Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 208741 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Simamora, Rudy Irianto
"Penelitian ini membahas mengenai hubungan prevalensi TB pada pasien DM pada puskesmas wilayah DKI Jakarta. Penelitian memakai desain cross sectional dan melibatkan subyek penelitian sebanyak 291 pasien DM. Pengukuran status gizi dilakukan melalui indeks massa tubuh (IMT) dan rasio lingkar pinggang pinggul (RLPP). Dari 291 pasien Prevalensi TB pada pasien DM sebesar 35,7%. Hasil dari penelitian ini adalah tingkat kejadian TB paru pada pasien DM terbesar pada status gizi kurang yang diukur dengan IMT yaitu sebesar 82,8% kemudian kejadian terjadinya TB pada DM terkecil pada pasien dengan Obesitas grade II sebesar 16,7%. Pada status gizi berdasarkan RLPP didapatkan pasien dengan status normal yang lebih besar mengalami kejadian terkena TB yaitu sebesar 50.7% dibandingkan dengan pasien obesitas yang positif TB sebesar 25.2%. Kesimpulannya, status gizi kurang berhubungan dengan prevalensi tuberkulosis dengan nilai p <0,001.

The association between Body Mass Index and Ratio of Waist-Hip Line with the Prevalence of Tuberculosis in Patients with Diabetes Mellitus who Have Been Taking Treatment at Community Health Centers in Jakarta. The purpose of this research is to obtain the prevalence of tuberculosis in patients with diabetes mellitus who have been taking treatment at community health centers in Jakarta and its association with nutritional state of the patients using cross sectional design. The number of patients who become the subjects of this research is 291. From 291 patients, 35.7% patients are diagnosed as TB patients. To measure of nutritional state of the patients two measurements are used: body mass index and ratio of waist-hip line. Based on body mass index, the number of patients with obesity who are diagnosed as TB is 82,2%, as the number of patients with obesity grade II state who are diagnosed as TB is 16,7%, and number of patients with under nutrition who are diagnosed as TB is 82.8%. Based on ratio of waist-hip line, number of patients with obesity who are diagnosed as TB is 25.2% and number of patients with normal state nutrition who are diagnosed as TB is 50.7%. As the conclusion, malnutrition status is associated with the prevalence of tuberculosis as the p value < 0,001."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ayu Triyanie
"Indonesia merupakan negara berkembang dengan risiko DM dan tuberkulosis yang tinggi. Penelitian cross sectional ini bertujuan untuk mengetahui hubungan perilaku pengendalian DM dengan tuberkulosis. Pengambilan data dilakukan pada 291 pasien DM melalui kuesioner, pemeriksaan sputum BTA dan pemeriksaan radiologi didapatkan sebesar 35,7% pasien DM dengan tuberkulosis. Pada penelitian ini didapatkan bahwa proporsi TB positif pada pasien DM yang telah didiagnosis DM <2 tahun, tidak memiliki riwayat hipertensi, mengalami gejala DM mudah lapar, berat badan turun dan lemah badan, tidak menerima edukasi dan tidak menggunakan obat antidiabetes berhubungan dengan kejadian tuberkulosis.

Indonesia is a development country with high risk of DM and tuberculosis. This research has design of cross sectional study to know association between behavior control of DM with prevalence of tuberculosis. It was applied to 291 patients with DM by using questionnaire instrument, BTA sputum, and radiology examination. 35.7% patients were diagnosed as TB. In this research, it can be concluded that proportion of positive TB in patients with DM who was diagnosed as DM <2 years, had no hypertension, had symptoms of DM (feeling very hungry, weight loss, fatigue), not accepted education and did not use oral antidiabetic have association with prevalence of tuberculosis in patients with DM."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nela Lutfiana
"Tuberkulosis (TB) masih menjadi salah satu masalah kesehatan yang serius di Indonesia. Saat ini, diketahui bahwa Diabetes Melitus (DM) berasosiasi dengan kejadian TB. Orang dengan DM memiliki risiko tinggi berkembangnya TB laten menjadi TB aktif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi TB pada pasien DM yang berobat di Puskesmas di DKI Jakarta serta faktor demografi yang mempengaruhi.
Penelitian menggunakan desain potong lintang dan dilakukan dari bulan November 2013 sampai Januari 2014 pada 291 responden. Penentuan TB dilakukan berdasarkan gejala klinis dari hasil kuesioner, pemeriksaan radiologi serta sputum BTA. Prevalensi TB pada pasien DM di DKI Jakarta adalah sebesar 35,7%. Terdapat perbedaan bermakna proporsi TB berdasarkan kelompok usia (p=0,001), jenis kelamin (p<0,001), pekerjaan (p=0,004), status pernikahan (p=0,005) dan pendapatan perkapita (p=0,037).

Tuberculosis (TB) is one of the major public health problems in Indonesia. Studies show that TB is strongly associated with Diabetes Mellitus (DM). People with diabetes are at higher risk of developing TB than those without diabetes. This relationship may be influenced by many factors, including socio-demographic factors. This study aims to assess the prevalence of TB among DM patients in DKI Jakarta as well as the relationship of the prevalence regarding these factors.
This study is conducted using cross sectional design. The data collection has been conducted starting from November of 2013 to January of 2014. Data were analyzed using Chi-square and Fischer test. Total amount of respondents is 291. The result of this study shows that the prevalence of TB in DM patients in Jakarta is 35,7%. The result shows that age (p=0,001), sex (p<0,001), occupation (p=0,004), marital status (p=0,005), and income (p=0,037) are associated with TB in DM patients.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Prihatini
"Diabetes melitus merupakan faktor risiko independen aktivasi infeksi TB laten. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara karakteristik perilaku berobat pasien DM dengan kemungkinan terjadinya tuberkulosis. Penelitian ini menggunakan studi cross-sectional. Pengambilan data dilakukan melalui kuesioner, pemeriksaan sputum dan rontgen. Didapatkan 104 (35,7%) pasien dengan TB dari 291 pasien DM. Waktu yang dibutuhkan pasien untuk mencari pengobatan ketika sakit, cara pasien mengatasi gejala, transportasi untuk menjangkau fasilitas layanan kesehatan, punya asuransi atau jaminan kesehatan dan memiliki tabungan kesehatan keluarga berhubungan dengan kejadian TB (p<0,05).

Diabetes mellitus is an independent risk factor of activation of latent TB infection. The purpose of this research is to know relation between characteristics of treatment behavior of DM patient with prevalence of TB.The design of this research is cross-sectional study. Data is collected by questionnaire, sputum test and radiology test.104 (35.7%) from 291 patients with DM are diagnosed as TB.Time needed by patients to seek for treatment,how people take care of their symptoms, how patients go to primary health center, are they having an insurance or government assurance and having family savings for health is related with prevalence of TB (p<0,05)."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurfathonah Aryana
"Tuberkulosis dan diabetes melitus masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia karena angka kematian akibat dua penyakit ini masih tinggi. Beberapa penelitian mengungkapkan adanya hubungan antara kedua penyakit ini. Penulis ingin mengetahui besar angka kejadian TBDM dan hubungan dari faktor pendapatan dan tingkat pendidikan terhadap kejadian TBDM di Jakarta.
Subjek yang diteliti adalah pasien tuberkulosis di 12 puskesmas di Jakarta dan 2 klinik dokter keluarga FKUI. Jumlah subjek dalam penelitian ini adalah 242 orang. Data diperoleh melalui pengisan kuesioner dan melakukan pengecekan kadar glukosa darah puasa. Data kemudian dianalisis dengan menggunakan uji bivariat pada SPSS 20.0.
Dari 236 pasien tuberkulosis yang memenuhi kriteria inklusi, sebanyak 65 orang (27,5%) mengalami DM, 171 orang (72,5%) tidak mengalami DM. Kejadian diabetes melitus berdasarkan kategori pendidikan, sebanyak 46 orang pasien memiliki karakteristik pendidikan rendah dan 28 orang pasien berasal dari subjek yang memiliki pendapatan rendah-menengah. Pada analisis bivariat antara tingkat pendidikan dan TBDM diperoleh hasil adanya perbedaan proporsi bermakna sedangkan analisis bivariat tingkat pedapatan dan TBDM tidak diperoleh perbedaan proporsi bermakna.
Tingkat pendidikan mempengaruhi kesadaran individu untuk melakukan pengecekan kesehatan dengan kata lain mempengaruhi kesadaran pasien akan faktor risiko dari TBDM. Rendahnya pendapatan yang dimiliki oleh subjek tidak memberikan dampak yang berarti bagi kejadian TBDM.

Tuberculosis and diabetes mellitus are still a health problem in Indonesia because the number of deaths are still high. Several studies have revealed the relation between tuberculosis and diabetes mellitus. From this study, the writer want to know the prevalence of diabetes mellitus among tuberculosis patients and the relation between income and educational levels on the prevalence of diabetes mellitus in tuberculosis patients in Jakarta.
The subjects were tuberculosis patients at 12 Puskesmas in Jakarta and 2 Family Physician Clinics Faculty of Medicine Universitas Indonesia. Data obtained by questionnaires and checking fasting blood glucose levels. Then, from 242 subjects were analysed using bivariate test in SPSS 20.0.
The 236 tuberculosis patients who met the inclusion criteria, as many as 65 people (27.5%) had DM, 171 (72,5%) did not have diabetes. Based on the category of education, as many as 46 patients had characteristics of low education and 28 patients had a low-middle income. Level of education and diabetes mellitus showed significant proportion difference in bivariate analysis, income level and diabetes mellitus not showed a significant proportion difference.
The level of education affects the awareness of individuals to perform health checks, or in other words will affect the tuberculosis patient's awareness of the risk factors of diabetes mellitus. Low income did not give a meaningful impact for patients."
Depok: Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agung Wijayanto
"ABSTRAK
Latar belakang : Jumlah pasien diabetes melitus (DM) di dunia diperkirakan meningkat menjadi 366 juta pada tahun 2030 dengan peningkatan tercepat pada negara berpendapatan rendah dan menengah. Orang dengan TB laten memiliki kemungkinan jangka panjang menjadi TB aktif. Hubungan antara TB dan DM sudah lama diketahui. Orang dengan DM memiliki risiko lebih tinggi berkembangnya TB laten menjadi TB aktif. Tujuan: mengetahui prevalens TB paru dan faktor yang mempengaruhi munculnya TB paru pada pasien DM tipe 2 di RSUP Persahabatan. Metode : Penelitian ini merupakan penelitian potong lintang di Poli Endokrin RSUP Persahabatan. Subjek penelitian yaitu pasien DM tipe 2 yang berobat di Poli Endokrin RSUP Persahabatan. Data yang diperoleh dilakukan analisis bivariat dan multivariat antara variabel bebas dan terikat Hasil: Jumlah subjek penelitian yaitu 174 subjek yang terdiri dari jenis kelamin laki-laki sebanyak 71(40,8%) dan perempuan 103(59,2%). Prevalens TB paru pada pasien DM tipe 2 yaitu 49 orang (28,2%) yang terdiri dari TB paru BTA (+) yaitu 37 subjek (21,3%) dan TB paru BTA (-) sebanyak 12 subjek (6,9%). Faktor yang memiliki hubungan dengan terjadinya TB paru pada pasien DM yaitu riwayat kontak erat dengan penderita TB (aOR 3,2; [95% IK 0,538-3,164 ]), IMT rendah (aOR 15,92 [95% IK 4,760-56,160), lama DM kurang dari 1 tahun (aOR 23,136 [95% IK 4,654-11]) dan kadar HbA1C >8 (aOR 17,475 [95% IK 3,428-89,094]). Kesimpulan: Prevalens TB paru pada pasien DM tipe 2 pada di RSUP Persahabatan adalah 28,2%. Terdapat hubungan bermakna secara statistik antara kontak dengan penderita TB, lama menderita DM dan kadar HbA1c dengan terjadinya TB paru pada pasien DM tipe 2.

ABSTRACT
Background : Diabetes mellitus (DM) patients in the world is estimated rise to 366 million by 2030, with the fastest increase in low and middle income countries. Approximately one-third of the world population is estimated suffer from latent tuberculosis (TB). People with latent TB have a long -term possibility of becoming active TB. The relationship between TB and diabetes has been known. People with DM have a higher risk of developing latent TB into active TB . Objective : To determine the prevalence of TB and the factors that affect the develping TB in patients with DM at Persahabatan Hospital Methods: This study was a cross sectional study. Subject was 174 patients with DM type 2 taken by consecutive sampling. Datas were performed bivariate and multivariate analyzes between independent and dependent variables Results : 174 subjects consisted of male 40.8 % and women 59.2 %. Prevalence of pulmonary TB in patients with type 2 DM are 49 people ( 28.2 % ). Factors that correlation with the development of pulmonary TB in DM patients were patients with a history of close contact with TB patients (aOR 3,2; [95% CI 0,538-3,164 ]), underweight BMI (aOR 15,92 [95% CI 4,760-56,160), duration of diabetes of less than 1 year (aOR 23,136 [95% CI 4,654-11]) and HbA1c levels > 8 (aOR 17,475 [95% CI 3,428-89,094]). Conclusion : Prevalence TB in patients with type 2 DM at Persahabatan Hospital was 28.2 %. There were correlation between contact with TB patient, duration suffering from DM and HbA1c levels with development of pulmonary TB in patients with type 2 DM."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dianita Susilo Saputri
"Diabetes melitus (DM) dan tuberkulosis (TB) merupakan double burden disease yang prevalensinya cukup tinggi di Indonesia. Tingginya prevalensi TB dan DM tidak lepas dari peran tenaga kesehatan dalam mendiagnosis dan mendokumentasikan pasien yang berobat ke fasilitas pelayanan kesehatan. Penelitian berdesain cross-sectional ini melihat perbedaan persentase penemuan kasus DM pada pasien TB yang berobat ke dokter dan tenaga kesehatan nondokter. Dengan metode consecutive sampling, didapatkan 242 pasien TB yang terdaftar di 12 Puskesmas dan 2 klinik di Jakarta yang diminta kesediaannya melakukan pengisian kuesioner dan pemeriksaan GDP/TTGO.
Hasil penelitian menunjukkan kejadian DM lebih tinggi pada pasien TB dibandingkan dengan populasi umum (27,5%, n=236). Persentase penemuan kasus DM pada pasien TB yang berobat ke dokter lebih tinggi dibandingkan yang berobat ke tenaga kesehatan nondokter namun tidak berbeda bermakna (28% vs 19%, p=0,361). Pembandingan persentase penemuan kasus juga dilakukan menurut gejala DM: polifagi, polidipsi, poliuri, berat badan turun, lemah badan, kesemutan, dan penglihatan memburam. Dari seluruh gejala, persentase penemuan kasus DM pasien yang berobat ke dokter masih lebih tinggi dibandingkan yang berobat ke tenaga kesehatan nondokter. Berdasarkan hasil penelitian, diharapkan tenaga kesehatan meningkatkan kewaspadaan mengenai gejala DM yang mungkin ada pada pasien TB sebagai bentuk deteksi dini guna mengantisipasi akibat yang tidak diinginkan.

Diabetes mellitus (DM) and tuberculosis (TB) are double burden diseases whose prevalence is still high in Indonesia. The high prevalence of both diseases cannot be separated from the role of health professionals in recording the diagnosis of TB patient who went to health care facilities. This cross-sectional study is conducted to see the difference between casefinding of DM among TB patients who went to doctors and other health professionals. Using consecutive-sampling-method, obtained 242 TB patients who were registered in twelve PHCs and two clinics in Jakarta. Data were collected by filling the questionnaire and FBG/OGT test.
The result showed that the percentage of DM is higher in TB patients compared with the general population (27,5%, n=236). The percentage of DM case-finding in TB patient who went to the doctor was higher than those who went to other health professionals (28% vs 19%, p=0,361). Benchmarking percentage of case-finding was also done by comparing through DM manifestations include: poliphagia, polydipsia, polyuria, weight loss, weakness, numbness, and blurred vision. From all of the manifestations, the percentage of case-finding was higher in patients who went to the doctor, but it?s not statistically significant. According to the result, health professionals are expected to increase awareness about DM manifestations that may be presented in TB patients in order to detect cases earlier and anticipate the unwanted impacts."
Depok: Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Miftahul Ulum
"Kasus Tuberkulosis di Indonesia masih tinggi dan menduduki peringkat kedua dunia. Di sisi lain, kasus DM yang dapat meningkatkan risiko TB semakin banyak. Pada DM terjadi penurunan dan abnormalitas sistem imun yang dapat memperparah infeksi TB. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan DM dengan kesembuhan pengobatan TB. Desain penelitian ini adalah cross-sectional dengan total sampel enam puluh data rekam medis pasien TB dan TB-DM yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi di RSCM tahun 2014.
Hasil menunjukkan terdapat pasien TB-DM sebesar 48.3 . Pasien TB-DM yang sembuh dalam enam bulan sebesar 27.6 dan tidak sembuh dalam enam bulan sebesar 72.4 . Analisis bivariat menunjukkan tidak terdapat hubungan bermakna antara DM dengan kesembuhan pengobatan TB OR 2.46; 95 CI 0.838-7.223. Selain itu, didapatkan pasien TB-DM dengan gula darah tidak terkontrol sebanyak 55.2. Pasien TB-DM terkontrol yang tidak sembuh dalam dua belas bulan sebesar 7.7, sedangkan pasien TB-DM tidak terkontrol yang tidak sembuh dalam dua belas bulan sebesar 68.8. Analisis bivariat menunjukkan terdapat hubungan bermakna antara kontrol gula darah pada pasien TB-DM dengan kesembuhan pengobatan TB OR 26.4; 95 CI 2.653-262.695.

Indonesia still has high Tuberculosis cases and Indonesia placed second in the world in this matter. On the other hand, Diabetes Mellitus cases, that can increase Tuberculosis risk, is increasing. In DM, the immune system is reduced and became abnormal so it can make Tuberculosis infection worse. This study evaluate the relation between DM and Recovery of Adult Pulmonary Tuberculosis. This research is cross sectional, with total sample sixty medical record of TB and TB DM cases that fullfilled the inclusion and exclusion criterias in RSCM 2014.
In this research, there are 48.3 of TB DM cases in sixty TB cases in RSCM. TB DM patient that are cured in six months is 27.6 and TB DM patient that are not cured in six months is 72.4. Bivariate analysis showed that there is no significant correlation between DM and the recovery of Tuberculosis OR 2.461 95 CI 0.838 7.223. From glucose control perspective, the percentage of uncontrolled TB DM patient is 55.2. Controlled TB DM patient that are not cured in 12 months is 7.7 meanwhile uncontrolled TB DM patient that are not cured in 12 months is 68.8 . Bivariate analysis showed that there is a significant correlation between blood glucose control in TB DM patient and the recovery of Tuberculosis OR 26.4 95 CI 2.653 262.695.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Sumartiningsih
"WHO 2013 menunjukan bahwa ada sekitar 9,0 juta kasus baru TB di dunia dan Indonesia menduduki peringkat ke-5 tertinggi di dunia. Sama halnya dengan penyakit DM, data International Diabetes Federation 2013 ada sekitar 382 juta jumlah kasus DM dan Indonesia menjadi negara ke-7 dengan jumlah kasus DM terbesar di dunia. Peningkatan prevalensi DM memberikan kontribusi terhadap peningkatan jumlah kasus TB pada periode waktu yang sama ataupun sebaliknya. Perilaku merokok dan mengonsumsi alkohol banyak dikaitkan dengan kedua penyakit tersebut.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan DM dengan kebiasaan merokok dan mengonsumsi alkohol pada pasien TB di Jakarta. Jenis penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional study. Subjek penelitian adalah pasien TB yang mengisi kuesioner penelitian dan diambil dari dua klinik dokter keluarga IKK FKUI dan dua belas Puskesmas di dua belas Kecamatan yang terdapat di Jakarta.
Hasil uji statistik menunjukan bahwa tidak ada hubungan DM dengan kebiasaan merokok dan mengonsumsi alkohol pada pasien TB di Jakarta tahun 2013-2014 karena mempunyai nilai p > 0,05 yaitu masing-masing 0,111 dan 0,523. Namun, peneliti menemukan kelompok berisiko tinggi penyakit degeneratif sebanyak 45,3% pasien TB laki-laki yang memiliki kebiasaan merokok dan juga mengonsumsi alkohol.Disarankan untuk penelitian selanjutnya menyempurnakan beberapa pertanyaan pada kuesioner agar lebih spesifik seperti kadar alkohol yang dikonsumsi dan kumulatif waktu pasti durasi merokok subjek penelitian. Disarankan juga agar informasi besarnya angka kelompok beresiko tinggi untuk penyakit degeneratif diterima Puskesmas sehingga dapat mengambil tindakan preventif untuk mengendalikan timbulnya penyakit.

WHO in 2013 showed that there were about 9.0 million new cases of TB in the world and Indonesia was ranked the fifth highest in the world. Similarly to DM, data from the International Diabetes Federation in 2013 there were approximately 382 million the number of cases of diabetes and Indonesia became the 7th country with the largest number of cases of diabetes in the world. Increased prevalence of DM contributed to the increase in the number of TB cases in the same time period, or vice versa. The behavior of smoking and alcohol consumption are linked to both diseases. This study aims to determine the relationship of diabetes with smoking and alcohol consumption in tuberculosis patients in Jakarta. This type of research is descriptive analytic method with cross sectional study. Subjects were patients with TB who filled out questionnaires and were taken from two research clinics family physician IKK FKUI and twelve primary health care in twelve sub-district located in Jakarta.
Statistical test results showed that there was no association of DM with smoking and alcohol consumption in tuberculosis patients in Jakarta in 2013-2014 because it has a value of p> 0.05, respectively 0.111 and 0.523. However, researchers found that high-risk group of degenerative diseases of TB patients as much as 45.3% of men who have the habit of smoking and alcohol consumption. It is advisable to study further perfected several questions on the questionnaire to be more specific as the level of alcohol consumed and the cumulative time duration of smoking certainly the subject of research. It is also recommended that information about large numbers of high-risk groups for degenerative diseases received health centers/primary health care so that they can take preventive measures to control the disease.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Valerie Andrea
"Pada diabetes melitus terjadi hiperglikemia kronik yang dapat menyebabkan komplikasi penyakit kardiovaskular, salah satunya adalah stroke. Pada stroke terjadi peningkatan nilai viskositas darah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mencari hubungan antara DM dengan viskositas darah. Penelitian ini adalah penelitian cross-sectional yang melibatkan tiga kelompok subjek penelitian, yaitu pasien DM dan kontrol non DM yang berkunjung ke Posbindu Kelurahan Pisangan Timur pada bulan Januari dan Maret 2015, serta kontrol sehat dari hasil penelitian Rasyid tahun 2014. Data yang digunakan adalah data sekunder hasil pemeriksaan viskositas darah dengan Mikrokapiler Digital® dan pemeriksaan glukosa darah sewaktu. Mikrokapiler Digital® merupakan alat baru pengukur nilai viskositas darah yang mudah digunakan. Apabila dibandingkan dengan kontrol sehat, didapatkan perbedaan yang bermakna antara viskositas darah pasien DM dan kontrol sehat (p = 0,000). Berdasarkan data Posbindu didapatkan korelasi yang tidak bermakna antara kadar glukosa darah dan nilai viskositas darah (p = 0,221), demikian pula antara DM dengan viskositas darah (p = 0,566). Hal tersebut kemungkinan disebabkan adanya faktor risiko lain yang dapat mempengaruhi hasil viskositas darah pada kontrol non DM. Penelitian lanjutan diperlukan dengan memperhitungkan faktor perancu.

Chronic hyperglycemia in diabetes mellitus can lead cardiovascular disorder complications, which one of them is stroke. There is increased blood viscosity level in stroke. The aim of this study is to find the relationship between diabetes mellitus and blood viscosity. This is a cross sectional study involving three groups: diabetes patients and non-diabetes controls visiting Posbindu Pisangan Timur in January and March 2015, also healthy controls from Rasyid study in 2014. The data used is secondary data of blood viscosity examined by Digital Microcapillary® and level of non-fasting blood sugar. Digital Microcapillary® is a new tool to measure blood viscosity value that is easy to use. Compare to healthy controls, there is a significant difference between blood viscosity of diabetes patients and healthy controls (p = 0,000). Posbindu data showed no significant correlation between blood glucose level and blood viscosity (p = 0,221), also between diabetes mellitus and blood viscosity (p = 0,566). It may be caused by the presence of other risk factors that may influence the results of blood viscosity in non-diabetes controls. Further study is needed and should consider all confounding conditions."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>