Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 155606 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Arie Budiman
"Mangrove molluscs data collected from some mangrove forest in Indonesia (Sumatra, Kalimantan, Java, Mollucas, and Papua) are used in order to understand the mangrove molluscs distribution and pattern of species abundance. The result of the present study strongly suggest three models (or combination of them) of distribution (1) molluscs (especially bivalve ) only recruit into certain microhabitat, in which they reach larger densities; (2) certain species of mollusc may recruit widely, but suffer increase mortality in certain microhabitats; and (3) molluscs (especially for mobile animals, such as many gastropods) may actively move among macrohabitats, increasing local densities in some of those. The correlation between features of habitat and abundance of molluscs which can be described as preference are discussed "
Bogor: Pusat Penelitian Biologi, 2009
BBIO 9:4 (2009)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Onrizal
"Mangrove is an essential natural resources and vital component for coastal areas both ecology and socio-economic. Adapted mangrove vegetarian on tsunami disaster is important information for mangrove rehabilitation post-tsunami. The aim of the research was to determine the structure and species richness of mangrove vegetation post-tsunami in Aceh and Nias Island by vegetation analyses and inventory methods. Field survey was carried out in March 2005 - three months after tsunami disaster. We found 20 adapted mangrove species post-tsunami in Nias Island, dominated by rhizophora apiculata. Land system of KJP was compound of 17 adapted mangrove species, and land system of PTG and KHY were each compound of 7 adapted mangrove species. Based on our research, we recommended that R. apiculata is the first priority species to be used for mangrove rehabilitation in Nias Island "
Bogor: Pusat Penelitian Biologi, 2009
BBIO 9:4 (2009)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Meissarah
"Mitigasi perubahan iklim terkait dengan pengelolaan hutan mangrove telah mendapat perhatian yang signifikan di dunia internasional selama dekade terakhir namun mengalami kesulitan akibat kurangnya data yang dapat diandalkan untuk melakukan kuantifikasi seberapa banyak kandungan karbon yang ada. Hutan mangrove di Provinsi Bali terbagi menjadi 3 jenis habitat yaitu teluk terbuka yang terletak di Taman Nasional Bali Barat, teluk semi tertutup yang berada di Tahura Ngurah Rai dan pulau kecil yang berada di Hutan Lindung Nusa Lembongan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara kandungan karbon hutan mangrove dengan tipe dan morfologi habitat hutan mangrove yang berbeda. Perhitungan biomassa dilakukan dengan menggunakan rumus alometrik namun persamaan alometrik yang sama dapat menghasilkan akurasi yang berbeda pada lokasi habitat yang berbeda. Perhitungan kandungan karbon hutan mangrove untuk tipe habitat teluk semi tertutup memiliki nilai estimasi tertinggi yaitu 51,35 ton/ha dengan pola hubungan positif sebesar 60%, sedangkan nilai estimasi karbon terendah berada pada habitat teluk terbuka sebesar 26,28 ton/ha dengan pola hubungan positif sebesar 48%. Penelitian ini menunjukkan bahwa setiap tipe habitat hutan mangrove memiliki karakteristiknya sendiri terhadap ekosistem yang hidup di wilayahnya dan hal ini berpengaruh terhadap nilai karbon yang dikandungnya.

Climate change mitigation regarding mangrove forest management has received significantly in international attention over the past decade, but it is lack of reliable data to quantify how much carbon stock is available. The mangrove forest in Bali Province is divided into three habitat types such as open bay beach located in West Bali National Park, semi closed bay beach located in Tahura Ngurah Rai and small island beach located in protected forest of Nusa Lembongan. The research aim is to analyze the relationship between carbon stock characteristics of mangrove forest with the different type and morphology of mangrove forest habitat. Biomass calculations was carried out using the allometric formula, however the similar allometric equations can produce different accuracy at different locations. The calculation of mangrove forest carbon stock for semi closed bay beach habitat has the highest estimation value of 51.35 tons/ha with a positive relationship pattern of 60%, in the other hand, the lowest carbon stock value is in open bay beach is 26.28 tons/ha with positive pattern of relation equal to 48%. This study indicates that each type of mangrove forest habitat has it's own charasteristics to the living ecosystem in it's territory and this affects to the carbon value."
Depok: Universitas Indonesia, 2017
T48431
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Levy, Paul S.
New York : John Wiley & Sons, 1999
304.601 5 LEV s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Lauranthasa Aprilia Irawadi
"Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik hutan mangrove dan pola distribusinya di wilayah pesisir Brebes pada tahun 2013-2022. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah indeks vegetasi dan Random Forest. Hasil dari penelitian ini menunjukkan adanya perubahan luas yang signifikan selama periode penelitian dan hutan mangrove di wilayah pesisir Brebes memiliki persebaran yang luas, serta tingkat kerapatan yang cukup tinggi. Meskipun telah mengalami kerusakan yang diakibatkan oleh bencana banjir Rob di tahun 2014 dan dampak dari aktivitas manusia, seperti pengalih fungsi lahan serta penebangan ilegal, hutan mangrove di lokasi penelitian terus berkembang karena adanya program rehabilitasi mangrove yang dilakukan oleh komunitas setempat dalam menjaga keasrian hutan mangrove di wilayah pesisir Brebes.

The purpose of this study was to determine the characteristics of mangrove forests and their distribution pattern at the Coast of Brebes in 2013-2022. The method used in this study are the Vegetation Index and Random Forest. The results indicate that there were significant changes in area during the study period and the mangrove forests in the coastal area of Brebes have a wide distribution, and a fairly high level of density. Despite the damage caused by the 2014 tidal flood disaster and the impact of human activities, such as land conversion and illegal logging, the mangrove forests in the study area continue to grow due to the mangrove rehabilitation program carried out by the local community in maintaining the beauty of the mangrove forests in Brebes coastal area."
Depok: Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ayyasy Siddiq
"Hutan mangrove memiliki peran penting dalam mengurangi dampak dari pemanasan global di wilayah perkotaan dan sekitarnya, salah satunya melalui penyerapan karbon. Penyerapan karbon tersebut diperlukan untuk mengurangi gas rumah kaca di atmosfer. Kapasitas penyerapan karbon atau stok karbon hutan mangrove dapat dilihat dari nilai biomassa yang dimilikinya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis persebaran stok karbon hutan mangrove dan hubungannya dengan kondisi fisik wilayah hutan mangrove. Persebaran stok karbon di daerah studi dianalisis dengan menggunakan kombinasi pendekatan indeks vegetasi dan analisis statistik regresi. Indeks vegetasi yang digunakan yaitu ARVI, SAVI, dan EVI yang diperoleh dari pengolahan citra satelit Sentinel 2-A. Nilai biomassa hutan mangrove didapatkan dari persamaan alometrik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persebaran stok karbon hampir di seluruh wilayah hutan mangrove Teluk Benoa mengalami peningkatan stok karbon tiap tahun. Hubungan perubahan stok karbon dengan kondisi fisik wilayah mangrove cenderung positif. Hal tersebut dibuktikan pada 3 dari 4 parameter fisik wilayah yang memiliki hubungan positif, yaitu suhu, salinitas, dan banyaknya jenis vegetasi.

Mangrove forests have an essential role in reducing the impact of global warming in urban and surrounding areas, one of which is through carbon sequestration. Carbon sequestration is needed to reduce greenhouse gases in the atmosphere. The capacity of carbon sequestration or carbon stocks of mangrove forests can be seen from its biomass value. This study aims to analyze the distribution of mangrove forest carbon stock and its relationship with the mangrove forest area's physical condition. The distribution of carbon stocks in the study area was analyzed using a vegetation index approach and statistical regression analysis. The vegetation indices used are ARVI, SAVI, and EVI obtained from processing Sentinel 2-A satellite imagery. The value of mangrove forest biomass is obtained from the allometric equation. The results showed that the distribution of carbon stocks in almost all the mangrove forests of Benoa Bay had increased carbon stocks every year. The relationship between carbon stock changes and mangrove areas' physical condition tends to be positive. The connection is evidenced by three of the four physical parameters of the site that have a positive relationship: temperature, salinity, and vegetation types."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ayu Linda Pratiwi
"ABSTRACT
Elusive Population adalah populasi yang anggotanya sulit untuk dideteksi dan tidak mempunyai kerangka sampling yang lengkap dan jelas. Metode sampling yang khusus diperlukan untuk melakukan pengambilan sampel pada Elusive Population. Centre Sampling adalah salah satu metode pengambilan sampel yang dapat digunakan pada Elusive Population. Ide dari Centre Sampling ini adalah mengamati individu yang menjadi objek penelitian pada pusat berkumpulnya individu-individu tersebut atau yang disebut dengan pusat agregasi. Secara umum ada dua tahap pengambilan sampel pada Centre Sampling, yang pertama adalah memilih sebanyak m pusat agregasi dari M pusat yang sudah ditentukan. Kemudian yang kedua peneliti harus mengamati setiap individu yang ada di pusat yang terpilih. Centre Sampling mempunyai kondisi Inclusion Probability, dimana peluang setiap individu untuk dapat terplih menjadi anggota sampel berbeda-beda . Pada penulisan skripsi ini parameter populasi yang akan ditaksir menggunakan Centre Sampling adalah total populasi. Estimator yang akan digunakan untuk mencari taksiran total populasi adalah Horvitz ndash; Thompson Estimator yang diperkenalkan oleh Horvitz ndash; Thompson pada tahun 1952. Horvitz ndash; Thompson Estimator adalah penaksir yang tak bias untuk total populasi. Pada skripsi ini juga akan dicari taksiran variansi dari taksiran total populasi.

ABSTRACT
Exlusive Population is population which members are difficult to detect and does not have any complete and clear sampling frame. A particular sampling method is required to take samples from Elusive Population. Centre Sampling is one of the sampling method that can be used on Elusive Population. The idea of Centre Sampling is to observe individual who becomes an object of research in a centre where all individual gather, or called as a centre of aggregation. In general, there are two steps to take samples in Centre Sampling. First of all, choose as many as m of M centre of aggregation that have been listed. Then, researchers must observe every individual in the selected centre. Centre Sampling has an Inclusion Probability condition, which probability of every individual of being selected as a member of samples are different. In this undergraduate thesis, population parameter which will be estimated using Centre Sampling is total population. The estimator which will be used to find the estimated total population is Horvitz Thompson Estimator, introduced by Horvitz Thompson in 1952. Horvitz Thompson Estimator is an unbiased estimator for total population. This undergraduate thesis will also look for unbiased estimator of the variance for estimated total population. "
2017
S66061
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Telescopium merupakan salah satu organisme yang hidup di ekosistem mangrove. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis sebaran T. telescopium terkait dengan interaksi pada vegetasi mangrove dan kondisi di lingkungan Segara Anakan pada bulan Januari-Maret 2014. Data vegetasi mangrove yang diperoleh dari pengamatan setiap transek kuadrat, yaitu meliputi nama spesies, jumlah tegakan masing-masing spesies, dan ukuran diameter batang setinggi dada. Parameter fisika kimia lingkungan yang diukur antara lain, suhu, salinitas, pH air, pH sedimen, nitrat, ortofosfat, TOM, dan fraksi sedimen untuk menggambarkan kondisi lingkungan. Penarikan contoh dilakukan dengan sistem sampling berdasarkan keberadaan pohon mangrove. Hasil penelitian menunjukkan bahwa di Laguna Segara Anakan terdapat 11 jenis mangrove, jenis yang dominan adalah Avicennia Alba. Secara keseluruhan kualitas fisik kimia lingkungan di kawasan Segara Anakan masih mendukung kehidupan mangrove dan T. telescopium. Hasil analisis koresponden menunjukkan bahwa sebaran T. telescopium berkaitan dengan keberadaan vegetasi mangrove Avicennia alba dan Rhizophora stylosa. Hasil analisis kandungan unsur hara serasah menunjukkan bahwa kandungan unsur organik jenis tersebut lebih tinggi apabila dibandingkan jenis lain. "
OLDI 40:2 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Naila Amalia
"ABSTRAK
Aceh merupakan salah satu provinsi dengan tingkat rawan bencana yang
sangat tinggi. Bencana tsunami 2004 silam telah menyebabkan hilangnya hutan
pantai dan hutan mangrove di Provinsi Aceh. Hilangnya sumber daya ini memiliki
dampak langsung terhadap kelangsungan hidup dari para korban tsunami yang
selamat serta dampak lanjutannya. dibutuhkan suatu program konservasi yang
bersifat kontinu dan edukatif melalui ranah pendidikan, dalam hal ini penerapan
pendidikan kearifan lokal berbasis mangrove. Penelitian ini dilakukan di Kota
Lhokseumawe, Pantai Timur Aceh. Sebaran hutan mangrove dan sebaran sekolah
yang membentuk pola spasial yang berbeda-beda dan tersebar di wilayah
administrasi Kota Lhokseumawe menjadi acuan dalam penerapan pendidikan
kearifan lokal berbasis mangrove. Metode pengolahan data menggunakan
deskriptif kuantitatif dengan metode statistik pearson product moment. Dari
jumlah keseluruhan sekolah tingkat menengah pertama di Kota Lhokseumawe
yaitu sebanyak 41 Sekolah Negeri, Swasta dan Sekolah Agama, terdapat 31
sekolah yang diprioritaskan untuk dilaksanakan pendidikan kearifan lokal berbasis
mangrove. Prioritas I sebanyak 18 sekolah, prioritas II sebanyak 10 sekolah dan
prioritas III sebanyak 3 sekolah dengan standar kompetensi pembelajaran yang
berbeda satu sama lain

ABSTRACT
Aceh is one of the provinces with high level of hazard. Tsunami disaster
in 2004 has caused the loss of coastal forests and mangroves in the Aceh
province. The loss of these resources has a direct impact on the survival victims of
the tsunami and subsequent impact. it takes a conservation program that is
continuous and educative through the education, in this case the application of
local wisdom education of mangrove. This research was conducted in
Lhokseumawe city, Aceh East Coast. The distribution of mangrove forests and the
spread of schools forming spatial patterns vary and spread in the administrative
area of Lhokseumawe become a reference in the application of local wisdom
education of mangrove. Data processing method performed by descriptive and
quantitative method by pearson product moment statistic method. Of the total
number of junior high schools in the city of Lhokseumawe as many as 41 Public
Schools, Private and Religious School, there are 31 schools with priority for local
wisdom education implemented mangrove. Priority I as many as 18 schools, 10
schools priority II and 3 school for priority with learning competency standards
that differ from each other"
2016
T45914
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Marzuki
"Hutan mangrove merupalan ekosistem hutan yang khas terutama karena posisinya sebagai peralihan antara ekosistem darat dan ekosistem taut. Kondisi lingkungan fisiknya yang sangat khusus menyebabkan ekosistem mangrove memiliki keanekaragaman hayati yang terbatas dan ekosistem ini sangat rentan terhadap adanya pengaruh luar terutama karena species biota pada hutan mangrove memiliki toleransi yang sempit terhadap adanya perubahan dari luar.
Hutan mangrove di Indonesia saat ini tinggal 3,24 juta hektar (Yayasan Mangrove, 1993). Sulawesi Tengah salah satu propinsi yang memiliki luas hutan mangrove hanya 28.000 ha, namun ancaman untuk eksploitasi menjadi tambak dan kegiatan Iainnya cukup tinggi.
Hutan mangrove di Banawa Selatan yang luasnya 1167 hektar pada tahun 1973 dan pada tahun 1998 tersisa 167 hektar. Penurunan jumlah tersebut disebabkan beberapa faktor yakni :
  1. Konversi hutan mangrove
    Kawasan pesisir Banawa Selatan yang ditumbuhi oleh hutan mangrove telah di dikonversi menjadi tambak udang dan ikan bandeng.
  2. Areal Permukiman
    Bertambahnya jumlah penduduk baik karena pertumbuhan alamiah maupun karena migrasi telah mendorong meningkatnya permintaan akan areal permukiman.
  3. Sistem Pertanian
    Sistem pertanian yang dikembangkan di Banawa Selatan sangat variatif mulai dari perladangan berpindah, pertanian menetap, maupun pertanian tambak telah mendorong meningkatnya tekanan terhadap hutan mangrove.
  4. Pengelolaan tataguna lahan
    Pengelolaan tataguna lahan yang tidak memperhitungkan daya dukung dan kesesuaiannya, telah menyebabkan zona lindung pun telah berubah fungsi menjadi areal permukiman dan pertanian.
  5. Perubahan struktur mata pencaharian
    Perubahan struktur mata pencaharian dialami oleh etnik Kaili Da'a dan Kaili Unde sebagai peladang dan nelayan tradisional menjadi petani tambak, menyebabkan degradasi hutan mangrove terus meningkat.
Kelima faktor tersebut menjadi dasar pertimbangan penulis melakukan penelitian dengan judul Perubahan Pofa Adaptasi Etnik Kaili Dalam Pengelolaan Mangrove, Studi kasus etnik Kalil Data dan Kaili Unde di Banawa Selatan, Kabupaten Donggala, Propinsi Sulawesi Tengah.
Maksud dilaksanakannya penelitian ini untuk menyusun tesis sebagai salah satu syarat mendapatkan gelar Magister Sain (M.Si) Ilmu Lingkungan pada Program Pascasarjana Universitas Indonesia. Tujuan utama yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah urrtuk memperoleh gambaran kaitan antara perubahan pola adaptasi dan degradasi hutan mangrove, serta menghasilkan suatu konsep pengelolaan hutan mangrove yang berkelanjutan di Banawa Selalan.
Gambaran hubungan perubahan pola adaptasi etnik Kaili dalam pengelolaan hutan mangrove di Banawa Selatan dan pola pengelolaan hutan mangrove yang berkelanjutan sebagai berikut :
  1. Hubungan perubahan pola adaptasi dengan eksploitasi hutan mangrove. Eksploitasi hutan mangrove terjadi pada akhir tahun 1970-an dan mencapai puncaknya pada awal 1990-an, ini terjadi karena masuknya kaum migran Bugis, Toraja dan Mandar yang mulai memanfaatkan hutan mangrove sebagai kawasan pemukiman dan areal tambak. Sementara bagi etnik Kaili hutan mangrove adalah kawasan yang terlarang untuk kegiatan pertanian dan permukiman, sebab ada nilai magis yang dikandungnya. Namun akibat proses interaksi dengan kaum migrant, lambat laun etnik Kaili mulai terlibat memanfaatkan hutan mangrove untuk pemukiman dan kegiatan pertanian tambak.
  2. Penabahan pola adaptasi terhadap perubahan fungsi hutan menjadi lahan permukiman.
    Konsepsi etnik Kaili Da'a dan Kaili Uncle yang memagiskan kawasan hutan mangrove untuk kegiatan permukiman berubah, bersamaan dengan masuknya kaum migran Bugis, Toraja dan Mandar yang telah memanfaatkan hutan mangrove untuk perrnukiman tetapi tidak mengalami gangguan apa pun seperti wabah penyakit.
  3. Perubahan pola adaptasi terhadap sistem pertanian. Erik Kaili Da'a dan Kaili Linde adalah peladang dan nelayan tradisional yang cenderung menjauhi hutan mangrove sebagai csmber mata pencaharian.
    Perubahan terjadi saat ini peladang menjadi petani tambak, maka yang terjadi adalah sistem perladangan tebang-bakar ditransformasikan dalam kegiatan pertanian tambak.
  4. Perubahan pola adaptasi dengan pendapatan dan kesejahteraan.
    Berubahnya mata pencaharian dari peladang dan nelayan tradisional menyebabkan meningkatnya pendapatan dan kesejahteraan etnik Kalil Da'a dan Kaili Uncle pada sisi yang lain menjadi faktor penekan yang potensial terhadap eksploitasi hutan mangrove karena meningkatnya pendapatan akan meningkat pula akses modal terhadap hutan mangrove.
  5. Sistem Empang Parit sebagai bentuk pengelolaan hutan mangrove yang berkelanjutan.
    Berangkat dari empat fenomena yang tergambar di atas, maka penerapan sistem empang parit, yakni suatu model empang/tambak yang tetap mempertahankan ekosistem mangrove antara 30 -- 70 % peneliti yakin dapat mempertahankan ekosistem mangrove yang ada, serta dapat mempertahankan fungsi daya dukung dari hutan mangrove baik dari sudut fisik ekologis maupun dari fungsi sosial ekonominya.
Berdasarkan temuan tersebut maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut :
  1. Ekosistem hutan mangrove yang ada di lokasi penelitian telah mengalami penurunan luasan dari 1167 hektar pada tahun 1973, tersisa 167 hektar pada tahun 1998.
  2. Perubahan lingkungan hutan mangrove menjadi areal budidaya tambak udang dan bandeng oleh para migran merupakan salah satu faktor perubahan pola adaptasi etnik Kaili Da'a dan Kaili Unde. Perubahan pola adaptasi tersebut dalam hal memanfaatkan hutan tidak hanya sebagai sumber bahan ramuan rumah tinggal, namun diolah menjadi areal tambak.
  3. Cara pandang dan persepsi tentang kawasan hutan mangrove yang tidak lagi magis, salah satu faktor perubahan pola adaptasi etnik Kaili Da'a dan Kaili Unde dari menjauhi kawasan hutan mangrove menjadi memanfaatkan kawasan hutan mangrove untuk pemukiman.
  4. Perubahan pola adaptasi etnik Kaili Da'a dan Kalil Unde juga terjadi pada sistem budidaya perladangan yang berpindah-pindah menjadi petani menetap baik pada sistem budidaya teresterial maupun pada sistem budidaya aquatik.
  5. Peningkatan pendapatan dan kesejahteraan menjadi faktor daya tarik bagi etnik lokal untuk memanfaatkan hutan mangrove yang berasal dari pembagian hak ulayat seluas 2 (dua) hektar, sebagai sumber pendapatan dan ekonomi keluarga.
  6. Untuk mencegah berlanjutnya konversi hutan mangrove menjadi areal pertambakan yang tidak ramah lingkungan, maka penerapan sistem pengelolaan tambak yang ramah Iingkungan mendesak untuk dilaksanakan.
Berdasarkan kesimpulan tersebut disarankan untuk :
  1. Pemerintah Daerah Kabupaten Donggala perlu segera mendata kembali luas kawasan yang tersisa, selanjutnya mengeluarkan peraturan daerah tentang penetapan kawasan lindung pada kawasan yang tersisa tersebut.
  2. Segera menerapkan sistern budidaya empang parit (silvofishery) pada kawasan yang telah berubah menjadi areal tambak.
  3. Meningkatkan peran lembaga adat bagi masyarakat lokal setempat.
  4. Perlu dilakukan suatu studi antropologis yang Iebih komprehensif, terutama menyangkut nilai dan tradisi masyarakat setempat.

Change in Adaptation Patterns in Mangrove Management.Mangrove forest is a special forest ecosystem due to, mainly, its position as a transition zone between terresterial ecosystem and a marine ecosystem. Its special physical environmental conditions have caused the mangrove ecosystem to possess limited biodiversity. This ecosystem is very susceptible to the presence of external influences, especially since the biota species in the mangrove forest have limited tolerant changes from outside.
Mangrove forests in Indonesia currently cover 3,24 million hectares (Yayasan Mangove, 1993). Central Sulawesi is one of the provinces that has mangrove forests, about 28.000 hectares, but exploitation by conversion to fishponds and other activities is quite high.
South Banawa had 1167 hectares of mangrove, but when this research was conducted only 167 hectares remained. This decrease is due to some factors as follows :
  1. Conversion.
    The coastal area of South Banawa planted to mangrove forest has been changed into areas of milk fish and shrimp ponds.
  2. Settlement Area.
    Increasing population both naturally and by migration has led to an expansion of settlement area.
  3. Agriculture System.
    The agriculture system in South Banawa including shifting cultivation, permanent cultivation and fish pond culture, has led to increased pressure on the mangrove forest.
  4. Land Use Management.
    Land use management without concern for its carrying capacity has caused the alteration of protected areas into settlement and agriculture areas.
  5. The alteration of livelihood source structure.
    The conversion of the Kaili Da'a and Kalil Unde peoples from field farmer and traditional fishers to fish pond farmers has degraded the mangrove forest significantly.
This research was aimed at descriptively obtaining the relationship between change of adaptation patterns and mangrove forest degradation and to produce a concept of sustainable mangrove forest management for South Banawa. Changes in the adaptation patterns of the Kaili people in mangrove management can be described as follows :
  1. The relationship between changes of adaptation pattern with mangrove forest exploitation :
    The exploitation of mangrove forests has occurred since the end of the 1970's and reached its peak in the early of 1990's. This Is caused by the coming of Bug is, Toraja and Mandar people to South Banawa where they converted mangrove Forest into settlements and fish pond. For the Kalil people the mangrove forest was considered forbidden for any activity including agriculture and settlement However, through the interaction process between them and the newcomer groups they slowly have become involved in converting mangrove forests into settlement and fishpond areas.
  2. Change of adaptation pattern in the change of forest function into settlement area :
    The concept of Kalil Da'a and Kalil Untie people, who originally considered the mangrove forest as a forbidden zone, has changed simultaneously with the coming of Bugis, Toraja and Mandar ethnic groups to South Banawa. These newcomer groups have converted mangrove forests into settlement areas without ever experiencing any problems such as disease epidemics.
  3. Change of adaptation pattern in agriculture systems :
    Kaili Da'a and Kalil Untie people were farmers and traditional fishermen who tended to avoid the mangrove forests as their livelihood source but since they have been influenced by other ethnic groups, from they have converted cut-andbum farming to fishpond culture.
  4. Change of adaptation patterns with income and prosperity.
    Change of livelihood source from farming and traditional fishing has increased their income and prosperity but on the other hand this is a potential pressure factor on the existing mangrove forest.
  5. The application of the ditch-embankment (sllvofishery) system as one type of sustainable mangrove forest management.
    The application of the ditch-embankment system (a model of embankment that maintains 30-70 % of the original mangrove ecosystem) can preserve the existing mangrove ecosystem and its carrying capacity both ecologically or economically.
Based on the research result, it can be concluded that :
  1. Mangrove forest in the research field has decreased its width from 1167 hectares in 1973 into 167 hectares in 1998.
  2. Change of physic environment has caused Kalil Da'a and Kaili Untie people after their adaptation pattern from exploiting mangrove forest as housing materials to becoming fish farmers that converting mangrove forest into open fishpond areas.
  3. The new perspective and perception of Kaili Da'a and Kaili Untie people about the mangrove forest zone, i.e. that the mangrove forest has no magic value, again hs pushed them to convert mangrove forest to settlement areas.
  4. Their relationship with Bugis, Toraja, Mandar and Javanese people since 20 years ago has stimulated the conversions of their cultivation system into fish pond farming in the mangrove forest.
  5. The increase of income and prosperity of Kaili Da'a and Kaili Untie people has raised pressure to exploit the existing natural resource including mangrove forests.
  6. To prevent the exploitation of mangrove forest continuously both by migrants and by local peoples, sustainable mangrove forest management with a ditch-embankment should be applied.
Therefore some suggestions are :
  1. The local government (Donggala Regency) must resurvey existing areas of mangrove forest and then make a regional regulation about protecting this area.
  2. The ditch-embankment system should be applied immediately within fish pond areas.
  3. Increase the role of custom any institutions in the area.
  4. Conduct a comprehensive anthropology study, focused on the culture system, a specially on local environmental knowledge and practices.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2002
T4570
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>