Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3560 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Oxford: Butterworth-Heinemann, 2009
618.92 FIN
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Tati Asiati Pouw
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1968
S2193
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pardede, Adeline Melissa
"ABSTRAK
Masyarakat perkotaan dengan berbagai dinamika kehidupan yang kompleks, menjadi ancaman bagi kesehatan ibu hamil yang cenderung mengikuti gaya hidup modern. Gaya hidup seperti mengkonsumsi makanan cepat saji, kurang aktivitas, merokok, alkohol, dan lainnya, berisiko mengganggu kesehatan ibu dan kualitas hidup janin salah satunya gangguan neurologi. Gangguan neurologi seperti serebral palsy selain menyerang koordinasi motorik, juga dapat menyebabkan gangguan pada sfingter esofagus bawah yang memicu terjadinya gastroesofagus refluks GER . Gastroesophageal refluks GER merupakan pengaliran kembali isi lambung ke dalam esofagus dan merupakan kondisi fisiologis yang terjadi hampir pada semua neonatus atau bayi. GER dapat menyebabkan terjadinya aspirasi, penurunan berat badan akibat muntah berulang. Jika tidak ditangani dengan baik, maka risiko kurang gizi bahkan kematian akibat aspirasi dapat terjadi. Salah satu intervensi keperawatan yang dilakukan pada klien adalah ldquo;upright position rdquo;. Hasil intervensi menunjukkan adanya pengurangan frekuensi muntah melalui intervensi keperawatan ldquo;upright position rdquo;. Kata kunci : Intervensi keperawatan, gastroesofagus refluks GER , upright position

ABSTRACT
Urban communities with various dynamics of complex life, becoming a threat for health of pregnant women who tend to follow modern lifestyle. Lifestyle such as eating fast food, inactivity, smoking, alcohol, and other risk disturbing the health of mothers and fetuses quality life, like a neurological disorders. Neurological disorders such as cerebral palsy than attacking the motor coordination, it can also cause disturbances in the lower esophageal sphincter which triggered the gastroesophageal reflukx GER . Gastroesophageal reflukx GER is the passage of gastric contents into the esophagus and is a physiological condition that occurs in virtually all neonates or infants. GER can cause aspiration, weight loss due to repeated vomiting. If not handled properly, then the risk of malnutrition and even death can occur due to aspiration. One of the nursing interventions performed on the client is ldquo uprigth position rdquo . Intervention results indicate a reduction in the frequency of vomiting through nuring interventions uprigth position rdquo . Keywords Nursing intervention, gastroesophageal reflux GER , upright position"
[, Depok, Depok, Depok, , Depok, , Depok, Depok, , Depok]: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2016
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Adeline Sthevany Agus
"Masyarakat perkotaan dengan berbagai dinamika kehidupan yang kompleks, menjadi ancaman bagi kesehatan ibu hamil yang cenderung mengikuti gaya hidup modern. Gaya hidup seperti mengkonsumsi makanan cepat saji, kurang aktivitas, merokok, alkohol, dan lainnya, berisiko mengganggu kesehatan ibu dan kualitas hidup janin salah satunya gangguan neurologi. Gangguan neurologi seperti serebral palsy selain menyerang koordinasi motorik, juga dapat menyebabkan gangguan pada sfingter esofagus bawah yang memicu terjadinya gastroesofagus refluks (GER). Gastroesophageal refluks (GER) merupakan pengaliran kembali isi lambung ke dalam esofagus dan merupakan kondisi fisiologis yang terjadi hampir pada semua neonatus atau bayi. GER dapat menyebabkan terjadinya aspirasi, penurunan berat badan akibat muntah berulang. Jika tidak ditangani dengan baik, maka risiko kurang gizi bahkan kematian akibat aspirasi dapat terjadi. Salah satu intervensi keperawatan yang dilakukan pada klien adalah “upright position”. Hasil intervensi menunjukkan adanya pengurangan frekuensi muntah melalui intervensi keperawatan “upright position”.

Urban communities with various dynamics of complex life, becoming a threat for health of pregnant women who tend to follow modern lifestyle. Lifestyle such as eating fast food, inactivity, smoking, alcohol, and other risk disturbing the health of mothers and fetuses quality life, like a neurological disorders. Neurological disorders such as cerebral palsy than attacking the motor coordination, it can also cause disturbances in the lower esophageal sphincter which triggered the gastroesophageal reflukx (GER). Gastroesophageal reflukx (GER) is the passage of gastric contents into the esophagus and is a physiological condition that occurs in virtually all neonates or infants. GER can cause aspiration, weight loss due to repeated vomiting. If not handled properly, then the risk of malnutrition and even death can occur due to aspiration. One of the nursing interventions performed on the client is “uprigth position”. Intervention results indicate a reduction in the frequency of vomiting through nuring interventions uprigth position”."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2016
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Dyah Lazuardini
"ABSTRAK
Lingkungan multisensori dapat dimanfaatkan untuk terapi kemampuan indra berbagai penyakit, salah satunya cerebral palsy. Stimulasi yang dihadirkan lingkungan multisensori dapat melatih proses multisensori sekaligus menciptakan ruang yang nyaman untuk dieksplorasi penderita cerebral palsy dalam kekurangan indra dan motoriknya. Kebutuhan penderita cerebral palsy akan dianalisis dan diperbandingkan dengan stimulasi yang hadir pada dua kasus yang diambil: Mohawk College Multisensory Lab dan Sensory Space. Melalui analisis ini dapat dipahami bahwa stimulasi dari elemen ruang multisensori berupa suasana ruang terkontrol, pemicu interaksi dengan objek, dan rangkaian pengalaman mengindra dapat dimanfaatkan untuk relaksasi, melatih kemampuan indra, mengurangi seizure, dan melatih pemahaman sebab-akibat penderita cerebral palsy.

ABSTRAK
Multisensory environment can be utilised as a sensory therapy for people with disabilities, such as cerebral palsy. Stimulations emerged in a multisensory environment could train multisensory process as it also provide an accessible environment for people with cerebral palsy to explore within their sensory and motoric impairment. The needs of people with cerebral palsy will be analysed and compared with stimulations founded in two cases: Mohawk College Multisensory Lab and Sensory Space. From this analysis, it can be concluded that stimulations given from spatial elements of multisensory environment in form of controllable spatial atmosphere, triggering interaction with objects, and series of sensory experiences can be utilised for relaxation, training sensory ability, minimising chance of seizure, and train cause-effect understanding for people with cerebral palsy."
2015
S60084
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dhea Erissa
"Para difabel (different ability) sering tidak memiliki kesempatan untuk melakukan kegiatan layaknya individu lainnya akibat adanya stigma negatif, keterbatasan sarana, dan kelemahan penerapan kebijakan. Skripsi ini membahas mengenai keterbatasan fisik akibat Cerebral Palsy yang tidak menjadi penghalang mencapai cita-cita pada diri difabel. Melalui metode autoetnografi, penelitian ini menganalis pengalaman personal saat menjalani pendidikan, serta pengalaman berinteraksi dengan orang-orang di lingkungan sosial dalam perjalanan meraih cita-cita. Faktor penting untuk mencapai cita-cita adalah rasa percaya diri, serta dukungan pengelola pendidikan dalam menyiapkan sarana dalam proses pembelajaran. Terdapat beberapa penerapan kebijakan yang tidak mendukung kelancaran aktivitas para difabel.

Difabel (people with different ability) often have no opportunity to do activities like other people due to negative stigmas, limited facilities, and the weakness of policies framework. This scription discusses on the physical limitations due to Cerebral Palsy which is not hindering the achievement of difabel’s future. Through auto-etnography method, this research analyses the personal experiences in educational environment and other social environments. The important factors which contribute to achieving goals future self-confidence as well as support from education managers in setting up facilities. There are some policies that do not favor the fluency of difabel’s activities."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2015
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Rambe, Abdul Mutholib
"Telah dilakukan penelitian mengenai tingkat kecerdasan pasien anak penyandang kelumpuhan otak (CP) di Yayasan pembinaan anak cacad (YPAC) Medan, dengan menghubungkan antara jenis CP, derajat retardasi mental, serta jenis kelamin. Penelitian dilaksanakan secara potong lintang, meliputi semua pasien dengan CP yang terdaftar dalam buku registrasi poliklinik YPAC Medan antara Juli 1987-Juni 1998. Semua di antara 74 pasien yang diikutsertakan dalam penelitian ini mempunyai IQ di bawah rata-rata dan 62% di antaranya berjenis perempuan. Jenis yang paling banyak ialah tipe spastik (65%), kemudian campuran (16%), diskinetik (11%) dan hipotonik (8%). Secara keseluruhan, golongan CP campuran mempunyai derajat retardasi mental paling berat. Secara statistik terdapat hubungan bermakna antara jenis CP dengan tingkat retardasi mental (P < 0.001), dan tak terdapat hubungan bermakna antara jenis CP dengan jenis kelamin. (Med J Indones 2002; 11: 242-5)

Children with cerebral palsy has been investigated at YPAC (Yayasan Pembinaan Anak Cacat / Institute for Crippled Children) Medan to obtain the detailed description of patient?s intelligence level referring to cerebral palsy types and to determine the relationship between palsy types and mental retardation level as well as to relate cerebral palsy types and sex. The study is cross-sectionally conducted involving all cerebral palsy patients listed in registration book of YPAC Policlinic Medan from July 1987 to June 1998. Of 74 patients participated in the study, all had IQ under average and 62% them were female. The most common type is spastic (65%), followed by mixed (16%), dyskinetic (11%) and hypotonic (8%), respectively. Overall, the mixed type had severe mental retardation. Statistically, there is a significant relationship between cerebral palsy types and mental retardation level (p < 0.001). There is no significant relationship between cerebral palsy types and sex. (Med J Indones 2002; 11: 242-5)"
Medical Journal of Indonesia, 2002
MJIN-11-4-OctDec2002-242
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Widya Meiliana
"ABSTRAK
Tesis ini disusun untuk mengetahui kondisi kualitas hidup ibu yang mengasuh anak dengan palsi serebral (PS), serta hubungannya dengan kondisi PS anak, faktor sosial demografik dan kondisi mental ibu. Penelitian menggunakan desain potong lintang. Subjek ibu diminta untuk mengisi kuesioner WHOQOL-BREF dan dilakukan wawancara untuk penilaian faktor sosial demografik dan kondisi mental ibu menggunakan MINI ICD-10, serta penilaian kondisi PS anak melalui pemeriksaan dan data rekam medis. Analisa statistik untuk menilai kualitas hidup ibu serta korelasinya dengan kondisi PS anak, faktor sosial demografik, dan kondisi mental ibu. Hasil penelitian menyatakan bahwa nilai tengah dari kualitas hidup ibu sebesar 50 (31-88), 63 (13-94), 62,5 (0-100), dan 50 (25-75) pada setiap domain. Faktor sosial demografik mempengaruhi kualitas hidup ibu pada faktor usia ibu, usia anak, pendapatan keluarga, jarak dari rumah ke pusat terapi, status tempat tinggal, jenis kelamin anak, pekerjaan ibu, dan pendidikan ibu. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara kondisi PS anak dan kondisi mental ibu terhadap kualitas hidup ibu. Maka, penelitian ini dapat menjadi pertimbangan untuk mulai memberikan pendampingan dan pelayanan yang komperhensif kepada para ibu yang mengasuh anak dengan PS ataupun kondisi disabilitas lainnya.

ABSTRACT
This thesis was aimed to determine the mother s quality of life (QoL) who caring for cerebral palsy (CP) child, also its relationship with CP child s condition, socio-demographic factors and mother s mental conditions. The design was cross-sectional. Mothers were asked to fill out the WHOQOL-BREF questionnaire and interviews to assess the social demographic factors and mental conditions using the MINI ICD-10, also assess the CP child s condition from examination and medical record data. Statistical analysis was conducted to assess the mother s QoL and its correlation with the CP child s condition, socio-demographic factors, and the mother s mental condition. The results stated that the mean value of mother s QoL were 50 (31-88), 63 (13-94), 62.5 (0-100), and 50 (25-75) in each domain. Social demographic factors affect the mother s QoL on the mother s age, child s age, family income, distance from home to the therapy center, residence state, child s sex, mother s occupation, and mother s education. There is no significant correlation between the CP child s condition and mother s mental condition to the mother s QoL. Thus, this research can be considered to start providing comprehensive assistance and services to mothers with CP child or other disability conditions. "
2019
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Irma Herliana
"Cerebral palsy (CP) merupakan kelainan motorik yang banyak ditemukan pada anakanak dan kejadiannya semakin meningkat setiap tahun. Secara umum, merawat cerebral palsy membebani secara fisik, mental, sosial dan ekonomi. Penelitian fenomenologi ini penting dilakukan untuk mengeksplorasi secara mendalam pengalaman keluarga dalam merawat anak CP. Partisipan dalam penelitian ini sebanyak 7 orang caregiver CP yang diambil dengan menggunakan metode Criterion sampling dipilih oleh peneliti. Tema yang teridentifikasi terkait pengalaman merawat anak CP berjumlah 10 tema, yaitu kemungkinan penyebab CP, tanda dan gejala yang diamati oleh keluarga, upaya mencari pertolongan terhadap masalah CP, perkembangan anak CP, perilaku yang mendukung dan belum mendukung perawatan anak CP, sumber dan bentuk dukungan, sumber dan bentuk hambatan, bentuk harapan dan kebutuhan, dan makna yang terungkap adalah menerima kondisi ?kekurangan? anak CP dan pengalaman merawat anak CP merupakan "trauma" bagi ibu. Perawat komunitas berperan dalam tiga level pencegahan, yaitu pencegahan primer, sekunder dan tersier baik itu bagi calon ibu, bagi ibu hamil, ibu dengan balita serta ibu yang memiliki anak CP.

Cerebral palsy (CP) is a motoric impairment that found in many children and the incidence increasing every year. Generally, caring CP is thoughtfull by physic, mental, social and economy. Study of phenomenology is important to explore the family experience of caring children with CP deeply. The participants in this study are 7 caregiver of CP and taken by criterion sampling method. Ten themes idenfied from this study. The themes are the effect of CP cause, the sign that the parents see, the things that to search the help CP problem, the kids grow up CP, the kind of habbits thas support and not support of caring of CP, the source and supports, the source and not support, hope and need, and the meaning that will be accept is to accept the ?less? of Cp condition and the caring of children with CP is the "traumatic" even for mother. There are primary, secondary, and tertiary level of prevention. Not only for the woman who want to be a mother, pregnant, the mother with toddler but also for mother who have children with CP."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2011
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>