Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 15472 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Levitov, Alexander B.
New York: McGraw-Hill, 2014
616.075 43 LEV c
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Marini, John J.
Philadelphia: Lippincott Williams , 2006
616.028 Mar c
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Schaefer-Prokop, Cornelia
"Summary:
The radiologist in an intensive care unit must act quickly, expertly, and with confidence when conducting an examination and must keep a cool head. This book is designed to prepare you for critical care situations. It provides a companion for radiologists on call and in preparation for exams"
Stuttgart ; New York: Thieme, 2011
616.075 7 SCH c
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
"This textbook approaches the study of critical care with teaching in mind. In medicine teachable moments usually occur in clinical context, where the engagement in a real case exemplifies principles of diagnosis or therapy. In order to replicate the teaching method, selected cases are presented within each chapter offering the reader an opportunity to process and reflect on the components of the topic within a practical scenario.
While medical practice attempts to be evidence-based, common approaches to diagnosis and management incorporate not only evidence but heuristics and biases which await either validation or repudiation. Hence, each chapter is divided into two segments: the Principles of Management section - the common approach to the care of patients having a given condition is presented - and the Evidence Contour section, in which each author discusses the aspects of diagnosis and management that are the subject of ongoing debate."
Switzerland: Springer International Publishing, 2017
e20509983
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Yuzana Tiarasia
"Latar Belakang: Kanker payudara merupakan salah satu kanker dengan angka kematian yang tinggi. Kanker payudara memiliki angka kesintasan yang menurun apabila terdapat metastasis pada kelenjar getah bening. Perbedaan tatalaksana dan prognosis dengan subtipe molekuler secara imunohistokimia juga memiliki prognosis yang berbeda sehingga penting untuk membedakan subtipe molekuler tersebut. Ultrasonografi adalah modalitas awal yang paling sering digunakan untuk evaluasi tumor dan kelenjar getah bening aksila. Fasilitas imunohistokimia tidak selalu ada di seluruh daerah sehingga penting untuk menilai apakah ultrasonografi dapat memprediksi subtipe molekuler kanker payudara.
Metode: Penelitian potong lintang menggunakan data sekunder dengan penilaian karakteristik morfologi kelenjar getah bening berdasarkan ultrasonografi dan data imunohistokimia di Departemen Patologi Anatomi Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo. Analisis dilakukan perbandingan proporsi untuk data kategorik dan perbandingan rerata atau median untuk data numerik.
Hasil: Tidak terdapat perbedaan signifikan untuk bentuk, batas, tipe penebalan korteks, rasio longitudinal-transversal, ada/tidaknya fatty hilum, vaskularisasi korteks, kalsifikasi, ukuran, dan ketebalan korteks kelenjar getah bening pada masing-masing subtipe imunohistokimia kanker payudara.
Kesimpulan: Tidak ada karakteristik morfologi kelenjar getah bening yang secara signifikan membedakan subjek berdasarkan kelompok subtipe luminal A, luminal B HER2 (-), luminal B HER2 (+), HER2 enriched dan TNBC. Dibutuhkan penelitian lanjutan dengan jumlah sampel yang lebih banyak yang dikorelasikan dengan karakteristik morfologi kelenjar getah bening untuk menilai signifikansi karakteristik morfologi kelenjar getah bening dibandingkan subtipe molekuler kanker payudara.

Background: Breast cancer is one of the cancer with high mortality rate. Survival rate of breast cancer will decrease with incidence of axillary lymph node metastasis. Each subtype of breast cancer molecular immunohistochemistry will affect the management and prognosis of those subtypes. Ultrasonography is an early modality to diagnose and stage breast cancer and axillary lymph node. Immunohistochemistry facility is not always available in some regions. It is important question for lymph node ultrasonography characteristic to determine the molecular subtype of breast cancer.
Method: Cross-sectional with secondary data using axillary lymph node ultrasonography images compared to immunohistochemistry data from Pathology Anatomy Department Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo.
Result: There is no significant difference between shape, border, cortical thickening type, longitudinal-transversal ratio, the presence of fatty hilum, cortical vascularization, calcification, diameter, and cortical thickening measurement of axillary lymph node compared to each subtype of breast cancer immunohistochemistry.
Conclusion: No specific morphological characteristics that can differentiate subtypes of luminal A, luminal B, luminal B HER2(-), HER2-enriched, and triple negative breast cancer. Further investigation is warranted with bigger sample size to evaluate ultrasonography lymph node characteristics compared to molecular subtypes of breast cancer.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2025
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Schmidt, Guenter
"Praise for the previous edition: Remarkable, richly illustrated textbook ... enriched by numerous demonstrative illustrations ... the quality of all the 2397 illustrations is an iconographic achievement. Practically no criticism can be raised for this most remarkable book, which one expects will have a wide diffusion. -- Clinical Imaging Differential Diagnosis in Ultrasound Imaging, Second Edition, is a complete revision and extension of this best-selling Thieme title, bringing it up to date with the very latest clinical and technological standards. With a specific focus on general abdominal.
This book focuses on general abdominal, genitourinary, and thyroid pathologies to guide readers through the process of sonographic differential diagnosis."
Stuttgart: Thieme, 2015
616.07 SCH d
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Sydney : Butterworth, 1985
616.028 INT
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
"The Yearbook compiles the most recent developments in experimental and clinical research and practice in one comprehensive reference book. The chapters are written by well recognized experts in the field of intensive care and emergency medicine. It is addressed to everyone involved in internal medicine, anesthesia, surgery, pediatrics, intensive care and emergency medicine."
Berlin : Springer, 2012
e20426421
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
"His 2nd edition of the Practical Guide to Emergency Ultrasound addresses your need for a practical, comprehensive, how-to book on ultrasound techniques in the emergency department, including new and expanded applications. Organized in an easy-to-navigate problem-based and symptom-based approach, chapters cover many uses for ultrasound in the ED and proper ultrasound technique. Over 900 images, many in full color, illustrate key concepts and diagnoses, including the use of echocardiography in the ED and newer applications for imaging ocular, musculoskeletal injuries and the use of ultrasound in the management of undifferentiated hypotension and dyspnea. Chapters on newer applications of ultrasound including thoracic, inferior vena cava, musculoskeletal, and ocular imaging; newer and evolving applications for procedural guidance, including nerve blocks; new and highlighted content for Pediatric applications; and chapters on prehospital use, and use in resource-limited settings. Entire section focusing on Ultrasound use in the Resuscitation of Acute Injury or Illness. Over 900 images demonstrate key diagnoses and proper ultrasound technique. Over 175 online video clips that display more realistic three-dimensional views. More than 60 additional online-only images for several chapters."
Philadelphia: Wolters Kluwer, 2014
616.07 PRA
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Karlina
"ICU Rumah Sakit Pusat Pertamina merupakan salah satu ICU dengan kapasitas besar yang terdapat di Indonesia. Fasilitas yang dimilikinya cukup lengkap, standar operasional prosedur maupun jumlah serta kompetensi tenaga kerja yang bekerja didalamnya membuat instalasi ini dapat disetarakan dengan ICU tersier yaitu ICU pada level tertinggi yang biasanya terdapat pada rumah sakit rujukan atau pendidikan yang mampu mengatasi berbagai macam kondisi kritis pasien karena lengkapnya fasilitas yang dimiliki.
Akan tetapi ICU RSPP ini masih perlu mendapatkan perhatian lebih demi tujuan pelayanan yang optimal kepada pasien sesuai dengan visi dan misi RSPP kedepan. Melihat sumber daya dan kesempatan yang ada, maka pilihan model open pada sistem tata laksana pasien di ICU yang diterapkan selama ini dinilai sudah kurang sesuai hal ini disebabkan karena masih tingginya angka mortalitas, dokter intensivis maupun anestesi yang masih membagi waktunya dengan pembiusan di ruang operasi, panjangnya rantai pengambilan keputusan terapi dan masih bercampurnya antara pasien yang sungguh-sungguh membutuhkan ICU dengan pasien yang belum sepenuhnya memerlukan tindakan intensive.
Oleh karena itu peneliti mencoba menemukan model manajemen pasien yang dianggap lebih sesuai, efisien dan efektif bagi pasien maupun untuk rumah sakit. Metoda yang dipilih adalah Focus Group Discussion (FGD), indepth interview dan observasi karena topik yang diangkat merupakan topik yang sangat khusus dan belum banyak penelitian tentang ICU di Indonesia, juga karena sedikitnya waktu responden untuk dapat berkumpul serta metoda ini dapat memberikan jawaban yang lebih kaya karena adanya interaksi responden. Peneliti juga melakukan studi banding di 2 (dua) rumah sakit top referral di Jakarta dan Surabaya.
ICU RSPP memiliki sumber daya yang cukup besar yaitu 1 orang tenaga intensivis dan 3 orang tenaga anestesi yang siap mengikuti pelatihan intensivis, tenaga paramedis yang telah mendapat sertifikat intensive care sebanyak 75% dan terdapat 19 macam keahlian spesialis serta kapasitas jumlah tempat tidur sebanyak 22 buah membuat ICU RSPP pantas disetarakan dengan ICU tersier. Bukan hanya itu, standar prosedur tata laksana pasien telah disusun sesuai dengan semi-close model, hanya pelaksanaannya yang belum sesuai.
Dari hasil FGD dan indepth interview didapatkan bahwa sebagian besar peserta FGD menyatakan komposisi tempat tidur ICU saat ini masih kurang dan perlu adanya pemisahan fungsi ICU seperti ICCU dan ICU anak. Sedangkan dari hasil indepth interview menyatakan sebagian besar jumlah tempat tidur ICU sudah cukup dan sebagian kecil menyatakan kurang, dengan terbanyak menyatakan perlu adanya pemisahan.
Tentang jumlah dan kompetensi tenaga kerja sebagian besar peserta FGD menyatakan jumlah tenaga kerja dan kompetensinya dinyatakan cukup, sedangkan sebagian kecil menyatakan kurang. Untuk pertanyaan ini sengaja hanya ditanyakan pada kelompok FGD dikarenakan kelompok FGD adalah personil yang bekerja di unit ICU RSPP. Sedangkan kelompok indepth interview adalah kelompok dokter spesialis yang mengirimkan pasien ke ICU, sehingga penilaian atas kebutuhan jumlah tenaga kerja di kelompok ini kurang relevansinya.
Pertanyaan selanjutnya adalah tentang siapakah yang berwenang menentukan penilaian kritis pasien yang masuk ke ICU, pada kelompok FGD seluruhnya menyatakan dokter intensivis yang berwenang sekaligus mengukuhkan perlunya kehadiran dokter intensivis tersebut di ICU. Sedangkan kelompok indepth interview sebagian besar menyatakan dokter intensivis yang berwenang, dan sebagian kecil menyatakan dokter ruangan-lah yang berwenang.
Untuk menemukan jawaban pada pertanyaan apa yang lebih baik antara open model atau close-model pada kelompok FGD peneliti menggunakan teknik bertanya melalui bagaimana penentuan pasien masuk dan siapa yang bertanggung jawab, seluruh informan FGD menyatakan dokter intensivis dalam semi-close model ICU-lah yang terbaik. Sedangkan kelompok indepth interview sebagian besar menyatakan close model atau paling tidak semi-close adalah yang lebih baik dan sebagian kecil menyatakan open model-lah yang lebih cocok. Pada jawaban responden yang sebagian kecil tersebut ketika digali tentang kompetensi dokter yang merawat pasien kritis, keseluruhannnya menjawab dokter intensivis-lah yang lebih berkompeten akan tetapi pemilihan manajemen di ICU tetap diinginkan open model dengan asumsi dokter yang merawat sejak awal lebih memahami penyakitnya.
Selanjutnya harapan dan saran untuk perbaikan ICU mendatang seluruh dari informan FGD maupun responden pada indepth interview menyatakan perlu adanya perbaikan yang didukung oleh adanya kebijakan dari manajemen rumah sakit.
Sedangkan hasil studi banding yang telah peneliti lakukan di 2 (dua) rumah sakit top referral didapatkan hasil indikator yang lebih rendah dari hasil di Rumah Sakit Pusat Pertamina dikarenakan sebagai rumah sakit rujukan terakhir, kondisi pasien yang dirujuk seringkali berada dalam keadaan terminal atau sangat buruk. Tentu saja kondisi ini membuat angka harapan hidup pasien menjadi lebih kecil.
Bila melihat kondisi kegawatan pasien yang dirawat di ICU kiranya perlu suatu nilai standar yang disepakati bersama oleh persatuan dokter intensive care sebagai tolok ukur hasil kinerja medis yang dapat dievaluasi setiap bulan atau setiap tahun. Nilai standar ini dapat pula dijadikan sebagai target pencapaian keberhasilan suatu upaya pertolongan kritis pasien. Nilai standar dapat diambil dari nilai skor kritis pasien yang digunakan untuk menilai keadaan awal pasien sebelum pasien masuk ICU.
Dari keseluruhan hasil kegiatan penelitian ini di dapatkan kesimpulan bahwa pilihan semi-close model ICU menjadi pilihan yang paling sesuai yaitu dengan menempatkan dokter spesialis intensivis sebagai captain di ICU yang bekerja sama berkolaborasi dengan dokter spesialis yang merawat pasien tersebut sebelumnya."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
T41273
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>