% PDLLA as encapculator and 0,1% PVA as emulgator gave the best percentage of loading capacity (49.79%) and the percentage of encapsulation efficiency (99.08%). FTIR Analysis is used to prove that the quercetin in extract had been encapsulated. It can be proven by the existence of O-H groups, C- H alkane, C = O carbonyl, C-C aromatic, and C-O ether. FE-SEM Analysis is used for morphological analysis. FE-SEM Analysis showed that the size of particle is in the range of 16,24 μm to 112,7 μm, so this encapsulation called microencapsulation. This study also showed that to get the same antioxidant activities with ascorbic acid in vitamin C supplements, we needs 3 times more Strobilanthes crispus particle extract than the amount of Vitamin C commercial.]"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S62039
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Pratiwi
"Antioksidan digunakan untuk meredam reaksi pembentukan radikal bebas di dalam tubuh. Quercetin dari ekstrak daun Keji Beling dapat dijadikan sebagai sunber antioksidan alami. Ekstraksi senyawa quercetin dari daun Keji Beling dengan metode sonikasi menghasilkan rendemen sebesar 10,67%. Berdasarkan uji fitokimia ekstrak daun Keji Beling didapatkan perubahan warna dari coklat menjadi jingga kecoklatan yang menunjukkan adanya kandungan flavonoid. Isolasi quercetin dilakukan dengan kromatografi kolom dan kromatografi lapis tipis. Eluen yang digunakan dalam isolasi quercetin dari ekstrak daun Keji Beling adalah methanol-etil asetat (4:1). Dari hasil pengujian dengan FTIR dan NMR didapatkan gugus-gugus senyawa yang umumnya terkandung dalam senyawa quercetin yaitu fenol, aromatic, karbonil, alkana, dan eter.

Antioxidant is used to prevent free radical forming in body. Quercetin from Keji Beling leaves extract can be used as natural antioxidant source. The extraction of quercetin from Keji Beling leaves with sonication method produce a yield of 10,67%. Based on phytochemical test of Keji Beling leaves extract obtained changes color from brown to reddish brown that indicates the flavonoid. Isolation of quercetin was conducted by using colomn chromatography and thin layer chromatography. The eluent that used for isolation of quercetin is methanol-etil acetate (4:1). From the test result of FTIR and NMR were obtained the function groups from sampel and also obtained in quercetin are phenol, aromatic, carbonil, alkane, and ether.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S59192
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amalia Larasati
"Hiperkolesterolemia merupakan penyakit yang memiliki beberapa faktor resiko. Faktor-faktor tersebut antara lain peningkatan usia, kebiasaan merokok, tekanan darah tinggi, rendahnya kadar kolesterol High Density Lipoprotein (HDL), serta peningkatan kadar trigliserida. Penanganan hiperkolesterolemia secara modern menggunakan obat-obatan sintetik sering menyebabkan beberapa resiko efek samping. Penggunaan obat tradisional yang salah satunya jamu dapat digunakan sebagai alternatif dari obat-obatan sintetik dengan efek samping yang minim. Oleh karena itu, diformulasikan penggunaan tanaman herbal yang bertujuan untuk menggantikan proses pengobatan salah satunya adalah tanaman keji beling. Perolehan ekstrak dari tanaman keji beling dapat menggunakan metode Microwave Ultrasound Assisted Enzymatic Extraction-Aqueous Two-Phase System sebagai teknik yang dapat meningkatkan konsentrasi kuersetin dalam ekstrak tanaman keji beling. Uji kandungan kuersetin menggunakan spektrofotometri UV-Vis pada panjang gelombang 415 nm. Variasi yang dilakukan pada ATPS terhadap kuersetin yaitu jenis garam, konsentrasi garam dan konsentrasi etanol. Pada penelitian ini juga dilakukan penentuan kada kuersetin dalam ekstrak tanaman keji beling. Kuersetin dengan recovery tertinggi didapatkan pada jenis garam ammonium sulfat dengan konsentrasi etanol 31% dan konsentrasi garam 17%. Kandungan flavonoid total ekstrak tanaman keji beling yang didapatkan dengan menggunakan kondisi optimum ATPS sebesar 1,6157 mg/g. Aktivitas penurunan kolesterol untuk senyawa aktif tanaman keji beling didapatkan senyawa kuersetin memiliki  hasil yang baik sebagai inhibitor enzim HMG-CoA Reduktase dengan hasil afinitas sebesar -7,8 kcal/mol

Hypercholesterolemia is a disease that has several risk factors. These factors include increased age, smoking habits, high blood pressure, low levels of High Density Lipoprotein (HDL) cholesterol, and increased levels of triglycerides. Modern hypercholesterolemia management using synthetic drugs often causes several risks of side effects. The use of traditional medicine, one of which is herbal medicine, can be used as an alternative to synthetic medicines with minimal side effects. Therefore, it is formulated to use herbal plants that aim to replace the treatment process, one of which is keji beling plants. Acquiring extracts from keji beling plants can use the method of Microwave Ultrasound Assisted Enzymatic Extraction-Aqueous Two-Phase System as a technique that can increase the concentration of quercetin in extracts of keji beling plants. Quercetin content test using UV-Vis spectrophotometry at a wavelength of 415 nm. Variations made on ATPS to quercetin are salt type, salt concentration and ethanol concentration. In this study also determined the determination of quercetin in extracts of keji beling. Quercetin with the highest recovery was found in the type of ammonium sulfate salt with an ethanol concentration of 31% and a salt concentration of 17%. The total flavonoid content of the keji beling plant extract obtained using the optimum ATPS conditions was 1,6157 mg/g. Cholesterol-lowering activity for the active compound of shardy plant obtained quercetin compound has good results as an inhibitor of the HMG-CoA Reductase enzyme with a affinity score of -7,8 kcal/mol."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yoksandi
"Natural Deep Eutetic Solvent (NADES) telah mendapatkan perhatian karena potensinya sebagai solven ektraksi yang ramah lingkungan. Zat antioksidan banyak terdapat pada kulit buah manggis (Gracinia mangostana L.) untuk diektraksi, yang selama ini hanya menjadi limbah dan tidak dimanfaatkan. Kulit buah manggis mengandung senyawa bioaktif mangostin yang tinggi dan dapat dikemas menjadi obat anti-kanker dalam bentuk pelepasan obat terkendali. Dalam penelitian ini, ekstraksi untuk memperoleh senyawa mangostin murni dilakukan dengan menggunakan natural deep eutectic solvent (NADES) sebagai pelarut yang ramah lingkungan sekaligus aman bagi kesehatan. Garam digunakan dalam penelitian ini adalah betain yang akan dicampurkan dengan berbagai macam senyawa HBD dari golongan alkohol yaitu propanediol. Pencampuran antara betain dengan senyawa HBD dilakukan dengan berbagai variasi komposisi, dan ekstraksinya dilakukan dalam berbagai variasi waktu dan variasi suhu. Dari penelitian ini akan dihasilkan data konsentrasi senyawa mangostin dan dilakukan analisis menggunakan HPLC (High Performance Liquid Chromatography) untuk mengetahui kondisi ektraksi yang optimum. Kemudian untuk memperoleh senyawa mangostin murni dilakukan separasi dengan pelarut organik non-polar etil asetat. Hasil akhir menunjukkan waktu terbaik ekstraksi pada suhu ruang adalah 4 jam dan suhu ekstraksi terbaik dari rentang 27-75oC adalah 55oC.Selain itu, perolehan kembali dengan senyawa NADES ini adalah sebesar 88%.
Natural Deep Eutectic Solvents (NADES) have received considerable attention due to their potential as green solvent substituting conventional organicsolvents which are high in toxicity and harmful to the environment. NADES haveunique properties, such as negligible volatility at room temperature, high solubility for wide range of compounds, low toxicity profile, and adjustable selectivity. In this study, NADES were being evaluated for their application as extraction solvents for bioactive compound, α-mangostin, from mangosteen (Garcinia mangostana L.). Mangosteen is chosen as object of study due to itshighly beneficial bioactive compounds for health and its high availability in Indonesia. NADES were made by mixing quaternary ammonium salt withhydrogen bond donor (HBD) in various ratios. Extraction was done by shakingin room temperature and ultrasonikation. The extracts were analysed by HighPerformance Liquid Chromatography (HPLC). α-mangostin successfully extracted by NADES, with highest yield obtained by NADES composed of betaine and 1,2-propanediol. Separation is done by using ethyl acetate. This study shows thepotential of NADES for application in extraction of bioactive compounds fromnatural sources. The result is that the best extraction time is 4 hours and the best extraction temperature between 27-75oC is 55oC. Besides, the best recovery percentage of NADES tested is 88%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S59375
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rita Wahyuni
"Fitosterol merupakan salah satu senyawa aktif yang dapat menurunkan kadar kolesterol. Sumber fitosterol yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari bahan alami yaitu daun keji beling (Strobilanthes crispus). Metode ekstraksi yang digunakan adalah menggunakan bantuan gelombang mikro dengan alat Microwave Assisted Extraction (MAE), dengan pelarut n-heksana teknis. Waktu ekstraksi tertinggi adalah 15 menit dengan % fitrat ekstrak sebesar 33,92 %. Proses selanjutnya adalah pemurnian atau isolasi fitosterol dengan metode kolom kromatografi dengan beberapa trial pelarut. Pemurnian atau isolasi fitosterol yang terbaik yaitu dengan menggunakan eluen pelarut kloroform teknis : etanol 96% dengan perbandingan volume (9:1). Selanjutnya diidentifikasi secara semikuantitatif dengan menggunakan LC/MS. LC/MS mengidentifikasi fitosterol berdasarkan berat molekunya (BM). Langkah terakhir adalah uji in vitro fitosterol dari hasil crude extract, dimana fitosterol mampu menurunkan kadar kolesterol paling tinggi dengan massa 0,3 mg.

Phytosterol is one of active compound that can down cholesterol rate. Phytosterol source that is utilized in this research is material natural which is keji beling leaves (Strobilanthes crispus). Extraction method is used microwave help with tool Microwave Assisted Extraction (MAE), with normal hexane solvent. The higest extraction time is 15 minute with % fitrate extracts is 33,92 %. The next step is purification or isolation of phytosterol by chromatography column with trial solvent. Phytosterol’s purification or isolation the best one which is by use of eluen technical chloroform dissolving : ethanol 96% by volume compares (9:1). The identified semi quantitative by use of LC/MS. LC/MS identifies phytosterol bases molekunya's weight (BM). Last stage is test in vitro phytosterol of result crude extract, where can phytosterol down highest cholesterol rate with mass 0,3 mg phytosterol."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S46342
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eka Tjandrawinastuti
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1992
S31877
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jusni Djatin
Jakarta: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 1977
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Taufik Hidayat Abdullah
"Mikroalga dapat digunakan sebagai bahan baku bioenergi. Namun, kultivasi mikroalga perlu dioptimalkan agar biaya produksi biodiesel minimal. Pada penelitian ini, Nannochloropsis sp. dan Chlorella vulgaris dikultivasi masing-masing pada medium ekstrak cair kompos daun kering dengan variasi konsentrasi yang berbeda. Laju pertumbuhan diamati selama 198 jam periode kultivasi. Akumulasi lipid diuji pada akhir periode kultivasi. Kultivasi Nannochloropsis sp. pada medium ekstrak cair kompos menunjukkan hasil biomassa sebesar 1,52 g/L, laju pertumbuhan 0,0193 jam-1 dan akumulasi lipid sebesar 4,66%. Kultivasi Chlorella vulgaris vulgaris menunjukkan hasil biomassa sebesar 0,41 g/L, laju pertumbuhan 0,0359 jam-1 dan akumulasi lipid sebesar 13,35%.

Microalgae can be used as raw material for bioenergy. However, cultivation of microalgae still need to be reduce production cost. In this study, Nannochloropsis sp. and Chlorella vulgaris are cultivated in liquid extract of leaf compost medium. The rate of growth is monitored during the cultivation period of 198 hours. Lipid accumulation is examined at the end of the cultivation period. Nannochloropsis sp. cultivation on leaf compost medium showed biomass yield 1,52 g/L, growth rate of 0,0193 1/hour and lipid yield of 4,66%. Chlorella vulgaris vulgaris cultivation showed biomass yield 0,41 g/L, growth rate of 0,0359 hour-1 and lipid yield of 13,35%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S59082
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Florencia Adeline Adiwinata
"Radikal bebas merupakan senyawa yang berperan penting dalam pengaturan fungsi tubuh dalam konsentrasi rendah, namun dapat memicu berbagai masalah kesehatan jika terakumulasi berlebih dalam tubuh. Kuersetin sebagai senyawa antioksidan alami dapat dikonsumsi untuk mengatur kadar senyawa radikal bebas dalam tubuh. Pemanfaatan kuersetin dalam bidang obat-obatan memiliki kendala akibat kelarutan dalam air, stabilitas, dan bioavailabilitas oralnya yang rendah, sehingga diperlukan matriks yang dapat melarutkan kuersetin dalam konsentrasi tinggi serta rute penghantaran yang tepat untuk meningkatkan penyerapan dan bioavailabilitasnya dalam tubuh. Penelitian ini mengenkapsulasi ekstrak kuersetin dari Sophora japonica dalam matriks nanopartikel lipid solid (QSLN) dengan asam palmitat sebagai lipid. QSLN dibuat dengan metode homogenisasi kecepatan tinggi dan ultrasonikasi serta dihantarkan melalui rute transdermal. Variasi konsentrasi surfaktan dan ekstrak kuersetin digunakan untuk mengevaluasi karakteristik fisikokimia, aktivitas antioksidan, dan profil rilis transdermal formula yang dibuat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak kuersetin dari Sophora japonica memiliki kandungan kuersetin hingga 89,53% dengan total konten flavonoid 770 mg kuersetin ekivalen/g ekstrak. QSLN yang dibuat memiliki ukuran partikel 587 – 1.390 nm dengan PDI 0,527 – 0,815 dan potensial zeta -25,2 sampai -29,43 mV. Kestabilan jangka panjang QSLN berada pada rentang 5,6 hingga 7,5 bulan. Formula terbaik berdasarkan ukuran partikel dan kestabilan, yaitu QSLN2 (0,5% ekstrak kuersetin dan 5% surfaktan) dan QSLN4 (0,7% ekstrak kuersetin dan 6% surfaktan) dihitung yield, kapasitas muat, dan efisiensi enkapsulasinya serta dikembangkan menjadi formula transdermal berbentuk krim dengan penambahan gelling agent. Kedua formula memiliki yield sekitar 81%, kapasitas muat 0,55% dan 0,78%, serta efisiensi enkapsulasi 99,2% dan 99,6%. Penambahan gelling agent pada formula meningkatkan umur simpannya sebanyak 12 – 25 hari. Uji rilis transdermal terhadap krim QSLN2 dan QSLN4 menghasilkan persen rilis kuersetin kumulatif sebesar 0,13% dan 0,12% setelah 8 jam. Uji aktivitas antioksidan DPPH dan FRAP menunjukkan bahwa ekstrak kuersetin yang digunakan memiliki IC50 sebesar 2,17 ppm dan nilai FRAP 1.113 ?mol Fe2+/g ekstrak, sementara perhitungan teoritis terhadap aktivitas antioksidan krim QSLN menghasilkan nilai FRAP 4,89 dan 6,98 ?mol Fe2+/g krim. Secara keseluruhan, formula yang didapatkan sudah berhasil mengenkapsulasi ekstrak kuersetin dengan baik, namun masih perlu pengembangan untuk dapat memenuhi parameter ukuran partikel dan kestabilan yang sesuai untuk penghantaran transdermal.

Free radicals have an essential role in regulating body functions at low concentrations but can trigger various health problems if they accumulate in excess in the body. Quercetin as a natural antioxidant compound can be consumed for free radicals regulation in the body. The use of quercetin in the pharmaceutical field is limited due to its low water solubility, stability, and oral bioavailability, therefore a matrix that can dissolve quercetin in high concentrations and appropriate delivery routes are needed to increase its absorption and bioavailability in the body. This study encapsulated quercetin extract from Sophora japonica in solid lipid nanoparticles (QSLN) with palmitic acid as the lipid. QSLN is made by high shear homogenization and ultrasonication and is delivered via the transdermal route. Variations of surfactant and quercetin extract concentrations were used to evaluate the physicochemical characteristics, antioxidant activity, and transdermal release profile of the formulated QSLN. The results showed that the quercetin extract from Sophora japonica has a quercetin content of up to 89.53% with a total flavonoid content of 770 mg quercetin equivalent/g of extract. The prepared QSLN has a particle size of 587 – 1,390 nm with a PDI of 0.527 – 0.815 and a zeta potential of -25.2 to -29.43 mV. The long-term stability of the QSLN ranges from 5.6 to 7.5 months. The best formulas based on particle size and stability, namely QSLN2 (0.5% quercetin extract and 5% surfactant) and QSLN4 (0.7% quercetin extract and 6% surfactant) were calculated for yield, loading capacity, and encapsulation efficiency and developed into a transdermal cream with the addition of a gelling agent. The two formulas have a yield of around 81%, loading capacity of 0.55% and 0.78%, and encapsulation efficiency of 99.2% and 99.6%. The addition of a gelling agent to the formulas increases their shelf life by 12 – 25 days. The transdermal release test of QSLN2 and QSLN4 creams resulted in a cumulative quercetin release percent of 0.13% and 0.12% after 8 hours. DPPH and FRAP antioxidant activity tests showed that the quercetin extract used had an IC50 of 2.17 ppm and a FRAP value of 1,113 ?mol Fe2+/g extract, while theoretical calculations of the antioxidant activity of QSLN cream yielded a FRAP value 4.89 dan 6.98 ?mol Fe2+/g cream. Overall, the formulas obtained have succeeded in encapsulating quercetin extract but still need further development to meet the appropriate particle size and stability parameters for transdermal delivery."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>