Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 131252 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Diah Ayu Pertiwi
"Pada penelitian ini, penulis membuktikan bahwa terdapat upaya untuk mengembalikan hierarki rasial yang ada pada masyarakat di selatan Amerika. Upaya tersebut dilakukan oleh karakter Aunt Alexandra, perempuan berkulit putih, kepada Calpurnia, pembantu berkulit hitam, dalam novel To Kill a Mockingbird. Meskipun karakteristik Calpurnia seperti sosok Mammy, ia sebenarnya tergolong sebagai transitional maid, yakni seorang pembantu yang memiliki kemampuan untuk mempengaruhi kehidupan anak-anak berkulit putih. Dengan mengajarkan nilai moral secara terus-menerus, Calpurnia berhasil membuat anak-anak tersebut peduli dengan keadaan hierarki rasial di masyarakat mereka. Melalui analisis teks, peneliti menganalisis posisi Calpurnia sebagai figur ibu sekaligus figur Mammy dan membuktikan bahwa karakter Calpurnia memang sengaja dibentuk agar menjadi sosok Mammy, sehingga ia tidak lagi dapat mempengaruhi anak-anak berkulit putih tersebut.

In this paper, I argue that there is an effort to bring back Southern racial hierarchy through the character Aunt Alexandra, a white Southern woman, through Calpurnia, a black maid, in the novel, To Kill a Mockingbird. Despite of Calpurnia's characteristics that are much like the "Mammy", she is actually a transitional maid who has a capability to affect the children's lives. By exposing moral values to the children, Calpurnia is able to make them aware of the racial hierarchy condition in their society. Through textual analysis, this paper attempts to reveal that Calpurnia is shaped to be a Mammy figure, so she no longer has the capability to influence the children by analyzing her position as a mother figure and the Mammy figure."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2015
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Rininta Ramadhanty
"[ABSTRAK
Makalah ini menganalisis diskriminasi terhadap anak perempuan dalam masyarakat Tiongkok pada novel The Black
Isle. Poin-poin utama dalam makalah ini adalah faktor penyebab dan dampak negatif dari diskriminasi terhadap anak
perempuan. Argumen-argumen dan tulisan dari Kristina Göranson (2010) dan Peter N. Stearn (2006) merupakan
acuan dasar dalam penelitian ini. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa tradisi dan keyakinan kuno
masyarakat Tiongkok merupakan faktor inti terjadinya diskriminasi terhadap anak perempuan. Akibat dari
diskriminasi tersebut dianalisis berdampak negatif pada tingkah laku anak perempuan yang didiskriminasi dan juga
keluarganya. Penelitian ini menunjukkan bahwa novel sering sekali membahas isu-isu yang terjadi di dunia nyata
agar dapat dijadikan pembelajaran bagi para pembacanya.ABSTRACT This paper analyzes daughter discrimination among Chinese people in The Black Isle novel. The main points of this
paper are the factors and the negative impacts of daughter discrimination. Kristina Göranson (2010) and Peter N.
Stearn (2006) arguments and writings are the framework of this study. The findings show that Chinese?s old
traditions and beliefs are the core factors of daughter discrimination, and as a result daughter discrimination leads to
negative impacts for the discriminated people?s behaviors and their families. This study shows that novels often
bring issues based on situation in the real world that can be learned in order to avoid it.;This paper analyzes daughter discrimination among Chinese people in The Black Isle novel. The main points of this
paper are the factors and the negative impacts of daughter discrimination. Kristina Göranson (2010) and Peter N.
Stearn (2006) arguments and writings are the framework of this study. The findings show that Chinese?s old
traditions and beliefs are the core factors of daughter discrimination, and as a result daughter discrimination leads to
negative impacts for the discriminated people?s behaviors and their families. This study shows that novels often
bring issues based on situation in the real world that can be learned in order to avoid it., This paper analyzes daughter discrimination among Chinese people in The Black Isle novel. The main points of this
paper are the factors and the negative impacts of daughter discrimination. Kristina Göranson (2010) and Peter N.
Stearn (2006) arguments and writings are the framework of this study. The findings show that Chinese’s old
traditions and beliefs are the core factors of daughter discrimination, and as a result daughter discrimination leads to
negative impacts for the discriminated people’s behaviors and their families. This study shows that novels often
bring issues based on situation in the real world that can be learned in order to avoid it.]"
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2015
MK-PDF
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Cessara Alfetty
"Penelitian ini dilakukan untuk membahas rekonstruksi identitas dalam masyarakat dystopia dengan cara menganalisa Tris sebagai tokoh utama dalam novel Divergent (2011) karya Veronica Roth. Novel ini dipilih karena Divergent (2011) secara garis besar mengangkat isu identitas remaja dalam masyarakat masa kini dengan menggunakan media masyarakat dystopia. Tris mengubah identitasnya dari kelompok Abnegation ke kelompok Dauntless yang memiliki perbedaan sifat yang cukup besar dari kelompok sebelumnya. Tris mengalami beberapa konflik seperti konflik dengan lingkungan barunya dan konflik dengan dirinya sendiri agar Ia diterima dalam kelompok Dauntless.
Tujuan dari penelitian ini adalah meneliti konflik yang Tris alami di dalam kelompok Dauntless dan bagaimana konflik yang dialami Tris dengan teman dan lingkungannya dapat membantunya mengonstruksikan kembali identitas barunya dalam kelompok Dauntless dari pada membatasi atau menghambat dirinya dalam mengonstruksi kembali identitasnya.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa setelah tokoh Tris menghadapi beberapa konflik dalam kelompok Dauntless, akhirnya Ia dapat mengonstruksi kembali identitasnya yang baru sebagai seorang perempuan Dauntless.

This study sets out to examine youth reconstruction of identity in a dystopian society by analyzing Tris as the main character in Veronica Roth?s Divergent (2011). This novel is chosen because Divergent (2011) mainly explains the issue of youth?s identity in today?s society by using a dystopian society. Tris changes her identity from Abnegation faction to Dauntless faction which totally has a different virtue from her previous factions. In Dauntless, Tris experiences some conflicts such as conflict with her new surrounding and with herself in order to be accepted in Dauntless.
The objective of this research is to examine the conflicts that Tris experiences in Dauntless and how her conflict with her friends and surroundings can help construct her new identity in Dauntless rather than limiting her in reconstructing identity.
This study reveals that after some conflicts that Tris has to face in Dauntless, finally she can reconstruct her new identity as a Dauntless girl."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2014
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Redika Riasari
"ABSTRAK
Rumah adalah salah satu tema paling menonjol dalam sastra anak-anak dalam memperoleh dan menemukan kembali identitas mereka. Dengan demikian, penelitian ini menganalisis bagaimana pembebasan rumah dicapai oleh Max, protagonis dari buku bergambar anak-anak terkenal Maurice Sendak "Where the Wild Things Are", melalui perjalanan chronotopic-nya; berdasarkan pada teori chronotope Mikhail Bakhtin di mana keterkaitan waktu dan ruang dimanifestasikan dalam bentuk agensi manusia. Kronotop utama yang digunakan adalah mikronotron dengan kronotop ambang yang lebih besar, yaitu: mimpi dan kronotop melingkar. Kedua chronotop ini bermanfaat untuk kontribusinya yang signifikan terhadap perjalanan melingkar Max dalam mengejar rumah, agen Max dalam kaitannya dengan kronotop menjadi jelas, dream chronotope berfungsi sebagai sarana untuk melepaskan dominasi Max di dunia mimpi di mana sama sekali berbeda dari dunia nyata. Sementara itu, kronotop sirkular dimanifestasikan dalam keputusan Max untuk kembali ke rumah setelah kesadaran yang tiba-tiba. Rumah bagi Max akhirnya adalah ketika dia memiliki seseorang dengan perhatian dan cinta abadi untuknya, ibunya, yang akan memberinya jaminan rutin atas kebutuhan utamanya.

ABSTRACT
Home is one of the most prominent themes in children literature in acquiring and reinventing their identities. As such, the research analyzed how the acquition of home is attained by Max, the protagonist of Maurice Sendak`s renowned children picture book `Where the Wild Things Are`, through his chronotopic journey; based on Mikhail Bakhtin theory of chronotope in which the interconectedness of time and space are manifested in a form of human agency. The major chronotope in use will be that of microchronotopes of larger chronotope of threshold, those of: dream and circular chronotopes. These two chronotopes are of use for its significant contribution to Max‟s circular voyage in the pursuit of home, Max agency in regard to the chronotopes is becoming evident, dream chronotope serves as a means to unleash Max`s dominance in the dream world in which entirely different from the real world. Meanwhile, the circular chronotope manifested in Max`s decision to return back home after a sudden realization. Home to Max at last is when he has someone with undying care and love for him, that of his mother, who will provide him with regular assurance of his primary needs.
"
2020
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Waldo Eduard Bansaleng Bogar
"Skripsi ini ditulis untuk melihat dan membahas unsur-unsur drama tragedi aeperti yang ditulis Aristoteles dalam novelet TP. Tujuan kedua adalah menunjukkan bahwa koneep drama tragedi Aristoteles juga dapat diterapkan pada genre lain di luar drama, dalam hal ini sub-genre novelet. Juga untuk menunjukkan bahwa konsep tragedi Aristoteles dapat diterapkan pada novelet mod-ern. Ketiga, untuk menunjukken bahwa novelet movie) yang memiliki unsur-urisur drama tragedi seperti dibahas dengan menggunakan konsep tragedi Aristoteles. Teori yang digunakan dalam skripsi ini adalah konsep tragedi Aristoteles yang ditulis beberapa abad sebelum Masehi. Adapun buku-buku sumber yang digunakan adalah Modern Tragedies and Aristotele's Theory karya K.S. Misra sebagai sumber utama. Sedangkan buku On Poetry and Style (terjemahan karya Aristoteles oleh G. M. A. Grube), Poetics and Rhetoric (terjemahan karya Arista--telee oleh Tbomae Twining) dan Claasical Literary Criti_cism (terjemahan karya Ariatotelee oleh T. S. Dorach). Konsep tragedi Aristoteles digunakan untuk membahas unsur-unsur alur, tragic hero, chorus dari nyanyian, thought dan character, pilihan kata, dan kiterraire dalam novelet The Pearl. Dari hasil analisis dalam skripsi ini ditarik beberapa kesimpulan. Pertama, unsur-unsur drama tragedi yang disyaratkan Aristoteles, seperti alur, tragic hero, chorus, nyanyian, thought dan character, pilihan kata, serta karakteristik, ternyata dapat dijumpai dalarn novelet The Pearl. Dengan demikian, unsur-unsur drama tragedi tidak mutlak hanya menjadi milik genre drama saja, tetapi dapat juga dijumpai dalam novelet. Kedua, konsep tragedi Aristoteles dapat diterapkan pada genre lain di luar drama, dalarn hal ini Bub-gurme novelet: Konsep tragedi Aristoteles dapat diterapkan pada novelet modern, tetapi dengan sedikit penyesuairan. Dengan kata lain, konsep tragedi Aristoteles tidak ditafsirkan secara harfiah, tetapi sedikit liberal. Ketiga, kenyataan bahwa The Pearl dapat ditafsirkan melalui konsep tragedi Aristoteles membawa kita ke suatu kesimpulan bahwa novelet-novelet lain yang memiliki unsur-unsur drama tragedi seperti The Pearl juga mampu ditafsirkan melalui konsep yang sama."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1992
S14204
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fatiyyah Mukminah
"The hostile tension between mothers is observed to still exist even in this era of equality and empowerment. The idea of ideal motherhood and the competition that includes the process of assessing oneself and others seem to be the gas that perpetuates this clash. In order to better understand this friction phenomenon between mothers, this study aims to investigate the representation of ideal motherhood in a novel by Celeste Ng titled Little Fires Everywhere (2017). The article analyzes textually how this novel problematizes the idea of dominant motherhood ideology through its depiction of setting and characters relation. The novel presents a narrative structure of two central mothers and two shadow mothers that unfolds through an omniscient point of view. An exploration of the interrelation between the mother characters, both with each other and with the surrounding environment, provides a portrayal of how dominant motherhood ideology shapes and drives them internally as well as molds their pattern of interaction. Furthermore, their relationship with the daughter characters also offers further insight into the discussion. The overall examination of the narrative structure then presents a new perspective regarding what constitutes as the idea of ideal motherhood and how the friction regarding the ideal should be best approached.

Pada era yang mengedepankan persamaan dan pemberdayaan ini, persitegangan antaribu masih kerap kali terjadi. Salah satu faktor pemicu yang melanggengkan hal tersebut adalah gagasan tentang ideal motherhood berikut kompetisi yang terjadi akibat mengkritisi diri sendiri maupun ibu lainnya lewat dasar teori sifat keibuan. Untuk memahami lebih lanjut terkait fenomena friksi antaribu, makalah ini menelaah representasi ideal motherhood pada novel Little Fires Everywhere (2017) karya Celeste Ng. Tulisan ini mengupas bagaimana novel tersebut mempermasalahkan gagasan dominan tentang ibu lewat penggambaran latar dan relasi antartokoh. Novel tersebut disajikan lewat sudut pandang orang ketiga serba tahu dan struktur naratif yang menempatkan dua tokoh ibu dalam central conflict dan dua tokoh ibu lainnya pada shadow conflict. Pengkajian terkait relasi antar-tokoh ibu maupun dengan lingkungan sekitarnya menunjukkan bagaimana gagasan dominan membentuk sisi psikologis, mendorong para tokoh ibu ini secara internal, sekaligus mengarahkan pola interaksi mereka. Selain itu, hubungan mereka dengan karakter anak perempuan masing-masing menawarkan perspektif tersendiri bagi perdebatan terkait ideal motherhood. Analisa terhadap struktur naratif juga memperlihatkan sudut pandang baru terkait apa yang menjadi dasar bagi teori sifat keibuan (ideal motherhood) dan pendekatan terbaik bagi konflik yang dimulai dari perdebatan ibu ideal tersebut."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Nuur Salsabilaa
"Persimpangan antara seni dan aktivisme mencapai puncaknya dalam Renaissance: A Film by Beyoncé (2023), di mana narasi budaya dirayakan sekaligus dikritik. Artikel ini meneliti bagaimana Beyoncé menciptakan ruang aman yang merepresentasikan suara-suara yang termarginalisasi dan melawan penindasan sistematis terhadap orang kulit hitam dalam budaya populer Amerika melalui konsep Black placemaking dan Performative Symbolic Resistance (PSR). Studi kualitatif ini menganalisis film tersebut secara tekstual dengan mengevaluasi elemen-elemen sinematik dan majas sastra untuk mengungkap dinamika identitas kulit hitam, perlawanan, praktik budaya, serta pentingnya mengatasi ketidakadilan sistemik yang berlangsung di Amerika. Temuan utama dari analisis ini meliputi lima peran penting yang dimainkan oleh film ini dalam aktivisme komunitas kulit hitam: (1) menciptakan ruang aman bagi komunitas termarginalisasi, (2) merayakan budaya Black Ballroom dan musik House, (3) memberikan penghormatan kepada para pionir budaya kulit hitam, (4) memperkuat rasa bangga akan identitas kulit hitam, dan (5) mengungkap ketidakadilan sistemik yang dihadapi perempuan kulit hitam. Studi ini menyoroti urgensi untuk menciptakan lanskap budaya yang inklusif dan mendorong solidaritas komunitas serta keadilan restoratif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa karya Beyoncé tidak hanya memperlihatkan ketangguhan komunitas kulit hitam tetapi juga menetapkan preseden bagi produksi artistik di masa depan dalam mempromosikan inklusi dan keadilan sosial.

The intersection between art and activism reaches new heights in Renaissance: A Film by Beyoncé (2023), in which cultural narratives are celebrated and critiqued. This article reveals how Beyoncé creates safe spaces to represent marginalized voices and resist the systematic oppression of Black people in American popular culture through Black placemaking and Performative Symbolic Resistance (PSR). This qualitative study examines the film by textually analyzing the cinematic and literary devices to uncover the dynamics of Black identity, resistance, and cultural practices, deciphering meanings and emphasizing the importance of addressing systemic injustices. This analysis identifies five key findings in the form of crucial roles that the film plays in Black communities’ activism: (1) creating safe spaces for marginalized communities, (2) celebrating Black Ballroom culture and House music, (3) paying homage to Black cultural pioneers, (4) proudly embracing Black identity, and (5) revealing systemic inequities faced by Black women. This study highlights the need for an inclusive cultural landscape, community solidarity, and restorative justice. The implications suggest that her work evinces the resilience of Black communities and sets a precedent for future artistic efforts to promote inclusion and social justice."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Gini Adityawati
"Skripsi ini saya beri judul Beberapa Struktur Black English dalam novel Go Tell It on the Mountain, Sebuah Analisis Bandingan. Adapun masalah yang ditampilkan adalah mengenai beberapa struktur dalam kalimat, dalam hubungannya dengan kala maupun orang atau pelaku. Di samping itu diketengahkan juga beberapa ungkapan yang merupakan slang dari Black English dalam novel tersebut. Skripsi ini bertujuan untuk menunjukkan adanya keteraturan dalam struktur Black English, sehingga hasilnya dapat dikatakan bahwa Black English itu merupakan variasi bahasa Inggris, dan bukannya struktur bahasa Inggris yang menyimpang. Teori yang dipakai dalam struktur Black English ini adalah teori sosiolinguistik dari Joshua Fishman ditambah dengan teori-teori lain yang menurut hemat saya dapat menunjang pembahasan dan analisis dalam skripsi ini. Sebagai pisau analisis saya gunakan struktur Bahasa Inggris Amerika Baku sebagai tolok ukur perbandingan. Dengan menggunakan Bahasa Inggris Amerika Baku untuk membalidingkn struktur Black English dalam novel Go Tell It on the Mountain maka diperoleh kesimpulan bahwa Black English juga memiliki keteraturan dalam tata bahasanya sebagaimana bahasa pada hakekatnya; Black English memiliki keteraturan tersendiri dalam lingkungannya; dan keteraturan dalam Black English tidak dapat disamakan dengan keteraturan Bahasa Inggris Amerika Baku. Demikianlah uraian secara singkat tentang skripsi ini."
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1988
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fayza Julia Pramesti Hapsari Prayoga
"Posisi Barbie sebagai “simbol feminisme” telah dipertanyakan karena representasinya atas pemberdayaan perempuan yang mengaitkan kesuksesan dengan pencapaian individu dan penampilan serta gaya hidup tertentu. Terlepas dari pesan feminis mengenai pilihan dan pemberdayaan, film Barbie (2023) yang disutradarai Greta Gerwig meneruskan narasi posfeminisme Barbie dengan mengangkat pendekatan individualistik terhadap pemberdayaan perempuan. Karya tulis ini menganalisis bagaimana posfeminisme dan, selanjutnya, feminisme neoliberal hadir di sepanjang film Barbie dan membahas ambivalensi gerakan feminisme dalam film tersebut. Dengan menganalisis adegan dan dialog dalam film Barbie dan menerapkan posfeminisme serta feminisme neoliberal sebagai kerangka konseptual, Karya tulis ini menemukan bahwa struktur masyarakat Barbie Land melekat dengan karakteristik posfeminisme. Selain itu, struktur kekuasaan di Barbie Land meniru struktur kekuasaan patriarki di Real World (Dunia Nyata) yang berusaha ditantang oleh narasi film Barbie. Solusi untuk patriarki yang ditawarkan berfokus kepada mengambil Kembali kekuasaan mutlak daripada mengatasi permasalahan yang ada di dalam struktur kekuasaan Barbie Land. Hasil studi ini mendorong kajian kritis terhadap budaya media posfeminis yang dapat berkontribusi terhadap tekanan individu yang dialami oleh perempuan dengan kedok “pemberdayaan.”

Barbie’s position as a “feminist icon” has been questioned due to her representation of women’s empowerment, which associates success with individual achievements and a particular look and lifestyle. Despite the feminist message of choice and empowerment, the live-action adaptation Barbie (2023), directed by Greta Gerwig, sustains the postfeminist narrative of Barbie as it promotes an individualistic approach to women’s empowerment. This paper analyses how postfeminism and, by extension, neoliberal feminism is present throughout Barbie and addresses the ambivalence of the feminist movement in the movie. By analysing scenes and dialogues in the film and applying postfeminism and neoliberal feminism as conceptual frameworks, the paper finds that the societal structure of Barbie Land adheres to the characteristics of postfeminism. Furthermore, the power structure in Barbie Land mimics the power structure of the Real World’s patriarchy that it supposedly challenges. The solutions to patriarchy that the movie offers focus more on regaining absolute power rather than addressing the issues within the power structure of Barbie Land. The findings call for a critical examination of postfeminist media culture, which may contribute to the individual pressures that women are experiencing under the guise of women’s empowerment."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Utami Diah Kusumawati
"Latar belakang penulis memilih judul tersebut adalah keingintahuan penulis atas kegagalan tokoh utama sebagai individu usia tua. Kegagalan bagi individu usia tua bagi kebanyakan manusia sering dikaitkan dengan kebijaksanaan. Dalam skripsi ini penulis ingin mencari tahu penyebab kegagalan tokoh utama selain faktor tersebut. Untuk mencari tahu kegagalan tersebut, penulis mengambil teori psikososial Erik. H. Erickson. Di dalam Teori Perkembangan Psikososial Manusia, Erik . H. Erickson mengatakan bahwa manusia mempunyai delapan tahap perkembangan yang harus dilalui dalam hidupnya. Kedelapan tahapan tersebut adalah tahap infant atau bayi, tahap anal muscular, tahap genital locomotor atau bermain, tahap latency atau sekolah, tahap remaja, tahap dewasa awal, tahap dewasa pertengahan, dan tahap dewasa akhir atau masa tua. Di setiap tahapnya, manusia mempunyai tugas yang harus dilaksanakan. Jika tugas tersebut tidak dilaksanakan, maka individu tersebut telah gagal melewati suatu tahap. Misalnya, individu usia tua mempunyai tugas mencapai integritas ego dalam tahap masa tua. Jika individu usia tua tidak mencapai integritas ego, maka dia akan dikatakan sebagai individu usia tua yang gagal. Oleh karena itu, penulis juga mencari tahu integritas ego dari tokoh utama yang berkaitan dengan faktor-faktor kegagalannya. Untuk mengetahui Raja Lear termasuk ke dalam kategori individu usia tua yang gagal atau berhasil, penulis menggunakan acuan Teori Perkembangan Manusia Hamachek. Teori Hamachek adalah teori psikososial perpanjangan dari teori Erik. H Erickson. Dalam teori tersebut, Hamachek membuat faktor-faktor yang menyebabkan seorang individu dikatakan gagal atau berhasil di satu tahap. Di tahap masa tua, Hamachek mengatakan keberhasilan individu usia tua ditentukan dengan adanya kualitas ego negatif, sikap bertanggungjawab, penerimaan kenyataan, penerimaan kematian, tidak mudah tertekan, beapresiasi terhadap kehidupan, optimistis, penyatuan dengan kehidupan dan kebijaksanaan. Penulis menganalisis bahwa penyebab kegagalan Raja Lear sebagai individu usia tua adalah adanya kualitas ego negatif seperti ketidakpercayaan, kebingungan identitas, rasa malu, rasa bersalah, dan inferioritas di dalam diri Raja Lear. Selanjutnya, pandangan Raja Lear terhadap kehidupan dan kematian juga negatif. Kematian bagi Raja Lear dianggap sebagai suatu beban yang berat. Sedangkan, sikap emosional Raja Lear menyebabkan dia mudah stress, putus asa, dan kecewa dalam tahap masa tuanya. Sikap kecewa tersebut menyebabkan Raja Lear berada dalam fase menyalahkan yang membuatnya bersikap tidak bijaksana. Analisis keseluruhan terhadap Raja Lear tersebut menunjukkan bahwa Raja Lear adalah individu usia tua yang telah gagal dalam tahap masa tuanya.Konsep"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2007
S14210
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>