Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 170018 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ameliana Nuraeni
"Dental black stain adalah diskolorasi ekstrinsik berwarna hitam di sepertiga servikal mahkota gigi permukaan bukal atau lingual. Logam yang diduga dapat menyebabkan dental black stain adalah ferum dan magnesium. Salah satu faktor risiko yang dicurigai sebagai penyebab terjadinya dental black stain adalah konsumsi susu UHT yang mengandung ferum dan magnesium. Tujuan penelitian adalah mengukur kadar ferum dan magnesium dalam plak dan saliva anak dengan dental black stain. Sampel penelitian adalah plak black stain dan saliva anak dengan dental black stain. Hasil penelitian menunjukkan kadar ferum 30,50% (plak) dan 7,68 ppm (saliva) serta kadar magnesium 0,23% (plak) dan 1,59 ppm (saliva).

Dental black stain is a black extrinsic discoloration at the cervical third buccal or lingual surface of the tooth crown. Metals that may cause dental black stain are ferum and magnesium. The risk factor that suspected as the cause of dental black stain is the consumption of UHT milk which contains ferum and magnesium. The purpose of this study is to measure the levels of ferum and magnesium in plaque and saliva of children with dental black stain. Samples were black stain plaque and saliva of children with dental black stain. The results showed ferum levels 30.50% (plaque) and 7.68 ppm (saliva) as well as magnesium levels 0.23% (plaque) and 1.59 ppm (saliva)."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sella
"Dental black Stain adalah suatu substansi eksogen berwarna hitam yang melekat erat pada email di sepertiga servikal mahkota gigi geligi. Bakteri kromatogen seperti Actinomyces dan Prevotella melaninogenica yang mengikat ferum yang berasal dari saliva dan eksudat gingiva dicurigai sebagai penyebab perlekatan stain hitam ini pada email gigi. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan kadar ferum dalam saliva pada anak dengan dental black stain dan kadar ferum dalam saliva pada anak tanpa dental black stain di Jakarta. Subyek penelitian berusia 4-11 tahun, sebanyak 30 orang anak yang terdiri dari15 anak dengan dental black stain dan 15 anak tanpa dental black stain. Sampel penelitian berupa kadar ferum yang terdapat didalam saliva. Kadar ferum diukur dengan menggunakan metode spektrofotometri serapan atom. Hasil penelitian memperlihatkan adanya perbedaan rerata antara kadar ferum dalam saliva anak dengan dental black stain dan kadar ferum dalam saliva anak tanpa dental black stain di Jakarta, namun dari hasil analisa statistik menunjjukan perbedaan tidak bermakna diantara kedua kelompok (p>0.05). Kesimpulan penelitian ini terdapat perbedaan tidak bermakna antara kadar ferum dalam saliva pada anak dengan dental black stain dan kadar ferum dalam saliva pada anak tanpa dental black sta"
Jakarta: Program spesialis Universitas Indonesia, 2012
T31180
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ariq Noorkhakim
"Dental black stain merupakan diskolorisasi gigi berupa garis pigmen hitam atau kumpulan titik hitam pada sepertiga servikal mahkota gigi. Plak pada gigi dengan dental black stain memiliki kadar kalsium dan fosfat yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan plak pada gigi tanpa dental black stain. Komposisi kalsium dan fosfat pada saliva dicurigai merupakan penyebab tingginya kadar kalsium dan fosfat plak pada gigi dengan dental black stain. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kadar kalsium dan fosfat pada saliva anak dengan dental black stain dengan saliva anak tanpa dental black stain. Subjek penelitian berusia 4-8 tahun, sebanyak 30 anak yang terdiri dari 15 anak dengan dental black stain dan 15 anak tanpa dental black stain. Pengukuran kadar kalsium dan fosfat dilakukan dengan metode Spektrofotometri UV-Vis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar kalsium dan fosfat pada saliva anak dengan dental black stain lebih tinggi secara bermakna jika dibandingkan dengan saliva anak tanpa dental black stain.

Dental black stain is discoloration of the teeth which appears as black pigmented line or collection of black dots on the cervical third of the tooth crown. Plaque on tooth with dental black stain has calcium and phosphate concentrations that were higher when compared to plaque on tooth without dental black stain. Calcium and phosphate composition in saliva suspected as the cause of calcium and phosphate level elevation in dental black staion plaque. This study aims to determine the level diffrence of calcium and phosphate in the saliva of children with dental black stain and without dental black stain. The subjects were children aged 4-8 years, as many as 30 children which consist of 15 children with dental black stain and 15 children without dental black stain. The samples were calcium and phosphate levels which obtained from children’s saliva. The levels of calcium and phosphate were measured using UV-Vis spectrophotometer. The results showed that the levels of calcium and phosphate in the saliva of children with dental black stain were significantly higher when compared to the one without dental black stain."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Claritasha Adienda
"Latar Belakang: Berdasarkan Riskesdas 2013 lebih dari seperempat penduduk Indonesia (25,9%) mempunyai masalah kesehatan gigi dan mulut dengan karies gigi sebagai masalah yang memiliki prevalensi tertinggi di angka 53,2%. Salah satu penyebabnya adalah plak gigi, yang dapat dihilangkan dengan perilaku menyikat gigi. Waktu menyikat gigi yang selama ini dianjurkan adalah setelah sarapan dan sebelum tidur. Namun, ditemukan kerugian dan ketidak efektifan dari waktu menyikat gigi tersebut, sehingga dibutuhkan waktu menyikat gigi lain yang dapat menghilangkan plak secara efektif. Tujuan: Mengetahui perbedaan perlakuan menyikat gigi sebelum dan setelah makan terhadap derajat keasaman (pH) plak gigi sebagai faktor risiko karies. Metode: Penelitian ini menggunakan pendekatan Before-After Randomized Crossover Trial. Subjek penelitian adalah 20 mahasiswa/i FKG UI dengan rentang umur 19-22 tahun yang dipilih melalui metode purposive sampling. Penelitian dilakukan dengan membandingkan pH plak pada perlakuan menyikat gigi sebelum dan setelah makan. Perlakuan dilakukan sekali seminggu selama 2 minggu, dengan empat kali pengambilan data setiap perlakuannya, yaitu T0 (sebelum dilakukan perlakuan apapun/baseline), T1 (setelah makan/ setelah sikat gigi sebelum makan), T2 (setelah makan/ setelah sikat gigi setelah makan), dan T3 (setelah 6 jam). Subjek diambil sampel derajat keasaman (pH) plaknya menggunakan digital pH meter Horiba LAQUAtwin. Sample plak diambil di gigi 11-21 dengan menggunakan sample sheet sekali pakai. Hasil: Kedua kelompok sama-sama mengalami penurunan rata-rata pH plak setelah makan dan setelah enam jam paska perlakuan terakhir, serta mengalami kenaikan rata-rata pH plak setelah sikat gigi. Pada kelompok perilaku menyikat gigi sebelum makan rata-rata pH plak pada awal pemeriksaan adalah 7,32 dan turun menjadi 7,27 setelah 6 jam. Sedangkan pada kelompok perilaku menyikat gigi setelah makan rata-rata pH plak pada awal pemeriksaan yaitu 7,49 turun menjadi 7,41 setelah 6 jam. Kesimpulan: Tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara perlakuan menyikat gigi sebelum dan setelah makan terhadap pH plak.

Background: According to the 2013 Basic Health Research, more than a quarter of Indonesia's population (25.9%) have dental and oral health problems, of which the highest prevalence is held by dental caries at the rate of 53,2%. One of the causes of caries is dental plaque which can be removed by tooth brushing. Most recommended time for tooth brushing is twice a day, after breakfast and before going to bed. However, the ineffectiveness of those brushing time is found. Therefore, the effective time to tooth brushing is needed. Objective: To determine the effect of before-eating tooth and after-eating tooth brushing on the hydrogen-ion concentration (pH) of dental plaque as caries risk factor. Methods: This study used the Before-After Randomized Crossover Trial approach. The research subjects were 20 FKG UI students with an age range of 19-22 years selected through a purposive sampling method. The study was conducted by comparing the pH of plaque to the treatment of tooth brushing before and after eating. The treatment is done once a week for 2 weeks, with four times data collections, there are T0 (before any treatment / baseline), T1 (after eating / after brushing before eating), T2 (after eating / after brushing after eating) , and T3 (after 6 hours). The subjects would be sampled the acidity degree (pH) of dental plaque using a digital pH meter called Horiba LAQUAtwin. Plaque samples were taken in teeth 11-21 using a disposable sheet sample. Results: Both groups experienced a decrease in the average pH of plaque after meals and after six hours, and experienced an increase in the average pH of plaque after brushing. In the group tooth brushing before eating the average pH of dental plaque at the beginning of the examination, which was 7.32, dropped to 7.27 after 6 hours. While in the group of brushing behavior after eating the average pH of plaque at the beginning of the examination, which was 7.49, dropped to 7.41 after 6 hours. Conclusion: There was no significant difference between the treatment of tooth brushing before and after eating to the pH of plaque."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2018
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maximilianus Felix Cipta
"ABSTRAK
Latar Belakang: Salah satu spesies bakteri pemicu penyakit periodontal adalah Treponema lecithinolyticum (T. lecithinolyticum). Pengambilan sampel mikrobiologi dapat dilakukan dengan dua metode yaitu absorption menggunakan paper point dan kerokan menggunakan kuret. Metode: Subjek penelitian terdiri dari 5 orang pasien periodontitis dengan 20 sampel mikrobiologi. Kuantitas T. lecithinolyticum dan korelasinya dengan parameter klinis (kedalaman poket, kehilangan perlekatan, pendarahan papila), masing-masing dianalisis dengan menggunakan qPCR, uji T-test independent, uji korelasi Spearman dan Pearson. Hasil: Kedua metode masing-masing menunjukan adanya korelasi positif antara kuantitas T. lechitinolyticum dan kedalaman poket maupun dengan kehilangan perlekatan, namun kedua metode menunjukan tidak terdapat korelasi yang signifikan antara kuantitas bakteri dan pendarahan papila. Kesimpulan: Kedua metode pengambilan sampel menunjukan efektifitas yang sama, namun terdapat perbedaan korelasi antara kuantitas T. lechitinolyticum dengan keparahan periodontitis berdasarkan metode pengambilan sampel mikrobiologi.

ABSTRACT
Background: One species of bacteria that triggers periodontal disease is Treponema lecithinolyticum (T. lecithinolyticum). Microbiological sampling can be done in two methods, namely absorption using paper points and scrapings using curettes. Aim: To analyze the relationship between T. lecithinolyticum and the severity of periodontitis through two methods of taking subgingiva dental plaque. Methods: The research subjects consisted of 5 periodontitis patients with 20 microbiological sampels. Quantity of T. lecithinolyticum and its correlation with clinical parameters (pocket depth, loss of attachment, papillary bleeding), each analyzed using qPCR, independent T-test, Spearman and Pearsons correlation test. Result: Both methods showed a positive correlaton between the quantity of T. lecithinolyticum and pocket depth also loss of attachment, but the two methods showed no significant correlation between the quantity of bacteria and papillary bleeding. Conclusion: Both sampling methods showed the same effectiveness, but there were differences in the correlation between the quantity of T. lecithinolyticum and the severity of periodontitis based on the microbiological sampling method.
"
2018
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
RA Farradila RPI
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pasta gigi yang mengandung ekstrak teh hijau terhadap pH plak gigi. Subjek diberi pasta gigi tanpa dan dengan ekstrak teh hijau secara crossover. Pengukuran pH plak dilakukan sebelum dan 30 menit sesudah pemberian pasta gigi yang mengandung ekstrak teh hijau sampai dengan 15%. Hasil menunjukkan bahwa pemberian pasta gigi yang mengandung ekstrak teh hijau 5, 10, atau 15% meningkatkan pH plak secara bermakna (p < 0,05), namun nilai ini tidak berbeda bermakna dibandingkan dengan hasil yang diperoleh dari pemberian pasta gigi tanpa ekstrak teh hijau. Disimpulkan bahwa pasta gigi mengandung ekstrak teh hijau 5% sudah dapat meningkatkan pH plak secara bermakna.

The aim of this study was to analyze the effect of toothpaste containing green tea extract on dental plaque pH. Subjects were given toothpastes without and with green tea extract using a crossover design. Plaque pH measurements were made before and 30 minutes after the application of toothpastes with green tea extract concentration up to 15%. Results showed that application of toothpaste containing 5, 10, or 15% green tea extract has increased plaque pH significantly (p < 0,05), however, the values were not significantly different compared to those after application of toothpaste without green tea extract. In conclusion, toothpaste with 5% green tea extract has already increased plaque pH, significantly."
Depok: Universitas Indonesia, 2012
S45538
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agnes Linggriani
"Karies gigi merupakan penyakit rongga mulut yang sering terjadi. Prevalensi karies pada anak di berbagai negara masih tinggi. Cara mencegah karies dapat dilakukan dengan pemberian agen antibakteri, dimana penggunaan antibakteri alami semakin diminati. Flavonoid yang berasal dari bahan alam dapat menghambat glukosiltransferase GTF . GTF memfasilitasi pembentukan plak/ biofilm. Dari penelitian terdahulu, flavonoid propolis diketahui memiliki efek antibakteri terhadap Streptococcus mutans namun belum ada penelitian yang menggunakan strain S.mutans klinis. S.mutans diisolasi dari plak gigi anak, kemudian dilakukan uji biofilm dengan crystal violet pada 96-microwell plate. Hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat perbedaan pengaruh flavonoid propolis konsentrasi 0,05 dan 0,1 terhadap pembentukan biofilm S.mutans p>0,01 . Hal ini berarti flavonoid propolis 0,05 memiliki efek antibakteri yang sama dengan flavonoid propolis 0,1 dalam menghambat pembentukan biofilm S.mutans.

Objective This study was conducted to analyze the effects obtained with different concentrations 0.5 and 0.1 of propolis flavonoids on in vitro biofilm formation by clinical Streptococcus mutans S. mutans strains isolated from children rsquo s dental plaque. Methods S. mutans isolated from children 39 s dental plaque was assayed for biofilm formation in 96 microwell plates using crystal violet. Results The effects on S. mutans biofilm formation were the same for propolis flavonoids administered at concentrations of 0.05 and 0.1 p 0.01 . Conclusion A 0.05 propolis flavonoids concentration was deemed as effective as a 0.1 concentration at inhibiting S.mutans biofilm formation."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fanny Christianty
"Latar Belakang: Teh hijau mengandung katekin yang dapat mencegah pembentukan plak gigi. Katekin dalam teh merupakan komponen utama yang dapat menghambat aktivitas enzim glukosiltransferase sehingga menghambat terbentuknya glukan dari sukrosa yang memberikan daya lekat bagi bakteri saat pembentukan plak gigi dan juga membunuh bakteri penyebab plak gigi.
Tujuan: mengetahui pengaruh minuman teh hijau seduh konsentrasi 50% dan 25% dalam menghambat pembentukan plak gigi.
Metode: Dilakukan usaha pembersihan plak gigi awal dengan penyikatan gigi dan flossing, kemudian diberikan tiga macam perlakuan, yakni berkumur dengan air putih, larutan teh hijau seduh 50%, dan 25% pada 39 orang mahasiswa FKG UI angkatan 2005-2008 pada bulan September sampai dengan Oktober 2008. Antara ketiga perlakuan terdapat jeda waktu satu minggu. Kemudian subyek diperkenankan untuk makan dengan menu dan porsi yang sama, lalu setelah lima jam dilakukan pemeriksaan indeks plak menggunakan indeks plak Loe dan Sillness yang dimodifikasi pada enam permukaan gigi 16, 21, 24 (25), 36, 41, 44 (45). Data hasil penelitian dievaluasi dengan menggunakan pengukuran statistik Friedman yang dilanjutkan dengan uji post hoc Wilcoxon (p<0,05).
Hasil: Uji Friedman memperlihatkan adanya paling sedikit dua perlakuan yang berbeda bermakna antara perlakuan air putih, teh 50%, dan teh 25% pada permukaan distopalatal/distolingual, palatal/lingual, dan mesiopalatal/mesiolingual. Uji Wilcoxon memperlihatkan adanya perbedaan bermakna antara perlakuan dengan air putih dan teh 50% pada hampir semua permukaan kecuali permukaan siobukal/mesiolingual, serta antara air putih dan teh 25% pada permukaan palatal/lingual dan mesiopalatal/mesiolingual.
Kesimpulan: Teh hijau seduh merk Kepala Djenggot (KD) dengan konsentrasi 50% dan 25% lebih efektif dalam mengurangi pembentukan plak gigi secara klinis bila dibandingkan dengan air putih, dengan keefektifan tertinggi terdapat pada larutan teh hijau seduh konsentrasi 50% pada keenam permukaan gigi, sehingga berkumur dengan larutan teh hijau seduh dapat digunakan sebagai salah satu cara untuk mengontrol plak gigi.

Background: Green tea contains catechin which can prevent dental plaque formation. Catechin in tea is a primary component which can inhibit enzyme glucosyltransferase?s activity so it can inhibit glucan formation from sucrose which gives adhesive ability to bacteria in dental plaque formation and also kills bacteria causing dental plaque.
Objectives: To study the influence of 50% and 25% steeped green tea solution concentration in inhibiting dental plaque formation.
Method: Initial dental plaque cleansing is performed by brushing teeth and flossing, and then three treatments, which is rinsing with water, 50% and 25% steeped green tea solution concentration are given to 39 people of University of Indonesia Faculty of Dentistry year 2005-2008 on September to October 2008. Between the three treatments, there is a week period apart. Then the subject can eat with the same menu and portion, and then after five hours plaque index is examined using modified Loe and Sillness plaque index on six dental surface of 16, 21, 24 (25), 36, 41, 44 (45). Study result?s data are evaluated by statistic evaluation Friedman, continued with post hoc test Wilcoxon (p<0,005).
Result: Friedman test shows there are at least two treatments that are significantly different between water, 50% and 25% steeped green tea solution concentration treatment on distopalatal/distolingual, palatal/lingual, and mesiopalatal/mesiolingual surface. Wilcoxon test shows there is significant difference between water and 50% steeped green tea solution concentration treatment on almost all surface, except mesiobuccal/mesiolabial surface, also between water and 25% steeped green tea solution concentration treatment on palatal/lingual and mesiopalatal/mesiolingual surface.
Conclusion: Green tea Kepala Djenggot (KD) brand with 50% and 25% concentration are clinically more effective in inhibiting dental plaque formation compare to water, with the highest effectiveness is in 50% steeped green tea solution concentration on six dental surfaces, therefore rinsing with steeped green tea solution is able to be used as one of the dental plaque control alternatives."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Henny Kusuma Latief
"Latar Belakang: Salah satu kandungan teh hijau yang paling bermanfaat adalah polifenol. Polifenol dikatakan mampu mencegah pembentukan plak gigi dengan menghambat aktivitas enzim glukosiltransferase bakteri dan membunuh bakteri penyebab plak gigi. Plak gigi merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kesehatan rongga mulut. Plak gigi tidak dapat dihilangkan hanya dengan berkumur. Tujuan: Mengetahui dan membandingkan pengaruh efektivitas berkumur dengan larutan teh hijau seduh konsentrasi 100% dan 25% dalam menghambat pembentukan plak gigi pada beberapa bagian permukaan gigi.
Metoda: Subyek penelitian berjumlah 39 orang mahasiswa FKG UI angkatan 2005-2008 yang memenuhi kriteria inklusi dan bersedia menandatangani informed consent penelitian. Masing-masing subyek kemudian diperiksa indeks plak giginya setelah sebelumnya subyek diberi perlakuan berkumur dengan larutan teh hijau seduh 100% atau 50%, kemudian makan nasi goreng dengan porsi yang sama, dilanjutkan dengan tidak makan selama lima jam. Di antara setiap perlakuan diberlakukan periode wash out selama + satu minggu. Indeks plak gigi diukur dengan menggunakan Indeks Plak Löe and Sillness yang dimodifikasi. Data hasil penelitian dievaluasi dengan uji statistik Friedman (p<0,05) dilanjutkan dengan uji post hoc Wilcoxon (p<0,05).
Hasil: Terjadi perbedaan bermakna pada skor plak gigi antara perlakuan berkumur dengan air putih dan dengan larutan teh hijau konsentrasi 100% di permukaan distobukal/distolabial, bukal/labial, mesiobukal/mesiolabial, palatal/lingual, dan mesiopalatal/mesiolingual; serta antara perlakuan berkumur dengan air putih dan dengan larutan teh hijau konsentrasi 25% di permukaan palatal/lingual, dan mesiopalatal/mesiolingual (p<0,05).
Kesimpulan: Berkumur dengan larutan teh hijau seduh konsentrasi 100% ataupun 25% dapat membantu menghambat pembentukan plak gigi dengan keefektifan yang lebih tinggi pada konsentrasi 100%, sehingga berkumur teh hijau seduh dapat digunakan sebagai salah satu cara mengontrol plak gigi.

Background: One of the most important content of green tea is polyphenol. Polyphenol is said to be able to inhibit dental plaque formation by inhibiting the bacteria?s glucosyltransferase enzyme and killing dental plaque bacteria. Dental plaque is one of factors influencing oral health. Dental plaque can not be removed by rinsing only.
Objective: To know and compare the effectiveness between rinsing with 100% and 25% steeped green tea solution concentrations in clinically inhibiting dental plaque formation on some dental surfaces.
Method: The research subjects are 39 FKG UI students year 2005-2008 who fulfill the inclusion criterias and are willing to sign the research informed consent. Dental plaque index of every subject is checked after rinsing with 100% or 25% steeped green tea solution concentration treatment and eating fried rice in the same portion and then not eating for five hours. Between each treatment, wash out period of approximately one week is applied. Dental plaque index is measured with modified Löe and Sillness Plaque Index. Research data results are evaluated with Friedman statistic test (p<0,05) and continued with Wilcoxon post hoc test (p<0,05).
Results: There is significant differences in dental plaque scores between rinsing with water and 100% steeped green tea solution concentration treatment on distobuccal/distolabial, buccal/labial, esiobuccal/mesiolabial, palatal/lingual, and mesiopalatal/mesiolingual surfaces; and between rinsing with water and 25% steeped green tea solution concentration treatment on palatal/lingual and mesiopalatal/mesiolingual surfaces (p<0,05).
Conclusion: Rinsing with 100% or 25% steeped green tea solution concentration is able to help inhibiting dental plaque formation, 100% concentration has higher effectiveness; so rinsing with steeped green tea solution can be used as a way for controlling dental plaque."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Florensia Wiria
"ABSTRAK
Latar Belakang: Teh hijau merupakan salah satu jenis minuman yang populer di masyarakat setelah air karena rasanya enak, murah, mudah dibuat, dan banyak manfaatnya. Salah satu manfaat teh hijau adalah untuk kesehatan gigi, yaitu dapat mengurangi pembentukan plak gigi. Pada teh hijau, terdapat katekin yang merupakan komponen utama yang dapat menghambat aktivitas enzim glikosiltransferase dan membunuh bakteri penyebab plak gigi.
Tujuan: untuk mengetahui efektivitas berkumur dengan larutan teh hijau seduh konsentrasi 100% dan 50% dalam mengurangi pembentukan plak gigi secara klinis.
Metoda: Penelitian eksperimental klinis dengan subjek penelitian 39 orang yang diberi tiga perlakuan berbeda, yaitu berkumur dengan air putih, larutan teh hijau seduh 100% dan 50%. Setelah menyikat gigi, subjek diperiksa indeks plaknya lalu berkumur dan makan. Setelah lima jam, dilakukan pemeriksaan index plak secara Silness and Loe yang dimodifikasi. Data hasil penelitian dievaluasi dengan menggunakan pengukuran statistik Wilcoxon (p<0,05).
Hasil: Berdasarkan hasil uji Wilcoxon, teh 100% efektif mengurangi pembentukan plak gigi hampir di seluruh permukaan gigi kecuali pada bagian distopalatal/ distolingual. Sedangkan teh 50% efektif mengurangi pembentukan plak gigi hampir di seluruh permukaan gigi kecuali pada bagian bukal/ labial dan mesiobukal/ mesiolabial.
Kesimpulan: Teh hijau seduh konsentrasi 100% dan 50% sama-sama dapat mengurangi pembentukan plak gigi bila dibandingkan dengan air putih.

ABSTRACT
Background: Green tea is a popular beverages in addition to plain water because of its taste, affordable price, easily to be consumed, and consist lots of advantages. One of the benefits is related to dental health which means is able to diminish the dental plaque accumulation. Green tea made-up of catechine which is the major component that can hinder the activity of glicosiletransferase enzyme and able to eradicate the bacteria that produces dental plaque.
Objective:To assess the effectiveness of rinsing with 100% and 50% steeped green tea solution concentrations in diminishing dental plaque accumulation clinically.
Method: Clinical experimental research with research subjects of 39 persons gone through three different schemes, that is rinsing with plain water, with 100% concentrated tea solution, and 50%. After brushing teeth, the plaque index of each subject is monitored then they have to rinse and eat. After five hours, dental plaque index was evaluated by adopting modified Silness and Loe Plaque Index. The experiment?s result was evaluated by Wilcoxon (p<0,05) statistical measure.
Result: Based on Wilcoxon measure, 100% tea effective to reduce the dental plaque formation in almost every teeth surfaces except at the distopalatal/distolingual portion. While 50% tea effective to reduce the dental plaque accumulation in nearly all teeth surfaces excluding bukal/labial and mesiobukal/mesiolabial surface.
Conclusion: Steeped green tea with concentration of 100% and 50% are both able to diminish dental plaque formation clinically compare to plain water.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>