Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 112793 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Jakarta: EGC, 2013
616.61 HAR
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2007
612 GAN
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
cover
cover
Iqbal Mustafa, supervisor
"Tujuan: Menilai pengaruh pernn khusus pintas jantung pore (PR) pada metabolisme laktat pasta bedah pintas koroner (BPK)
Tempat: Unit Tempi Inlensif Rumah Sakit Jantung Harapan Kita, Jakarta, Indonesia.
Subyek Penelitian: 40 pasien BPK dengun PJP (BPK-PJP), 20 pasien off pump coronary artery bypass (OPCAB) (n=20), dan 20 pasien yang akan menjalani BPK.
Intervensi dan pengukuran: telaah metabolisme laktat dilakukan dengan uji infus natrium laktat (2,5 mmol Natrium laktat 11.2 %/kg BB dalam waktu 15 menit) pada kelompok BPK-PJP(n=20), OPCAB, dan kelompok Pra bedah. Sebagai kontrol pada BPK-PJP(n=20) di-infus natrium klorida 6%(Ionisitns sama dengan natrium laktat 11,2%, 2,5 mmol Natrium klorida dalam waktu 15 menit). Laktat darah arteri diperiksa pada semua kelompok; pada waktu (t) -15, 0, 5, 10, 20, 30, 60, 90, dan 120 menit sesudah infus berakhir. Pada kelompok BPK-PJP laktat darah juga diperiksa pada saat yang bersamaan dari 2 tempat lain yaitu a. pulmonalis dan v. femoralis sehingga dapat dihitung gradien luktat dari otot skelet dan paru-paru. Analisis gas darah ateri dan a. pulmonulis diperiksa sebelum dan sesudah akhir infus pada kelompok BPK-PJP dan OPCAB,dan kemudian dengan termodilusi diukur curah jantung sehingga dapat dihitung indeks kardiak, hantaran oksigen, konsumsi oksigen, rasio ekstraksi oksigen sebelum dan sesudah akhir infus Natrium laktat dan Natrium klorida. Natrium dan glukosa diperiksa pada t-15, t0, dan t120 menit sesudah akhir infus. Bersihan laktat dun produksi laklat endogen tubuh dihitung dari area di buwah kurva (area under the curve) dengan piranti lunak khusus (Kaleidagrrph ®).
Kesesuaian bieksponensial memungkinkan untuk membuat model penurunan kurva laktat dalam dua kompartemen (oksidasi laklat di luar hati dan daur ulang laktat),sehingga dengan piranti lunak yang lama dihitung dua waktu paruh (WP1 dan WP1) yang masing-masing merepresentasikan kedua jalur metabolisme laklat tersebut.
Hasil: sesudah uji infus natrium laklat tidak terdapat perbedaan yang bermakna dari parameter metabolisme laktat (laktat basal, bersihan laktat. produksi laktat endogen, WP1 dan WP2) antara OPCAB dan pra-bedah. Tidak terdapat perbedaan yang bermakna pada laktat basal dan produksi laklat endogen antara BPK-PJP dengan Prabedah, tetapi pada BM-HP bersihan laktat menurun, WP1 memendek bermakna (p<0,05) dan WP2 (p<0,05) memanjang bermakna. Natrium laklat dan natrium klorida meningkatkan indeks kardiak dan hantaran oksigcn. Tidak terdapat perbedaan yang bermakna pada kenaikan indeks kardiak antara kedua kelompok tersebut, tetapi kenaikan hantaran oksigen akibat natrium laktat (29 ,6%) lebih tinggi bermakna (p<0,001) dibandingkan kenaikan hantaran oksigen akibat natrium klorida (15,13%). Tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara pengaruh natrium laktat dan natrium klorida pada konsumsi oksigen dan ekstraksi oksigcn.
Infus natrium laktat menyebabkan peningkatan pH yang bermakna (p<0,0001) dan infus natrium klorida menyebabkan penurunan pH yang bermakna (p<0,0005). Bikarbonat meningkat bermakna (p<0,05) pada kelompok pasien yang diinfus natrium laktat dan menurun bermakna pada kelompok pasien yang dinfus natrium klorida. Tidak ditemukan korelasi yang bermakna antara gradien luktat di paru-paru dan a. pulmonalis dan antara gradien otot skelet dan laktat arteri pada BPK-PJP.
Kesimpulan: Bersihan laktat pada kelompok BPK-PJP yang mengalami perlakuan uji infus natrium laktat menurun bermakna. Di lain pihak tidak terdapat perbedaan yang bermakna pada parameter metabolisme laktat antara kelompok OPCAB dan Prabedah yang diteliti.
Waktu paruh 2 memanjang bermakna, sehingga dengan memperhatikan penelitian terdahulu dapat disimpulkan bahwa: pintas jantung paru dapat mcnyebabkan disfungsi hati (gangguan metabolisme laktat di hati) meskipun dilakukan pada bedah jantung berisiko rendah dan tidak mengalami komplikasi.
Natrium laktat meningkatkan hantaran oksigen lebih baik daripada natrium klorida dan berlawanan dengan natrium klorida. pH darah akibat infus nalrium laktat meningkat bermakna.

Objective: To evaluate the effects of the specific rule of cardiopulmonary bypass (CPH) on lactate metabolism after coronary artery bypass grilling (CABG).
Setting: Intensive Care Unit. National Cardiovascular Center Harapan Kita, Jakarta, Indonesia.
Subjects: Coronary artery bypass grating patients with CPB (n=40) off pump coronary artery bypass (OPCAB) (n=20) and patients who would undergo CABG (n-2020).
Interventions and Measurements: lactate metabolism was investigated by an exogenous lactate challenge lest (ELCT. 2.5 mmol Na-lactate 11,2% /kg body weight in 15 minutes) in the groups of CABG-CPB, OPCAB and Pre surgery. The control group of CABG-CPB (n 20) was investigable with Na-chloride (2,5 mmol Na-chloride 6 % with identical tonicity in 15 minutes). Arterial blood lactate was determined in all groups: T (time)-15. 0.5, 10, 20, 30,60, 90, and 1211 minutes after completion of infusion.
In the group of CABG-CPB blood lactate was examined simultaneously at two other sites. i.e. pulmonary artery and femoral vein such 1l1:11 the gradient of Wide from skeletal muscles and the lungs could be calculated. Blood gas analysis of artery end pulmonary artery was examined before and after infusion in the groups of CABG-CPB. and OPCAB and cardiac output was measured using thermodilution method such that cardiac index, oxygen delivery oxygen consumption, oxygen extraction ratio before and alter infusion of Na-lactate and Na-chloride could be determined. Sodium and glucose were examined at T-I5, 0, and 120 minutes alter completion of infusion. The area under the curve was determined from blood lactate allowing the calculation of lactate clearence and endogenous production. Moreover a hi-exponential titling permitted the modeling of the lactate decay into two compartments (lactate oxidation outside the liver and lactate recycling). Thus, two half-lives (HL1 and HL2) could be calculated using the same software well of which represents both pathways of lactate metabolism.
Results: There was no significant difference after ELCT from the parameters of lactate metabolism (basal tactile, lactate clearance, endogenous production, HL1, and HL2,) between OPCAB and Pre-surgery. No significant difference was found in basal Instate and endogenous production between CABG-CPB and Pre-surgery. However, Instate clearance and HL1 significantly decreased (p< 0.05), while HL2, increased (p<0.05).
Infusion of sodium lactate and sodium chloride increased cardiac index and oxygen delivery. No significant difference was found in the increase of cardiac index between the two groups: however, the increase of oxygen delivery due to sodium lactate (29±2.6%) was significantly higher (p<0.001) than the increase of oxygen delivery due to sodium chloride (15±3.5%). There was no significant difference between the effect of sodium lactate and sodium chloride on oxygen consumption and oxygen extraction ratio.
Infusion of sodium lactate resulted in the significant increase of pH (p< 0,0001) and infusion of sodium chloride resulted in the significant decrease of pH (p<0,0005). Bicarbonate increased significantly (p
There were no significant correlations between lactate gradient of the lung with mixed venous lactate and lactate gradient of the skeletal muscle and arterial lactate.
Conclusions: Lactate clearance in the group of CABG-CPB decreased significantly. On the other hand, parameters of lactate metabolism in the groups of OPCAI3 and Pre-surgery studied did not show ally significant differences. 1-Ialf-life 2 were found to increase significantly. Thus, in view of the previous studies, it can be concluded that cardiopulmonary bypass is responsible for liver dysfunction (disturbance of lactate metabolism) even in uncomplicated elective surgery.
Infusion of sodium lactate increased oxygen delivery better than sodium chloride and in contrast to sodium chloride, blood pH due to sodium lactate infusion increased significantly.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2002
D485
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bandung: FMIPA ITB, 2001
616DIRT001
Multimedia  Universitas Indonesia Library
cover
Bandung: FMIPA ITB, 2001
616DIRT001
Multimedia  Universitas Indonesia Library
cover
Ratih Puspita
"Latar belakang. Pemberian cairan intravena pada pasien anak yang menjalani tindakan bedah berfungsi untuk mempertahankan keseimbangan metabolik tubuh. Pemilihan cairan perioperatif yang tidak tepat dapat menimbulkan komplikasi berupa asidosis metabolik, hiponatremia, hipoglikemi, atau hiperglikemia.
Tujuan. Mengetahui profil pemberian cairan perioperatif di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) serta pengaruhnya terhadap keseimbangan asam basa serta kadar elektrolit dan gula darah serum. Metode. Studi deskriptif kohort prospektif pada pasien anak (1 bulan ? 18 tahun) yang menjalani tindakan bedah elektif di RSCM. Jenis dan jumlah cairan perioperatif yang diberikan dicatat, serta dilakukan pemeriksaan laboratorium (analisis gas darah, elektrolit dan gula darah serum) sesaat sebelum tindakan bedah, setelah tindakan bedah, serta 6 jam setelah pemberian cairan postoperatif.
Hasil penelitian. Dari 61 subyek yang diteliti, 65,6% tidak mendapat cairan preoperatif. Cairan yang paling banyak digunakan sebagai cairan intraoperatif adalah Ringer asetat malat (RAM) yaitu 77% dan cairan postoperatif adalah kristaloid hipotonik (83,6%). Jumlah cairan preoperatif dan postoperatif sebagian besar sesuai formula Holliday-Segar. Subyek yang mendapat cairan preoperatif D10 1/5 NS + KCl (10) lebih banyak mengalami hiponatremia (13,4% vs 5%) dan gangguan kadar gula darah (20% vs 0%) dibandingkan dengan subyek yang tidak mendapat cairan. Asidosis metabolik terjadi pada kelompok cairan intraoperatif RAM (36,2%) maupun Ringer asetat (36,4%). Hiponatremia pasca pemberian cairan postoperatif terjadi pada 57,1% subyek yang tidak mendapat cairan, 44,4% pada kelompok KA-EN3B®, dan 21,9% pada kelompok D10 1/5 NS + KCl (10). Hiperglikemia terjadi pada 15,6% subyek yang mendapat D10 1/5 NS + KCl (10).
Simpulan. Pemberian cairan perioperatif di RSCM bervariasi. Angka kejadian hiponatremia pasca pemberian kristaloid hipotonik adalah 13,4 - 44,4%. Hiponatremia dan gangguan kadar gula darah terjadi pada subyek yang mendapat cairan D10 1/5 NS + KCl (10).

Background. Intravenous fluid in pediatric surgery patients aimed to maintain acid-base balance and also normal serum electrolyte and blood glucose. Inappropriate perioperative fluid management may cause complications such as metabolic acidosis, hyponatremia, hypoglycemia, or hyperglycemia.
Objects. To study the profile of perioperative fluid for pediatric patients in Cipto Mangunkusumo Hospital (CMH) and its effects on acid-base balance, electrolyte, and blood glucose. Method. A descriptive prospective cohort study in children aged 1 month to 18 years old who underwent elective surgery in CMH. The intravenous perioperative fluid given to the patients and their amount were recorded. Laboratory examinations were done 3 times (right before surgery, right after surgery, and 6 hours after postoperative fluid was started), which are blood gas analysis, serum electrolyte, and blood glucose.
Results. Among 61 subjects, 65,6% did not receive any preoperative fluid. The most common intravenous fluid were Ringer?s acetate malate (RAM) which is 77% as intraoperative fluid and hypotonic crystalloids (83,6%) as postoperative fluid. The amount of preoperative and postoperative fluid was mostly in accordance with Holliday-Segar formula. Subjects who had D10 1/5 NS + KCl (10) as preoperative fluid had more hyponatremia (13,4% vs 5%) and blood glucose disturbance (20% vs 0%) compared to subjects without preoperative fluid. Metabolic acidosis occurred in subjects who had either RAM (36,2%) or Ringer?s acetate (36,4%) as intraoperative fluid. Hyponatremia 6-hours after postoperative fluid occurred in 57,1% subjects without intravenous fluid, 44,4% subjects who had KA- EN3B®, and 21,9% subjects who had D10 1/5 NS + KCl (10). Hyperglycemia occurred in 15,6% subjects who had D10 1/5 NS + KCl (10).
Conclusion. There is a variety in perioperative fluid in CMH. Hyponatremia incidence after receiving hypotonic crystalloid is 13,4 - 44,4%. Hyponatremia and blood glucose disturbances occured in subjects who had D10 1/5 NS + KCl (10)."
Depok: Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Buku ini berbicara ttg Asam & basa melalui eksperimen, dalam proses eksperimen mereka akan menemukan penemuan atau inovasi. Para ahli alkimia ingin menemukan cara mengubah batu atau logam menjadi emas. Buku ini memberikan pengetahuan umum kpd anak, disampaikan lewat tokoh yang lucu dan cerita menarik."
Jakarta: Elex Media Komputindo, 2013
741.5 ASA
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
M.A Yohanita Nirmalasari
"Penelitian ini dilatarbelakangi oleh permasalahan penggunaan sumber belajar yang kurang efektif pada masa pandemi dan kebosanan peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran Kimia terutama materi asam basa. Untuk mengatasinya, dilakukan penelitian pengembangan unit kegiatan belajar mandiri dalam bentuk elektronik (e-UKBM) untuk memfasilitasi pembelajaran selama work from home. Tujuan penelitian ini adalah untuk: 1) mengetahui cara mengembangkan e-UKBM Kimia Asam Basa untuk peserta didik dan pendidik; dan 2) menguji kelayakan e-UKBM Kimia Asam Basa berdasarkan hasil pengembangan pada tahap 1. Kemasan pembelajaran e-UKBM mengadopsi model problem-based learning yang diintegrasikan dengan kearifan lokal daerah Sikka. Metode yang digunakan adalah research and development dengan model pengembangan 4D (Define, Design, Develop, Disseminate). Subjek penelitian ini adalah peserta didik kelas XI SMAN 1 Maumere, SMAN 2 Maumere, dan SMAK St. Gabriel Maumere yang berjumlah 40 orang serta pendidik berjumlah 4 orang. Berdasarkan hasil perhitungan persentase kevalidan diperoleh nilai 81,37% (valid). Selanjutnya, e-UKBM Kimia dinyatakan layak digunakan dalam proses pembelajaran Kimia berdasarkan hasil uji coba lapangan awal dan uji coba lapangan luas. Hasil uji coba lapangan awal oleh peserta didik adalah 102,37 (kategori baik) dan pendidik adalah 105,00 (kategori baik). Pada uji lapangan luas oleh peserta didik hasilnya adalah 129,05 (kategori sangat baik) dan oleh pendidik adalah 144,00 (kategori sangat baik)"
Jakarta: Pusat Data dan Teknologi Informasi, 2022
371 TEKNODIK 26:1 (2022)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>