Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 182684 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Idi Subandy Ibrahim
"Penelitian ini adalah kajian kritis yang memfokuskan pada bagaimana dua media berita lokal yang berpengaruh di Jawa Barat, yakni Harian Umum Pikiran Rakyat dan Harian Pagi Tribun Jabar, memposisikan isu-isu kemiskinan dalam liputan pemberitaannya dengan pola-pola representasi berita yang sesuai dalam konteks media liberal dan industri budaya media yang penuh persaingan. Melalui lensa Teori Pemosisian Sosial (Social Positioning Theory) yang menekankan pada bagaimana aktor wacana mengembangkan sudut pandang untuk memposisikan subjek dan pentingnya konteks representasi, penelitian ini menunjukkan bagaimana latar sosial budaya dan faktor-faktor ekonomi politik telah mempengaruhi lanskap media lokal (local mediascape) dan pola-pola representasi beritanya.
Menyeleksi berita-berita terkait kemiskinan di kedua media yang terbit antara Desember 2012 hingga Februari 2013, ketika berlangsung kampanye pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Barat Periode 2013-2018, penelitian ini menemukan terdapat 266 kisah berita yang merepresentasikan orang miskin dan isu-isu kemiskinan; yakni 175 (65, 79%) kisah berita kemiskinan di HU Pikiran Rakyat dan 91 (34, 21%) kisah berita kemiskinan di Harian Pagi Tribun Jabar.
Kajian ini berkesimpulan bahwa proses eksklusi orang miskin yang berlangsung di dunia nyata juga tergambar di halaman media. Hal ini disebabkan pandangan-pandangan konvensional tentang kemiskinan yang masih hidup dan terus dikukuhkan dalam praktek jurnalisme yang berorientasi sudut pandang dominan, dan oleh kekuatan ekonomi politik, termasuk iklan yang mempengaruhi posisi berita dan teks kemiskinan dalam representasi beritanya. Dengan menekankan pola-pola representasi dominan-hegemonik, media memperkuat ideologi konsensus yang menekankan kemiskinan sebagai objek bantuan dan memperteguh sudut pandang yang melihat kemiskinan dari sudut masalah dan angka-angka sehingga membatasi representasi berita pada sisi kualitas manusia.
Meski penelitian ini menemukan representasi dominan-hegemonik dengan pola-pola representasi yang menekankan pada sumber-sumber resmi, namun jurnalis lokal sebagai agen sosial dan aktor wacana juga punya ideologinya sendiri yang memungkinkan mereka mengembangkan representasi berita alternatif sebagai ?representasi hegemoni-tandingan? (?counter-hegemonic representation?) yang memberi ruang pluralisme pandangan dan suara orang miskin Penelitian ini mengusulkan media berita perlu menugaskan ?jurnalis kemiskinan? yang empatik dan sensitif gender serta menggunakan sudut pandang ?dari dalam atau dari bawah?. Penelitian ini bisa berkontribusi secara teoretik dalam memberikan pijakan bagi kajian representasi simbolik, khususnya berita kemiskinan dan kelompok marjinal, dan mengkontekstualkan Teori Pemosisian Sosial dalam kajian komunikasi yang bersandar pada data empirik dan berpijak pada dua landasan teoretik yang koheren untuk mempertemukan perspektif ekonomi politik kritis dan kajian budaya kritis dan menempatkannya dalam kajian media sebagai bagian dari industri budaya.

This research is a critical research which focuses on how two influential local news media in West Java, namely Pikiran Rakyat and Tribun Jabar, place the poverty issues in their coverage with appropriate news representation patterns in a context of liberal media and competitive media culture industry. Through the lens of Social Positioning Theory which emphasizes on how discourse actors develop a point of view to place the subject and the importance in understanding representations context, this research shows how the background of socio-cultural and political economic factors have influenced local media landscape (local mediascape) and the news representation patterns it develops.
Selecting news stories related with poverty in the two media which are published between December 2012 to February 2013, the time span for campaigns of West Java?s Governor and Vice Governor election for the 2013-2018 period, this research finds that there are 266 news stories which represent the poor and poverty issues; namely 175 (65.79%) poverty news stories in Pikiran Rakyat and 91 (34.21%) poverty news stories in Tribun Jabar. This research also proves previous studies in other countries that the quantity of poverty news is drastically increasing on the days before election, namely 70 (26.32%) in December 2012, 75 (28.30%) in January 2013, and in February 2013 (the election month) it has increased to 121 (45.49%) news stories.
This research concludes that the exclusion process or marginalization of the poor which is occurring in the real world also shows up in the pages and in media text. This is caused by conventional views on poverty which still live and keeps on strengthened in the journalism practices with dominant point of view oriented, and also by political economic and capital powers, including advertisements which influence the location and position of the news and poverty texts in the news representations.
By emphasizing dominant-hegemonic representation patterns, news media strengthen consensus ideology which emphasizes poverty as helping object and strengthen the point of view observing povertyfrom the point of view of problems and numbers therefore it limits the news representations range which emphasizes on human?s quality by observing poverty as daily life experience of the poor which is very complex and distinctive to each individual. Such representations strengthen the ?dehumanization? face of poverty.
Although this research finds dominant-hegemonic representation with representation patterns emphasizing the official sources, this research also finds alternative representation significantly. Journalists as social agent and discourse actors also develop alternative news representations against or contravene with the dominant-hegemonic representation. In the more commercialized media setting, journalists develop alternative representation as the ?counter-hegemonic representation? which opens the space for the development of view pluralism and for the voice of the poor with various issues.
This research suggests that news media needs to appoint poverty journalist or news reporter or a kind of emphatic and gender sensitive ?poverty journalist? and which is able to utilize ?from inside or from below? point of view. This research can contribute theoretically in giving the footsteps to news representation studies, especially poverty news and marginal groups, and contextualizing the Social Positioning Theory in communication study which relies on empirical data and stands on two coherent theoretical basis to integrate critical political economic perspective with critical cultural study and place them in media studies as part of cultural industries."
Depok: Universitas Indonesia, 2015
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Intan Tanjung Sari
"[ABSTRAK
Berbagai penelitian mengenai media menunjukkan bahwa media memiliki efek
terhadap sikap seseorang. Sehubungan dengan penggunaan media, pemerintah
melalui Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K)
melakukan sosialisasi terkait program peningkatan kesejahteraan masyarakat
kurang mampu. Sosialisasi yang bertujuan memperkenalkan program yang
dikemas dalam istilah Kartu Sakti Jokowi menggunakan berbagai macam metode
salah satunya media massa. Bagaimana pengaruh media exposure dan media
literacy terkait berita program pada sikap penerima bantuan menjadi pertanyaan
dalam penelitian ini. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif untuk melihat
pengaruh media exposure dan media literacy terkait berita program terhadap sikap
penerima bantuan pada pemerintah. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
media exposure berpengaruh signifikan terhadap media literacy karena media
literacy tidak akan terjadi tanpa adanya terpaan media. Selanjutnya media
exposure tidak mempengaruhi sikap penerima bantuan karena masyarakat
penerima bantuan sudah memiliki sumber informasi lain dalam memahami isi
berita media terkait program. Hal ini diperkuat dengan adanya pengaruh yang
signifikan antara media literacy dengan sikap. Artinya, pemahaman terhadap
konten media mempengaruhi sikap penerima bantuan. Meskipun berita memilki
sentimen negatif, tidak mempengaruhi sikap masyarakat untuk tidak menyukai
program bantuan pemerintah. Hal ini terjadi karena berbagai metode sosialisasi
yang dilakukan TNP2K menjadi sumber informasi yang menumbuhkan
pemahaman masyarakat penerima manfaat.

ABSTRACT
Many research about media indicated that media has effect towards someone’s
behavior. In accordance with the media usage, the government through Tim
Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) held dissemination
related to the prosperity improvement program for poor community.
Dissemination which aimed to introduce the program in the package of
KartuSaktiJokowi using some methods, which one of them is mass media. How is
the influence of media exposure and media literacy related to the program news
coverage towards the behavior of aid beneficiaries became a question in this
research. This research used quantitative method to see the influence of media
exposure and media literacy related to the program news coverageof the aid
beneficiaries behavior towards the government. The result of this research has
shown that media exposure is significantly influential to media literacy because
media literacy will not happened without media exposure. Media exposure has no
influence in the aid beneficiaries behavior because the aid beneficiaries have had
other information resources in understanding media content related to the
program. This is strengthened with the significant influence between media
literacy with the behavior. This means that the understanding towards media
content influences the beneficiaries behavior. Although there were news with
negative sentiment, the community’s behavior was not influenced to dislike the
government aid program. This happened because many dissemination methods
done by TNP2K became resource of information which grows the understanding
of aid beneficiaries, Many research about media indicated that media has effect towards someone’s
behavior. In accordance with the media usage, the government through Tim
Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) held dissemination
related to the prosperity improvement program for poor community.
Dissemination which aimed to introduce the program in the package of
KartuSaktiJokowi using some methods, which one of them is mass media. How is
the influence of media exposure and media literacy related to the program news
coverage towards the behavior of aid beneficiaries became a question in this
research. This research used quantitative method to see the influence of media
exposure and media literacy related to the program news coverageof the aid
beneficiaries behavior towards the government. The result of this research has
shown that media exposure is significantly influential to media literacy because
media literacy will not happened without media exposure. Media exposure has no
influence in the aid beneficiaries behavior because the aid beneficiaries have had
other information resources in understanding media content related to the
program. This is strengthened with the significant influence between media
literacy with the behavior. This means that the understanding towards media
content influences the beneficiaries behavior. Although there were news with
negative sentiment, the community’s behavior was not influenced to dislike the
government aid program. This happened because many dissemination methods
done by TNP2K became resource of information which grows the understanding
of aid beneficiaries]"
2015
T43946
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Edi Santoso
"[ABSTRAK
Pesatnya pertumbuhan media sosial membawa banyak perubahan. Dengan
karakternya yang berbeda dengan media lama, media sosial membuka banyak
kemungkinan, termasuk bagi representasi identitas lokal. Seperti komunitas
Banyumas, mereka menjadikan media sosial sebagai ruang baru untuk
menunjukkan identitasnya. Sebuah pertanyaan mengemuka, apakah kehadiran
media sosial yang berkarakter global akan melemahkan identitas lokal, atau
sebaliknya justru memperkuatnya.Penelitian ini mencoba melihat transformasi
identitas komunitas Banyumas dari ranah offline ke online, dengan melihat
bagaimana realitas kontemporer praktik kebahasaan orang Banyumas dalam
kehidupan sehari-hari dan di media sosial. Pengamatan praktik kebahasaan di
media sosial dikhususkan pada pesan-pesan terpilih di blog, Twitter, dan
Facebook. Analisis dilakukan dengan menggunakan teori Pierre Bourdieu yang
melihat identitas sebagai sebuah kontestasi dalam sebuah ranah dinamis. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa karakter dasar orang Banyumas seperti cablaka,
penjorangan, dan dopokan, tergambar kuat dalam berbagai pesan di media sosial.
Uniknya, pesan-pesan ini banyak yang ditampilkan secara kreatif, sebagai bentuk
adaptasi karakter media sosial. Sebagai sebuah kontestasi, representasi identitas
lokal dipengaruhi oleh relasi antara ranah, habitus, dan modal. Ranah
menunjukkan setting media sosial itu sendiri. Sedangkan habitus ditunjukkan oleh
kecenderungan yang berbeda di antara para pengguna Banyumas dengan latar
belakang yang beragam. Sementara modal, ditandai kepemilikan modal yang
berbeda, baik yang berupa modal sosial, budaya, simbolik, maupun modal
ekonomi. Secara teoritis, hasil penelitian ini menunjukkan perbedaan nilai dan
kekuatan modal, antara realitas offline dan online. Jika di ranah online, modal
ekonomi menjadi dominan perannya, maka di ranah online, modal simbolik lebih
berperan. Secara praktis, hasil penelitan ini menumbuhkan optimisme bahwa
identitas lokal akan terus bertahan, bahkan menguat, di era media sosial.;

ABSTRACT
The rapid growth of social media brings many changes. Distinguishing characters
with the old one, social media opens many possibilities, including the
representation of local identity. For instance, Banyumas community uses social
media as a new space to show their identity. A question arose whether the
presence of social media which has global character may weaken or strengthen
their local identities instead. This study tries to figure out the transformation of
identity of Banyumas community from offline to online field, by paying more
attention on how the contemporary reality of Banyumas people‟s linguistic
practices in their daily life and in social media is. The Observation on linguistic
practices in social media particularly focuses on the selected messages available in
blogs, Twitter, and Facebook. The analyses were conducted using Pierre Bourdieu
theories that viewed identity as a contestation within a dynamic field. The results
showed that the basic characters of the Banyumas people, such as cablaka,
penjorangan, and dopokan, were strongly reflected in various messages available
in social media. These messages were uniquely displayed in creative ways, as
forms of character adaptation in social media. As contestation, the representation
of local identity was influenced by the relationship between field, habitus, and
capitals. Field showed the setting of social media itself. Habitus were shown by
the different tendencies among users of Banyumas with different backgrounds.
Capitals were marked by the possession of different capitals, either in the form of
social, cultural, symbolic, or economic capital. Theoretically, the results of this
study showed differences in values and capital powers, between offline and online
reality. If in online field, the economic capital had the dominant roles, the
symbolic capital had more roles. Practically, the results of this study grow
optimism that local identity will surely survive and even be stronger in the era of
social media.;The rapid growth of social media brings many changes. Distinguishing characters
with the old one, social media opens many possibilities, including the
representation of local identity. For instance, Banyumas community uses social
media as a new space to show their identity. A question arose whether the
presence of social media which has global character may weaken or strengthen
their local identities instead. This study tries to figure out the transformation of
identity of Banyumas community from offline to online field, by paying more
attention on how the contemporary reality of Banyumas people‟s linguistic
practices in their daily life and in social media is. The Observation on linguistic
practices in social media particularly focuses on the selected messages available in
blogs, Twitter, and Facebook. The analyses were conducted using Pierre Bourdieu
theories that viewed identity as a contestation within a dynamic field. The results
showed that the basic characters of the Banyumas people, such as cablaka,
penjorangan, and dopokan, were strongly reflected in various messages available
in social media. These messages were uniquely displayed in creative ways, as
forms of character adaptation in social media. As contestation, the representation
of local identity was influenced by the relationship between field, habitus, and
capitals. Field showed the setting of social media itself. Habitus were shown by
the different tendencies among users of Banyumas with different backgrounds.
Capitals were marked by the possession of different capitals, either in the form of
social, cultural, symbolic, or economic capital. Theoretically, the results of this
study showed differences in values and capital powers, between offline and online
reality. If in online field, the economic capital had the dominant roles, the
symbolic capital had more roles. Practically, the results of this study grow
optimism that local identity will surely survive and even be stronger in the era of
social media., The rapid growth of social media brings many changes. Distinguishing characters
with the old one, social media opens many possibilities, including the
representation of local identity. For instance, Banyumas community uses social
media as a new space to show their identity. A question arose whether the
presence of social media which has global character may weaken or strengthen
their local identities instead. This study tries to figure out the transformation of
identity of Banyumas community from offline to online field, by paying more
attention on how the contemporary reality of Banyumas people‟s linguistic
practices in their daily life and in social media is. The Observation on linguistic
practices in social media particularly focuses on the selected messages available in
blogs, Twitter, and Facebook. The analyses were conducted using Pierre Bourdieu
theories that viewed identity as a contestation within a dynamic field. The results
showed that the basic characters of the Banyumas people, such as cablaka,
penjorangan, and dopokan, were strongly reflected in various messages available
in social media. These messages were uniquely displayed in creative ways, as
forms of character adaptation in social media. As contestation, the representation
of local identity was influenced by the relationship between field, habitus, and
capitals. Field showed the setting of social media itself. Habitus were shown by
the different tendencies among users of Banyumas with different backgrounds.
Capitals were marked by the possession of different capitals, either in the form of
social, cultural, symbolic, or economic capital. Theoretically, the results of this
study showed differences in values and capital powers, between offline and online
reality. If in online field, the economic capital had the dominant roles, the
symbolic capital had more roles. Practically, the results of this study grow
optimism that local identity will surely survive and even be stronger in the era of
social media.]"
2015
D2104
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lidia Nugrahaningsih Ayal
"Penelitian ini bertujuan mengetahui dan menggambarkan program penanggulangan kemiskinan melalui Kube, beserta faktor pendukung dan penghambat dalam kegiatan usaha ekonomi produktif. Lokasi penelitian ditentukan secara purposive di sepuluh kecamatan kota Banjarmasin, dengan pertimbangan di kecamatan tersebut terdapat Kube. Hasil penelitian menemukan bahwa Kube di kota Banjarmasin telah melaksanakan kegiatan usaha ekonomi produktif berkelanjutan dan dapat meningkatkan taraf kesejahteraan anggota, yang dibuktikan dengan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan dasar (pangan, sandang, papan, kesehatan) serta mempunyai keterampilan memecahkan masalah, juga mampu menjalin kerjasama sesama anggota dan masyarakat sekitar. Direkomendasikan bagi Kementerian Sosial, melalui Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial (Pusdiklat Kesos) dan Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial (B2P2KS) dalam pelaksanaan persiapan pemberdayaan (diklat) terhadap sasaran Kube, perlu dialokasikan waktu yang cukup, materi dan kurikulum yang relevan, sarana dan prasarana yang memadai dan praktik lapangan yang cukup, sehingga Keluarga Binaan Sosial (KBS) dapat lebih mengelola Kube dengan baik. Dalam peningkatan SDM pendamping Kube, hendaknya menggunakan fasilitator, narasumber, praktisi yang memiliki kompetensi memadai dan memiliki pengalaman praktis dalam bidang pendampingan, shingga ilmu dan materi yang diberikan kepada sasaran lebih aplikatif, bukan teoritis."
Yogyakarta: Balai Besar dan Pengembangan Pelayanan Kesejahteraan Sosial Yogyakarta, 2016
360 MIPKS 40:2 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ikawati
"Penelitian ini bertujuan mengetahui kondisi keluarga miskin di perdesaan dan perkotaan. Jenis penelitian adalah deskriptif menggunakan pendekatan kualitatif. Lokasi penelitian ditentukan secara community setting dengan kategori wilayah administrasi, yaitu dengan mengambil setting daerah perkotaan dan perdesaan. Sasaran dan objek penelitian keluarga miskin yang teresgister dan keluarga miskin yang tidak teregister layanan program pemerintah. Berdasarkan hal tersebut ditentukan 600 keluarga miskin di wilayah perdesaan dan 600 di wilayah perkotaan. Objek penelitian adalah kondisi keluarga miskin yang ada di perdesaan dan perkotaan. Teknik pengumpulan data digunakan kuesioner dan observasi. Data penelitian diolah secara manual dan komputasi dengan menggunakan bantuan program Excel dan program statistik SPSS versi 17.00 for windows. Data yang bersifat kualitatif dianalisis secara deskriptif dan kemudian diberi makna (interpretatif). Hasil penelitian ditemukan adanya perbedaan dan persamaan kondisi kemiskinan di perdesaan dan perkotaan. Perasamaan antara lain: keluarga miskin mempunyai anggota rata-rata 3-4 orang, frekuensi makan dua kali sehari, tidak mempunyai pekerjaan sampingan, tidak mempunyai keterampilan, pekerjaan ada di sektor informal, berpartisipasi dalam kegiatan sosial di lingkungannya, membelanjakan uang untuk kebutuhan dasar, kurang adanya budaya menabung dan kurang mendapat kesempatan dalam pengambilan keputusan di berbagai bidang kehidupan, terbatasnya aksesbilitas layanan sosial, terbatasnya kepemilikam aset. Perbedaan antara lain: perdesaan berpendidikan sebagian besar SD, pekerjaan buruh tetap atau tidak tetap pertanian, kepemilikan rumah milik sendiri, ada pembagian ruangan sesuai fungsinya, dan bahan bakar utama kayu, sedangkan perkotaan bervariasi dari SD, SMP, dan SMA; buruh tetap atau tidak tetap non pertanian, kepemilikan rumah sewa atau kontrak, tidak ada pembagian ruangan sesuai fungsi masing-masing ruangan, dan bahan bakar utama gasa atau listrik serta perbedaan partisipasi sosial desa lebih tinggi keterlibatannya daripada perkotaan. Berdasarkan hasil penelitian, direkomendasikan kepada Kementerian Sosial melalui Direktorat Jendral Penangulangan Fakir Miskin Perkotaan dan Perdesaan, perlunya instrumen indikator kemiskinan yang tepat dalam rangka mengidentifikasi keluarga miskin, sehingganada ketepatan sasaran dalam program-program yang akan diterapkan, agar keluarga miskin dapat cepat terentaskan."
Yogyakarta: Balai Besar dan Pengembangan Pelayanan Kesejahteraan Sosial Yogyakarta, 2016
360 MIPKS 40:2 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Fransiska Engeline Moko
"Penelitian ini menerapkan metode Alkire-Foster untuk mengukur kemiskinan rumah tangga yang dikepalai laki-laki dan perempuan berdasarkan pengukuran kemiskinan multidimensi (nonmoneter) dengan menggunakan data survei rumah tangga yang berasal dari Susenas 2012. Berfokus pada tiga dimensi (pendidikan, kesehatan dan nutrisi, dan standar hidup), ditemukan bahwa tingkat kemiskinan multidimensi rumah tangga perempuan lebih tinggi daripada rumah tangga lakilaki meskipun intensitas kemiskinan yang dialami rumah tangga laki-laki lebih besar daripada rumah tangga perempuan. Sementara itu uji regresi logistik biner menemukan adanya pengaruh wilayah demografi, status kawin KRT, lapangan pekerjaan KRT, dan komposisi rumah tangga terhadap status kemiskinan multidimensi rumah tangga yang dikepalai laki-laki dan perempuan di Indonesia, dimana lapangan pekerjaan merupakan faktor yang paling besar pengaruhnya.

This study applies Alkire-Foster method for measuring households poverty headed by men and women based on multidimensional poverty measurement (non-monetary) by using household survey data from Susenas 2012. Focuses on three dimensions (education, health and nutrition, and living standard), it was revealed that the rate of multidimensional poverty of households headed by women is higher than households headed by men even though the intensity of poverty experienced by men households is greater than women households. Nevertheless, the binary logistic regression had discovered the effect of demographic region, marital status of the households head, households head employment, and households? composition against the multidimensional poverty status of households headed by men and women in Indonesia, where employment is the utmost affected factor.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wahyu Indrawan
"Penelitian ini menggunakan empat periode data panel rumah tangga 1993 2007 untuk menguji keberadaan dan pola jebakan kemiskinan poverty traps di tingkat rumah tangga di Indonesia Selain itu tesis ini menguji bagaimana pola ini berubah untuk kelompok mata pencaharian dan wilayah yang berbeda Penelitian ini mengikuti pendekatan aset asset based approach yang diperkenalkan oleh Barret dan Carter 2006 serta Adato et al 2006 Pendekatan ini memerlukan penerapan metode parametrik untuk membentuk sebuah indeks aset dan metode non parametrik untuk mengestimasi pola aset dinamik dan jebakan kemiskinan Penelitian ini menemukan adanya bukti yang menunjukkan adanya jebakan kemiskinan dengan banyak titik keseimbangan di wilayah Sumatra Penemuan lain adalah bahwa seluruh rumah tangga di wilayah Sulawesi cenderung memusat ke sebuah titik keseimbangan di bawah batas kemiskinan pada periode menengah Hal ini mengindikasikan bahwa rumah tangga di wilayah Sulawesi terjebak dalam kemiskinan secara bersama sama Akan tetapi terdapat bukti bahwa rumah tangga di wilayah Jawa dan Bali Nusa Tenggara Barat serta Kalimantan cenderung memusat ke sebuah titik keseimbangan di atas batas kemiskinan Hal ini berarti rumah tangga di wilayah ini tidak terjebak dalam kemiskinan

Using four waves of longitudinal household panel data 1993 ndash 2007 this paper examines the existence and patterns of household level poverty traps in Indonesia and how these patterns vary across different livelihood groups and regions in the country By following an asset based approach introduced by Barrett and Carter 2006 and Adato et al 2006 this paper performs parametric to construct an asset index and nonparametric techniques to estimate dynamic asset pattern and the poverty trap Findings indicate that there is evidence for multiple equilibria poverty trap in Sumatra region Also this study finds that all households in Sulawesi region converge to a single stable equilibrium in the longer period which is below the poverty line This may indicate that households in Sulawesi are collectively trapped However the findings show that households in Java and Bali West Nusa Tenggara and Kalimantan converge to a single stable equilibrium above poverty line This means that household in these regions do not face a poverty trap "
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2013
T38975
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ony Aisyarani
"Kemiskinan adalah fenomena multidimensi dan dalam konteks Indonesia umumnya didominasi oleh kemiskinan pada sektor pertanian. Ketidakmampuan pada aspek-aspek non moneter yang penting seperti kesehatan, pendidikan dan standar hidup dapat menghambat kapabilitas seseorang dan pada gilirannya menentukan status kemiskinan. Penelitian ini menggunakan data Survei Pendapatan RTUP (SPP) 2013 dari BPS dan bertujuan untuk mengukur status kemiskinan multidimensi RTUP di Indonesia dengan metode Alkire-Foster serta menganalisis faktor-faktor yang memengaruhinya. Hasil analisis regresi logistik biner menunjukkan bahwa RTUP yang berisiko tinggi untuk mengalami kemiskinan multidimensi adalah RTUP yang dikepalai perempuan, berumur muda, tingkat pendidikannya rendah, memiliki jumlah anggota rumah tangga yang banyak, miskin moneter, tinggal di luar Jawa, bukan anggota kelompok tani, tidak memanfaatkan layanan bank/koperasi dan mengalami kesulitan dalam menjual hasil pertanian. Temuan lain dari penelitian ini menunjukkan terdapat 57,4 persen RTUP miskin multidimensi yang tidak miskin moneter, sebaliknya terdapat 82,5 persen RTUP miskin moneter yang tidak miskin multidimensi. Kedua pengukuran kemiskinan ini bersifat saling melengkapi dan membutuhkan intervensi kebijakan yang berbeda. Implikasi kebijakan penanggulangan kemiskinan dari hasil penelitian ini mencakup penggunaan hasil pengukuran kemiskinan multidimensi, peningkatan penyuluhan pertanian, pemberdayaan kelompok tani, peningkatan akses kredit ke lembaga keuangan bukan bank dan pembangunan infrastruktur khususnya di luar Jawa.

Poverty is a multidimensional phenomenon and in Indonesia context, it has been mainly dominated by agricultural poverty. Vulnerability towards deprivation on crucial non-monetary aspects such as health, education and living standard may deter people in developing his capability thus affecting poverty status. This study uses Agricultural Household Income Survey 2013 from Statistics Indonesia and aims to measure multidimensional poverty status among agricultural households in Indonesia through Alkire-Foster method and analyze factors affecting it. The binary logit estimation shows that agricultural household that highly risk to be multdimensional poor are founded in those who are headed by female, young aged, low educated, large household sized, monetary poor, live outside Java, not involve in farmer association, not use either bank or union services and have difficulty in selling their crops. Another finding reveals that 57.4 percent agricultural households who are multdimensional poor identified as not-monetary poor. Otherwise, 82.5 percent agricultural households who are monetary poor identified as not-multidimensional poor. Both of these poverty measurements are complementary and require different policy interventions. The poverty allevation policy implications of this study include the use of multidimensional poverty measurement result, farmer association empowerment, non-bank financial institutions credit access improvement and infrastructure development, especially outside Java."
Depok: Universitas Indonesia, 2016
T45934
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ribut Nurul Tri Wahyuni
"Program pro-poor growth belum efektif mengurangi kemiskinan di Papua karena pemerintah tidak memiliki informasi yang lengkap mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kemiskinan menurut variasi wilayah. Oleh karena itu, penelitian ini akan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kemiskinan menurut variasi wilayah (spatial heterogeneity) dengan menggunakan model GWR. Kemiskinan diprediksi dengan menggunakan faktor-faktor yang berkaitan dengan mata pencaharian penduduk (Scoones, 1998 dan Kam et al., 2005). Unit observasi adalah kecamatan dan data yang digunakan merupakan data cross sectional (Podes 2008, PPLS 2008, dan Pemetaan 2010).
Goodness of fit test menyimpulkan bahwa model GWR lebih baik dibanding model OLS dalam menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi kemiskinan di Papua. Hasil GWR menunjukkan bahwa pengaruh tingkat pendidikan, tenaga medis, dan topografi wilayah terhadap kemiskinan hampir sama di semua wilayah. Sedangkan pengaruh luas lahan yang diusahakan, penggunaan irigasi teknis, sumber air minum, dan infrastruktur listrik terhadap kemiskinan bervariasi secara spasial.
Hasil multivariate K-means clustering menunjukkan bahwa kecamatan mengelompok menurut karakteristik wilayah (kondisi geografis). Kemiskinan di wilayah Papua selatan lebih dipengaruhi oleh ketersediaan sumber air bersih dan listrik dibanding wilayah lain. Kemiskinan di wilayah kepulauan, Nabire, dan sekitarnya lebih dipengaruhi oleh ketersediaan tenaga medis, tingkat pendidikan, dan penggunaan irigasi teknis. Sedangkan kemiskinan di Kota Jayapura dan sekitarnya lebih dipengaruhi oleh luas lahan yang diusahakan. Hasil tersebut menyiratkan bahwa intervensi pengentasan kemiskinan seharusnya berbeda untuk wilayah yang berbeda.
Kemungkinan kemiskinan di Papua dipengaruhi oleh kemiskinan di wilayah sekitarnya. Oleh karena itu, penelitian yang mengkombinasikan spatial dependence dan spatial heterogeneity dengan menggunakan model GWR sangat disarankan.

Program of pro-poor growth has not been effective to reduce poverty in Papua because the government does not have complete information about the spatial variation of poverty-influencing factors. Therefore, this study will analyze the spatial variation of poverty-influencing factors (spatial heterogeneity) using GWR model. Poverty predicted using livelihood-influencing factors (Scoones, 1998 and Kam et al., 2005). The unit of observation is subdistrict level and the data used is a cross-sectional data (Podes 2008, PPLS 2008, and Mapping 2010).
Goodness of fit tests conclude that GWR model is better than OLS model to explain the influencing factors of poverty in Papua. Result shows that influence of the level of education, health workers, and topography of area on poverty are almost the same in all regions. While the influence of the cultivated land area, use of technical irrigation, source of drinking water, and the electrical infrastructure vary spatially.
The result of multivariate K-means clustering shows that subdistricts are spatially clustered by regional characteristics (geographic conditions). Poverty in southern Papua (Merauke regency and surrounding area) is more influenced by the availability of clean water and electricity than other regions. Poverty in the archipelago, Nabire, and surrounding areas are more influenced by the availability of health workers, educational level, and use of technical irrigation than other regions. While poverty in Jayapura and the surrounding area is more affected by cultivated land area than other regions. These results imply that poverty alleviation interventions should be different for different areas.
Poverty in Papua maybe affected by poverty in the surrounding regions. Therefore, research that combines spatial dependence and spatial heterogeneity using GWR model is strongly recommended.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Warsito
"ABSTRAK
Tingginya angka penduduk miskin menuntut dilakukannya langkah-langkah konkrit dan mendasar untuk menekan angka tersebut. Penelitian ini di fokuskan untuk mengevaluasi bagaimana efektifitas pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan di Kabupaten Sragen yang dilakukan oleh Unit Pelayanan Terpadu Penanggulangan Kemiskinan (UPTPK) bidang sosial ekonomi. Evaluasi dilakukan dari sudut pandang pelayanan yang menganalisis kecepatan layanan, kemudahan persyaratan, dan tingkat kepesertaan di UPTPK dan dari sudut pandang koordinasi antar instansi terkait dengan membandingkan koordinasi program penanggulangan kemiskinan oleh SKPD sebelum dan setelah UPTPK berdiri. Penelitian ini mengunakan desain deskriptif kualitatif dengan metode wawancara mendalam dan Focus Group Discussion (FGD). Hasil penelitian menyarankan kepada pemerintah Kabupaten Sragen untuk melakukan perbaikan pelayanan bagi warga miskin dengan meningkatkan kecepatan layanan dan menambah tempat pelayanan bagi warga miskin sampai ditingkat kecamatan (UPTPK Kecamatan), meningkatkan jumlah penerima manfaat program perbaikan rumah dan program santunan uang duka, memperbaiki koordinasi antar SKPD dalam pelaksanaan program agar penerima program tepat sasaran dengan data tunggal, serta mempertegas dan memperjelas pembagian tugas antar SKPD. Perlu dilakukan kajian dan penelitian tentang pengembangan fungsi dan peran perangkat desa dalam mensukseskan program penanggulangan kemiskinan dan pengembangan struktur organisasi UPTPK menjadi Badan Pelayanan Terpadu Penanggulangan Kemiskinan.

ABSTRACT
The high number of poor people demanded concrete and fundamental steps to suppress that condition. This study focused on evaluating the effectiveness of poverty reduction programs implementation in the regency were conducted by the Poverty Reduction Integrated Services Unit (UPTPK) in socio-economic field wich is Sragen Regency. Evaluation is done from the point of view of service wich analyze the speed of service, ease of requirements, and the level of participation in UPTPK and by point of view coordination among relevant agencies wich compare poverty reduction programs coordination by SKPDs before and after UPTPK established. This research uses qualitative descriptive design with in-depth interviews and focus group discussions (FGD). The results of the study suggest to government to improve Sragen services for the poor by increasing service speed and add a service to the poor through the district level (UPTPK subdistrict), increase the number of beneficiaries of home improvement and mourning compensation programs, improve coordination between Local Government Offices in the implementation of program in order to achieve the target with a single data, and to make assertive and clear tasks division between Local Government Offices. Need to make study and research on the development of the functions and roles of the village officials to success poverty reduction programs and UPTPK organizational structures change to Poverty Reduction Integrated Service Agencies."
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2014
T42803
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>