Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 148092 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sitti Andi Rahmayanti Laya
"[ABSTRAK
Kraniofasial mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang pesat pada masa periode gigi sulung. Palatum merupakan bagian dari nasomaksilaris kompleks kraniofasial. Pertumbuhan dan perkembangan palatum dapat dipengaruhi oleh kebiasaan bottlefeeding. Pemberian breastfeeding pada anak yang baru lahir hingga usia beberapa bulan membantu menstimulasi pembentukan palatum yang normal yang secara fisiologis terbentuk dari pengisapan normal selama breastfeeding. Penelitian ini bertujuan menganalisa perbedaan palatum antara anak breastfeeding dan bottlefeeding dengan anak bottlefeeding. Dimensi palatum yang diukur ialah lebar palatum (transversal), panjang palatum (anteroposterior) dan tinggi palatum (vertikal). Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan bermakna pada lebar palatum posterior, panjang palatum posterior dan tinggi palatum antara anak breastfeeding dan bottlefeeding dengan anak bottlefeeding (p≤0,05) sedangkan pada lebar palatum anterior dan panjang palatum posterior terdapat perbedaan yang tidak bermakna (p>0,05).

ABSTRACT
The growth and development of craniofacial rapidly change during the period of primary teeth. The palate is part of craniofacial complex. Growth and development of the palate can be affected by bottlefeeding habits. Giving breastfeeding in children from birth to the age of a few months is to help stimulate the formation of a normal palate that is physiologically formed from suckling during breastfeeding. This study aimed to analyze the palate dimension differences between breastfed and bottlefed children with bottlefed children. The palate dimensions measured the width of the palate (transversal growth), the length of the palate (anteroposterior growth) and the depth of the palate (vertical growth) .The result showed that the width and length of the posterior palate and the depth of the palate between breastfed and bottlefed children with bottlefed children were significantly difference (p<0,05) while the width and length of the anterior palate were not significantly difference (p≥0,05)., The growth and development of craniofacial rapidly change during the period of primary teeth. The palate is part of craniofacial complex. Growth and development of the palate can be affected by bottlefeeding habits. Giving breastfeeding in children from birth to the age of a few months is to help stimulate the formation of a normal palate that is physiologically formed from suckling during breastfeeding. This study aimed to analyze the palate dimension differences between breastfed and bottlefed children with bottlefed children. The palate dimensions measured the width of the palate (transversal growth), the length of the palate (anteroposterior growth) and the depth of the palate (vertical growth) .The result showed that the width and length of the posterior palate and the depth of the palate between breastfed and bottlefed children with bottlefed children were significantly difference (p<0,05) while the width and length of the anterior palate were not significantly difference (p≥0,05).]"
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2015
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Wahyu Rahdelita
"[ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan mengetahui kebiasaan NSB dengan dimensi lengkung gigi dan gangguan TMJ pada anak usia 3-5 tahun. Responden NSB dikelompokan dalam 2 kelompok, yaitu anak dengan durasi NSB kelompok kurang dari 3 tahun, dan anak dengan durasi NSB kelompok lebih dari 3 tahun. Kuesioner kwalitatif disampaikan kepada ibunya sebagai penetapan responden yang sesuai dengan kriteria inklusi sehingga perhitungan kwantitatif dilakukan dengan pengukuran model cetakan lengkung gigi dan pemeriksaan auskultasi TMJ. Hasil perhitungan uji statistik menggunakan uji korelasi Pearson untuk mengetahui hubungan antara NSB dan dimensi lengkung gigi. Menunjukan terdapat hubungan bermakna antara NSB dan dimensi lengkung gigi pada LLGP rahang atas dengan kekuatan korelasi negatif sedang (0,400 < r < 0,600; p < 0,05), pada PLGP rahang atas dengan kekuatan korelasi positif sedang (0,400 < r < 0,600; p < 0,05) dan pada LLGP rahang bawah dengan kekuatan korelasi positif sangat kuat (0,8 < r < 1; p < 0,05). Hasil uji statistik menggunakan uji korelasi Spearman untuk mengetahui hubungan antara NSB dan gangguan TMJ menunjukan terdapat hubungan bermakna antara NSB dan buka mulut dengan kekuatan korelasi positif sedang (0,400 < r < 0,600; p < 0,05), dan terdapat hubungan bermakna antara NSB dan bunyi sendi dengan kekuatan korelasi positif kuat (0,600 < r < 0,800; p < 0,05).

ABSTRACT
This research was conducted to acknowledge the NBS habits with dental arch dimension and TMJ disorders in children of 3-5 years. NSB respondents were grouped into 2 groups, which are children with NSB duration of less than 3 years, and children with the NSB duration of more than 3 years. The questionnaire was delivered to their mother as a qualitative determination of respondents who fit the criteria of inclusion. The quantitative measurement was done with dental arch model and TMJ auscultation. Statistical analyze was using Pearson correlation test to determine the relationship between NSB and the dimensions of the dental arch. The result showed there was a significant relation between NSB and the width posterior upper arch with moderate negative correlation strength (0.400 "
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2015
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ainur Rizzkiya
"[ABSTRAK
Penyakit jantung kongenital merupakan anomali kongenital yang paling sering terjadi dengan insiden 8-10 kasus dari 1000 kelahiran. Anak dengan penyakit jantung kongenital membutuhkan pengobatan dalam jangka waktu yang lama. Beberapa obat yang dikonsumsi oleh anak dengan penyakit jantung kongenital dapat menyebabkan terjadinya karies. Disebutkan bahwa anak dengan penyakit jantulng kongenital memiliki insiden karies yang lebih tinggi dibandingkan dengan anak normal. Tingkat keparahan resiko terjadinya karies dapat diperiksa melalui penghitungan nilai pH plak. Probiotik sering digunakan untuk pencegahan karies pada anak. Manfaat penggunaan probiotik dapat mengurangi resiko terjadinya karies. Penelitian ini dilakukan dengan cara mengambil sampel plak pada subjek sebelum berkumur minuman probiotik, kemudian subjek berkumur dengan minuman probiotik, dan 30 menit setelah berkumur minuman probiotik Hasil yang didapatkan dari 15 orang anak, probiotik dapat meningkatkan nilai pH plak (p=0,001) sebelum berkumur dan sesaat setelah berkumur, dan dapat bertahan 30 menit setelah berkumur minuman probiotik (p=0,430).
ABSTRACT
Congenital Heart Disease is the most common congenital anomaly occurred with an incidence of 8-10 cases out of 1000 births. Children with congenital heart disease are need treatment in the long term. Some drugs consumed by children with congenital heart disease may cause caries. As mentioned that children with congenital heart disease has a higher incidence of caries compared to normal children. The risk level of caries can be checked by calculating the plaque pH values. Probiotics are often used for prevention of caries in children. Benefits of using probiotics can reduce the risk of caries. This research is use samples of plaque on the subject before rinsing probiotic drink, then the subject gargling with probiotic drinks, and 30 minutes after rinsing probiotic drinks Results obtained from 15 children, probiotics can enhance the plaque pH values (p = 0.001) before rinsing and shortly after the rinse, and can last 30 minutes after rinsing probiotic drink (p = 0.430).;Congenital Heart Disease is the most common congenital anomaly occurred with an incidence of 8-10 cases out of 1000 births. Children with congenital heart disease are need treatment in the long term. Some drugs consumed by children with congenital heart disease may cause caries. As mentioned that children with congenital heart disease has a higher incidence of caries compared to normal children. The risk level of caries can be checked by calculating the plaque pH values. Probiotics are often used for prevention of caries in children. Benefits of using probiotics can reduce the risk of caries. This research is use samples of plaque on the subject before rinsing probiotic drink, then the subject gargling with probiotic drinks, and 30 minutes after rinsing probiotic drinks Results obtained from 15 children, probiotics can enhance the plaque pH values (p = 0.001) before rinsing and shortly after the rinse, and can last 30 minutes after rinsing probiotic drink (p = 0.430)., Congenital Heart Disease is the most common congenital anomaly occurred with an incidence of 8-10 cases out of 1000 births. Children with congenital heart disease are need treatment in the long term. Some drugs consumed by children with congenital heart disease may cause caries. As mentioned that children with congenital heart disease has a higher incidence of caries compared to normal children. The risk level of caries can be checked by calculating the plaque pH values. Probiotics are often used for prevention of caries in children. Benefits of using probiotics can reduce the risk of caries. This research is use samples of plaque on the subject before rinsing probiotic drink, then the subject gargling with probiotic drinks, and 30 minutes after rinsing probiotic drinks Results obtained from 15 children, probiotics can enhance the plaque pH values (p = 0.001) before rinsing and shortly after the rinse, and can last 30 minutes after rinsing probiotic drink (p = 0.430).]"
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2015
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nadiya Bunga Annisa
"Latar Belakang: Karies gigi sulung atau Early Childhood Caries (ECC) merupakan masalah kesehatan gigi dan mulut yang paling banyak diderita anak-anak di dunia. Di Indonesia, karies diderita oleh 45,5% anak kelompok usia 3-4 tahun dan 90,2% oleh anak kelompok usia 5-9 tahun. Jika dibiarkan tidak dirawat, karies gigi sulung dapat menyebabkan sakit, bengkak, abses, gangguan mengunyah, dan meningkatkan risiko karies pada gigi tetap. Kondisi tersebut memerlukan perawatan di dokter gigi. Adanya pandemi COVID-19 yang ditransmisikan melalui aerosol dan droplet, membuat perawatan di dokter gigi jadi terbatas. Kondisi kesehatan gigi dan mulut anak tidak lepas dari peran orang tua sebagai pengasuh. Oleh karena itu, diperlukan komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) bagi orang tua untuk meningkatkan pengetahuan terkait pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut anak di rumah sebagai upaya pencegahan karies gigi sulung. Tujuan: Mengetahui perbedaan pengetahuan orang tua mengenai pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut anak, sebelum dan setelah pemberian KIE dengan media audiovisual secara daring. Metode: Dilakukan penelitian secara daring dengan desain studi eksperimental. Sebanyak 44 orang tua dengan anak usia 3-6 tahun yang terdaftar di TK di Kecamatan Setia Budi, Jakarta Selatan dipilih secara acak untuk mengisi kuesioner sebelum dan setelah diberikan KIE dengan media audiovisual secara daring melalui aplikasi video conference selama 3 menit. Hasil: analisis data menunjukkan bahwa terdapat perbedaan bermakna pada pengetahuan orang tua mengenai pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut anak setelah diberikan KIE dengan media audiovisual secara daring. Kesimpulan: Media audiovisual secara daring dapat digunakan untuk meningkatkan pengetahuan orang tua mengenai pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut anak pada masa pandemi COVID-19.

Background: Early Childhood Caries (ECC) represents as most common oral health
disease of children worldwide. In Indonesia, caries found in percentage of 45,5% of
children between 3 and 4 years of age, and 90, 2% of children between 5 to 9 years of
age. Dental caries can lead to pain, swelling, dental abscess, masticatory dysfunction, and
increase risk for caries development in permanent dentition if left untreated. Those
condition are necessary for dental treatment at dental practices. The emergence of
COVID-19 pandemic results in limitation of dental services. Parents as caregiver plays a
fundamental role in maintaining their children oral health care. Therefore, it is important
to provide an adequate communication, information, and education for the parents to raise
their knowledge on children oral health care at home as ECC prevention strategy.
Objectives: To assess the difference of parental knowledge on children oral health care,
before and after online communication, information, and education using audio visual
media. Methods: This experimental study comprised of 44 parents with children of age
3 to 6 years old kindergartens at Setia Budi, South Jakarta who were selected randomly
to fill out the questionnaire before and after online communication, information, and
education using audio visual media via video conference platform for 3 minutes. Results:
Data analysis showed significant differences of parental knowledge on children oral
health care after online communication, information, and education using audio visual
media. Conclusion: Online audio visual media could improve the parental knowledge
on children oral health care during COVID-19 pandemic.
Background: Early Childhood Caries (ECC) represents as most common oral health disease of children worldwide. In Indonesia, caries found in percentage of 45,5% of children between 3 and 4 years of age, and 90, 2% of children between 5 to 9 years of age. Dental caries can lead to pain, swelling, dental abscess, masticatory dysfunction, and increase risk for caries development in permanent dentition if left untreated. Those condition are necessary for dental treatment at dental practices. The emergence of COVID-19 pandemic results in limitation of dental services. Parents as caregiver plays a fundamental role in maintaining their children oral health care. Therefore, it is important to provide an adequate communication, information, and education for the parents to raise their knowledge on children oral health care at home as ECC prevention strategy. Objectives: To assess the difference of parental knowledge on children oral health care, before and after online communication, information, and education using audio visual media. Methods: This experimental study comprised of 44 parents with children of age 3 to 6 years old kindergartens at Setia Budi, South Jakarta who were selected randomly to fill out the questionnaire before and after online communication, information, and education using audio visual media via video conference platform for 3 minutes. Results: Data analysis showed significant differences of parental knowledge on children oral health care after online communication, information, and education using audio visual media. Conclusion: Online audio visual media could improve the parental knowledge on children oral health care during COVID-19 pandemic.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewanti
"ABSTRAK
Karies pada anak usia sekolah mengalami peningkatan setiap tahunnya. Salah satu faktor yang mempengaruhi adalah pengetahuan dan kesadaran pentingnya perawatan kesehatan gigi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan kesehatan gigi dengan perilaku perawatan gigi pada
anak usia sekolah. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif korelatif. Responden penelitian berjumlah 156 anak usia sekolah di SDN Pondok Cina 4 Depok. Pengambilan sampel yang digunakan adalah stratified random sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya hubungan bermakna antara tingkat pengetahuan tentang kesehatan gigi dengan perilaku perawatan gigi pada anak
usia sekolah di SDN Pondok Cina 4 Depok (p value: 0,013). Penelitian ini merekomendasikan institusi kesehatan, institusi pendidikan, dan orang tua untuk meningkatkan muatan informasi terkait kesehatan gigi dan perawatan gigi pada anak usia sekolah sehingga dapat mencegah terjadinya karies gigi

abstract
Caries in school-age children increases every year. One of the factors that affects the dental caries are knowledge and awareness of the importance dental health care. The aims of this study are to determine the relationship between the levels of dental health knowledge with the behavior of doing dental care. This study used descriptive correlative design. Sample of this study are 142 school age children in SDN Pondok Cina 4 Depok. Stratified random sampling is used as the sampling
techniques. The results of this study showed that there is a significant relationship between level of dental health knowledge with dental care behavior of school-age children in SDN Pondok Cina 4 Depok (p value: 0.013). The study recommends to health care institutions, educational institutions, and parents to enhance the information content related to dental health and dental care at school-age children to prevent the occurrence of dental caries."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2012
S42783
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Andya Karisaputri
"Asma merupakan penyakit saluran pernapasan kronik yang menyerang terutama pada anak-anak. Anak asma memiliki resiko kejadian karies yang lebih tinggi dibandingkan anak normal. Penggunaan medikasi asma menyebabkan perubahan komposisi dan laju alir saliva. sIgA di dalam saliva berperan paling penting sebagai mekanisme pertahanan utama dalam rongga mulut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar sIgA saliva anak karies yang asma dan tidak asma. Sampel saliva didapatkan dari 16 anak asma dan anak tidak asma. Seluruh subjek dinilai kadar sIgA saliva menggunakan uji ELISA. Hasil penelitian menunjukkan kadar sIgA saliva anak karies yang asma lebih rendah daripada anak karies yang tidak asma dan terdapat perbedaan bermakna antara kadar sIgA saliva anak karies yang asma dan tidak asma (p < 0.05).

Asthma is a chronic respiratory disease that attacks especially in childhood. Asthmatic children have higher caries risk than healthy children. The use of asthma medications cause changes salivary composition and flow rates. Salivary sIgA plays an important role as a first-line defense mechanism in oral cavity. The purpose of this study is to investigate salivary sIgA levels of caries children with asthma and without asthma. Saliva samples collected from 16 children with asthma and without asthma. Salivary sIgA levels of all subjects were assessed using an ELISA test. The results showed salivary sIgA levels of caries children with asthma lower than caries children without asthma and there is a significant difference of salivary sIgA levels between caries children with asthma and without asthma (p < 0.05)."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2014
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Meutia Dienda Citrawuni
"ABSTRAK
Kecemasan adalah suatu respon yang terjadi akibat situasi yang bersifat mengancam, salah satunya dapat terjadi akibat situasi perawatan gigi. Salah satu respon fisiologis yang terjadi adalah terjadinya peningkatan denyut nadi. Anak-anak usia 4-6 tahun memberikan respon yang agresif terhadap kecemasan dan membutuhkan suatu pendekatan psikologis. Teknik yang dapat dilakukan untuk menurunkan kecemasan tersebut salah satunya adalah melalui pendekatan positive pre-visit imagery dengan menggunakan intervensi buku pop-up. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh intervensi buku pop-up ldquo;Aku dan Gigiku rdquo; terhadap respon denyut nadi anak usia 4-6 tahun. Sebanyak 38 anak usia 4-6 tahun dibagi menjadi dua kelompok sama besar, yaitu kelompok perlakuan yang diberikan intervensi buku pop-up ldquo;Aku dan Gigiku rdquo; dan kelompok kontrol tanpa intervensi buku pop-up ldquo;Aku dan Gigiku rdquo;. Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat pengaruh intervensi buku pop-up ldquo;Aku dan Gigiku rdquo; terhadap respon denyut nadi anak usia 4-6 tahun. p=0,001

ABSTRACT
Anxiety is a response to certain situations that threaten, it can occur in dental treatment situation. One of the physiological response that happens to anxiety is the increased pulse rate. Children aged 4 6 years respond aggressive to anxiety and need psychological approach. One way to reduce dental anxiety is to provide positive pre visit imagery through the intervention of pop up book ldquo Aku dan Gigiku rdquo . The purpose of this study is to investigate the effect of pop up book ldquo Aku dan Gigiku rdquo to pulse rate response in children aged 4 6 years. A total of 38 children aged 4 6 years divided into two different groups, the interventions group with pop up book ldquo Aku dan Gigiku rdquo and control group, pulse of both groups were measured. The result showed there was significant difference of decreased pulse rate with and without intervention of pop up book ldquo Aku dan Gigiku rdquo . p 0,001 "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2017
SP-PDF
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Harini Soemartono
Jakarta: UI-Press, 1998
PGB 0453
UI - Pidato  Universitas Indonesia Library
cover
Heriandi Sutadi
Jakarta: UI-Press, 2005
PGB 0451
UI - Pidato  Universitas Indonesia Library
cover
Ismu S. Suwelo
"

Pada kesempatan yang berbahagia ini saya akan mengemukakan pandangan mengenai peranan pelayanan kesehatan gigi anak dalam menunjang peningkatan kualitas sumber daya manusia di masa mendatang dalam menyongsong abad ke 21 yang penuh tantangan dan saingan. Pembangunan di bidang kesehatan bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat agar tingkat kesehatan masyarakat menjadi lebih baik. Pembangunan di, bidang kesehatan gigi adalah bagian integral pembangunan kesehatan nasional. Ini berarti bahwa untuk melaksanakan pembangunan di bidang kesehatan, pembangunan di bidang kesehatan gigi tidak boleh ditinggalkan; juga sebaliknya bila ingin melaksanakan pembangunan di bidang kesehatan gigi, tidak boleh, melupakan kerangka. yang lebih luas, yaitu pembangunan di bidang kesehatan umumnya.

Di bidang kesehatan gigi indikator untuk penelitian epidemiologis sangat penting artinya bagi perencanaan pengembangan ketenagaan, material, dan penganggaran. Selain itu data penelitian epidemiologis juga diperlukan untuk pengembangan, evaluasi, dan pemantapan usaha pencegahan, kuratif, dan rehabilitatif di bidang kesehatan gigi baik regional maupun nasional. Peta dunia tentang distribusi kerusakan gigi (biasa disebut karies) menunjukkan perbedaan prevalensi dari tahun ke tahun pada beberapa negara. Terjadi penurunan frekuensi dari DMF-T (indeks kerusakan gigi dewasa) di negara maju, tetapi terjadi kenaikan pada negara yang sedang berkembang. Sebagian besar penurunan frekuensi karies gigi disebabkan karena adanya program pemberian fluor secara intensif antara lain melalui,air minum.

"
Jakarta: UI-Press, 1997
PGB 0446
UI - Pidato  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>