Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 121762 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nova Yundiarto
"Pendahuluan : Data Riskesdas menunjukkan bahwa prevalensi anak gemuk usia sekolah dasar di Jakarta mengalami kenaikan yang cukup signifikan dari tahun 2010 (12,8%) hingga tahun 2013 (30,1%) dimana termasuk didalamnya 14% yang sudah tergolong obesitas. Status sosioekonomi orang tua dapat mempengaruhi faktor lingkungan (seperti pola makan, aktivitas fisik, dan perilaku sedentari) yang dapat menjadi penyebab obesitas pada anak.
Metode : Penelitian dilakukan pada 63 anak di SDN 01 Menteng Jakarta Pusat dengan metode cross-sectional untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara status sosioekonomi orang tua dengan obesitas pada anak.
Hasil : Hasil penelitian menujukkan secara keseluruhan 23,18% anak mengalami obesitas. Berdasarkan data status sosioekonomi orang tua, didapatkan bahwa 38,1% anak memiliki orang tua dengan status sosioekonomi yang tinggi. Analisis bivariat menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna antara status sosioekonomi orang tua dengan obesitas pada anak (p-value < 0,05).
Diskusi : Status sosioekonomi orang tua berhubungan dengan perilaku sedentari dan pola makan anak sehingga mempengaruhi status obesitas pada anak.

Introduction : Riskesdas shows that the prevalence of overweight and obese in primary school age children had been increasing significantly from 2010 (12.8%) until 2013 (30.1%). Out of 30.1% of children weighed above standard in 2013, 14% had been classified as obese. Parent?s socioeconomic status might affect environmental factors (i.e. diet, physical activity, and sedentary behavior) that cause childhood obesity.
Method : This research was conducted on 63 students in SDN 01 Menteng, Central Jakarta, with cross-sectional method to determine the association between parent?s socioeconomic status and childhood obesity.
Result : The result showed that the prevalence of obese children was 23.18.%. Based on parent socioeconomic status data, the prevalence of children with high parent?s socioeconomic status was 38.1%. The analysis showed that there was significant association between parent?s socioeconomic status with childhood obesity (p-value < 0.05).
Discussion : Parent's socioeconomic status associated with sedentary behaviour and diet of their child that determine childhood obesity.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Thong Felicia Melinda
"Pendahuluan: Obesitas terjadi karena adanya ketidakseimbangan energi. Akhir-akhir ini, prevalensi obesitas semakin meningkat karena adanya perubahan gaya hidup, termasuk pada anak. Prevalensi obesitas pada anak usia sekolah dasar di Jakarta mencapai 14% pada tahun 2013. Obesitas dapat menyebabkan berbagai macam gangguan, salah satunya adalah gangguan tidur. Akan tetapi, gangguan tidur yang terjadi pada anak sering kali diabaikan oleh orang tua, padahal dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan, gangguan kardiovaskular, gangguan fungsi kognitif dan gangguan perilaku sehari-hari. Oleh karena itu, perlu diketahui hubungan antara obesitas dengan gangguan tidur pada anak.
Metode: Penelitian ini dilakukan dengan desain penelitian cross-sectional pada 107 anak di Sekolah Dasar Negeri (SDN) 01 Menteng Jakarta pada bulan September 2015. Data yang diperoleh akan dianalisis menggunakan uji chi-square.
Hasil: Dari pengukuran antopometri didapatkan 20,56% subjek mengalami obesitas serta 62,63% subjek mengalami gangguan tidur. Hasil analisis statistik menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna antara obesitas dengan gangguan tidur (p=0,037).
Diskusi: Prevalensi obesitas anak sekolah dasar di SDN 01 Menteng jauh lebih tinggi bila dibandingkan di DKI Jakarta. Prevalensi gangguan tidurnya juga lebih tinggi bila dibandingkan dengan penelitian lain. Gangguan tidur paling banyak disebabkan oleh kurangnya durasi tidur malam yang dipengaruhi oleh kebiasaan tidur anak dan pendapat orangtua mengenai pola tidur anak. Terdapat hubungan yang bermakna antara obesitas dengan gangguan tidur sehingga anak yang obesitas cenderung mengalami gangguan tidur.

Introductions: Obesity occurs because of an imbalance of energy. Lately, the prevalence of obesity has increased due to changes in lifestyle, including in children. The prevalence of obesity in primary school aged children in Jakarta reached 14% in 2013. Obesity can cause a variety of disorders, one of which is sleep disorders. However, sleep disorders in children is often overlooked by parents, even though sleep disorders can cause growth disorders, cardiovascular disorders, impaired cognitive function and behavioral disorders. Therefore, it is necessary to know the relationship between obesity and sleep disorders in children.
Methods: This research was conducted with a cross-sectional study design on 107 children in Sekolah Dasar Negeri 01 Menteng Jakarta in September 2015. The data were analyzed using chi-square.
Results: Antopometri of measurements obtained 20.56% of the subjects were obese and 62.63% of the subjects experienced sleep disorders. Statistical analysis showed there is a significant association between obesity and sleep disorders (p = 0.037).
Disscussions: The prevalence of child obesity in SDN 01 Menteng much higher than in Jakarta. The prevalence of sleep disorders is also higher when compared to other studies. Sleep disorder most often caused by lack of sleep duration at night and influenced by the child's sleep habits and parents? opinions regarding the child's sleep patterns. There is a significant association between obesity and sleep disorders so that children who are obese tend to experience sleep disorders.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Felicia
"Pendahuluan: WHO menyatakan pada tahun 2013 terdapat lebih dari 42 juta anak-anak mengalami obesitas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara pola makan dengan obesitas pada anak usia sekolah dasar.
Metode: Penelitian ini menggunakan desain penelitian potong lintang yang dilakukan pada Juli-September 2015 di SDN 01 Menteng Jakarta. Pengambilan data dilakukan dengan antropometri dan kuesioner food recall 48 jam. Data yang diperoleh kemudian di analisis dengan menggunakan uji Chi-Square.
Hasil: Hasil uji statistik menunjukkan bahwa pola makan tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan obesitas dengan nilai p>0.05.
Diskusi: Hasil ini berbedadengan beberapa penelitian terdahulu yang mungkin disebabkan oleh pro.

Introduction: WHO states that in 2013 there were more than 42 million children are obese. This study aims to determine whether there is a relationship between diet and obesity in primary school age.
Method: This study uses a crosssectional study design conducted in July-September 2015 at SDN 01 Menteng Jakarta. Data taken from anthropometry and 48-hour food recall questionnaire. The data analyzed using Chi-Square test.
Result: Statistical analysis showed that the diet has no significant association with obesity with p> 0.05.
Discussion: This result is in contrast to some previous studies that might be caused by inappropriate proportion of subjects, information bias, and low questionnaires return rate.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Clarissa Josephine Aditya
"[Pendahuluan: Obesitas adalah suatu permasalahan pandemik yang ditemukan di
negara maju maupun berkembang, dengan peningkatan prevalensi dalam dua
dekade terakhir. Obesitas pada anak dapat meningkatkan risiko berbagai penyakit
kronik, baik fisik maupun psikis. Gangguan psikososial yang berkaitan dengan
obesitas pada anak meliputi: depresi, cemas, rendah diri, gangguan hiperkinetik,
serta peningkatan agresivitas. Diperkirakan obesitas berhubungan dengan
gangguan perilaku dan emosional akibat ekspresi genetik rentan pada individu
obes. Metode: Penelitian potong lintang dilakukan pada anak usia sekolah dasar
di SDN 01 Menteng Jakarta untuk mengetahui hubungan tersebut. Penelitian
dilakukan dengan membandingkan status gizi anak dengan skrining gangguan
perilaku dan emosional melalui kuesioner PSC-17. Hasil: Sebaran anak obes di
SDN 01 Menteng Jakarta mencapai 23,18%. Hasil analisis obesitas pada anak
terhadap gangguan perilaku secara signifikan bermakna untuk subskala
eksternalisasi (p = 0,036). Sedangkan obesitas pada anak tidak memiliki hubungan
bermakna secara statistik untuk subskala internalisasi (p = 0,428), perhatian (p =
0,233), dan skor total PSC-17 (p = 0,824). Secara umum, obesitas tidak
berhubungan dengan gangguan perilaku dan emosional pada anak (p = 0,602).
Diskusi: Obesitas tidak berhubungan dengan gangguan perilaku dan emosional
pada anak secara general menunjukkan bahwa ada faktor-faktor lain yang
berperan dalam menimbulkan gangguan psikis pada anak. Namun, penggunaan
kuesioner PSC-17 yang singkat dapat menunjukkan adanya kemungkinan negatif
palsu, terutama untuk gangguan cemas. Obesitas berhubungan dengan gangguan
subskala eksternalisasi (agresivitas, dissosial) yang diduga berhubungan dengan
sosial stigma dari peer group;Introduction: Obesity has become a pandemic problem, which is common in
both developed and developing countries. The prevalence of obesity in children
has increased in the last two decades. Obesity in children can increase the risk of
various chronic diseases, both physically and mentally. Psychosocial disorders
associated with childhood obesity include: depression, anxiety, low self-esteem,
hyperkinetic disorder, as well as increased aggressiveness. It is estimated that
obesity is associated with behavioral and emotional disorders are due to
vulnerable genetic expression in obese individuals. Method: A cross-sectional
study conducted in primary school age children in SDN 01 Menteng Jakarta to
determine the relationship. The study was conducted by comparing the nutritional
status of children and behavioral/emotional disorders screening through PSC-17
questionnaires. Result: Distribution of obese children in SDN 01 Menteng Jakarta
reached 23.18%. Association between childhood obesity and behavioral disorders
is significant for externalizing subscale (p = 0.036). On the other side, childhood
obesity did not have a statistically significant relationship for internalization
subscale (p = 0.428), attention (p = 0.233), and PSC-17 total score (p = 0.824). In
general, obesity is not associated with behavioral and emotional disorders in
children (p = 0.602). Discussion: No associations between obesity and
behavioral/emotional disorders in children suggest that there are other factors
playing a role in causing mental disorders in children. However, the use of brief
PSC-17 questionnaires may indicate the possibility of false negatives, especially
for anxiety disorders. Association between obesity and externalizing subscale
disorders (aggresiveness, dissocial behavior) may be caused by the social stigma
of the peer group, Introduction: Obesity has become a pandemic problem, which is common in
both developed and developing countries. The prevalence of obesity in children
has increased in the last two decades. Obesity in children can increase the risk of
various chronic diseases, both physically and mentally. Psychosocial disorders
associated with childhood obesity include: depression, anxiety, low self-esteem,
hyperkinetic disorder, as well as increased aggressiveness. It is estimated that
obesity is associated with behavioral and emotional disorders are due to
vulnerable genetic expression in obese individuals. Method: A cross-sectional
study conducted in primary school age children in SDN 01 Menteng Jakarta to
determine the relationship. The study was conducted by comparing the nutritional
status of children and behavioral/emotional disorders screening through PSC-17
questionnaires. Result: Distribution of obese children in SDN 01 Menteng Jakarta
reached 23.18%. Association between childhood obesity and behavioral disorders
is significant for externalizing subscale (p = 0.036). On the other side, childhood
obesity did not have a statistically significant relationship for internalization
subscale (p = 0.428), attention (p = 0.233), and PSC-17 total score (p = 0.824). In
general, obesity is not associated with behavioral and emotional disorders in
children (p = 0.602). Discussion: No associations between obesity and
behavioral/emotional disorders in children suggest that there are other factors
playing a role in causing mental disorders in children. However, the use of brief
PSC-17 questionnaires may indicate the possibility of false negatives, especially
for anxiety disorders. Association between obesity and externalizing subscale
disorders (aggresiveness, dissocial behavior) may be caused by the social stigma
of the peer group]"
[, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia], 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mahardhika Annisa Tuzzuhro
"Keluarga yang berasal dari status sosial ekonomi menengah ke bawah cenderung kurang
memiliki pemahaman pengasuhan yang positif sehingga berisiko menghambat pencapaian
perkembangan anak, khususnya pada periode kritis usia anak 3-5 tahun. Diperlukan
intervensi untuk meningkatkan pemahaman pengasuhan positif, salah satunya dengan
psikoedukasi. Studi ini bertujuan untuk melihat efektivitas psikoedukasi sebagai metode
intervensi dalam meningkatkan pemahaman pengasuhan positif. Desain penelitian yang
digunakan adalah one group pretest-posttest design. Subjek penelitian adalah 14 orang ibu
berlatar belakang sosial ekonomi menengah ke bawah. Psikoedukasi dilakukan selama tiga
sesi secara daring. Pengukuran pemahaman mengenai pengasuhan positif dilakukan
sebanyak tiga kali, yakni sebelum psikoedukasi, segera setelah psikoedukasi selesai dan 10
hari setelah intervensi. Analisis menggunakan Wilcoxon Signed-Rank Test menunjukkan
adanya perbedaan skor yang signifikan antara sebelum dan sesudah psikoedukasi diberikan
(p < 0,05). Hal ini mengindikasikan bahwa terdapat peningkatan pemahaman mengenai
pengasuhan positif yang dimiliki oleh ibu setelah mengikuti psikoedukasi. Sementara itu,
terdapat penurunan pemahaman ibu setelah 10 hari dilakukan intervensi. Penelitian ini
terbatas hanya pada ranah kognitif saja, disarankan agar dapat ditingkatkan ke ranah afektif
hingga psikomotor.

Families in middle-to-low socioeconomic status tend to have less comprehension about
positive parenting, which may hinder child optimal development, especially in critical
age i.e. 3 to 5 year old. Psychoeducation is one of interventions which is needed to
improve comprehension of positive parenting to children. This study aims to find the
effectiveness of psychoeducation in improving comprehension of positive parenting. This
study design is one group pretest-posttest design. Subjects of this study are 14 mothers
with middle-to-low socioeconomic status background. The psychoeducation was held for
three sessions through video conference. The data were collected 3 times, before the
intervention, immediately after the intervention, and 2 weeks after the intervention. Data
analysis using Wilcoxon Signed-Rank Test shows significant score difference between
before and after psychoeducation was provided (p < 0,05). This indicates increasing score
of positive parenting related understanding in mothers after attending the
psychoeducation. However, there was derivation score of mothers' comprehension in 10
days after the intervention. This study limited to cognitive area, next can be elevated into
affective or psychomotor area.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yustia Istiarni Yustia Istiarni
"Kemampuan berbahasa anak sangat penting dalam membantu anak bersosialisasi dengan lingkungannya. Salah satu faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa yaitu latar belakang sosioekonomi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan latar belakang sosioekonomi dengan perkembangan bahasa pada anak usia prasekolah. Desain yang digunakan dalam penelitian ini yaitu deskriptif korelasional dengan jumlah sampel sebanyak 62 anak usia prasekolah di Kelurahan Tanah Baru, Depok, yang dipilih secara konsekutif. Penelitian ini menggunakan kuesioner perkembangan bahasa dan sosioekonomi yang dibuat oleh peneliti.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan rata-rata perkembangan bahasa anak berada pada rentang normal. Berdasarkan analisis bivariat, tidak ada hubungan yang signifikan antara latar belakang sosioekonomi dengan perkembangan bahasa pada anak usia prasekolah (p = 0,251). Rekomendasi untuk penelitian selanjutnya yaitu perlu ditambahkan faktor lain yang mempengaruhi perkembangan bahasa seperti lamanya interaksi ibu dengan anak.

Children's language ability is very important to help them socialize with their environment. One of factors that influence the development of child’s language ability is socioeconomic background. The purpose of this study was to determine the correlation between socioeconomic backgrounds with language ability development among children at the age of preschool. This research used descriptive correlation design with a sample size of 62 preschool children in Kelurahan Tanah Baru, Depok. The data was collected with consecutive sampling technique. The questionnaire to measure child’s language ability development was developed by researcher.
The study showed that the average of children’s language ability development was at normal range. Bivariate analysis disclosed that there was no significant correlation between socioeconomic backgrounds with language development among preschool children (p=0.251). This study recommends further research to find out other factors affecting the development of language ability among preschool children such as the length of the interaction between mothers with their children.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2015
S61608
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tanjung, Nadya Ulfa
"Obesitas anak adalah kondisi ketika Indeks Massa Tubuh menurut Umur (IMT/U) anak > 2SD yang berdampak pada status kesehatannya sekarang maupun nanti. Kejadian obesitas pada anak usia 5-15 tahun di Indonesia sebesar 8,3%, sedangkan Jawa Barat yakni 7,4% pada anak laki-laki dan 4,6% pada anak perempuan. Penelitian pre-eksperimental ini bertujuan untuk menurunkan IMT/U anak obesitas melalui peningkatan aktivitas fisik berbasis sekolah, dilakukan selama 4 minggu dengan melibatkan 25 responden yang mengalami obesitas. Analisis data menggunakan Uji T Berpasangan (paired t-test), dimana rata-rata penurunan IMT/U yang terjadi sebesar 0,20 poin dengan penurunan berat badan sebesar 0,35 kg. Pada analisis bivariat ditemukan hubungan signifikan antara penurunan IMT/U anak obesitas dengan peningkatan aktivitas fisik (p=0,000) dengan penurunan terbesar pada minggu ketiga setelah intervensi. Penelitian ini membuktikan bahwa dengan meningkatan aktivitas fisik selama 4 minggu di sekolah dapat menurunkan IMT/U anak obesitas. Disarankan kepada pihak sekolah menambah durasi mata pelajaran olahraga dan membudayakan kembali senam disekolah.

Childhood obesity is a condition when a children's body mass index (BMI)-to age reached >2 in z-score, which will affect the health status, present or the future. Childhood obesity prevalence for children aged 5-15 in Indonesia is 8,3%, meanwhile in East Jawa Province are 7,4% for the boys and 4,6% for the girls. This pre-experimental research's goal is to reduce the obese child's BMI-to age by increasing the school-based physical activity program for 4-weeks with 25 obese children. The paired t-test uses to analyze the data where BMI-to age reduced for 0,20 point with 0,4 kg weight lost. The bivariate analysis shows a significant association between the BMI-to age reducement by increasing physical activity (p=0,000). It is proven that by increasing school-based physical activity for 4 weeks is able to reduce obese child's BMI-to age. Suggested for the school to give more time for physical activity education and re-using chalisthenics as the school's culture.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T42272
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gadang Ryan Dewantoro
"Tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium yang
dapat menyebabkan gejala seperti batuk, nafas pendek, nyeri dada, hemoptosis,
penurunan berat badan, keringat malam, dan kelelahan. Penyakit ini menyerang
0,4% populasi di Indonesia. Keterlambatan diagnosis berhubungan langsung
terhadap penyebaran dan komplikasi pasien. Penelitian ini berupaya untuk
menemukan hubungan antara tingkat sosioekonomi dengan keterlambatan
diagnosis pasien tuberkulosis di Jakarta Timur mewakili daerah urban dan
Tasikmalaya mewakili daerah rural. Penelitian ini menggunakan studi potong
Iintang dengan jumlah sampel Jakarta Timur sebanyak 103 dan Tasikrnalaya
sebanyak 93. Data didapatkan melalui wawancara dan rekam medis pasien. Pada
penelitian ini, ditemukan perbedaan yang signifikan pada tingkat sosioekonomi
antara Jakarta Timur dan Tasikrnalaya. Perbedaan tersebut terdiri dari perbedaan
pendidikan, penghasilan, pekerjaan, dan kepemilikan asuransi. Penelitian ini juga menemukan perbedaan yang signifikan pada keterlambatan diagnosis antara Jakarta Timur dan Tasikrnalaya. Perbedaan ini dapat ditemui baik pada keterlambatan diagnosis oleh tenaga kesehatan ataupun keterlambatan diagnosis oleh pasien. Pada penelitian ini, tidak didapatkan perbedaan signiftkan antara keterlambatan diagnosis dengan sosioekonomi."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
S70310
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Beatrix Elizabeth
"Kejadian obesitas semakin meningkat dari tahun ke tahun. Salah satu faktor yang berhubungan dengan obesitas adalah Kualitas tidur. Waktu tidur anak-anak di Indonesia saat ini rata-rata 6-7 jam dari kebutuhan jam tidurnya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis apakah kualitas tidur memengaruhi kejadian obesitas pada anak. Penelitian kohort prospektif ini menilai kualitas tidur dengan membuat catatan tidur anak yang diisi dalam satu bulan. Sampel pada penelitian ini adalah siswa kelas 4,5,6 SD yang dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok anak yang obesitas terdiri dari 19 responden
sedangkan kelompok anak yang tidak obesitas 18 responden. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode non probability snowball sampling. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa 12 dari 19 (63,2%) anak yang mengalami obesitas memiliki kualitas tidur buruk, sedangkan dari 18 anak yang tidak obesitas (normal) sebagian besar memiliki kualitas tidur baik, yaitu 15 anak (83,3%). Hasil uji statistik dengan uji Chi-Square diperoleh P value= 0,011 yang berarti ada hubungan antara kualitas tidur dengan obesitas, dengan nilai OR=8,571 (95% CI: 1,818-40,423) yang berarti bahwa anak dengan kualitas tidur buruk berpeluang 8,6 kali lebih besar untuk mengalami obesitas dibandingkan anak dengan kualitas tidur baik. Berdasarkan
penelitian diketahui ada hubungan pola makan, aktivitas fisik dan kualitas tidur dengan obesitas pada anak usia sekolah.bagi orangtua anak usia sekolah lebih memperhatikan kualitas tidur anak yang menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya obesitas, untuk tenaga kesehatan diharapkan dapat mesosialisasikan pentingnya kebutuhan dan kualitas tidur bagi penelitian selanjutnya dapat meneliti kualitas tidur pada anak balita.

The incidence of obesity is increasing from year to year. Sleep quality is thought to be one of the causes of obesity. Currently, children in Indonesia sleep an average of 6-7 hours of sleep. This study aims to analyze whether sleep quality affects the incidence of obesity in children. This prospective cohort study assessed whether sleep quality influenced obesity incidence by keeping sleep records for children filled in at one month. The obese children group consisted of 19 respondents while the non-obese group consisted of 18 respondents. The sample in this study were students in grade 4,5,6 SD from West Java and Sumatra. The sampling technique in this study used a non- probability snowball sampling method. The results of statistical tests showed that 12 out of 19 (63.2%) obese children had poor sleep quality, while most of 18 children who were not obese (normal) had good sleep quality, namely 15 (83.3%). The results of statistical tests with the Chi-Square test obtained P value = 0.011, which means that there is a relationship between sleep quality and obesity, with an OR = 8.571 (95% CI: 1,818-40,423) which means that children with poor sleep quality have a chance of 8.6 times more likely to be obese than children with good sleep quality. Based on the research, it is known that there is a relationship between diet, physical activity and sleep quality with obesity in school age children. Add recommendations."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmania Dian Valentina
"kripsi ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor sosial ekonomi yang dapat mengakibatkan kolesterol tinggi dengan menggunakan fundamental causes. Studi-studi sebelumnya telah membahas kolesterol tinggi dengan data IFLS, tetapi masih belum menekankan pada faktor sosial. Kemudian, beberapa studi mengenai faktor sosial yang berpengaruh terhadap kolesterol tinggi sudah pernah dibahas, tetapi bukan dalam konteks Indonesia. Kalaupun ada studi yang membahas kolesterol tinggi dengan faktor sosial masih belum menggunakan data sebesar IFLS. Untuk itu penelitian ini berupaya mengidentifikasi faktor sosial ekonomi: stres, unemployment, kepemilikan rumah, dan jenis kelamin yang berpengaruh terhadap kolesterol tinggi. Diduga faktor-faktor tersebut dapat mengakibatkan pilihan makanan yang sembarangan dan tidak adanya akses sumber daya sehingga dapat mengakibatkan kolesterol tinggi. Penelitian ini menggunakan analisis data sekunder IFLS gelombang 5 tahun 204/205. dengan cross sectional. Sampel dalam penelitian ini seluruh responden laki-laki dan perempuan yang tercatat dalam survei  IFLS 2014/2015. Peneliti menggunakan analisis univariat untuk mendeskripsikan data, analisis bivariat dengan chi-squard dan analisis multivariat dengan model regresi logistik biner. Penelitian ini dilakukan dengan analisis regresi logistik biner. Hasil penelitian menunjukkan bahwa stres dengan kategori tinggi, unemployment, kepemilikan rumah, dan jenis kelamin lebih mungkin mengidap kolesterol tinggi.

This thesis aims to identify socioeconomic factors that can lead to high cholesterol by using fundamental causes. Previous studies have discussed high cholesterol with IFLS data but have not emphasized social factors. Then several studies on social factors that influence high cholesterol have been discussed, but not in the Indonesian context. Even if there are studies that examine high cholesterol with social factors, they still need to use data as large as IFLS. For this reason, this study seeks to identify socioeconomic factors: stress, unemployment, home ownership, and gender, which affect high cholesterol. It is suspected that these factors can lead to indiscriminate food choices and lack of access to resources, leading to high cholesterol. This study uses secondary data analysis of batch 5 IFLS 2014/2015 with cross-sectionals. The sample in this study were all male and female respondents recorded in the 2014/2015 IFLS survey. Researchers used univariate analysis to describe the data, bivariate analysis with crosstab and chi-square, and multivariate analysis with binary logistic regression models. This research was conducted by binary logistic regression analysis. The study results showed that those with high-stress levels were more likely to have high cholesterol. However, unemployment, home ownership, and gender variables show the opposite result. Workers, homeowners, and women are more likely to have high cholesterol."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>