Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 51453 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dominicus Nunnun Bonafix
Jakarta: Elex Media Komputindo, 2005
776.7 DOM a
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Wulan Ayu Darmayanti
"Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pembuat film mengemas sebuah pesan dalam merepresentasikan sebuah realitas yang ada pada kehidupan masyarakat, khususnya pada film animasi anak berjudul Frozen dalam merepresentasikan konsep cinta. Penulis menggunakan konsep representasi pada film dan enam tipe cinta menurut Lee. Selain itu, penulis menggunakan analisis naratif dengan menjelaskan struktur tiga babak dalam film Frozen. Hal tersebut bertujuan untuk memudahkan penulis dalam menggambarkan bagaimana representasi konsep cinta dalam film tersebut.
Terdapat dua penelitian yang mendasari penulisan ini. Pertama, penelitian berjudul Representasi Stereotipe Perempuan dalam Film Brave ditulis oleh Fanny Puspitasari, Universitas Kristen Petra, Surabaya dan yang kedua berjudul Disney?s Influence on Famales Perception of Gender and Love yang ditulis oleh Theresa Tonn, pada tahun 2008, Universitas Wisconsin Stout, Amerika. Penulis mengganti konsep Vladmirr Propp dalam penelitian sebelumnya dengan struktur tiga babak. Tulisan ini menunjukan terdapat lima dari enam tipe cinta menurut Lee yang digambarkan oleh masing-masing karakter yang ada pada film Frozen, yaitu Eros, Ludus, Agape, Mania, dan Storge.

This paper aims to examine how film creators potray the representation of realities within people?s life, especially through the children animation, Frozen, in representing the concept of love. The author uses concept of representation in movies and six types of love according to Lee. Additionally, the author uses narrative analysis to explain the three acts structure in the movie Frozen. This method will facilitate the author in illustrating how the concept of love is potrayed in the movie.
There are two researches used as the basis of this paper. First, a research titled Representasi Stereotipe Perempuan dalam Film Brave written by Fanny Puspitasari Go, Universitas Kristen Petra, Surabaya. The second one, titled Disney?s Influence on Famales Perception of Gender and Love written by Theresa Tonn, in 2008, University of Wisconsin Stout, United States. The author substituted Vladmirr Propp?s concept used on the previous paper with the concept of three acts structure. This paper suggest that there are five out of six types of love according to Lee, depicted through different characters in Frozen, Eros, Agape, Mania, and Storge.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2016
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Yena Badruddin
"This research analyse individual motivation in anime-manga (Japanese animation and comic books) fans communities to consume the non-dominant media and how it constructs their social identity. Through a multi-level analysis comparative and narative methods integrating micro, messo and macro factors this research finds that individual choose anime-manga as the base of their identity."
[Place of publication not identified]: Jurnal Penelitian Ilmu Komunikasi, 2006
TJPI-V-3-SeptDes2006-75
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Magnenat-Thalmann, Nadia, 1946-
Berlin: Springer-Verlag, 1990
776.6 THA s
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Purba, Tony
"Animasi merupakan proses memberikan gambaran bergerak kepada sesuatu objek dua atau tiga dimensi yang statik agar terlihat hidup. Proses animasi tiga dimensi sendiri merupakan suatu prosesnya yang umumnya terdiri dari empat tahapan yaitu modeling, animating, texturing, dan rendering. Pada ke empat tahapan tersebut proses animating merupakan proses yang membutuhkan waktu terlama dalam pengerjaan dan pembuatannya. Dalam pembuatan proses animating terdapat dua teknik yang umumnya dipergunakan yaitu Keyframing dan Motion Capture. Masing-masing teknik tersebut mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing, sehingga pada penelitian ini diusulkan penerapan gabungan kedua metode di dalam proses animating agar menghasilkan kualitas animasi yang lebih baik yang dapat diukur melalui tingkat akurasi error MSE (Mean Square Error). Penerapan teknik motion capture menggunakan sensor kinect, sedangkan pada teknik keyframing menerapkan tiga buah teknik yaitu Sample-and-hold, Linear, dan Beizer
.....Animation is a process giving a motion to a two or three-dimension object that is static in order to animate or mimicing live being. The process of animation itself consist of four stages which are modelling, animating, texturing, and rendering. On those stages the animating stage is the hardest and longest proces on the making. In animating process, there are two commonly techniques used which are Keyframing and Motion Capture. Each of the techniques has it own pros and cons, so in this study a combination of Keyframing and Motion Capture technique is proposed on the animating process in order to achive a better animation quality that can be measured by MSE (Mean Squared Error) accuracy. Implementation of motion capture technique uses kinect senor, meanwhile Keyframing technique uses Sample-and-Hold, Linear, and Beizer technique"
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2016
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zaharuddin G. Djalle
Bandung: Informatika, 2007
791.433 4 ZAH t
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Salemba Infotek, 2002
006.696 PEM
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Cherli Septiani
"Kontestasi anime Jepang dan animasi Cina (donghua) merupakan fenomena yang menarik. Belakangan ini, film animasi yang beredar bukan hanya didominasi oleh anime Jepang namun juga film animasi Cina atau yang dikenal dengan sebutan donghua. Peminat anime Jepang mulai melirik donghua Cina. Bagaimana kontestasi konkrit di antara keduanya menjadi fokus permasalahan penelitian ini. Tujuan penelitian ini adalah menjelaskan kontestasi anime Jepang dan donghua Cina. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah kontestasi budaya yang dikemukakan oleh Marc Howard Ross (2009) dan soft power dari Joseph Nye (2004). Eksplanasi atas kontestasi anime Jepang dan donghua Cina terbagi atas kontestasi unsur intrinsik dan kontestasi unsur ekstrinsik. Kontestasi unsur intrinsik berkenaan dengan (i) isi cerita, (ii) sinematografi, dan (iii) karakter animasi. Sementara itu, kontestasi unsur ekstrinsik, terbagi atas (i) kontestasi popularitas anime Jepang dan donghua Cina di kalangan komunitasnya, dan (ii) kontestasi popularitas anime-donghua di kalangan reviewer anime. Berdasarkan hasil yang diperoleh, anime Jepang masih dapat berkontestasi dalam unsur intrinsik dan ekstrinsik. Namun, permasalahan internal seperti pekerjaan animator yang bekerja melampaui batas dengan pendapatan yang rendah membuat orang Jepang enggan menjadi animator. Jika permasalahan ini tidak teratasi, anime akan mengalami masalah dalam hal rekrutmen animator yang berkualitas. Sementara itu, donghua dalam hal ini masih pada tahap mengembangkan unsur intrinsik dan ekstrinsiknya, seperti isi cerita, sinematografi, karakter anime, popularitas di kalangan komunitas dan reviewer. Meskipun pembuatan animasinya sudah sangat canggih, masih ada bagian-bagian tertentu dalam unsur intrinsik dan ekstrinsik yang belum bisa menyaingi anime.

The contestation between Japanese anime and Chinese animation (donghua) is an interesting phenomena. These days, animated films in circulation are not only dominated by Japanese anime but also Chinese animated films or known as donghua. Japanese anime fans are starting to look at Chinese donghua. How concrete contestation between the two is the focus of this research problem. The purpose of this research is to explain the contestation of Japanese anime and Chinese donghua. The theory used in this research is cultural contestation proposed by Marc Howard Ross (2009) and soft power from Joseph Nye (2004). Explanation of the contestation of Japanese anime and Chinese donghua is divided into intrinsic element contestation and extrinsic element contestation. Intrinsic element contestation concerns (i) story content, (ii) cinematography, and (iii) animated characters. Meanwhile, the contestation of extrinsic elements is divided into (i) contestation of the popularity of Japanese anime and Chinese donghua among their communities, and (ii) contestation of anime-donghua popularity among anime reviewers. Based on the results obtained, Japanese anime can still contest in intrinsic and extrinsic elements. However, internal problems such as overworked animators with low income discourage Japanese people from becoming animators. If these issues are not resolved, anime will experience problems in terms of recruiting qualified animators. Meanwhile, donghua in this case is still in the stage of developing its intrinsic and extrinsic elements, such as story content, cinematography, anime characters, popularity among the community and reviewers. Although the animation creation is very sophisticated, there are still certain parts such as story content, popularity among the community and reviewers that cannot compete with anime."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Maulana Yodha Permana
"Skripsi ini membahas ideologi dalam serial animasi Gora Samocvetov dengan melihatnya melalui fungsi narasi di setiap filmnya. Teori nasionalisme dan hegemoni digunakan untuk membuktikan adanya ideologi dalam serial animasi tersebut. Adapun fungsi narasi itu sendiri dianalisis secara struktural dengan metode naratif Propp. Hasil analisis membuktikan bahwa terdapat beberapa ideologi dalam serial animasi Gora Samocvetov, khususnya nasionalisme, patriotisme, kolektivisme dan hegemoni. Hal ini juga membuktikan bahwa hingga saat ini serial animasi di Rusia masih digunakan sebagai alat hegemoni demi menyampaikan pesan-pesan ideologi, khususnya terhadap anak-anak sebagai generasi muda.

This thesis discusses the ideology in the animated series Gora Samocvetov to see through the function of narrative in each film. Nationalism and hegemony theories were used to prove the existence of ideology in this animated series. The function of the narrative itself was structurally analyzed using Propp narrative method. The results of the analysis proves that there are some ideologies in the animated series Gora Samocvetov, especially nationalism, patriotism, collectivism and hegemony. It was also proved that until now Russian animated series is still used as a hegemonic tool to convey messages of ideology, especially to children as young generation.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2014
S58013
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ferry Herlambang
Jakarta: Gramedia, 2004
004.6 FER m
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>