Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 185278 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ninis Indriani
"[ABSTRAK
Anak malnutrisi membutuhkan energi cukup besar untuk memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh. Karya Ilmiah Akhir bertujuan menggambarkan aplikasi model konservasi Levine pada anak dengan penyakit infeksi yang mengalami malnutrisi. Intervensi yang diberikan pada kelima kasus menggunakan empat prinsip konservasi energi yaitu menilai status nutrisi pasien, memonitor intake dan output, mengajarkan keluarga tentang pemberian nutrisi melalui NGT serta kolaborasi dengan tim gizi dalam menentukan kebutuhan nutrisi pasien. Evaluasi menunjukkan adanya peningkatan status nutrisi pada beberapa kasus dengan penyakit penyerta. Model konservasi Levinedapat digunakan dalam memberikan asuhan keperawatan pada anak malnutrisi dengan mempertimbangkan adanya penyakit penyerta yang mengakibatkan tidak tercapainya wholeness.

ABSTRACT
Children with malnutrition need much energy to fulfill the needs of the body?s metabolism. The final scientific paper aims to describe the application of Levine?s conservation model to children with infectious diseases and malnutrition. The interventions which are given to those 5 cases use 4 conservation principles of energy that is evaluating the status of nutrition of patient, monitoring the intake and ouput, educating the family how to give the nutrition via NGT and collaborating with nutrition team to specify the needs of nutrition of patient. The evaluation shows that there is the rise of nutrition status to some cases with comorbidities. The Levine?s conservation model can be used to give nursing care to children with malnutrition by considering the comorbidities which make the wholeness tough to reach.;Children with malnutrition need much energy to fulfill the needs of the body?s metabolism. The final scientific paper aims to describe the application of Levine?s conservation model to children with infectious diseases and malnutrition. The interventions which are given to those 5 cases use 4 conservation principles of energy that is evaluating the status of nutrition of patient, monitoring the intake and ouput, educating the family how to give the nutrition via NGT and collaborating with nutrition team to specify the needs of nutrition of patient. The evaluation shows that there is the rise of nutrition status to some cases with comorbidities. The Levine?s conservation model can be used to give nursing care to children with malnutrition by considering the comorbidities which make the wholeness tough to reach., Children with malnutrition need much energy to fulfill the needs of the body’s metabolism. The final scientific paper aims to describe the application of Levine’s conservation model to children with infectious diseases and malnutrition. The interventions which are given to those 5 cases use 4 conservation principles of energy that is evaluating the status of nutrition of patient, monitoring the intake and ouput, educating the family how to give the nutrition via NGT and collaborating with nutrition team to specify the needs of nutrition of patient. The evaluation shows that there is the rise of nutrition status to some cases with comorbidities. The Levine’s conservation model can be used to give nursing care to children with malnutrition by considering the comorbidities which make the wholeness tough to reach.]"
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2015
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nuraini Hakim
"ABSTRAK
Kanker merupakan penyakit yang dapat menyebabkan gangguan nutrisi pada anak. Tujuan dari karya ilmiah akhir adalah menggambarkan aplikasi model konservasi Levine dalam melakukan asuhan keperawatan pada anak dengan kanker yang mengalami masalah ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dan pencapaian kompetensi praktik spesialis keperawatan anak. Peran perawat yang dilakukan selama praktik residensi adalah sebagai pemberi asuhan, advokat, edukator, dan peneliti yang dilaksanakan dengan memperhatikan etik dan legal. Pendekatan model konservasi Levine menggunakan empat prinsip konservasi yaitu konservasi energi, integritas struktural, integritas personal, dan sosial. Empat prinsip konservasi tersebut diaplikasikan ke dalam proses keperawatan yang dimulai dengan pengkajian, trophicognosis, hipotesis, intervensi, dan evaluasi pada lima kasus kelolaan. Evaluasi yang didapat untuk masalah ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh adalah masalah teratasi sebagian ditandai dengan mual berkurang dan asupan makan meningkat. Model konservasi Levine dapat diaplikasikan pada anak dengan kanker dalam upaya konservasi energi dan peningkatan kualitas hidup anak.

ABSTRACT
Children with cancer were potentially experienced nutritional imbalance. The purpose of the final report was to described the application of Levine Conservation Model in performing nursing care for children with cancer whom experienced problems nutritional imbalance, and achievement of residency competency for pediatric nursing. The role of the nurse performed during residency were conducted as direct nursing care, advocate, educator, and researcher based on professional, ethical and legal. Levine's model approach using four principles were conservation of energy, structural integrity, personal integrity, and social integrity. These conservation principles were applied to the nursing care since assessment, trophicognosis, hypothesis, intervention, and evaluation phases in five selected cases of patients. Organismic evaluation obtained for all nutritional imbalance problems were solved partially that can be measured from the lower level of nausea and the higher food intake. Levine conservation model may apply to nursing care in children with cancer who experienced nutritional problems to increase quality of life.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2015
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Siringoringo, Lince
"Anak malnutrisi membutuhkan adaptasi untuk memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh. Aplikasi Roy bertujuan meningkatkan adaptasi sehingga energi dan nutrisi yang dibutuhkan anak dapat terpenuhi. Masalah ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh ditemukan pada 5 kasus kelolaan. Intervensi difokuskan pada peningkatkan kemampuan adaptasi pasien dengan aktivitas meliputi monitor asupan nutrisi, motivasi untuk meningkatkan asupan nutrisi, dan monitor Berat Badan BB . Evaluasi adaptif pada 2 kasus meliputi peningkatan BB dan kekuatan otot, peningkatan albumin dan hemoglobin. Evaluasi inefektif pada 3 kasus karena beratnya penyakit penyerta. Pertimbangan terhadap adanya penyakit penyerta yang akan mengakibatkan evaluasi inefektif maka Model Adaptasi Roy dapat secara efektif dapat diterapkan pada anak malnutrisi.

Malnourished children need adaptation to fulfill the needs of the body rsquo s metabolism. Roy applications aimed at improving adaptation to energy and nutrients child needs can be met. Nutritional imbalance problems less than body requirements found in 5 cases under management. Interventions focused on increasing the adaptability of patients with activity monitor nutrition intake, the motivation to improve the nutrition, weight monitor. Evaluation of adaptive on 2 cases weight gain and muscle strength, increased albumin and hemoglobin. Evaluation ineffective in 3 cases, because of the severity of comorbidities. Roy Adaptation Model can be applied to malnourished children by considering the comorbidities that would result in ineffective evaluation.Keywords imbalance nutrition, malnutrition, Roy adaptation model.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2015
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sacha Audindra
"Latar Belakang: Prevalensi infeksi parasit usus masih tinggi di Indonesia, terutama pada anak-anak usia sekolah karena beberapa faktor termasuk kebersihan yang buruk, faktor sosial ekonomi, perilaku, dan penduduk yang padat. Saat ini faktor-faktor tersebut masih ditemukan di Indonesia, sehingga angka infeksi masih tinggi. Nutrisi dan infeksi parasit memiliki hubungan erat. Infeksi parasite usus dapat menyebabkan gangguan penyerapan makanan dan status gizi pada anak usia sekolah yang membutuhkan nutrisi yang cukup untuk tumbuh. Infeksi parasit usus sebagai penyebab kekurangan gizi masih menjadi masalah utama kesehatan masyarakat dan dapat menunda pertumbuhan anak.Metode: Sampel diperoleh dari SDN Kalibata 04, Jakarta Selatan dengan cara mengumpulkan tinja dari murid kelas 1-5. Secara total ada 157 anak mengumpulkan sampel mereka. Pemeriksaan langsung dari tinja dilakukan di Departemen Parasitologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia menggunakan lugol dan eosin. Data status gizi didapatkan dengan pemeriksaan fisik langsung berat dan tinggi badan yang digunakan untuk menghitung persentil indeks massa tubuh IMT. Setelah itu, data dianalisis menggunakan uji Chi-square; SPSS versi 20 untuk mengetahui apakah ada hubungan antara infeksi parasit usus dan status gizi.Hasil: Sampel diperiksa sebanyak 157 tinja dan ditemukan adanya 60 anak 38.2 positif terinfeksi dengan berbagai macam parasit. Sebagian besar infeksi disebabkan oleh B. hominis, yang menginfeksi 44 anak 69,4. Infeksi lain disebabkan oleh G. intestinalis 15,3, T. trichiura 1,4, cacing tambang 1,4, dan infeksi campuran B. hominis dan E. coli 4,2 , dan B.hominis dengan G. intestinalis 4,2. Dari total anak yang terinfeksi, 17 anak 28,3 memiliki IMT di bawah 5 persentil, dianggap sebagai kekurangan gizi. Secara statistik, terdapat hubungan antara infeksi parasit usus dan status gizi di SDN Kalibata 04, Jakarta Selatan. Kesimpulan: Kejadian infeksi parasit usus di SDN Kalibata 04 adalah 38,2 dengan 28,3 dari anak-anak yang terinfeksi memiliki gizi kurang. Pada penelitian ini bisa disimpulkan ada hubungan antara infeksi parasit usus dan status gizi di SDN Kalibata 04, Jakarta Selatan.

Background Prevalence of intestinal parasitic infection still high in Indonesia, especially in the school aged children. Several factors including poor hygiene, socioeconomic factors, behavior, and crowded population have a contribution in this high prevalence. Nutrition and parasitic infection are closely linked. Intestinal parasitic infection can cause malabsorption and malnutrition especially in school aged children while they need adequate nutrition intake to grow. Therefore, intestinal parasite infection in school aged children is become a major public health problem since it will delay their growth.Methods Sample is obtained from SDN Kalibata 04, South Jakarta by collecting the children's stool from 1st 5th grade. Direct examination of the stool is conducted in the Parasitology Department, Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia by Lugol and eosin staining. Additionally, data of nutritional status was obtained by direct physical examination of the weight and height of the children and then they were used to calculate the BMI percentile. Thereafter, data was analyzed using Chi square test, SPSS version 20 to know is there any association between intestinal parasitic infection and nutritional status.Results From the total 157 stool examined in the laboratory, there were 60 38.2 children positively infected with various kinds of intestinal parasites. Mostly the infection is caused by B. hominis, which infect 44 children 69.4 . Other infection is caused by G. intestinalis 15.3, T. trichiura 1.4, hookworm 1.4, and mixed infection of B. hominis and E. coli 4.2, and B.hominis with G. intestinalis 4.2 . From the total of infected children, 17 children 28.3 have BMI below 5th percentile, and it was considered as malnourished. Moreover, 67 uninfected children have healthy weight. Statistically, there is association between intestinal parasitic infection and nutritional status in SDN Kalibata 04, South Jakarta. Conclusion The incidence of intestinal parasitic infection in SDN Kalibata 04 is 38.2. Moreover, 28.3 of the infected children were malnourished and it is suggested that children with intestinal parasite infection has low nutritional status in SDN Kalibata 04, South Jakarta. "
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kartika Wandini
"Secara umum studi cross sectional ini bertujuan untuk mengetahui status gizi dan praktik pemberian makan yang diterima oleh anak usia 0-59 bulan yang tinggal di panti asuhan di Jakarta. Penelitian dilakukan di tiga panti asuhan yang dikhususkan untuk menampung anak usia balita. Sebanyak 144 anak usia balita di panti dilibatkan dalam penelitian ini. Berdasarkan hasil studi, sebesar 21.9% anak termasuk dalam kategori gizi kurang, 35.2% pendek, dan 6,5% kurus. Hampir 90% anak yang kebutuhan protein dan vitamin A nya terpenuhi, namun lebih dari 90% anak yang kebutuhan zinc nya tidak terpenuhi. Pada kenyataannya, kandungan gizi pada makanan yang disajikan oleh panti pun tidak memenuhi kebutuhan anak untuk zinc.
Penelitian ini menemukan beberapa praktik pemberian makan yang tidak tepat seperti, tipe makanan dan respond pengasuh yang tidak tepat, juga praktik pemberian makan saat anak sakit dan dalam masa pemulihan. 71,5% anak menderita ISPA dan 22,2% menderita diare, sementara 18.8% anak menderita ISPA dan diare. Penelitian ini menemukan beberapa praktik yang tidak tepat seperti dalam hal penanganan makanan, penggunaan botol makanan (bottle feeding), tidak praktik cuci tangan yang tidak dilakukan oleh anak maupun pengasuh ketika menyajikan makanan atau menyuapi anak, serta beberapa hal lain yang dapat memungkinkan terjadinya kontaminasi silang ataupun memudahkan terjadinya penyebaran penyakit menular.

In general, this cross sectional study aims to explore nutritional status and feeding practice received by orphanage children aged 0-59 months in Jakarta. This study was conducted in three orphanages that are specifically accomodate under five children. Totally, 144 under five children in the orphanages were included in this study. This study found, 21.9% of children were underweight, 35.2% were stunting, and 6.5% were wasting. Almost 90% children had adequate protein and vitamin A, but more than 90% of them had zinc inadequacy. In fact, nutrient content in the food served by orphanage was also not fulfilled child's requirement for zinc.
This study found inappropriate feeding practice received by children, i.e in appropriate food type, inappropriate respond from caregiver during feeding and improper feeding during illness and recovery. 71.5% of children were suffered from ARI, 22.2% suffered from diarrhea and 18.8% children suffered from ARI and diarrhea. This study found some inappropriate practice of food handling such as the use of bottle feeding, hand-washing which was not practiced by children or caregivers when serve food or feeding children, as well as some other things that could allow cross-contamination, or facilitate the spread of infectious diseases.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
T31539
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rooswidiawati Dewi
"Penyebab langsung status gizi adalah asupan dan penyakit infeksi. Penyebab tidak langsung adalah pola asuh, ketersediaan pangan, sanitasi ,air bersih, dan pelayanan kesehatan dasar. Prevalensi balita kurus di Kecamatan Beruntung Baru berada lebih tinggi dari ambang batas 0.5% yaitu 13.36%. Penelitian ini menggunakan data primer yang dikumpulkan melalui wawancara dan observasi menggunakan kuesioner. Metode yang digunakan Cross Sectional. Analisis univariat menunjukkan prevalensi anak dengan status gizi sangat kurus 0.75 %, 28% kurus, 69% normal dan 2.25% gemuk.
Hasil analisis Bivariat ditemukan berhubungan bermakna pada jumlah balita dalam keluarga (p=0.000), Jumlah anggota keluarga (p=0.007), jumlah penghasilan keluarga (p=0.027), pola asuh gizi (p=0.030), pemberian ASI ekslusif (p=0.029), Penyakit infeksi (p=0.029), asupan energi (p=0.001), asupan protein (p=0.00) dan variabel sanitasi dasar (p=0.010) serta pelayanan kesehatan (p=0.002). Variabel tidak berhubungan adalah umur, jenis kelamin dan berat badan lahir.
The immediate cause nutritional status is the intake and of infectious diseases. Indirect cause is the pattern of care, availability of food, sanitation, clean water and basic health services. The prevalence of underweight children in the District of Beruntung Baru higher than the 0.5% threshold is 13,36%. This study uses primary data collected through interviews and observation with questionnaires. Used Cross Sectional methods. Univariate analysis showed the prevalence of nutritional status of children with a very thin 0.75%, 28% lean, 69% normal and 2.25% fat.
Bivariate analysis of the results found to be related significantly to the number of children in the family (p=0.000), number of family members (p=0.007), number of family income (p=0.027), parenting nutrition (p= 0.030), exclusive breastfeeding (p=0.029), Infectious diseases (p = 0.029), energy intake (p = 0.001), protein intake (p = 0.00) and basic sanitation (p = 0.010) as well as health services (p = 0.002).Variables are not related to age, sex and birth weight.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Azrimaidaliza
"Hasil pemantauan gizi dan kesehatan (Nutrition and Health Surveillance System/NSS) tahun I999-2003 menunjukkan tingginya prevalensi gizi kurang (berat badan menurut umur <-2 SD dari median NCHS), yaitu di atas 30% (klasifikasi WHO) pada balita di daerah kumuh perkotaan maupun pedesaan. Prevalensi gizi kurang tersebut lebih tinggi di daerah kumuh perkotaan dibandingkan daerah kumuh pedesaan. Kota Jakarta merupakan salah satu daerah kumuh perkotaan yang terrnasuk dalam daerah pengumpulan data NSS. Di daerah ini, prevalensi gizi kurang tinggi pada anak usia 12-23 bulan (Juni-September 2003), yaitu 42% dan prevalensi ASI eksklusif paling rendah dibandingkan dengan ketiga daerah kumuh perkotaan lainnya (Surabaya, Semarang dan Makassar), yaitu hanya 1%.
Penelitian ini merupakan penelitian survei menggunakan data sekunder NSS yang bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi anak umur 6-24 bulan daerah kumuh perkotaan di Jakarta tahun 2003. Jumlah sampel sebanyak 1031 anak dan analisis data meliputi univariat, bivariat dan multivariat. Analisis multivariat menggunakan analisis Regresi Logistik Ganda.
Hasil penelitian menunjukkan anak umur 18-24 bulan berisiko mengalami gizi kurang 3,041 kali dan anak umur 12-17 bulan berisiko mengalami gizi kurang 2,443 kali dibanding anak umur 6-11 bulan. Kemudian anak dengan berat badan lahir < 2,5 kg berisiko mengalami gizi kurang 3,018 kali dibanding anak dengan berat badan lahir > 2,5 kg. Selanjutnya ibu dengan IMT S 18,5 berisiko mempunyai anak gizi kurang sebesar 1,828 kali dibanding ibu dengan IMT > 18,5. Adapun keluarga dengan jumlah balita > 2 orang berisiko mempunyai anak gizi kurang 1,407 kali dibanding keluarga dengan jumlah balita 1 orang. Faktor paling dominan berhubungan dengan status gizi anak adalah umur bayi/anak berikutnya berat badan lahir, IMT ibu dan jumlah balita. Umur bayi/anak terutama umur 18-24 bulan berisiko lebih besar menderita gizi kurang karena pada umur tersebut anak mulai mengalarni gangguan pertumbuhan akibat efek kurnulatif dani faktor ASI dan makanan yang tidal( diberikan secara adekuat pada umur sebelumnya. Di samping itu, anak mempunyai riwayat berat badan lahir rendah sehingga sulit mengejar ketinggalan pertumbuhannya, status gizi ibu yang kurang balk dan banyaknya balita dalam keluarga berdampak pada pertumbuhan anak. Oleh karena itu, perlu pemantauan status gizi anak, status gizi ibu prahamil, selama hamil dan pasta hamil. Selain itu, perlu penyuluhan mengenai pemberian MP-ASI umur 4-6 bulan dan pemberian makanan tambahan pada anak serta suplementasi vitamin pada ibu.

Nutrition and Health Surveillance System (NSS) year 1999-2003 shows prevalence of underweight (weight for age < -2 SD from NCHS median) is very high , that is above 30% (WHO classification) on infant at rural and urban slum areas. An underweight prevalence at urban slum areas is higher than rural slum areas. Jakarta is the one of slum area that include in NSS data collection area. In this area, prevalence of underweight children 12-23 months of age (June-September 2003), is 42% and prevalence of exclusive breastfeeding is the lowest compared with other three urban slum areas (Surabaya, Semarang and Makassar), is only 1%.
This research is a survey research using NSS secondary data that aimed to identify factors that related with nutrient status of children 6-24 months of age in urban slum of Jakarta year 2003. Total sample are 1031 children and data analysis consist of univariate, bivariate and multivariate. Multivariate analysis use double logistic regression analysis.
Research result show child 18-24 months of age have risk in having underweight 3,041 times and child 12-17 months of age have risk in having underweight 2,443 times compared with child 6-11 months of age. Moreover, child with birth weight < 2,5 kilo have risk in having underweight 3,018 times compared with child with birth weight >. 2,5 kilo. While mother with Body Mass Index (BMI)
BMI > 18,5. Meanwhile family with under-five child member > 2 have risk 1,407 times in having underweight child compared to family with one under-five child member. The most dominant factor related to child nutrient status is child age, after that birth weight, mother's BMI and under-five child member. Child 18-24 months of age have bigger risk in having underweight because, at that age, the child begin to have growth problem result from cumulative effect from breastfeeding factor and not enough food given at previous age. Besides that, child with low birth weight record is difficult to catch up their growth, mother nutrient status and the amount of under-five child impact to child growth. Thus, the need of children nutrient status surveillance, mother nutrient status of before pregnancy, during pregnancy and after pregnancy. Besides that, the need of health promotion about complementary feeding 4-6 month age and extra food distribution to child and vitamin supplement to mother."
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T20084
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aminuddin
"Krisis ekonomi yang berlangsung sejak tahun 1997 di Indonesia mengakibatkan bertambahnva jumlah orang miskin, Jaya bell masyarakat menurun, harga bahan pokok melambung, munculnya ancaman kelaparan dan kerawanan gizi terutama pada kelompok anak Balita.
Jaring Pengaman Sosial Bidang Kesehatan (JPSBK) merupakan salah satu upaya pemerintah untuk mencegah agar masyarakat miskin tidak makin terpuruk , Program tersebut meliputi: peiayanan kesehatan dasar bagi anggota keluarga miskin; pelayanan kesehatan ibu hamil, bersalin, nifas dan balita; perbaikan gizi ibu hamil, menyusui dan balita serta pengembangan model JPKM.
Studi longitudinal program JPSBK pada 5 propinsi di Indonesia memperlibatkan adanya kecenderungan perbaikan status gizi dan penurunan infeksi pada balita. Dalam rangka mengetahui dampak program JPSBK terhadap status gizi anak BADUTA maka Pusat Studi Gizi dan Pangan (PSGP) Universitas Hasanuddin bekerjasama dengan Direktorat Bina Gizi Masyarakat Depkes RI melakukan penelitianpada 2 Kabupaten yakni Maros Propinsi Sulawesi Selatan dan Tangerang Propinsi Banten. Data yang dianalisis dalam rangka pembuatan Iesis ini adalah bagian dari penelitian yang diiaksanakan di Kabupaten Tangerang.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat dampak program JPSBK terhadap status gizi dan prevalensi penyakit infeksi anak BADUTA dengan desain penelitian Time Series (trend)_ Sedangkan yang menjadi sampel daiam penelitian ini adalah bayi dan anak yang berumur 6 - 23 buaan.
Dari hasil analisis dengan menggunakan indikator < -2 z- score untuk PBIU,BBIPB dan BBIU ditemukan anak baduta Gakin malnutrisi setelah setahun program 3PSBK masing-masing berturut-turut 43,3°/x; 14% dan 45,1% . Untuk poia asupan makanan meningkat pads. BADUTA GAKIN dan non GAKIN setelah setahun program JPSBK. Prevalensi penyakit infeksi meningkat pada kasus diare dan demam tetapi menurun untuk kasus ISPA. Pada BADUTA non GAKIN prevalensi diare dan ISPA menurun tetapi meningkat pads kasus demain. Variabel yang bermakna dalam penalitian ini hanya pola asupan makanan, penyakit Diare dan ISPA.
Dari basil yang diperoleh dalam penekitian ini maka disarankan untuk mencontoh model program JPSBK untuk menanggulangi status gizi anak Baduta yang sifatnya darurat.

Impact of Infectious Diseases and Quality of Nutrition Intake Method Concerning to Nutrition status of Children Under Two Years Age Before and After One Year of Social - Health Safety Net Program (SHSNP) at Tangerang District Banten Province in Year 2000
During Indonesia economic crisis since 1997 has made impact to increase the numbers of poor, decrease the purchasing power of people, to rise the prices of primary goods then starvation and malnutrition comes up among children under five years old.
Social - Health Safety Net Program (SHSNP) is one of action of government to prevent the poor people should not be more savers. This program included primary health services for poor family, maternal and child services, mother nutrition, breastfeeding and develops SHSNP model
Longitudinal study of this program at five provinces in Indonesia has shown the improvement of nutrition status and decrease of infectious diseases on children under five years old or BALITA. Recording to find out the effect of this program to the improvement of nutrition status on children under five years old, Direktorat Bina Gizi Masyarakat or Directorate of Cultivate of Community Nutrition Ministry of Health, Republic of Indonesia has studied at 2 (two) Districts; Maros on South Sulawesi Province and Tangerang on Banten Province. The data that analyzed in this study is part of research that has run on Tangerang District.
This study focuses on the effect of SHSNP to nutrition status and prevalence of infectious diseases on children under two years old or BADUTA Design of this study is quasi experimental. Babies and children with age 6 - 23 months are become sample in this study.
The result of this study by using indicator < -2 z- score Height/Age, Weight/Height and Weight/Age, and after one year it was founded children with malnutrition, each of them are 43,3 %, 14,0 % and 45,1%. The nutrition intake method increase an BADUTA GAKIN and Non-BADUTA GAKIN after one year of this program. Infectious disease prevalence of diarhoea and fever increase, but respiratory tract infection decrease. BADUTA Non GAKIN has decreasing of diarrhea and
respiratory infection, but fever increase. The significant variables are food intake, diarrhea and respiratory tract infection.
This study has recommendation to imitate Social - Health Safety Net Program (SHSNP) to take care the emergency nutritional status on children under two years age (BADUTA)."
2001
T690
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Wahyuni
"Pemberian nutrisi pada anak sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan, perkembangan dan kesehatan. Bila kebutuhan tidak terpenuhi maka pertumbuhan dan perkembangan akan terganggu. Peran, psikomotor, dan sikap perawat merupakan salah satu faktor dalam mengatasi masalah nutrisi pasien. Penelitian ini merupakan penelitian Deskriptif dengan menggunakan quota sampling. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran pengetahuan, psikomotor, dan sikap perawat dalam kebutuhan pemenuhan nutrisi pada pasien anak. Jumlah responden 95 orang di ruang anak RSAB Harapan Kita. Hasil penelitian menunjukkan karakteristik responden rata-rata pada usia 38 tahun, dengan mayoritas responden berjenis kelamin perempuan, pendidikan terakhir Diploma III Keperawatan, masa kerja lebih dari 10 tahun, pengetahuan baik, psikomotor cukup, dan sikap baik.

Nutrition is necessary for children. If not met, the growth and development will be impaired. Nurse’s role and psychomotor are the key factor to manage patient’s nutrition. This study aimed to describe knowledge, psychomotor, and attitudes toward meeting pediatric patient’s nutrition at Harapan Kita children and maternal hospital. This was descriptive study involving 95 nurses, recruited using quota sampling. Those respondens were 38 years in average, female, diploma graduates, and holding more 10 years work experience. A number of nurses indicated good knowledge, nurses had moderate level of psychomotor, while nurse’s attitudes were good towards meeting their patients’ nutrition need."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
S46786
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hermansyah
"Penyakit Kurang Energi Protein (KEP) merupakan bentuk kekurangan gizi yang terutama terjadi pada anak-anak umur dibawah lima tahun (balita) dan merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia yang perlu ditanggulangi. Masalah gizi memiliki dimensi yang luas, tidak hanya merupakan masalah kesehatan tetapi juga meliputi masalah sosial, ekonomi, budaya, pola asuh, pendidikan dan Iingkungan. Faktor pencetus munculnya masalah gizi dapat berbeda antara wilayah ataupun antara kelompok masyarakat, bahkan akar masalah ini dapat berbeda antara kelompok usia balita.
Kondisi krisis ekonomi yang terus berkelanjutan sampan saat ini, akan menyebabkan daya beli pada masyarakat secara umum menjadi menurun, karena disatu pihak relatif banyak yang kehilangan sumber mata pencaharian sementara dipihak lain adanya peningkatan harga barang dan jasa. Hal ini dapat mengakibatkan dampak buruk terhadap kesehatan dan gizi masyarakat terutama keluarga miskin.
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian KEP anak umur 6 - 59 bulan terutama pads keluarga miskin di daerah IDT Kota Sawahlunto. Faktor-faktor yang diteliti adalah konsumsi energi, konsumsi protein, pemberian kolostrum, pemberian ASI, pemberian makanan tambahan (PMT), diare, ISPA, berat badan lahir umur anak, jenis kelamin anak, pendidikan ibu, pekerjaan ibu clan jumlah anggota keluarga.
Penelitian ini merupakan penelitian potong lintang (cross sectional) dengan pendekatan kuantitatif. Responden dalam penelitian ini adalah ibu-ibu yang mempunyai anak umur 6 - 59 bulan di daerah IDT Kota Sawahlunto dan tergolong dalam kelompok keluarga miskin. Analisis data dilakukan analisis multivariat regresi logistik dengan jumlah sampel sebanyak 430 orang.
Hasil pengolahan dan analisis data didapatkan bahwa prevalensi KEP anak umur 6 - 59 bulan pada keluarga miskin di daerah IDT Kota Sawahlunto adalah sebesar 21,6%. Kemudian anak dengan konsumsi energi kurang berisiko untuk menderita KEP 29,42 kali (95% CI : 9,266 - 93,387) dibandingkan anak yang memperoleh konsumsi energi cukup dan anak dengan konsumsi protein kurang berisiko untuk menderita KEP 2,99 kali (95% CI : 1,043 - 8,585) dibandingkan anak yang memperoleh konsumsi protein cukup. Sementara itu anak dengan pola menyusui secara Non Eksklusif berisiko untuk menderita KEP 6,69 kali (95% CI : 2,490 - 17,968) dibandingkan anak yang memiliki pola menyusui secara Eksklusif, anak yang mengalami sakit Diare berisiko untuk menderita KEP 7,74 kali (95% CI: 2,383 - 25,126) dibandingkan anak yang tidak sakit Diare dan anak yang mengalami sakit ISPA berisiko untuk menderita KEP 17,71 kali (95% Cl : 6,167 -- 50,830) dibandingkan anak yang tidak sakit ISPA Selanjutnya anak dengan berat badan lahir rendah berisiko untuk menderita KEP 4,3 I kali (95% CI : 1,342 -- 13,867) dibandingkan anak yang mempunyai berat badan lahir normal serta anak yang tinggal dalam lingkungan keluarga besar berisiko untuk menderita KEP 6,39 kali (95% CI : 2,350 -- 17,372) dibandingkan anak yang tinggal dalam lingkungan keluarga kecil.
Disimpulkan bahwa kejadian KEP anak umur 6 - 59 bulan terutama pada keluarga miskin di daerah IDT Kota Sawahlunto berhubungan erat dengan faktor konsumsi energi, ISPA, Diare, pemberian ASI, jumlah anggota keluarga, berat badan lahir serta konsumsi protein."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2002
T2747
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>