Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6744 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Clare Stanford, editor
"In this volume there is a strong emphasis on translational science, with preclinical approaches suggesting new directions for development of new treatments. Individual chapters describe how neuroimaging, neuroendocrine, genetic and behavioral studies use powerful research tools that are offering a completely new understanding of the factors that increase vulnerability to ADHD. The clinical impact of co-morbid problems, especially obesity and substance misuse, are highlighted and explain what such problems can tell us about the etiology of ADHD, more generally. Reviews of the pharmacology of established drug treatments for ADHD justify an exciting novel theory for their therapeutic actions and address questions about the effects of their long‑term use. "
Berlin: [, Springer], 2012
e20417778
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
"he authors investigated whether sex-specific norms should be used to assess symptoms of attention-deficit/hyperactivity disorder (ADHD) and oppositional defiant disorder (ODD) in girls. It was hypothesized that (a) there would be a group of girls who exhibit ADHD or ODD symptoms using sex-specific norms but not using Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (4th ed.; DSM-IV; American Psychiatric Association, 1994) criteria; (b) these girls would be significantly impaired relative to typically developing girls. These hypotheses were examined using behavior ratings completed by mothers and teachers of 1,491 elementary school students. Results showed that there was a small group of girls who did not meet DSM-IV criteria for ADHD or ODD but who had elevated ADHD and ODD scores when sex-specific norms were used. The same was not true for boys. The girls identified with sex-specific norms were more impaired than other girls. These results suggest that there may be a small number of girls who have behaviors and impairment that are consistent with ADHD and ODD, but they are not currently being identified by DSM-IV criteria."
JCCP 74 (1-3) 2006
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Luisa Larasati Wirawan
"ABSTRAK
Anak dengan ADHD diketahui memiliki defisit dalam regulasi diri dan menampilkan perilaku impulsif. Adanya hambatan dalam meregulasi diri membuatnya kesulitan untuk secara sadar mengatur serta mengendalikan emosi, pikiran, dan tubuhnya untuk berperilaku sesuai dengan situasi yang dihadapi. Hal ini yang membuat anak dengan ADHD sulit diatur, cenderung menarik diri, menampilkan perilaku agresif, dan memiliki masalah sosial, baik dengan teman maupun keluarga. Orangtua dengan anak ADHD cenderung tidak merespon secara tepat kebutuhan anak, memiliki kontrol yang berlebihan, kurang memberikan pujian, dan kurang interaktif pada anaknya, sehingga terbentuklah insecure attachment pada anak dengan ADHD. Terbentuknya insecure attachment dapat memperparah masalah regulasi diri pada anak ADHD. Hal serupa terjadi pada N, anak ADHD berusia 6 tahun yang memiliki insecure attachment dengan orangtua. Salah satu intervensi yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah regulasi diri pada N adalah Theraplay. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa Theraplay efektif dalam menangani masalah regulasi pada N dan merubah pola interaksi N dengan orangtua menjadi lebih positif

ABSTRACT
Children with ADHD are known to have deficits in self-regulation and shown impulsive behavior. Difficulties to do self-regulation makes it difficult to consciously manage and control emotion, mind, and body in order to behave accordingly to the situation. This things that makes children with ADHD tend to withdraw, displaying aggressive behavior, and have social problems, either with friends or family. Parents with ADHD children tend not to respond the needs of their children properly, have excessive control, failed to give appreciation, and less interactive with children, thus forming insecure attachment with ADHD children. Insecure attachment may worsening the self-regulation in children with ADHD. Something similar happened to N, 6 years old children with ADHD who have insecure attachment with the parents. One of the interventions that can be used to overcome the problem of self-regulation with N is Theraplay. The results of this study indicate that Theraplay is effective in dealing with regulatory issues at the N and also N change his patterns of interaction with his parents to become more positive."
2016
T46530
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irena Tjiunata
"Fokus dari pelatihan ini adalah untuk meningkatkan kuantitas perilaku menyelesaikan tugas, termasuk di dalamnya, menurunkan durasi perilaku tidak mengerjakan tugas. Penerapan metode ccrita sosial dan metodc contingency contract (dilcngkapi prompt) menghasilkan peningkatan kuantitas pada perilaku menyelcsaikan tugas, serta penurunan durasi perilaku tidak mengerjakan tugas. Akan tetapi, kualitas dari perubahan pcirlaku belum menunjukkan perbaikan. Hal tcrscbut disebabkan karena komik oerita sosial yang digunakan dalam intervensi belum secara detil menggambarkan perilaku yang diharapkan muncul. Selain itu, pemberian fading yang terlalu cepat juga menyebabkan konsistensi perubahan perilaku belum terlihat.
Dari hasil obsewasi, diketahui juga bahwa pembahan perilaku tersebut, secara tidak langsung, dipengaruhi juga oleh faktor lingkungan seperti kehadiran guru dan situasi kelas. Akan tetapi, karena singkatnya sesi intervensi dan pemilihan waktu intervensi yang berdekatan dengan jadwal uiangan umum, konsistensi pelubahan perilaku belum terlihat. Oleh karena itu, beberapa saran yang dapat diberikan antara lain: 1) gambar berikut penjelasan pada komik cerita sosial sebaiknya dibuat lebih detil; 2) pemberian prompt dan fading sebaiknya lebih diperhatikan lagi; 3) sesi intervensi dibuat lebih banyak dengan jangka waktu yang lebih panjang; 4) perlu diperhalikan pemilihan waktu intervensi agar tidak berdekatan dengan jadwal ulangan umum; 5) kerjasama antara guru dan teman-tcman di kelas untuk menciptakan suasana kelas yang kondusif agar pelaksanaan intervensi lebih efektif.

The focus of this training is to increasing the quantitiy of on-task behavior. including, decreasing the duration of off-task behavior. Result of this intervention, using social story method and contingency contract method (also using prompt method), indicated that the quantitiy of on-task behavior is increasing and the duration of ofiltask behavior is decreasing. However, the quality of the alteration of behavior has not improved yet. This is because the comic social story in this intervention has not describe the behavior that is expected, The prompts which have been faded too quickly also make the consistency ofthe behavior’s alteration has not been observed. The environments, such as teacher’s present and class-rooms’s situation, also influence the alteration of behavior.
Unfortunately, because the length ofthe session and the time of intervention wich is too short and too close to the end of school year, the consistency of the behavior’s alteration has not been appeared yet. Therefore, several suggestions should be provided to improve the future study: 1) picture in the comic social story should be made more detail; 2) the use of prompt and fading should be more improved; 3) the session of intervention should be madc in great quantities and in more length duration; 4) the intervention should be held in the middle of school year; 5) the cooperation of teacher and tiiends is needed to make the more supporting classroom environment.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2009
T34118
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Yusuf Allan Pascana
"Latar Belakang: Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) adalah gangguan neurodevelopmental pada anak dan remaja. Prevalensi ADHD di seluruh dunia pada usia 3-12 tahun, mencapai 7,6%, di Indonesia mencapai 15,8 % pada anak usia 3-18 tahun, dan sebesar 15,5% di Jakarta. ADHD adalah peringkat pertama penyebab anak dibawa ke psikolog di Indonesia, yang terkait dengan gangguan fungsi kognitif hingga menyebabkan terganggunya prestasi akademis dan kualitas hidup anak. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik gangguan kognitif pada anak ADHD di Indonesia dan hubungannya dengan faktor demografis. Metode: Penelitian ini memiliki desain potong lintang yang dilakukan pada anak SD usia 7-12 tahun dengan menggunakan metode total sampling pada populasi terjangkau. Hasil: Subyek penelitian ini terdiri dari 34 anak dengan rata-rata usia subjek 9,68 (1,32) tahun, dengan 25 anak (73,5%) memiliki tipe inatensi. Delapan anak (23,5%) tipe kombinasi inatensi dan hiperaktivitas, dan 1 anak (2,9%) hiperaktif. Total skor rata-rata SYSTEMS-R yang diukur adalah 24,94 (8,21), 18 anak (52,9%) memiliki kemampuan kognitif normal, 16 anak (47,1%) defisit kognitif. Terdapat perbedaan bermakna pada domain atensi, kalkulasi, remote memory, bahasa, abstraksi dan visuospasial (p < 0,05) dengan abstraksi (91,2%), atensi (79,4%), kalkulasi (76,5%) dan bahasa (61,8%) adalah domain yang paling banyak memiliki angka di bawah rata-rata populasi umum. Faktor usia menunjukkan variasi signifikan (nilai p 0,024) berhubungan dengan skor total SYSTEMS-R pada anak ADHD. Tidak terdapat faktor demografis yang berhubungan secara statistik. Kesimpulan: Domain yang paling banyak memiliki nilai dibawah rata-rata populasi umum adalah domain atensi, domain yang termasuk dalam fungsi eksekutif yaitu abstraksi dan kalkulasi, Fungsi kognitif hanya berhubungan bermakna dengan faktor demografis usia dan subtipe ADHD.

Background: Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) is a neurodevelopmental disorder in children and adolescents. The prevalence of ADHD worldwide in children aged 3-12 years 7.6%, while in Indonesia it reached 15.8%, and 15.5% in Jakarta. ADHD is the number one reason children are taken to psychologists in Indonesia, which is related to impaired cognitive function, causing disruption to children's academic performance and quality of life. The aim of this research is to determine the characteristics of cognitive disorders in ADHD children in Indonesia and their relationship with demographic factors. Method: This study had a cross-sectional design which was conducted on elementary school children aged 7-12 years using a total sampling method in an accessible population. Results: The subjects of this study consisted of 34 children with an average subject age of 9.68 (1.32) years, with 25 children (73.5%) having the inattention type. Eight children (23.5%) showed a combination of inattention and hyperactivity, and only 1 child (2.9%) as hyperactive. The total mean SYSTEMS-R score measured was 24.94 (8.21), 18 children (52.9%) has normal cognitive abilities, while 16 children (47.1%) has cognitive deficits. There is significant differences in attention, calculation, remote memory, language, abstraction dan visuospasial (p < 0,05) with the domains of abstraction (91.2%), attention (79.4%), calculation (76.5%) and language (61.8%) are the domains that have the most numbers below the general population average. The age factor is a demographic factor showing significant variation (p value 0.024) associated with the total SYSTEMS-R score in ADHD children. When associated with cognitive function deficits in ADHD children, there were no demographic factors that were statistically related. Conclusion: The domain that has the most scores below the general population average is the attention domain, a domain that is included in executive function, namely abstraction and calculation. as well as the language and visuospatial domains. Cognitive function was only significantly related to age in demographic factors and ADHD subtype."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Phelan, Thomas W.
"Provides parents, teachers, physicians and mental health professionals with comprehensive information about ADD, such as: basic symptoms of ADD, how ADD is diagnosed, the differences between ADD boys and girls, why the ADD diagnosis is often missed, and medication treatment"
New York: ParentMagic, Glen Ellyn, IL, 2005
618.92 PHE a
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Francisca
"ABSTRAK
Attention Deficit/Hyperactivity Disorder (ADHD) didefinisikan sebagai suatu gejala ketidakmampuan untuk memusatkan perhatian dan/atau hiperaktivitas-impulsivitas yang berlangsung terus menerus pada taraf yang maladaptif dan tidak sesuai dengan tingkat perkembangan anak. Anak-anak ADHD mempunyai resiko yang tinggi untuk mengalami masalah akademis maupun sosial. Lingkungan sering memarahi, menghukum, menolak atau memberikan label negatif, kepada mereka. Kegagalan yang dialami, terutama dalam bidang akademis, dan reaksi negatif ini dapat memperburuk keadaan dan menimbulkan masalah karena anak-anak ADHD sangat sensitif baik secara emosional maupun neurologis. Oleh karena itu, penelitian ini berlujuan untuk melihat permasalahan emosi, perilaku dan keadaan atau reaksi lingkungan terhadap anak-anak ini, melalui tes Human Figure Drawing’s (HFDS), Child Behavior Checklist (CBCL) dan alloanamnesa.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dimana fokus perhatiannya untuk mendapatkan informasi yang mendalam mengenai masalah yang diteliti_ Data yang digunakan berasal dari kasus-kasus yang ada di Klinik Bimbingan Anak Fakultas Psikologi UI. Kriteria subyek penelitian adalah didiagnosa ADHD, IQ berada pada rata-rata dan berusia 6 tahun 0 bulan sampai dengan 9 tahun 0 bulan. Jumlah subyek penelitian yang digunakan adalah 5.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa permasalahan emosi yang paling menonjol
adalah kesulitan dalam mengontrol impuls-impuls dan dalam membina hubungan
dengan orang lain. Sedangkan permasalahan tingkah laku yang paling menonjol adalah masalah konsentrasi. Pola asuh yang menonjol dalam keluarga adalah adanya pemberian hukuman fisik, seperti memukul, mencubit, dalam menerapkan disiplin. Guru juga memberikan hukuman yang berupa penambahan tugas atau jam belajar di sekolah. Dalam pergaulan, mereka biasa dijauhi oleh teman-temannya.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2003
T38374
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Olivia Tjandra Waluya
"ABSTRAK
Dunia anak adalah dunia bermain dan belajar. Belajar dapat dilakukan di mana saja, bahkan sambil bermain anakpun dapat belajar. Kegiatan belajar yang dilakukan oleh anak tidak selalu berjalan mulus. Beberapa anak mengalami
masalah belajar yang dapat berdampak pada perkembangan aspek-aspek yang lain dalam kehidupan mereka. Salah satu masalah belajar yang banyak dialami oleh anak dalam masa perkembangan kanak-kanak madya adalah Attention Deficit/ Hyperactivity Disorder (AD/HD) Tipe Inatentii Sekitar 3-5% anak usia sekolah mengalami gangguan ini (Papalia dan Olds, 1998). Dengan sulitnya anak untuk memusatkan perhatian, maka dapat dipastikan bahwa anak akan mengalami kesulitan untuk belajar baik di rumah maupun di sekolah. Di satu sisi semakin tinggi tingkat anak bersekolah, semakin sulit materi pelajaran yang harus dipelajari sehingga membutuhkan rentang konsentrasi yang lebih panjang, tetapi di sisi lain anak dengan AD/HD tipe inatendf tidak dapat memenuhi tutan tersebut. Oleh karena itu diperlukan suatu treatment agar anak-anak yang mengalami gangguan ini dapat meningkatkan konsentrasi belajar mereka.
Selain dengan pengobatan medis, senam otak dikatakan dapat meningkatkan konsentrasi pada anak yang mengalami AD/HD tipe inatentif (http://members.aol.com/brairigym/bg.html). Senam otak adalah serangkaian gerak sederhana yang menyenangkan dan digunakan untuk meningkatkan kemampuan belajar anak dengan menggunakan keseluruhan otak (Demmison dan Dennison, 2003). Senam otak dapat dilakukan dalam waktu singkat (kurang dari 5 menit) dan tidak memerlukan bahan atau tempat khusus (Gunadi, 2004). Dengan demikian, latihan untuk meningkatkan konsentrasi belajar anak tidak hanya dapat dilakukan di tempat yang memerlukan peralatan khusus,tetapi dapat pula dilakukan di rumah. Atas dasar inilah peneliti tertarik untuk meneliti mengenai efektivitas senam otak dalam meningkatkan konsentrasi pada anak yang mengalami AD/HD tipe inatentif.
Penelitian dilakukan secara kuantitatif-kualitatif dengan menggunakan satu orang anak bemsia 7 tahun hingga 12 tahun yang mengalami AD/HD tipe inatentif Kepada anak dilakukan observasi terstruktur dengan menggunakan Structured Observation of Academic and Play Settings (SOAPS), sebuah alat
untuk mengukur konsentrasi pada anak yang mengalami AD/HD yang dikembangkan oleh Roberts, Millich dan Loney pada tahnm 1984 (Sattler, 2002). Observasi dengan SOAPS dilakukan sebelum dan sesudah anak melakukan senam otak selama sekitar 1 bulan untuk melihat penabahan konsentrasi yang terjadi. Selain itu kepada orang tua dan guru les juga diberikan CBCI/4-I8 ranah gangguan perhatian yang ditambahkan dengan wawancara untuk melihat perubahan perilaku yang tidak dapat terukur secara kuantitatif.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa ada peningkatan konsentrasi belajar pada satu orang anak yang mengalami AD/HD tipe inatentif setelah mengikuti program senam otak. Ini tampak dari peningkatan persentase perilaku memperhatikan pada SOAPS dan peningkatan poin kemampuan untuk berkonsentrasi pada CBCI/4-18 ranah gangguan perhatian. Peningkatan konsentrasi ini didukung oleh beberapa faktor yaitu tingkat keparahan kesulitan konsentrasi yang dialami anak, rutinnya senam otak dilakukan serta minat dari dalam diri anak untuk melakukan senam otak. Sementara itu, dari setelah mengikuti senam otak, efek positif lain yang terlihat pada anak yaitu meningkatnya kepercayaan diri anak, perasaan rileks pada saat belajar, dan berkurangnya impulsivitas perilaku anak. Satu imi yang perlu mendapat perhatian dari penelitian ini adalah bahwa penelitian ini hanya dilakukan terhadap satu orang anak sehingga hasilnya tidak dapat digeneralisasikan.
Saran yang diberikan untuk anak yang mengikuti senam otak adalah agar setiap hari anak terus melakukan senam otak untuk meningkatkan konsentrasi belajarnya. Orang tua juga diharapkan dapat lebih aktif terlibat dalam kegiatan belajar anak. Untuk penelitian selanjutnya disarankan agar jumlah subyek dapat ditambah sehingga hasil penelitian lebih dapat digeneralisasikan."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2005
T38558
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"
This study prospectively follows 135 children 5-12 years of age with sexual behavior problems from a randomized trial comparing a 12-session group cognitive-behavioral therapy (CBT) with group play therapy and follows 156 general clinic children with nonsexual behavior problems. Ten-year follow-up data on future juvenile and adult arrests and child welfare perpetration reports were collected. The CBT group had significantly fewer future sex offenses than the play therapy group (2% vs. 10%) and did not differ from the general clinic comparison (3%), supporting the use of short-term CBT. There were no group differences in nonsexual offenses (21%). The findings do not support assumptions about persistent or difficult to modify risk and raise questions about policies and practices founded on this assumption."
JCCP 74 (1-3) 2006
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ratih Larasati
"ABSTRAK
Kemampuan memusatkan atensi merupakan landasan dari kemampuan
belajar yang dibutuhkan setiap anak. Studi dalam aspek perkembangan anak
menunjukkan pentingnya interaksi dan hubungan yang positif dengan pengasuh utama
sebagai media untuk perkembangan dan peningkatan kemampuan dasar bagi anak,
termasuk di dalamnya adalah kemampuan memusatkan atensi. Pendekatan
Developmental, Individual Differences, Relationship-Based (DIR/Floortime)
merupakan salah satu program intervensi yang difokuskan untuk meningkatkan
kualitas interaksi antara pengasuh utama dan anak. Penelitian ini bertujuan untuk
meninjau efektivitas penerapan prinsip DIR/Floortime untuk meningkatkan
kemampuan memusatkan atensi pada anak berusia 4 tahun yang memiliki diagnosa
Early Onset Attention-Deficit/Hyperactivity Disorder (ADHD). Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa penerapan prinsip DIR/Floortime efektif meningkatkan
kemampuan memusatkan atensi pada anak dengan Early Onset ADHD serta diiringi
dengan peningkatan tahapan perkembangan fungsional emosional anak dan ibu yang
terukur dari peningkatan durasi memusatkan atensi, penurunan frekuensi
distraktibilitas, serta peningkatan skor pada Functional Emotional Assessment Scale
(FEAS).

ABSTRACT
The ability to sustain attention is the foundation of learning ability for every
child. The research on child development shows the importance of positive interaction
and relationship with the primary caregiver as a medium for the child’s development
and mastery of basic developmental skills which includes the ability to sustain
attention. Developmental, Individual Differences, Relationship-Based approach
(DIR/Floortime) is one of the available interventions focused on increasing the
quality of caregiver-child interaction. This study is aimed at investigating the
effectiveness of DIR/Floortime to increase the ability to sustain attention on a 4 yearold
child with Early Onset Attention-Deficit/Hyperactivity Disorder (ADHD). The
result of this study indicated that the application of DIR/Floortime principles is
effective in increasing the ability to sustain attention on a 4 year-old child with Early
Onset ADHD, along with the increase of the functional emotional development of
both mother and child as shown with the increase of attention span, the decrease of
frequency of distractibility, and score increase in the Functional Emotional
Assessment Scale (FEAS)."
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
T36029
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>